RPJMN 2015-2019
Kerja Nyata
Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian
KATA PENGANTAR
Dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, diamanatkan bahwa evaluasi RPJMN dilaksanakan pada paruh waktu
dan tahun terakhir pelaksanaan RPJMN. Selain itu, Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan mengamatkan pula bahwa evaluasi
pelaksanaan RPJMN perlu dilakukan untuk menilai kinerja dari suatu program dan dilaksanakan paling
sedikit satu kali dan paling lambat satu tahun sebelum berakhirnya periode RPJMN. Guna memenuhi
amanat tersebut, maka pada tahun 2017 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
melaksanakan Evaluasi Paruh Waktu berdasarkan hasil pembangunan dua tahun pertama pelaksanaan
RPJMN 2015-2019.
Evaluasi Paruh Waktu disusun untuk melihat capaian pembangunan dalam rangka melaksanakan
Nawacita yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 dengan fokus pada capaian sasaran pokok pembangunan.
Meskipun dalam perjalanan pelaksanaan RPJMN 2015-2019 terdapat beberapa kebijakan yang
mempengaruhi rencana pembangunan yang telah dirumuskan, namun diharapkan hasil pembangunan
tetap mendukung sasaran Nawacita. Hasil Evaluasi Paruh Waktu akan digunakan sebagai bahan masukan
dalam menyusun perbaikan kebijakan ataupun perencanaan pembangunan berikutnya apabila diperlukan.
Untuk itu, informasi akurat dari para pemangku kepentingan khususnya para pelaksana pembangunan
sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap hasil evaluasi ini.
Berdasarkan hasil evaluasi, hingga akhir pelaksanaan tahun kedua RPJMN 2015-2019 sebagian sasaran
pokok pembangunan berjalan sesuai dengan rencana. Beberapa sasaran pokok masih memerlukan upaya
lebih keras untuk dapat mencapai target, dan sebagian lagi cenderung sulit tercapai. Dalam sisa waktu
pelaksanaan RPJMN 2015-2019, beberapa sasaran pokok pembangunan yang diperkirakan sulit untuk
tercapai memerlukan inovasi serta kerja lebih keras dan berkualitas.
Terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya diucapkan kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan Evaluasi Paruh Waktu. Akhirnya, diharapkan evaluasi ini dapat menjadi acuan bagi para
pemangku kepentingan, baik di pusat maupun di daerah dalam menyusun kebijakan dan perencanaan
pembangunan nasional ke depan.
BAB 2
KERANGKA KEBIJAKAN RPJMN 2015-2019 7
2.1 Visi Misi, dan Agenda Pembangunan 9
2.2 Pelaksanaan Pembangunan Kabinet Kerja 12
2.3 Kondisi Eksternal dan Internal yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pembangunan 13
BAB 3
PERKEMBANGAN EKONOMI 17
3.1 Pertumbuhan Ekonomi 19
3.2 Kemiskinan 23
3.3 Pengangguran 26
3.4 Moneter 30
3.5 Neraca Pembayaran 33
3.6 Keuangan Negara 37
3.7 Investasi 41
3.8 Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi 43
BAB 4
PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT 51
4.1 Kependudukan dan Keluarga Berencana 53
4.2 Pendidikan 56
4.3 Kesehatan 61
4.4 Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 67
4.5 Perlindungan Anak 70
4.6 Pembangunan Masyarakat 73
4.7 Perumahan dan Permukiman 77
BAB 6
PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN 133
6.1 Pemerataan Antarkelompok Pendapatan 135
6.2 Pengembangan Wilayah 140
6.3 Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 144
6.4 Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara 146
6.5 Pembangunan Daerah Tertinggal 151
6.6 Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Luar Jawa 154
6.7 Pembangunan Kawasan Perkotaan 155
BAB 7
PEMBANGUNAN POLITIK, HUKUM, PERTAHANAN DAN KEAMANAN 161
7.1 Politik dan Demokrasi 163
7.2 Penegakan Hukum 166
7.3 Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi 172
7.4 Pertahanan dan Keamanan 175
7.5 Penguatan Tata Kelola Pemerintah Daerah 179
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Capaian Sasaran Pokok Pertumbuhan Ekonomi RPJMN 2015-2019 21
Tabel 3.2 Capaian Sasaran Pokok Tingkat Kemiskinan (persen) RPJMN 2015-2019 25
Tabel 4.5 Capaian Sasaran Pokok Pembangunan Perlindungan Anak (persen) RPJMN 71
2015-2019
Tabel 4.8 Capaian Sasaran Pembangunan Perumahan dan Permukiman RPJMN 2015-2019 78
Tabel 5.4 Capaian Sasaran Peningkatan Tata Kelola Hutan, Konservasi dan Penanggulangan 104
Kebakaran Hutan RPJMN 2015-2019
Tabel 5.5 Capaian Sasaran Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana RPJMN 2015-2019 106
Tabel 5.6 Capaian Sasaran Pokok Penanganan Perubahan Iklim RPJMN 2015-2019 107
Tabel 5.7 Capaian Sasaran Pembangunan Kemaritiman dan Kelautan RPJMN 2015-2019 112
Tabel 5.8 Capaian Sasaran Pokok Pembangunan Pariwisata RPJMN 2015-2019 115
Tabel 5.9 Perkembangan Pembangunan 10 Destinasi Wisata Prioritas (Persen) Tahun 2016 116
Tabel 5.10 Capaian Sasaran Pokok Industri Manufaktur RPJMN 2015-2019 119
Tabel 5.11 Perkembangan Pembangunan 14 Kawasan Industri di Luar Jawa (Persen) Tahun 121
2016
Tabel 5.12 Capaian Sasaran Pembangunan Infrastruktur Dasar dan Konektivitas RPJMN 2015- 126
2019
Tabel 6.1 Capaian Sasaran Pokok Pemerataan Antarkelompok Pendapatan RPJMN 2015- 137
2019
Tabel 6.2 Capaian Sasaran Pokok Peran Wilayah dalam Pembentukan PDB Nasional (Persen) 141
RPJMN 2015-2019
Tabel 6.3 Capaian Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Wilayah (Persen) RPJMN 2015-2019 142
Tabel 6.4 Capaian Sasaran Tingkat Kemiskinan Per Wilayah (Persen) RPJMN 2015-2019 142
Tabel 6.5 Capaian Sasaran Tingkat Pengangguran Per Wilayah (Persen) RPJMN 2015-2019 143
Tabel 6.6 Capaian Sasaran Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan RPJMN 2015-2019 145
Tabel 6.7 Capaian Sasaran Pokok Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara RPJMN 148
2015-2019
Tabel 6.8 Capaian Sasaran Pokok Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019 151
Tabel 6.9 Capaian Sasaran Pokok Pembangunan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Luar 154
Jawa RPJMN 2015-2019
Tabel 7.1 Capaian Sasaran Pokok RPJMN Politik dan Demokrasi RPJMN 2015-2019 164
Tabel 7.2 Capaian Sasaran Pokok Pembangunan Hukum RPJMN 2015-2019 167
Tabel 7.3 Capaian Sasaran Pokok Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi RPJMN 2015-2019 174
Tabel 7.4 Capaian Sasaran Pokok Pertahanan dan Keamanan (Persen) RPJMN 2015-2019 177
Tabel 7.5 Capaian Sasaran Pokok Penguatan Tata Kelola Pemerintah Daerah RPJMN 2015- 181
2019
Tabel 8.1 Ringkasan Perkiraan Capaian Sasaran Pokok Pembangunan RPJMN 2015-2019 194
DAFTAR BOKS
Boks 4.1 Tim Nusantara Sehat di Puskesmas Entikong 66
Boks 5.1 Jaringan Gas Kota di Prabumulih 98
Boks 7.1 Pilkada Serentak Pertama Tahun 2015 164
Boks 7.2 Revitalisasi Penegakan dan Pelayanan Hukum 168
Boks 7.3 Inovasi Pelayanan Publik 173
Boks 7.4 Pemberdayaan Industri Pertahanan Dalam Negeri 178
Gambar 8.1 Proses Bisnis Penyusunan Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019 192
EVALUASI
PARUH WAKTU
RPJMN 2015-2019
R
encana Pembangunan Jangka Menengah pertahanan dan keamanan. Selanjutnya, dalam
Nasional (RPJMN) 2015-2019 merupakan RPJMN 2015-2019 dirumuskan sembilan agenda
tahapan ketiga dari Rencana Pembangunan prioritas atau disebut Nawacita. Sementara itu,
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang sasaran pokok pembangunan nasional dalam rangka
ditetapkan melalui UU No. 17/2007. Penyusunan mewujudkan visi pembangunan mencakup: (1)
RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk menjaga Sasaran Makro; (2) Sasaran Pembangunan Manusia
konsistensi arah pembangunan nasional dan dan Masyarakat; (3) Sasaran Pembangunan Sektor
kesinambungan pembangunan nasional sesuai Unggulan; (4) Sasaran Dimensi Pemerataan; (5)
dengan amanat UUD 1945 dan RPJPN 2005-2025. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah;
Selain itu, RPJMN 2015-2019, yang ditetapkan dan (6) Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan
melalui Perpres No. 2/2015, disusun sebagai arah Keamanan.
pencapaian pelaksanaan dari Visi, Misi, dan Agenda
Saat ini, pelaksanaan RPJMN 2015-2019
Pembangunan (Nawacita) Presiden dan Wakil
telah memasuki tahun ketiga. Memperhatikan
Presiden terpilih, Joko Widodo dan Muhammad
bahwa tahun pertama pelaksanaan RPJMN
Jusuf Kalla.
