Kepada
Yth. Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya
Di :
SURABAYA
Dengan hormat,
Yang tersebut di bawah ini, adalah :
1
Tempat kedudukan : Jl. Yoso dipuro 67 Surabaya
Untuk selanjutnya dalam gugatan ini mohon disebut sebagai
:--------------------------------------------------------------------------------------------------
-------TERGUGAT;
OBYEK GUGATAN:
• Keputusan Tata usaha Negara yang menjadi obyek sengketa adalah Surat Keputusan
(SK)Walikota Surabaya Nomor 36/ SK/2000 tentang ketentuan syarat sebagai peserta
ujian calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
2
pemerintahan yang baik sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 ayat
2 huruf a dan atau pasal 53 ayat 2 huruf b Undang-undang No. 9
tahun 2004 sehingga menimbulkan akibat kerugian bagi penggugat,
baik secara materiil maupun imateriil ;
ADHI CAHYONO, SH MH
BUDHI HERLAMBANG, SH
3
1
11. Bahwa hak pemilikan atas bidang tanah sebagaimana tersebut dalam sertipikat hak
milik Nomor : 3106 atas nama diri Penggugat yang terletak di desa cemani, Kec.
Grogol, kab. Sukoharjo tersebut, diperoleh atas dasar jual beli yang dilakukan antara
penggugat selaku pihak pembeli dengan Tuan Sutrisno dan Tuan Darsono selaku
pihak penjual berdasarkan akta jual beli Nomor : 8/Grg/2006 tanggal 13 Maret 2006
yang dibuat oleh Anwari Tirtarahardja, S.H., PPAT/Notaris di Kab. Sukoharjo, yang
berkantor di Jl. Raya Solo Baru C 20 Solo Baru, Sukoharjo ;
12. Bahwa dengan demikian menurut hukum tidaklah dapat diragukan lagi kedudukan
penggugat atas bidang tanah tersebut, yaitu selaku pihak yang menerima penyerahan
hak atas bidang tanah tersebut dengan etiket baik dan yang berhak sepenuhnya baik
dalam tindakan pemilikan maupun penguasaanya;
4. Bahwa dalam waktu lebih kurang 1 ( satu ) minggu kemudian setelah penggugat
menerima Sertipikah hak milik Nomor : 3106 atas nama diri Penggugat dari kantor
Pertanahan kab. sukoharjo tersebut, telah datang seorang makelar tanah yang
bermasud untuk menawarkan bidang tanah yang tersebut dalam sertipikat Hak milik
Nomor : 3618 atas nama Ny. Rusna Bahar, desa Cemani, Kec. Grogol, kab.
Sukoharjo, Propinsi jawa Tengah.
5. Bahwa betapa terkejut ketika penggugat setelah melihat gambar situasi serta
melakukan pengecekan lokasi atas bidang tanah sebagaimana yang telah ditawarkan
oleh seorang makelar tersebut, ternyata atas bidang tanah yang tersebut dalam
sertipikat hak Milik Nomor 3618 atas nama Ny. Rusna Bahar, desa Cemani, Kec.
Grogol, kab. Sukoharjo, Propinsi jawa Tengah adalah merupakan sebagian bidang
tanah yang tersebut pula dalam sertipikat hak milik Nomor : 3106 atas nama diri
Penggugat yang terletak di desa cemani, Kec. Grogol, kab. Sukoharjo.
6. Bahwa oleh karena sebagian atas bidang tanah sebagaimana tersebut dalam sertipikat
Hak Milik Nomor : 3106 atas nama diri Penggugat telah terbit pula sertipikat hak
Milik Nomor : 3618 atas nama Ny. Rusna Bahar, maka penggugat segera
memberitahukan atas peristiwa tersebut kepada Lurah Desa Cemani, Kec. Grogol,
Kab. Sukoharjo serta instansi terkait, namun demikian tidak pernah ada penyelesaian;
7. Bahwa dengan diterbitkanya Keputusan tata usaha Negara oleh Tergugat berupa
sertipikat Hak Milik Nomor : 3618 atas nama Ny. Rusna Bahar, Desa Cemani, Kec.
Grogol, Kab. Sukoharjo terhadap sebagian atas bidang tanah sebagaimana tersebut
dalam Sertipikat hak milik Nomor : 3106 atas nama diri Penggugat adalah merupakan
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Penguasa ( onrechtmatig overheid
daad ), sebab keputusan sebagaimana dimaksud bertentangan dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku, dan apabila tergugat setelah
mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan keputusan itu
seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak mengambil keputusan tersebut;
4
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau
suatu tindakan yang bertentangan dengan asas-asas umum
pemerintahan yang baik sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 ayat
2 huruf a dan atau pasal 53 ayat 2 huruf b Undang-undang No. 9
tahun 2004 sehingga menimbulkan akibat kerugian bagi penggugat,
baik secara materiil maupun imateriil ;
PENUNDAAN/PENANGGUHAN:
• Menyatakan agar pelaksanaan keputusan Tata usaha Negara yang telah
diterbitkan oleh Tergugat berupa sertipikat Hak Milik Nomor : 3618 atas nama Ny.
Rusna Bahar, desa Cemani, Kec. Grogol, kab. Sukoharjo, Propinsi jawa Tengah
ditunda/ditangguhkan selama pemeriksaan sengketa tata usaha negara sedang
berjalan sampai ada putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap
dan pasti ( in kraght Van Gewijsde );
2. Menyatakan batal atau tidak syah Keputusan tata usaha Negara yang telah
diterbitkan oleh tergugat berupa Sertipikat Hak Milik Nomor : 3618 atas nama Ny.