2015-2019 merupakan upaya konsolidasi dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah membangun fondasi untuk melakukan akselerasi
Nasional 2015-2019 diamanatkan untuk yang berkelanjutan pada tahun-tahun berikutnya,
menuju sasaran jangka panjang dan tujuan diharapkan pelaksanaan tahun kedua RPJMN
hakiki pembangunan nasional. Dalam periode 2015-2019 sudah dapat berjalan sesuai rencana.
tersebut, Indonesia memprioritaskan pada Namun, dalam perjalanan dua tahun pelaksanaan
upaya mencapai kedaulatan pangan, kecukupan RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa kebijakan
energi, dan pengelolaan sumber daya maritim pembangunan yang dikeluarkan pemerintah sebagai
dan kelautan. Seiring dengan itu, pembangunan upaya penyesuaian terhadap dinamika kondisi
juga harus semakin mengarah kepada kondisi global dan domestik yang terjadi. Hal ini tentunya
peningkatan kesejahteraan berkelanjutan, dapat berpengaruh terhadap capaian sasaran
warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong pokok pembangunan yang telah dituangkan dalam
royong, masyarakat yang memiliki keharmonisan RPJMN 2015-2019.
antarkelompok sosial, dan postur perekonomian
yang semakin mencerminkan pertumbuhan
berkualitas.
Berdasarkan visi pembangunan nasional 2015-
2019, yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
RPJMN 2015-2019 diamanatkan untuk
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan menuju sasaran jangka panjang dan
Gotong Royong, strategi pembangunan nasional tujuan hakiki pembangunan nasional.
dalam RPJMN 2015-2019 telah dijabarkan dalam Dalam periode tersebut, Indonesia
tiga dimensi pembangunan, yaitu Dimensi memprioritaskan pada upaya mencapai
Pembangunan Manusia dan Masyarakat, Dimensi kedaulatan pangan, kecukupan energi,
Pembangunan Sektor Unggulan, serta Dimensi dan pengelolaan sumber daya maritim
Pemerataan dan Kewilayahan, yang didukung oleh dan kelautan.
kondisi perlu terkait dengan aspek politik, hukum,
BAB 2. KERANGKA KEBIJAKAN RPJMN 2015-2019: (1) Politik dan Demokrasi, (2) Penegakan Hukum,
(3) Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi, (4)
(1) Visi, Misi, dan Agenda Pembangunan; (2)
Pertahanan dan Keamanan, (5) Penguatan Tata
Pelaksanaan Pembangunan Kabinet Kerja;
Kelola Pemerintah Daerah.
(3) Kondisi Eksternal dan Internal yang
Mempengaruhi Pelaksanaan Pembangunan. BAB 8. PENUTUP:
(1) Kaidah Pelaksanan, (2) Kesimpulan, dan (3)
Rekomendasi.
EVALUASI
PARUH WAKTU
RPJMN 2015-2019
8 | Kerangka Kebijakan RPJMN 2015-2019 • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
V
isi pembangunan nasional sebagaimana intoleransi dan krisis kepribadian bangsa. Adapun
tertuang dalam Rencana Pembangunan tantangan utama pembangunan adalah stabilisasi
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 politik dan keamanan, birokrasi yang efisien dan
yang ditetapkan melalui UU No. 17/2007 adalah efektif, pemberantasan korupsi, peningkatan
Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil Dan Makmur. pertumbuhan ekonomi, percepatan pemerataan
Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkan dan keadilan, keberlanjutan pembangunan,
delapan misi pembangunan jangka panjang peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
nasional, yaitu: (1) Mewujudkan masyarakat dan kesenjangan antarwilayah, serta percepatan
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, pembangunan kelautan.
dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila; (2)
Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; (3)
Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan
2.1 Visi Misi, dan Agenda
hukum; (4) Mewujudkan Indonesia aman, damai, Pembangunan
dan bersatu; (5) Mewujudkan pemerataan
Mempertimbangkan permasalahan dan
pembangunan dan berkeadilan; (6) Mewujudkan
tantangan utama yang dihadapi, serta pencapaian
Indonesia asri dan lestari; (7) Mewujudkan
pembangunan selama ini, maka visi pembangunan
Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri,
jangka menengah nasional untuk tahun 2015-2019
maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;
adalah Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
dan (8) Mewujudkan Indonesia berperan penting
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-
dalam pergaulan dunia internasional.
Royong.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019 merupakan
pelaksanaan tahap ketiga RPJPN 2005-2025 yang
menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber
daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM)
berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek), serta memuat visi, misi, dan
"Pelaksanaan RPJMN 2015-2019
agenda pembangunan (Nawacita) dari Presiden
telah memasuki tahun ketiga dengan
Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf
menempuh berbagai upaya untuk
Kalla. mencapai target-target dalam Nawacita
Disebutkan dalam RPJMN 2015-2019, atau sembilan Agenda Prioritas
permasalahan utama yang dihadapi dalam upaya
pencapaian pembangunan adalah: (1) Merosotnya
kewibawaan negara, (2) Melemahnya sendi-sendi
perekonomian nasional, dan (3) Merebaknya
• Upaya peningkatan kesejahteraan, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang
dengan prioritas: (1) Kedaulatan makin melebar. Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah
bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar
pangan, (2) Kedaulatan energi dan untuk terus menjadi agen pertumbuhan;
ketenagalistrikan, (3) Kemaritiman • Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan
ekosistem
dan kelautan, dan (4) Pariwisata
dan industri. 3 DIMENSI PEMBANGUNAN
Ketiga, Dimensi Pemerataan DIMENSI DIMENSI DIMENSI
dan Kewilayahan; merupakan PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN &
MANUSIA SEKTOR UNGGULAN KEWILAYAHAN
penjabaran Nawacita 3, 5, dan
6. Diperlukan dalam rangka • Pendidikan • Kedaulatan Pangan • Antar Kelompok Pendapatan
• Kesehatan • K
edaulatan Energi dan • Antarwilayah: (1) Desa, (2)
menghilangkan/memperkecil Ketenagalistrikan Pinggiran, (3) Luar Jawa, (4)
• Perumahan Nawacita 5 Kawasan Timur
kesenjangan yang ada, baik • Mental/Karakter
• Kemaritiman dan Kelautan
• Pariwisata dan Industri
kesenjangan antarkelompok Nawacita 8 & 9 Nawacita 6 & 7 Nawacita 3
pendapatan, maupun kesenjangan
antarwilayah, dengan prioritas: KONDISI PERLU
(1) Wilayah desa; (2) Wilayah (Nawacita 4) (Nawacita 1) (Nawacita 9) (Nawacita2)
Kawasan Timur.
QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA
Guna mendukung ketiga
RKP 2015 RKP 2016 RKP 2017 RKP 2018 RKP 2019
dimensi tersebut, beberapa Melanjutkan Mempercepat Memacu Memacu Ditentukan
Reformasi bagi Pembangunan Pembangunan Investasi dan dalam proses
prasyarat yang diperlukan dalam Percepatan
Pembangunan
Infrastruktur untuk
Memperkuat
Infrastruktur dan
Ekonomi untuk
Infrastruktur untuk
Pertumbuhan dan
penyusunan RKP
2019
pelaksanaan pembangunan yang Ekonomi yang
Berkeadilan
Fondasi
Pembangunan
Meningkatkan
Kesepakatan Kerja
Pemerataan
EVALUASI
PARUH WAKTU
RPJMN 2015-2019
18 | Perkembangan Ekonomi • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
D
i tengah perekonomian global yang ekspor produk manufaktur. Tingkat inflasi yang
masih dalam tahap pemulihan, kinerja dijaga stabil diperkirakan akan menjaga daya beli
perekonomian Indonesia masih terus masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong
menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa konsumsi masyarakat, selanjutnya konsumsi dan
triwulan terakhir. Kinerja perekonomian tersebut investasi pemerintah akan tumbuh didorong oleh
didorong oleh semakin membaiknya kondisi penyerapan anggaran yang merata dan berkualitas
perekonomian domestik dengan tingkat inflasi dengan program pembangunan yang semakin
yang stabil serta belanja pemerintah yang lebih efisien.
efisien. Sementara itu, peningkatan investasi
Pertumbuhan ekonomi juga disertai upaya-
masih dibutuhkan untuk lebih mendorong dan
upaya perluasan dan keberpihakan kesempatan
memperkuat perekonomian Indonesia. Sejalan
kerja kepada kelompok kurang mampu yang pada
dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
akhirnya dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan
semakin membaik, tingkat pengangguran terbuka
memperkecil kesenjangan. Transformasi ekonomi
semakin berkurang dan tingkat kemiskinan juga
melalui industrialisasi yang berkelanjutan menjadi
menunjukkan tren penurunan.
kunci keberhasilan pembangunan nasional.
Kesemuanya ini diperkirakan akan dapat tercapai
3.1 Pertumbuhan Ekonomi dengan asumsi: (1) Perekonomian dunia terus
mengalami pemulihan; (2) Tidak ada gejolak dan
krisis ekonomi dunia baru yang terjadi pada periode
3.1.1 Kebijakan
tahun 2015-2019; serta (3) Berbagai kebijakan yang
telah ditetapkan dalam agenda pembangunan
Kebijakan RPJMN 2015-2019 dapat terlaksana.
2016 seiring dengan membaiknya harga komoditas lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi.
selepas semester II tahun 2016. Turunnya Namun realisasinya hingga tahun 2016 masih lebih
pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan, rendah dari pertumbuhan ekonomi, karena proses
dan perikanan di tahun 2016 disebabkan oleh industrialisasi yang belum optimal.
gangguan cuaca, El Nino dan La Nina, yang terjadi
sepanjang tahun 2016. Perbedaan terbesar lainnya 3.1.3 Permasalahan Pelaksanaan
antara capaian dan target RPJMN 2015-2019
ada pada industri pengolahan. Dalam RPJMN, Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang jauh
untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi, lebih rendah dari target tersebut dikarenakan
pertumbuhan industri pengolahan perlu tumbuh oleh berbagai faktor, terutama faktor eksternal.
14,15%
Gambar 3.1
Perkembangan Tingkat
13,33%
Kemiskinan di Indonesia
(persen) 12,36%
Tahun 2009-2016
11,66% 11,47%
11,13%
10,96%
10,70%
2015 2016
Perkiraan
2014
Uraian Target 2019 Capaian 2019
(Baseline) Target Realisasi Target Realisasi (Notifikasi)
P1
2,21
2,05
Gambar 3.2 1,9
1,89 1,84
1,75 1,74
Perkembangan Indeks
Kedalaman Kemiskinan
(P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) Indonesia P2
Tahun 2010-2016
0,58 0,53 0,49 0,48 0,51
0,44 0,44
bahwa ketimpangan pengeluaran diantara faktor penyebabnya antara lain adalah: (1) Inflasi di
penduduk miskin di Indonesia mengecil dan lebih wilayah perdesaan relatif lebih tinggi dibandingkan
merata. perkotaan; (2) Pertumbuhan ekonomi di perkotaan
relatif cukup baik terutama di sektor industri dan
3.2.3 Permasalahan Pelaksanaan konstruksi yang menyebabkan upah buruh kasar di
perkotaan meningkat dibandingkan perdesaan; dan
Secara umum, tingkat kemiskinan di wilayah (3) Terjadi pelambatan kenaikan upah buruh tani di
perdesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan wilayah perdesaan yang disertai dengan kenaikan
kecuali di Provinsi Bengkulu, NTB, Sumatera Selatan, jumlah petani gurem, terutama di Pulau Jawa.
dan Jambi. Penurunan tingkat kemiskinan di wilayah Permasalahan lainnya adalah dalam pelaksanaan
perdesaan pada periode tahun 2011-2014 lebih berbagai bantuan yang dilaksanakan secara parsial
cepat dibanding perkotaan. Namun dalam dua dan ketidaktepatan sasaran berbagai program
tahun terakhir, penurunan tingkat kemiskinan di tersebut sehingga bantuan kurang efektif dalam
perdesaan jauh lebih lambat daripada penurunan meringankan beban masyarakat miskin dan rentan.
kemiskinan di perkotaan (Gambar 3.3). Beberapa
0,17
0,06
Gambar 3.3
-0,08
-0,36
-0,43
-0,49 -0,49
-0,51
-0,66
-0,7
-0,79 -0,78
-0,82
-0,85 -0,89
-0,97 -0,97
6,18%
Gambar 3.4
Perkembangan Angkatan Kerja dan 5,94%
5,61%
Tingkat Pengangguran Terbuka
Tahun 2014-2016 3,59
juta
1,87
juta -0,51
0,19
juta
Tabel 3.3
Capaian Sasaran Pokok Ketenagakerjaan
RPJMN 2015-2019
3,29
Juta
1,95
Juta 1,89
Juta 1,82
Gambar 3.5 1,57
1,70
Juta Juta
Juta 1,42
Tambahan Pekerja Berdasarkan Juta
-0,25
Juta
-1,22
Juta
-1,76
Juta
meskipun dampak El-Nino masih dirasakan di Tekanan tersebut terutama dipicu oleh tingginya
beberapa wilayah hingga akhir bulan Desember ketidakpastian ekonomi global, pengurangan
2015. Pada akhir tahun 2015, inflasi mencapai 3,35 stimulus moneter (tapering off) Bank Sentral
persen, turun signifikan dibanding inflasi tahun Amerika Serikat (The Fed), rencana kenaikan suku
2014 yang sebesar 8,36 persen (YoY). Demikian pula bunga The Fed, serta adanya tren penurunan harga
dengan laju inflasi pada tahun 2016 yang mencapai komoditas dunia. Memasuki tahun 2016, nilai tukar
3,02 persen (YoY). Rupiah terhadap USD menguat seiring dengan
peningkatan kepastian ekonomi global. Faktor yang
Keselarasan kebijakan selama periode
mempengaruhi penguatan tersebut adalah respon
2015-2016 yang telah menghasilkan capaian
positif pasar terhadap kepastian The Fed untuk
realisasi inflasi secara rendah dan stabil tersebut
meningkatkan suku bunganya. Capital outflow dari
memberikan keyakinan dapat tercapainya target
pasar keuangan Indonesia secara substansial belum
inflasi tahun 2019 sebesar 3,50 persen (Tabel 3.4).
terjadi seiring dengan kondusifnya perekonomian
Selain itu, dampak dari kebijakan pembangunan
domestik. Hingga akhir tahun 2016, nilai tukar
infrastruktur akan mulai dirasakan manfaat dan
mencapai Rp13.473 per USD atau menguat 2,34
kontribusinya terhadap penurunan inflasi. Dengan
persen (YoY). Sementara itu, rata-rata nilai tukar
Inflasi yang rendah dan stabil dapat membantu
selama tahun 2016 adalah sebesar Rp13.307 per
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
USD. Posisi tersebut tidak mencapai target RPJMN
domestik melalui terjaganya daya beli masyarakat.
tahun 2016 sebesar Rp12.150.
Kebijakan Bank Indonesia (BI) berupa reformulasi
suku bunga kebijakan menjadi BI 7-day Reverse Selanjutnya, pada tahun 2017 hingga 2019,
Repo Rate turut meningkatkan efektivitas transmisi tekanan ekonomi global masih terus berlangsung,
moneter. Diharapkan dengan kebijakan tersebut sehingga diperkirakan nilai tukar Rupiah pada tahun
dapat menurunkan tekanan inflasi dan menstimulus 2019 akan berada di atas perkiraan RPJMN. Perkiraan
pertumbuhan ekonomi. nilai tukar Rupiah yang cenderung melemah masih
tetap sesuai dengan fundamentalnya (masih dalam
Terkait nilai tukar (Tabel 3.5), jika dilihat
batas toleransi) dan mampu menjaga daya saing
posisinya terhadap dolar Amerika Serikat (USD),
ekspor Indonesia.
nilai tukar Rupiah selama tahun 2015-2016
cenderung mengalami depresiasi dengan tekanan
tertinggi terjadi di akhir triwulan III tahun 2015.
3.4.3 Permasalahan Pelaksanaan hingga awal tahun 2017 yang dapat berpotensi
meningkatkan komponen inflasi volatile food; dan
Dalam rangka mencapai stabilitas moneter,
(5) Pertumbuhan impor yang relatif lebih tinggi
perekonomian domestik masih dihadapkan pada
dibanding ekspor, terutama impor pada bahan
beberapa permasalahan, baik berasal dari faktor
baku dan barang modal berpotensi menekan nilai
eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal,
tukar Rupiah.
lambatnya pemulihan ekonomi global dan
masih lesunya pertumbuhan ekonomi RRT yang 3.4.4 Rekomendasi
berakibat menekan ekspor Indonesia. Rendahnya
harga komoditas dunia juga menekan harga Kebijakan moneter tetap diarahkan untuk
komoditas ekspor Indonesia. Sementara dari sisi mencapai stabilitas inflasi dan nilai tukar sesuai
internal, ketersediaan infrastruktur yang terbatas fundamentalnya. Untuk mencapai hal tersebut,
menyebabkan pasokan dan distribusi barang menjadi kedepan perlu dikembangkan strategi sebagai
tersendat. Selain itu, struktur pasar dalam negeri berikut: (1) Meningkatkan efektivitas TPID; (2)
yang kurang kompetitif pada beberapa komoditas Melaksanakan Kebijakan stabilisasi harga pangan
telah menciptakan harga barang dan jasa yang sulit yang dapat memangkas rantai distribusi; (3)
ditekan. Kondisi ini berpotensi meningkatkan inflasi Koordinasi untuk melakukan pemetaan stok
harga bergejolak (volatile inflation). Adanya berbagai komoditas strategis di tiap daerah; dan (4)
permasalahan tersebut mendorong perlunya Mempercepat pembangunan infrastruktur.
koordinasi antar-K/L yang tergabung dalam Tim Selanjutnya, untuk menjaga stabilitas nilai tukar
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Rupiah, perlu dilakukan penguatan perekonomian
Adapun beberapa tantangan ke depan domestik agar tidak rentan terhadap risiko
yang masih akan dihadapi, diantaranya: (1) ekonomi global, antara lain: (1) Mengoptimalkan
Ketidakpastian pasar keuangan global dan potensi pembiayaan yang bersumber dari dalam negeri
kenaikan suku bunga The Fed dapat berdampak untuk mengurangi risiko volatilitas nilai tukar
pada capital outflow; (2) Harga komoditas yang Rupiah; dan (2) Merumuskan kebijakan moneter
diperkirakan cenderung stagnan; (3) Rencana yang kredibel untuk menjaga ekspektasi masyarakat
pencabutan subsidi listrik dan gas secara bertahap terhadap nilai tukar.
dapat berpotensi meningkatkan komponen inflasi
harga diatur pemerintah (administered prices); (4)
La Nina yang datang bersamaan dengan musim
hujan di Indonesia diprediksi akan berlangsung
untuk Pendirian Forum Investasi; (6) Meningkatkan positif pada produk manufaktur dan primer. Sama
iklim ketenagakerjaan yang lebih kondusif; dan (7) halnya dengan ekspor nonmigas, ekspor migas
Meningkatkan persaingan usaha yang sehat. juga masih mengalami kontraksi yang cukup besar,
yaitu sebesar 25,00 persen (YoY). Penurunan ini
3.5.2 Capaian terutama disebabkan oleh turunnya ekspor minyak
mentah dan gas antara lain akibat masih rendahnya
Di tengah pemulihan kondisi global yang
harga minyak dan gas dunia. Dari sisi impor,
lambat, kinerja NPI tahun 2016 menunjukkan
penurunan terbesar terjadi pada impor migas, yaitu
perbaikan namun masih terbatas yang didukung
sebesar 22,62 persen seiring dengan penurunan
oleh penurunan defisit transaksi berjalan dan
volume impor minyak mentah dan produk kilang
meningkatnya surplus transaksi modal dan
serta harga yang lebih rendah. Sementara itu,
finansial (Gambar 3.6 dan Tabel 3.6). Surplus
penurunan impor nonmigas terbesar berasal dari
neraca perdagangan lebih banyak disebabkan
barang modal yang disebabkan oleh rendahnya
oleh penurunan impor yang jauh lebih besar (4,46
permintaan domestik dan faktor harga yang masih
persen, YoY) dibandingkan dengan penurunan
negatif. Lebih lanjut, turunnya defisit neraca jasa
ekspor (3,14 persen, YoY). Ekspor nonmigas masih
juga turut menyumbang pada perbaikan kinerja
menunjukkan penurunan sebesar 0,28 persen
transaksi berjalan. Penurunan pembayaran jasa
(YoY) namun dengan laju penurunan yang tidak
freight seiring dengan penurunan impor barang
sedalam pada tahun 2015 (-9,98 persen, YoY).