Rusna Bahar, desa Cemani, Kec. Grogol, kab. Sukoharjo, Propinsi jawa Tengah.
2
3. Memerintahkan tergugat untuk mencabut Keputusan tata usaha Negara yang telah
diterbitkan berupa Sertipikat Hak Milik Nomor : 3618 atas nama Ny. Rusna Bahar,
desa Cemani, Kec. Grogol, kab. Sukoharjo, Propinsi jawa Tengah.
5
4. Menghukum tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam
perkara ini;
JOKO RUSTANTO, SH MH
BAMBANG SUPRIYANTO, SH
Meskipun lulus cum laude, Pemkot Surabaya tak mau meluluskan Wuri sebagai CPNS karena
yang bersangkutan cacat fisik. MA menyetujui perkara Wuri dijadikan prioritas.
Wuri Handayani, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Tahun 1998 dengan
predikat cum laude ini terhitung sudah dua tahun memperjuangkan haknya sebagai
warga Negara. Hak yang dperjuangkan Wuri adalah hak untuk mendapatkan
pekerjaan. Ya, dua tahun yang lalu, 2004, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya
menolak Wuri untuk ikut tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dengan alasan Wuri
cacat.
Betul, Wuri, mengalami cacat dari pinggang ke bawah setelah mengalami kecelakaan
saat pendakian di Gunung Cartenz, Jaya Wijaya tahun 1993. Tidak terima atas
penolakan itu Wuri berkirim surat ke Pemkot untuk meminta penjelasan. Dalam
surat balasannya, Pemkot yang diwakili Eko Yuniharso Arief, Kepala Bagian
Kepegawaian Kota Surabaya menyatakan bahwa Pemkot menjabarkan ketentuan
sehat jasmani dan rohani adalah tidak cacat fisik maupun mental. Dasar
pertimbangannya adalah mobilitas.
Tidak terima dengan penjelasan tersebut, Wuri mengambil langkah hukum. Pebruari
2005, Wuri menggugat Pemkot Surabaya ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Hasilnya, PTUN memenangkan Wuri dan mengabulkan dua tuntutan Wuri. Yaitu,
Pertama, membatalkan Surat Keputusan yang menolak dirinya untuk mendaftar.
Kedua, memberikan kesempatan kepada Wuri untuk mengikuti tes CPNS.
Menarik untuk mengetahui apa latar belakang Wuri yang tanpa mengenal kata
menyerah terus memperjuankan haknya. Menurut perempuan yang pernah menjadi
staf Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Airlangga, dirinya tidak hanya
memperjuangkan kepentingan pribadinya, namun kepentingan penyandang cacat di
seluruh Indonesia yang jumlahnya jika diukur dari angkatan kerja cukup banyak.
Bahkan kasus penolakan seperti dirinya juga terjadi dibeberapa Kota di Indonesia.
Judicial Review
Selain itu, Wuri juga berencana mengajukan uji materiil (judicial review) beberapa
Undang-Undang yang isinya diskriminatif. Diskriminatif itu menurut Wuri dapat
dilihat dari Pasal dari UU yang mensyaratkan sehat jasmani dan rohani.
Syarat atau kriteria sehat jasmani dan rohani ini yang dipermasalahkan Wuri.
Menurutnya, kriteria ini yang sering dipersepsikan secara keluru dan diskriminatif
oleh banyak kalangan. Alasan judicial review yang bakal dilakukannya karena
Konstitusi tidak mengenal sehat jasmani atau rohani. Soal ini, Pasal 6 ayat (1) UUD
1945 Amandemen Ketiga yang mengatur syarat Calon Presiden dan Wakil Presiden,
yakni frasa ”Mampu secara rohani dan jasmani..”
6
Paling tidak, ada dua UU yang menurut Wuri paling kelihatan diskriminatifnya.
Pertama, Pasal 9 UU 12/2006 tentang Kewarganegaraan dan Pasal 12 UU 8/1974
tentang Kepegawaian sebagaimana diubah dengan UU 43/1999.
Sementara, R. Herlambang Perdana, pengajar Hukum Tata Negara dan Hak Asasi
Manusia Universitas Airlangga menilai penolakan terhadap penyandang cacat untuk
mengikuti tes, khususnya tes CPNS adalah sesuatu yang melanggar HAM terkait
dengan hak mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut, menurut Herlambang, selain
melanggar konstitusi juga melanggar dua konvensi yang telah diratifikasi oleh
Pemerintah Indonesia.
Dua konvensi itu adalah International Covenant On Economics, Social and Cultural
Rights (Konvensi Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya-UU
11/2005) dan International Covenant On Civil and Political Rights (Konvensi
Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik-UU 12/2005).
Soal kriteria sehat jasmani dan rohani dalam kasus Wuri, Herlambang berpendapat
penilaian Pemkot tidak tepat. Pasalnya, penilaian tidak berdasar pada kualitas tapi
hanya melihat Wuri tidak mampu dengan penilaian disable. “Nah ini adalah bentuk
asumsi yang tidak mempunyai dasar hukum. Selain menyalahi kewajiban
konstitusional negara juga melawan HAM,” tukas Herlambang.