dan meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara
Melambatnya laju penurunan ekspor nonmigas
(wisman) berkontribusi dalam mengurangi defisit
tersebut dipengaruhi oleh mulai meningkatnya
naraca jasa menjadi USD6,48 miliar, atau meningkat
harga komoditas global pada triwulan IV tahun
sebesar 25,42 persen. Defisit transaksi berjalan
2016. Berdasarkan produknya, perbaikan ekspor
pada tahun 2016 bergerak ke arah yang lebih sehat,
nonmigas didorong oleh perkembangan yang
yaitu sebesar 1,75 persen PDB, jika dibandingkan
99,1 99,3
96,8
93,7
Gambar 3.6
92,7
86,8
84,8 81,6
81,0
80,7 77,6
75,5 76,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Ekspor Migas 7,9 7,8 7,7 6,6 5,7 4,3 4,4 4,2 3,5 3,0 3,2
Impor Migas 11,0 10,8 11,2 10,4 6,1 7,0 6,3 5,2 3,9 4,8 5,1
Ekspor Non-Migas 36,4 36,7 36,2 36,7 33,4 35,1 32,4 31,0 30,1 32,7 31,6
Sumber: Bank Indonesia, World Bank Impor Non-Migas 32,2 35,9 33,2 33,4 30,6 30,2 27,7 29,5 28,0 29,2 27,6
dengan defisit tahun sebelumnya yang mencapai neto aliran masuk investasi asing langsung di sisi
2,04 persen PDB. aset sebesar USD11,36 miliar, berkebalikan dengan
Surplus transaksi modal dan finansial meningkat kondisi tahun sebelumnya seiring dengan divestasi
signifikan dari USD16,84 miliar pada tahun 2015 yang terjadi pada sektor perbankan di triwulan IV
menjadi sebesar USD29,18 miliar pada tahun 2016. tahun 2016. Selain itu, pada triwulan IV juga terjadi
Peningkatan arus masuk pada transaksi modal outflow pada investasi langsung akibat divestasi
dan finansial terbesar berasal dari meningkatnya perusahaan di sektor pertambangan seiring dengan
investasi portofolio khususnya surat utang seiring perubahan kebijakan pemerintah di sektor tersebut.
implementasi UU tax amnesty yang berjalan dengan Perbaikan kinerja NPI tersebut pada akhirnya
baik dan penerbitan obligasi global pemerintah memperkuat cadangan devisa. Posisi cadangan
dalam rangka prefunding. Namun, investasi jenis ini devisa pada akhir tahun 2016 sebesar USD116,36
cenderung berfluktuasi mengikuti perkembangan miliar, lebih besar dari tahun 2015 yang sebesar
global, seperti yang terjadi pada triwulan IV tahun USD105,93 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut
2016 dimana terdapat aliran keluar dana asing dari cukup untuk membiayai kebutuhan impor dan
SUN rupiah dan saham domestik pasca terpilihnya utang luar negeri pemerintah selama 8,41 bulan
Presiden AS yang baru dan ekspektasi kenaikan FFR. dan berada di atas standar kecukupan internasional.
Dari sisi investasi langsung, terjadi peningkatan
yang sangat signifikan sebesar 41,26 persen (YoY) 3.5.3 Permasalahan Pelaksanaan
seiring dengan tingginya kepercayaan investor
Perkembangan NPI masih terbatas, baik dari sisi
terhadap kondisi fundamental ekonomi Indonesia
neraca transaksi berjalan maupun neraca transaksi
serta prospek pertumbuhan ekonomi ke depan
modal dan finansial. Perkembangan neraca transaksi
untuk tetap melakukan investasi jangka panjang.
berjalan belum menunjukkan perbaikan yang
Meningkatnya arus masuk investasi langsung
signifikan seiring dengan perkembangan ekspor
selama tahun 2016 terutama dipengaruhi adanya
serta mendorong strategi reindustrialisasi tahun 2016 atau meningkat 3,40 persen dari
dalam rangka transformasi ekonomi dengan realisasi tahun 2015. Namun, secara rasio terhadap
tetap mempertahankan keberlanjutan fiskal. PDB, penerimaan perpajakan tersebut adalah
Kebijakan yang dilakukan terutama adalah: (1) sekitar 10,36 persen PDB, lebih rendah dari sasaran
Memobilisasi penerimaan negara melalui tax RKP 2016 (13,1–13,2 persen PDB). Dalam kondisi
amnesty; (2) Meningkatkan kualitas belanja negara perekonomian global yang belum membaik,
termasuk penyempurnaan mekanisme subsidi; disertai dengan penurunan harga minyak dan harga
(3) Mengendalikan defisit anggaran; dan (4) komoditas, serta masih rendahnya kepatuhan
Mengendalikan beban utang pemerintah. perpajakan, sasaran tahun 2019 sebesar 16 persen
PDB perlu disesuaikan kembali.
3.6.2 Capaian Dari sisi belanja negara, selama periode 2015-
2016, capaian belanja negara mengalami perbaikan.
Secara umum, hingga tahun kedua RPJMN, Hal ini ditunjukkan dengan terus menurunnya
capaian atas sasaran keuangan negara masih rasio subsidi energi dalam postur belanja negara
diperlukan usaha secara terus menerus agar dapat dan meningkatnya rasio belanja modal terhadap
mencapai target 2019 (Tabel 3.7). PDB. Pada tahun 2015, rasio belanja subsidi energi
Dari sisi penerimaan negara, selama periode
2015-2016, rasio penerimaan perpajakan terhadap
PDB masih dibawah target dan cenderung
menurun. Berbagai upaya telah dilakukan ditengah
masih lesunya perekonomian dunia. Hingga akhir
Desember 2016, kebijakan tax amnesty berhasil
menghimpun dana tebusan sebesar Rp107,0 triliun
atau 64,90 persen dari target tebusan sebesar
Rp165 triliun. Dengan demikian, penerimaan
perpajakan mencapai Rp1.285,0 triliun di akhir
Tabel 3.8
Capaian Sasaran Investasi
RPJMN 2015-2019
Keterangan Notifikasi: Sudah tercapai/on track Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai Belum dapat diberikan notifikasi
penyuluh koperasi lapangan, serta pendampingan sama pemangku kepentingan. Hasil dari berbagai
kelompok usaha bersama untuk membentuk strategi peningkatan daya saing UMKM dan
koperasi. Kelima, pemberian kemudahan, Koperasi dapat dilihat salah satunya dari indikator
kepastian, dan perlindungan usaha dilakukan proporsi UMKM yang mengakses pembiayaan
melalui registrasi usaha secara online dan advokasi formal. Capaian pada tahun 2015 adalah sebesar
perizinan, penyusunan rancangan undang-undang 22,60 persen atau meningkat dari 21,64 persen
perkoperasian, serta peningkatan sinergi dan kerja (2014). Kemudian, kinerja kelembagaan dan usaha
Rp
2014 2015 2016 2019
2014 2015 2016 2019
TINGKAT PENGANGGURAN
TINGKAT KEMISKINAN TERBUKA
Trennya menurun dalam dua Menunjukkan tren menurun
tahun terakhir
8,36%
Rp. 13,390/usd
€ £ € Rp. 13,307/usd
£ $ £
€ £ € Rp. 12,000/usd
3,35% 3,50% Rp Rp. 11,866/usd
$
3,02%
$
8,30 bulan
7,68 bulan
2019
6,40 bulan 6,10 bulan
2016 -0,29%
-1,32% 2014
Rp
$
EVALUASI
PARUH WAKTU
RPJMN 2015-2019
Pembangunan Manusia dan Masyarakat 51
Siswa
52 |sekolah dasar
Pembangunan di Padan Masyarakat
Manusia • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
P
embangunan manusia dan masyarakat
mencakup pembangunan kependudukan dan
keluarga berencana, pendidikan, kesehatan,
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, " Pembangunan manusia dan masyarakat
memerlukan kerja keras dan upaya
perlindungan anak, pembangunan masyarakat,
terobosan inovatif agar target sasaran
serta perumahan dan permukiman. Pembangunan
pokok pada tahun 2019 dapat tercapai "
di berbagai sektor tersebut merupakan rangkaian
upaya peningkatan kualitas hidup manusia guna
mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih
makmur dan sejahtera. tersebut masih dilanjutkan pada tahun 2015 dan
2016 untuk mendukung kebijakan dan pencapaian
4.1 Kependudukan dan Keluarga sasaran RPJMN 2015-2019.
Berencana
4.1.2 Capaian
4.1.1 Kebijakan Sasaran pokok pembangunan KKB di dalam
RPJMN 2015-2019 adalah menurunnya rata-
Kebijakan pembangunan kependudukan dan rata laju pertumbuhan penduduk, menurunnya
keluarga berencana (KKB) tahun 2015–2019 angka kelahiran total/total fertility rate (TFR),
dititikberatkan pada pengendalian kuantitas dan meningkatnya angka kesertaan ber-KB/
penduduk yang diselenggarakan dengan: (1) contraceptive prevalence rate (CPR) (Tabel 4.1).
Menguatkan advokasi dan komunikasi, informasi, Pencapaian sasaran tersebut diukur melalui
edukasi (KIE) tentang program kependudukan, peningkatan jumlah peserta KB aktif (PA) setiap
keluarga berencana, dan pembangunan keluarga tahunnya. Data statistik rutin BKKBN mencatat
(KKBPK) di setiap wilayah dan kelompok selama kurun waktu 2015-2016, jumlah kesertaan
masyarakat; (2) Meningkatkan akses pelayanan KB relatif meningkat meskipun belum memenuhi
keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi seluruh target RPJMN 2015-2019. Pada tahun
(KR) yang merata dan berkualitas, terutama dalam 2015, jumlah peserta KB baru (PB) adalah 6,41 juta
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan; dibandingkan target 6,84 juta, termasuk didalamnya
(3) Meningkatkan pemahaman remaja mengenai PB dari keluarga miskin (prasejahtera/KPS dan
KB dan KR, dalam penyiapan kehidupan dalam keluarga sejahtera I/KS I) 2,05 juta. Sementara,
berkeluarga; (4) Meningkatkan peran dan fungsi jumlah peserta KB baru sampai dengan Desember
keluarga dalam pembangunan keluarga; (5) 2016 adalah 6,66 juta dari target 6,96 juta, termasuk
Menguatkan landasan hukum dan menyerasikan didalamnya PB dari keluarga miskin sebanyak 2,17
kebijakan pembangunan bidang kependudukan juta. Untuk itu, diperlukan kerja keras untuk dapat
dan keluarga berencana; (6) Menguatkan kapasitas mencapai target yang telah ditetapkan.
kelembagaan pembangunan kependudukan dan KB
di tingkat pusat dan daerah; dan (7) Meningkatkan Bertambahnya jumlah PB tersebut berhasil
kualitas data dan informasi kependudukan yang meningkatkan jumlah peserta KB aktif dari 35,20
memadai, akurat, dan tepat waktu untuk dijadikan juta pada tahun 2014 menjadi 35,80 pada tahun
basis dalam memberikan pelayanan dasar. Kebijakan 2015, dan menjadi 36,30 juta pada Desember
juta keluarga menjadi 2,00 juta keluarga. Meskipun persen (Desember 2016). Hal ini disebabkan oleh
jumlah keluarga yang mendapatkan pembinaan jumlah dan kapasitas tenaga lapangan yang belum
terus meningkat, cakupan program tersebut memadai untuk dapat secara aktif menjangkau
masih sangat kecil dibandingkan dengan jumlah dan melakukan pendampingan terhadap keluarga.
keluarga di Indonesia yang berjumlah sekitar 60,35 Di samping itu, koordinasi dan integrasi program
juta keluarga (Pendataan Keluarga 2015, BKKBN). tersebut dengan program di sektor lain seperti
Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan ketahanan usaha kecil menengah masih belum optimal
ekonomi keluarga sekaligus meningkatkan kesertaan dilaksanakan.
dan kemandirian ber-KB pada keluarga miskin,
program KKBPK juga berupaya untuk meningkatkan 4.1.3 Permasalahan Pelaksanaan
pemberdayaan ekonomi keluarga melalui
pembinaan pada kelompok Usaha Peningkatan Pencapaian sasaran pembangunan KKB
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Selama masih dihadapkan pada berbagai permasalahan
2014-2016, persentase kelompok UPPKS yang seperti: (1) Masih belum meratanya akses dan
mendapat bantuan permodalan terus menurun, kualitas pelayanan KB, baik antarwilayah maupun
dari 45,50 persen (2014) menjadi 37,39 persen antarkelompok sosial ekonomi; (2) Masih lemahnya
dibandingkan dengan target 58,20 persen (2015) advokasi dan KIE program KKBPK; (3) Belum
dan 34,53 persen dibandingkan dengan target 66,2 optimalnya peran dan fungsi keluarga; (4) Masih
Pada tahun 2015, angka partisipasi kasar (APK) pendidikan, yang juga diikuti dengan meningkatnya
sudah mencapai 108,00 persen (SD/MI/sederajat), pemerataan akses pendidikan masyarakat
100,70 persen (SMP/MTs/sederajat), 76,40 persen antarkelompok pendapatan. Pada tahun 2016,
(SMA/SMK/MA/Sederajat), dan 29,90 persen rasio antara APK SMP/MTs untuk penduduk dari
(Pendidikan Tinggi). Peningkatan efisiensi internal kuintil termiskin dan APK SMP/MTs penduduk dari
pendidikan ditandai dengan menurunnya angka kuintil terkaya sudah mencapai 0,94. Rasio tersebut
putus sekolah di berbagai jenjang menjadi 0,26 sedikit meningkat dari capaian tahun 2014 sebesar
persen (SD/MI), 1,53 persen (SMP/MTs), 0,96 persen 0,85 (Gambar 4.1).
(SMA/MA), 1,85 persen (SMK), serta meningkatnya Sementara itu, pada tahun 2016, rasio APK
angka melanjutkan pendidikan dari jenjang SD/MI SMA/SMK/MA antara penduduk kuintil termiskin
ke SMP/MTs menjadi 78,41 persen dan dari jenjang dan penduduk pada kuintil terkaya mencapai
SMP/MTs ke SMA/SMK/MA menjadi 96,96 persen. 0,66, meningkat dibandingkan capaian tahun 2014
Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun yang sebesar 0,53 (Gambar 4.2).
dilaksanakan melalui Program Indonesia Pintar Pemerintah juga melakukan upaya penjaminan
dengan penyediaan bantuan pendidikan bagi kualitas pendidikan di tingkat satuan pendidikan
siswa kurang mampu dalam bentuk KIP, mampu melalui pelaksanaan pemetaan mutu, fasilitasi dan
mendorong motivasi penduduk usia sekolah untuk pendampingan, serta bantuan peningkatan kualitas
menempuh pendidikan paling tidak sampai dengan dan dilanjutkan dengan pengukuran kualitas satuan
jenjang pendidikan menengah. Hal ini menjadi pendidikan melalui akreditasi. Pada tahun 2016,
salah satu pendorong meningkatnya partisipasi 67,95 persen sekolah/madrasah telah diakreditasi
0,94
0,91
0,85
Gambar 4.2
Perkembangan APK SMA/SMK/MA Kelompok 20 Persen Termiskin dan 20 Persen Terkaya
Tahun 2014 – 2016
0,66
0,64
0,53
dan 74,60 persen program studi perguruan tinggi lain didukung oleh: (1) Penguatan pendampingan
telah diakreditasi sampai dengan tahun 2016. satuan pendidikan dalam melakukan penjaminan
Sekolah/madrasah yang mencapai status akreditasi mutu pendidikan; (2) Penguatan kapasitas
minimal B pada tahun 2016 mencapai 69,59 persen pelaksanaan akreditasi termasuk peningkatan
(SD/MI), 63,05 persen (SMP/MTS), 67,15 persen jumlah sasaran satuan pendidikan yang diakreditasi;
(SMA/MA) dan 56,60 persen (Keahlian Kompetensi (3) Peningkatan penyediaan fasilitas pembelajaran
SMK). Pada jenjang pendidikan tinggi, institusi yang yang memadai dan peningkatan kualitas pengajar
mencapai status akreditasi A dan B pada tahun 2016 dan peserta didik.
mencapai 34,61 persen. Capaian tersebut antara
0,467)
(Baseline
RPJMN)
0,338)
Prevalensi HIV persen (Updated <0,50 0,33 8) <0,50 0,33 8) <0,50
Pemodelan
2017)
(2014
Sumber: 1) SP 2010; 2) SUPAS 2015; 3) SDKI 2012; 4) Riskesdas 2013; 5) Sirkesnas 2016; 6) Proyeksi Prevalensi TB Berbasis Mikroskopis, Kemkes 2017; 7)
Laporan Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS 2011-2016 (Pemodelan Matematika), Kemkes 2012; 8) Laporan Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS 2015-2020 (Pemodelan
Matematika) Kemkes 2017; 9) Capaian Kegiatan Kemkes 2013 dan 2014; 10) Hasil Monev TW IV Kemkes 2015 & 2016; 11) Data capaian kepesertaan program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), BPJS per Oktober 2014; 12) Data capaian kepesertaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), BPJS per 31 Desember
2015 dan 2016; 13) Capaian Kegiatan BPOM 2014; dan 14) Hasil Monev TW IV BPOM 2015 & 2016.
Catatan:
Data AKI tidak tersedia tahunan dan data diperoleh dari survei besar khusus (SP, SUPAS)
Data AKB tidak tersedia tahunan dan data diperoleh dari survei besar khusus (SDKI)
*Merupakan sasaran agenda pembangunan nasional meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia
Keterangan Notifikasi: Sudah tercapai/on track Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai Belum dapat diberikan notifikasi
dan 2016 telah tercapai, sehingga diperkirakan prevalensi HIV tahun 2015 dan 2016 sebesar 0,33
target tahun 2019 sebesar 245 per 100.000 persen cenderung tetap dibandingkan dengan tahun
penduduk akan tercapai. Selain itu, kecenderungan 2014 dan telah mencapai target 2019 (dibawah
penurunan prevalensi TB juga ditunjukkan dengan 0,50 persen). Pemerintah masih terus berupaya
metode pemeriksaan berbasis bakteriologis menjaga prevalensi HIV di bawah 0,50 persen,
(metode baru) dengan menggunakan kultur dan tes diantaranya melalui upaya pengembangan layanan
cepat molekuler yang dapat dilakukan untuk semua komprehensif berkesinambungan (LKB) di tingkat
jenis TB secara cepat dan lebih sensitif. Prevalensi kabupaten/kota untuk mendekatkan layanan HIV/
TB berbasis bakteriologis menurun dari 643 (2015) AIDS ke masyarakat yang membutuhkan.
menjadi 628 per 100.000 penduduk (2016).
Pemerintah berhasil menurunkan jumlah
Dalam RPJMN 2015-2019, angka baseline kasus malaria yang ditandai dengan semakin
prevalensi HIV yakni sebesar 0,46 persen dihitung meningkatnya kabupaten/kota dengan eliminasi
dengan menggunakan estimasi dan proyeksi malaria. Salah satu faktor pendorongnya yakni
(pemodelan matematika) HIV/AIDS tahun 2012 adanya strategi spesifik berdasarkan stratifikasi
yang berbasis pada hasil Survei Terpadu Perilaku dan endemisitas wilayah, yaitu: (1) Strategi akselerasi
Biologis (STBP) 2011. Adapun capaian prevalensi pengendalian malaria di Kawasan Timur Indonesia
dengan menggunakan pemodelan tersebut sebesar (sekitar 80 persen kasus malaria berasal dari 5
0,48 persen (2015) dan 0,50 persen (2016). Saat provinsi di Kawasan Timur Indonesia yakni Papua,
ini, terdapat estimasi dan proyeksi (pemodelan Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan
matematika) HIV/AIDS yang baru pada tahun Maluku Utara), diantaranya dengan pengobatan
2017 menggunakan rangkaian data dengan jangka di semua fasilitas kesehatan dan penemuan secara
waktu yang lebih lama dibandingkan pemodelan aktif serta kelambunisasi berinsektisida secara
sebelumnya (STBP tahun 2007, 2009, 2011, 2013, massal; (2) Strategi intensifikasi di daerah fokus di
dan 2015, laporan kasus HIV/AIDS tahun 2000- luar Kawasan Timur Indonesia, dengan penekanan
2015, dan laporan surveilans sentinel HIV tahun pada perlindungan kelompok berisiko di daerah
1998-2013). Berdasarkan estimasi dan proyeksi fokus penemuan kasus aktif; dan (3) Strategi
(pemodelan matematika) HIV/AIDS tahun 2017, eliminasi pada daerah dengan Annual Parasite
dan dokter spesialis di rumah sakit juga terus 4.3.3 Permasalahan Pelaksanaan
menunjukkan perbaikan. Upaya pemerataan tenaga
kesehatan dilakukan antara lain melalui Wajib Kerja Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian
Dokter Spesialis (WKDS), penempatan pegawai sasaran pokok pembangunan kesehatan dan gizi
tidak tetap (PTT), dokter internship, dan penugasan masyarakat, antara lain: (1) Belum optimalnya
khusus kesehatan berbasis tim (Nusantara Sehat) pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
dan individu. Pada tahun 2015 telah ditempatkan berkesinambungan (continuum of care); (2) Masih
sebanyak 694 tenaga kesehatan di 120 puskesmas, kurangnya pemahaman para pengambil kebijakan
di 48 kabupaten (DTPK) di 15 provinsi. Pada tahun terutama pada intervensi gizi sensitif; (3) Belum
2016 telah ditempatkan Tim Nusantara Sehat meratanya persebaran tenaga kesehatan dan masih
sebanyak 728 tenaga kesehatan di 28 provinsi, 92 lemahnya kapasitas tenaga kesehatan; (4) Belum
kabupaten/kota, dan 131 puskesmas. memadainya fasilitas kesehatan dan ketersediaan
obat untuk perawatan kasus TB dan HIV/AIDS;
Tingkat ketersediaan obat esensial di puskesmas
dan (5) Masih tingginya faktor risiko perilaku dan
meningkat dari 79,40 persen pada tahun 2015
lingkungan yang menyebabkan tingginya angka
menjadi 81,57 persen pada akhir tahun 2016.
kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak
Upaya menjamin ketersediaan obat dan vaksin
menular, seperti pola makan yang tidak sehat,
ini dilakukan melalui optimalisasi belanja pusat
kurangnya aktivitas fisik, dan kurangnya ruang
untuk obat program dan pemanfaatan dana alokasi
terbuka hijau.
khusus (DAK) subbidang pelayanan kefarmasian
yang meningkat pada tahun 2016, serta penguatan Pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat
manajemen logistik perbekalan kesehatan. Untuk ke depan menghadapi beberapa tantangan utama,
menjamin mutu dan keamanan obat yang beredar, mencakup: (1) Belum meratanya distribusi tenaga
pengawasan obat terus ditingkatkan. Hingga akhir kesehatan dengan kendala utama pada formasi
tahun 2016, obat yang memenuhi syarat sebesar tenaga kesehatan, keterbatasan perekrutan,
98,74 persen. Obat yang disampling dan diuji persebaran, dan peningkatan retensi tenaga
adalah obat yang memiliki nomor izin edar. kesehatan; (2) Belum tercukupinya kebutuhan
tenaga kesehatan (medis dan nonmedis), tim
Tabel 4.4
Capaian Sasaran Pokok Pembangunan Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
RPJMN 2015-2019
Keterangan Notifikasi: Sudah tercapai/on track Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai Belum dapat diberikan notifikasi
Dalam mencapai sasaran dan target tersebut, pembangunan daerah; dan (3) Pada tahun 2016
beberapa kemajuan penting yang telah dicapai dikembangkan Telepon Sahabat Anak (TeSA) yaitu
adalah sebagai berikut. Pertama, meningkatnya saluran telepon yang beroperasi selama 24 jam
akses semua anak terhadap pelayanan yang 7 hari untuk menerima berbagai aduan terkait
berkualitas dalam rangka mendukung tumbuh kekerasan terhadap anak.
kembang dan kelangsungan hidup melalui: (1)
Kedua, capaian penting dalam upaya
Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang
penurunan prevalensi kekerasan terhadap anak
menginisiasi kabupaten/kota menuju layak anak
adalah dengan menguatnya sistem perlindungan
(KLA) dari 264 (2015) menjadi 307 kabupaten/
anak yang mencakup pencegahan, penanganan,
kota (2016), seperti tergambar pada Gambar 4.3.
dan rehabilitasi anak korban tindak kekerasan,
Kabupaten/kota layak anak merupakan kabupaten/
eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah
kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis
lainnya melalui: (1) Tersedianya layanan kepada
hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan
korban kekerasan dari Pusat Pelayanan Terpadu
sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)
usaha, yang terencana secara menyeluruh dan
yang tersebar di 34 provinsi dan 390 kabupaten/
berkelanjutan dalam kebijakan, program dan
kota di tahun 2015; (2) Terbentuknya Satgas
kegiatan untuk menjamin pemenuhan hak dan
Perlindungan Perempuan dan Anak (Satgas PPA)
perlindungan anak; (2) Pada tahun 2015, Forum
dengan 68 anggota di 34 provinsi di tahun 2016,
Anak terbentuk di 33 provinsi, 267 kabupaten/kota,
yang bertugas untuk melakukan penjangkauan dan
dan 300 kecamatan, di tahun 2016, meningkat
pendampingan untuk korban kekerasan terhadap
menjadi di 34 provinsi, 377 kabupaten/kota, dan
perempuan dan anak; dan (3) Meningkatnya
508 kecamatan. Forum anak berfungsi sebagai
kemampuan masyarakat dalam melakukan
wadah partisipasi anak untuk menampung aspirasi
pencegahan kekerasan dan merespon dini ketika
suara anak agar dapat berperan untuk memberikan
terjadi kekerasan di lingkungannya melalui program
masukan dalam proses perencanaan, pemantauan
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat
serta evaluasi kebijakan program dan kegiatan
(PATBM) di 136 desa/kelurahan.
307
264
Target
239
Capaian
189
150
120
100
90
86
64 60
30
20
Ketiga, menguatnya kapasitas kelembagaan dalam upaya perlindungan terhadap seluruh anak
perlindungan anak, melalui: (1) Diterbitkannya Indonesia secara integratif dan holistik.
berbagai peraturan dan pedoman, yaitu Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) 4.5.3 Permasalahan Pelaksanaan
No. 1/2016 tentang Perubahan Kedua atas UU
Berdasarkan hasil pemantauan dan rapid
No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak untuk
assessment yang dilakukan pada akhir tahun
mempertegas pemberatan hukuman bagi pelaku
2015 dan 2016, permasalahan yang dihadapi
kekerasan seksual terhadap anak, Strategi Nasional
dalam perlindungan anak antara lain: (1) Masih
Penghapusan Kekerasan terhadap Anak (Stranas
terbatasnya akses dan belum optimalnya kualitas
PKtA) 2016-2020 sebagai acuan lintas sektor
layanan untuk kelangsungan hidup dan tumbuh
dalam menghapuskan kekerasan anak melalui
kembang anak, baik secara fisik, mental dan sosial,
intervensi yang menyeluruh, Rencana Aksi Nasional
termasuk akses anak dengan kondisi khusus; (2)
Perlindungan Anak (RAN PA) yang merupakan
Belum optimalnya upaya perlindungan anak dari
penjabaran dari RPJMN 2015-2019 dalam
segala bentuk kekerasan dan diskriminasi yang
pedoman koordinasi perencanaan perlindungan
disebabkan antara lain karena belum tersedianya
anak dan Modul Pencegahan Perkawinan Anak;
layanan komprehensif di seluruh provinsi/
(2) Terlaksananya pelatihan Sistem Perlindungan
kabupaten/kota dan belum maksimalnya sosialisasi
Anak (SPA) pada tahun 2015 dan 2016 bagi
berbagai layanan perlindungan anak ke seluruh
pemangku kebijakan di tingkat pusat dan daerah,
lapisan masyarakat; dan (3) Belum optimalnya
baik pemerintah, organisasi nonpemerintah dan
koordinasi dan terbatasnya ketersediaan data dan
masyarakat sipil di 14 provinsi mencakup 38
informasi mengenai perlindungan anak, khususnya
kabupaten/kota. Pelatihan tersebut juga melibatkan
kekerasan terhadap anak.
pemerintah dan organisasi nonpemerintah di
tingkat kabupaten/kota. Tujuan dari pelatihan SPA Adapun, tantangan perlindungan anak ke
adalah meningkatkan pemahaman para pemangku depan adalah: (1) Meningkatkan akses dan kualitas
kebijakan sekaligus menjadi aktor perubahan layanan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang
agama berfungsi dan berperan sebagai landasan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan
moral dan etika dalam pembangunan; (8) ukuran keberhasilan dalam upaya membangun
Meningkatkan kerukunan umat beragama; kualitas hidup manusia. Dalam RPJMN, target
(9) Meningkatkan partisipasi pemuda dalam IPM dihitung dengan menggunakan metode lama
pembangunan; (10) Menumbuhkan budaya dimana komponen penyusun IPM terdiri dari angka
olahraga dan prestasi; dan (11) Meningkatkan harapan hidup, rata-rata lama sekolah, angka
pembudayaan kesetiakawanan sosial dalam melek huruf, dan pendapatan. Namun demikian,
penyelenggaraan perlindungan sosial. mulai tahun 2015, pengukuran IPM dilakukan
dengan metode baru, dimana angka melek huruf
4.6.2 Capaian digantikan dengan angka harapan lama sekolah
dan indeks dihitung dengan rata-rata geometrik.
Capaian terhadap sasaran pembangunan
Metode perhitungan ini dinilai lebih relevan dalam
masyarakat dalam RPJMN 2015-2019 disajikan
menggambarkan perubahan situasi pembangunan
pada Tabel 4.6.
Kelima, menurunnya konflik sosial dan (1) Adanya kecenderungan pengalihan ruang publik
meningkatnya rasa aman. Pemerintah menggalang ke ruang privat yang mengakibatkan terbatasnya
kerja sama dengan ormas keagamaan, organisasi ruang/wadah penyaluran aspirasi masyarakat dan
kepemudaan, organisasi kemahasiswaan, dan ekspresi karya budaya; (2) Masih adanya konflik
organisasi pelajar dalam mencegah konflik sosial, bernuansa agama seperti kasus penyerangan jamaah
tindak kekerasan, dan terorisme. Untuk kegiatan sholat Idul Fitri di Tolikara (2015), pembakaran
pencegahan terorisme telah dilaksanakan di gereja di Aceh Singkil (2015), pembakaran vihara
beberapa daerah rawan dengan melibatkan Forum dan kelenteng di Tanjung Balai (2016); (3) Belum
Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT). optimalnya koordinasi lintas sektor pembangunan
pemuda dengan melibatkan 21 kementerian dan
Keenam, meningkatnya budaya inovasi dan
4 lembaga pemerintah; (4) Belum optimalnya
pemanfaatan hasil produk inovasi di kalangan
koordinasi penyelenggaraan Asian Games dan
masyarakat, lembaga Iptek, industri pemula, pusat
Asian Paragames 2018 sesuai dengan Keppres
entitas riset dan perguruan tinggi, antara lain
No. 12/2015, Keppres No. 2/2016, dan Inpres No.
melalui: (1) Pembangunan science technopark
2/2016; (5) Belum optimalnya operasi penindakan,
(STP) sebagai pusat penyemaian budaya kreatif dan
operasi intelejen, dan penyiapan satuan dalam
inovasi, serta hilirisasi hasil Litbang; (2) Penetapan
mencegah konflik sosial dan tindakan terorisme; (6)
10.660 SNI yang disusun berdasarkan kebutuhan
Rendahnya jumlah paten dan publikasi ilmiah, serta
stakeholder; (3) Pendaftaran 1.521 hak kekayaan
rendahnya sumber daya iptek yang mencakup
intelektual; dan (4) Penetapan varietas tanaman
pendanaan, SDM/peneliti; dan (7) Peran dan
pangan hasil litbangyasa meliputi varietas unggul
kapasitas pendampingan dalam pelayanan dan
padi (21 varietas), varietas unggul kedelai (10
rehabilitasi sosial masih belum optimal.
varietas), varietas unggul kacang hijau (2 varietas),
varietas unggul sorgum (3 varietas), dan varietas
unggul gandum (1 varietas). 4.6.4 Rekomendasi
Untuk menyelesaikan permasalahan dan
4.6.3 Permasalahan Pelaksanaan kendala tersebut di atas, rekomendasi yang dapat
dilakukan, antara lain: (1) Meningkatkan kesadaran
Pembangunan masyarakat masih dihadapkan
dan pemahaman masyarakat akan pentingnya
pada permasalahan dan tantangan sebagai berikut:
B c 1 2 96,10%
2019 REALISASI 2019
REALISASI 2016
8,80% 95,38%A
3
2016
8,36%
84,20% 84,60%
81,00% KUALITAS
SATUAN
PENDIDIKAN
68,40%
65,00% Presentase pendidikan
berakreditasi B
Target
TARGET
2019
5.600
REALISASI
2016
1.618
Persentase kabupaten/
Jumlah kecamatan dengan minimal kota yang mencapai 80%
1 puskesmas tersertifikasi akreditasi imunisasi dasar lengkap
pada bayi
realisasi 2016 TARGET
1.306 2019
TARGET 95,00%
2019
5.600 REALISASI
2016
PUSKESMAS
80,70%
REALISASI
2016
1.308
84 | Pembangunan Sektor Unggulan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
BAB 5
PEMBANGUNAN
SEKTOR
UNGGULAN
EVALUASI
PARUH WAKTU
RPJMN 2015-2019
Pembangunan Manusia dan Masyarakat 85
86 | Pembangunan Sektor Unggulan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
P
embangunan sektor unggulan menekankan daging sapi perlu diperkuat untuk mengamankan
kepada penguatan sektor domestik yang konsumsi rumah tangga dan sektor industri.
menjadi keunggulan komparatif Indonesia, Langkah perkuatan aspek produksi ini didukung
diantaranya ketahanan pangan berbasis produk pula oleh terbangunnya dan meningkatnya layanan
pertanian dan perikanan berkelanjutan, kedaulatan jaringan irigasi baik yang menjadi kewenangan
energi berbasis sumber energi fosil dan terbarukan, pusat maupun daerah.
kelautan dan kemaritiman sebagai daya ekonomi
dan potensi penguatan konektivitas antarpulau, 5.1.2 Capaian
serta industri dan pariwisata dalam meningkatkan
nilai tambah sumber daya alam dalam negeri. Arah Pembangunan kedaulatan pangan berkaitan
pembangunan sektor unggulan tersebut untuk dengan Nawacita 6 dan 7. Capaian keberhasilan
mendorong perekonomian nasional sesuai dengan pembangunan kedaulatan pangan tentunya
prinsip keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber akan berdampak besar terhadap kesejahteraan
daya dalam negeri. masyarakat dan kemajuan bangsa. Berikut diuraikan
secara singkat capaian dari masing-masing target
5.1 Kedaulatan Pangan pembangunan kedaulatan pangan.
Dibandingkan dengan target RPJMN 2015-
2019, capaian produksi padi selama 2014-2016
5.1.1 Kebijakan
memperlihatkan tren meningkat setiap tahun.
Kebijakan kedaulatan pangan di dalam Rencana Keberhasilan capaian produksi padi di tahun 2015
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dipengaruhi oleh peningkatan luas panen hingga
2015-2019 diarahkan pada: (1) Pemantapan 319 ribu ha dan meningkatnya produktivitas
ketahanan pangan menuju kemandirian pangan sebesar 2,06 kuintal/hektar (ku/ha); sedangkan di
dengan peningkatan produksi pangan pokok; (2) tahun 2016 peningkatan produksi padi dipengaruhi
Stabilisasi harga bahan pangan; (3) Perbaikan oleh peningkatan luas panen yang cukup tinggi,
kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; (4) seluas 919 ribu ha, sebagai hasil dari kegiatan upaya
Mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan; dan khusus (UPSUS).
(5) Peningkatan kesejahteraan pelaku usaha pangan Produksi jagung di tahun 2015-2016 mengalami
terutama petani, nelayan, dan pembudidaya ikan. peningkatan. Namun apabila dibandingkan dengan
Kebijakan umum tersebut kemudian diturunkan ke
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2015 dan
RKP 2016.
Rencana Kerja Pemerintah 2015 memuat
sasaran peningkatan ketersediaan pangan yang " Pembangunan kedaulatan pangan
bersumber dari produksi dalam negeri. Produksi berkaitan dengan Nawacita 6 dan 7.
pangan, terutama padi, ditingkatkan dalam rangka Capaian keberhasilan pembangunan
swasembada, agar kemandirian dapat dijaga. kedaulatan pangan tentunya
Demikian halnya jagung, akan terus ditingkatkan akan berdampak besar terhadap
produksinya untuk pemenuhan pangan lokal dan kesejahteraan masyarakat dan
pakan. Sementara untuk produksi kedelai, gula dan kemajuan bangsa. "
target tahunan di RPJMN 2015-2019 selama 2014- off-farm komoditas gula, terutama rendahnya
2016 cenderung menurun. Peningkatan produksi produktivitas pabrik gula nasional.
jagung tahun 2016 terjadi oleh karena peningkatan Capaian produksi daging sapi 2016 masih
luas panen sebesar 597 ribu ha dan produktivitas dibawah target. Hal ini disebabkan oleh relatif
sebesar 1,05 ku/ha. sedikitnya jumlah sapi indukan betina produktif.
Sementara itu, capaian produksi kedelai, selama Produksi ikan selama kurun waktu 2015-2016
2015-2016 menunjukkan penurunan. Rendahnya menunjukan peningkatan. Pada tahun 2015
produksi kedelai tersebut salah satunya disebabkan produksi ikan sebesar 10,87 juta ton dan mengalami
oleh rendahnya minat petani untuk menanam peningkatan pada tahun 2016 menjadi sebesar
kedelai karena tidak adanya insentif harga. 11,81 juta ton. Peningkatan produksi ikan tersebut
Untuk produksi gula, apabila dibandingkan berasal dari peningkatan produksi perikanan
dengan target tiap tahun, capaian produksinya tangkap dan budidaya, dimana masing-masing pada
selama 2015-2016 mengalami penurunan. Kondisi tahun 2015 adalah sebesar 6,50 juta ton dan 4,37
tersebut disebabkan karena masalah on-farm dan juta ton dan pada tahun 2016 meningkat menjadi
Ketahanan air mendukung Nawacita 7 yaitu Capaian target sasaran pembangunan ketahanan
mewujudkan kemandirian ekonomi dengan air terkait pemulihan daerah aliran sungai (DAS)
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi dan peningkatan jumlah mata air di 15 DAS
domestik. Ketahanan air menjawab kebutuhan prioritas RPJMN 2015-2019 telah melebihi target
masyarakat akan air seiring dengan pertambahan yang ditentukan. Namun demikian pengurangan
penduduk yang semakin pesat dan sebagai respons luasan lahan kritis sampai dengan tahun 2019 yang
terhadap perkembangan kondisi bencana terkait air semula ditargetkan 5,5 juta ha, baru dicapai 1,504
yang sering terjadi. juta ha, disebabkan oleh karena kesulitan dalam
pencarian kawasan hutan yang clear and clean,
Di dalam RPJMN 2015-2019, ketahanan air
untuk dilaksanakan kegiatan rehabilitasi di dalam
digambarkan sebagai kondisi dari keterpenuhan
kawasan hutan.
air yang layak dan berkelanjutan untuk seluruh
kehidupan, serta kemampuan mengurangi risiko Pencapaian kapasitas desain banjir sesuai
yang diakibatkan oleh air. Secara prinsip ketahanan target adalah penting karena perubahan pola
air mencakup dua hal yaitu: (1) Keterpenuhan air hujan yang menunjukkan intensitas tinggi dalam
secara layak, baik kuantitas maupun kualitas serta waktu pendek telah memberikan dampak banjir
berkelanjutan bagi kehidupan dan ekosistemnya; perkotaan, sebagai contoh seperti yang terjadi di
dan (2) Kemampuan mengurangi risiko daya Kota Bandung. Namun demikian, penyiapan desain
rusak air. Ketahanan air diselenggarakan dalam dengan yang lebih tinggi memerlukan waktu dan
bentuk kegiatan konservasi dan pembangunan persiapan yang lama serta data series hidrologi
yang lebih panjang, sehingga dalam tahun 2015 mendukung tercapainya sasaran; (4) Sinkronisasi
dan 2016 masih belum menunjukkan hasil desain dan harmonisasi peraturan belum optimal; (5)
yang signifikan dengan kala ulang lebih panjang. Belum terpenuhinya kebutuhan air baku oleh
karena pesatnya pertumbuhan penduduk; (6)
5.2.3 Permasalahan Pelaksanaan Kurangnya sarana dan prasarana pengendali banjir;
Hasil analisis menunjukkan bahwa sampai saat serta (7) Kurangnya kesadaran oleh pengguna air
ini pelaksanaan kebijakan ketahanan air belum akan efisiensi penggunaan air.
optimal. Permasalahan yang masih dihadapi Beberapa peraturan belum dijalankan secara
meliputi; (1) Degradasi lahan hutan di dalam DAS; efektif untuk mendukung ketahanan air. Hambatan
(2) Degradasi di lahan milik dan alih fungsi lahan; (3) implementasi dalam aspek peraturan adalah adanya
Tata kelola ketahanan air yang belum efektif dalam UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah
Gas Bumi
Target Realisasi
Sumber: KESDM, 2016
kemampuan industri pengguna gas bumi dalam kota. Pembangunan infrastruktur energi ini juga
negeri. Penggunaan batubara dalam negeri belum melibatkan peran badan usaha.
mencapai target, yakni sebesar 20,80 persen, dari
Perkembangan kilang di Indonesia tidak
target sebesar 26,00 persen. Hal ini terjadi karena
mengalami kemajuan semenjak refinery unit
masih kurangnya akselerasi pembangunan listrik
(RU) IV Balongan beroperasi pada tahun 1994.
tenaga uap (PLTU) dalam program 35.000 MW.
Penambahan kilang baru yang direncanakan
Berdasarkan evaluasi capaian target penggunaan akan dibangun adalah kilang minyak Bontang
gas bumi dan batubara untuk kepentingan dalam dengan kapasitas produksi 300 million barrels per
negeri pada tahun 2015 dan 2016, pada akhir RPJMN calendar day (MBCD) melalui skema Kerja Sama
2015-2019 diperkirakan target DMO gas bumi dapat Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Pada tahun
tercapai, sedangkan untuk mencapai DMO batubara 2015 diterbitkan Perpres No. 146/2015 tentang
diperlukan kerja keras karena kesenjangan dengan Pelaksanaan Pembangunan dan Pengembangan
target tahun 2019 (60,00 persen) masih cukup jauh. Kilang Minyak dalam Negeri yang menjadi payung
hukum pembangunan Kilang Minyak Bontang serta
Pembangunan infrastruktur energi juga menjadi
pelaksanaan pra-feasibility study (Pra-FS). Tahap
indikator sasaran pokok dalam RPJMN 2015-2019.
Engineering, Procurement, and Construction (EPC)
Infrastruktur tersebut, antara lain kilang minyak,
dan Production and Material Control (PMC) dari
floating storage and regasification unit (FSRU)/
proses pembangunan kilang tersebut ditargetkan
regasifikasi unit/LNG terminal, pipa gas, stasiun
terlaksana pada tahun 2016, namun hal ini tidak
pengisian bahan bakar gas (SPBG), dan jaringan gas
dapat terlaksana. Keterlambatan ini disebabkan penyimpanan BBM dan LPG pada 2019 dapat
adanya perubahan skema pendanaan, yakni dari tercapai. Kapasitas tangki penyimpanan BBM dan
skema KPBU menjadi penugasan kepada badan LPG ditingkatkan seiring dengan meningkatnya
usaha. Berdasarkan evaluasi capaian target kebutuhan dalam negeri.
pembangunan kilang minyak pada tahun 2015
Target pembangunan FSRU/regasifikasi unit/
dan 2016, target pada akhir RPJMN 2015-2019
LNG terminal pada tahun 2015 sebanyak satu unit
diperkirakan sulit tercapai karena hingga saat ini
tercapai, yakni terbangunnya terminal regasifikasi
belum ada komitmen dari BUMN yang ditugaskan
dan penyimpanan Arun dengan kapasitas 3 million
untuk offtake. Kilang Bontang diperkirakan baru
tonnes per year (MTPA) di Lhokseumawe, Provinsi
akan dibangun pada tahun 2019 dan ditargetkan
Aceh. Sumber pasokan LNG berasal dari fasilitas
berproduksi pada tahun 2023.
LNG Tangguh di Papua Barat. Fasilitas tersebut
Selain itu, infrastruktur terkait dengan terintegrasi dengan pipa transmisi Arun-Belawan
penyimpanan migas yang dibangun oleh Pemerintah dengan kapasitas pipa sebesar 200 million standard
terdiri dari tangki penyimpanan BBM dan liquefied cubic feet per day (MMSCFD). Pembangunan
petroleum gas (LPG). Pada tahun 2015 dan 2016, terminal regasifikasi dan penyimpanan Arun ini
target kapasitas penyimpanan BBM tercapai, tercapai karena sudah direncanakan sejak lama
yakni sebesar 1,2 juta kilo liter (KL). Demikian pula dan bertujuan untuk memanfaatkan fasilitas yang
dengan kapasitas penyimpanan LPG. Pada tahun sudah ada, sehingga proses pembangunannya tidak
2015 dan 2016, target penyimpanan LPG masing- terlalu rumit. Pada tahun 2016, telah terbangun
masing sebesar 4,60 dan 4,62 juta ton tercapai. satu unit LNG Terminal, yakni South Sulawesi LNG di
Target tersebut tercapai karena peningkatan Sengkang, Provinsi Sulawesi Selatan. Pembangunan
kapasitas dilakukan terhadap tangki-tangki LNG terminal tersebut dilakukan sepenuhnya
yang ada sehingga proses pelaksanaan menjadi oleh badan usaha/swasta, sehingga proses
lebih sederhana dibandingkan pembangunan pelaksanaannya lebih sederhana dan tercapai di
baru yang membutuhkan proses lebih panjang. 2016.
Berdasarkan evaluasi pada tahun 2015 dan 2016,
Berdasarkan evaluasi pada dua tahun
maka diperkirakan target penambahan kapasitas
pertama periode RPJMN 2015-2019, maka target
Tabel 5.4.
Capaian Sasaran Peningkatan Tata Kelola Hutan, Konservasi dan Penanggulangan Kebakaran Hutan
RPJMN 2015 - 2019
2014 2015 2016 Perkiraan
Uraian Satuan (baseline) Target 2019 Capaian 2019
Target Realisasi Target Realisasi (Notifikasi)
Penetapan
% 56 65 65,76 75 72 100
kawasan hutan
Penyelesaian tata
batas kawasan dan km 63.000 6.000 6.848 12.142 11.387 40.000
tata batas fungsi
80 KPHP 80 KPHP 149 KPHP 148 KPHP 347 KPHP
Operasionalisasi 80 KPHP
KPH 40 KPHL 40 KPHL 80 KPHL 80 KPHL 182 KPHL
KPH 40 KPHL
20 KPHK 20 KPHK 40 KPHK 40 KPHK 100 KPHK
Luas area terkait
akses masyarakat
untuk mengelola
hutan melalui HKm,
hektar 500.000 2.540.000 698.237 5.080.000 890.268 12.700.000
HD, HTR, hutan
adat dan hutan
rakyat meningkat
setiap tahun
Persentase 88,9%
2% (target 38,43% dari 4 % (target 10% (Target
penurunan jumlah Baseline 3.585
Maksimal target 2% kumulatif) kumulatif
hotspot pada % 32.323 hotspot (sd
31.677 19.901 31.030 selama 5
kawasan hutan dan hotspot akhir Okto-
hotspot hotspot hotspot tahun)
lahan ber 2016)
74,57% dari 96,7%
Persentase 2% target 2% 4% sebesar 10% (Target
Baseline
penurunan luas (Maksimal (sebesar (maksimal 6.344,10 kumulatif
% 498.736
kebakaran hutan 488.761 126.836,12 478.786,6 hektar (sd selama 5
Ha
dan lahan hektar) hektar hektar September tahun)
2016)
Sumber : Diolah dari Perpres No.2 Tahun 2015 dan Data Capaian Sementara Kementerian LHK 2016
Keterangan Notifikasi: Sudah tercapai/on track Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai Belum dapat diberikan notifikasi
(RAN) GRK dan Rencana Aksi Daerah (RAD) GRK; (2) persen di lima sektor prioritas (kehutanan dan
Penanganan perubahan iklim juga dilakukan melalui lahan, gambut, pertanian, energi, dan transportasi,
pelaksanaan adaptasi yaitu untuk peningkatan industri, dan limbah). Pada tahun 2015 penurunan
ketahanan masyarakat dan wilayah yang rentan emisi GRK di lima sektor prioritas mencapai 57,67
terhadap perubahan iklim; (3) Peningkatan layanan juta ton CO2 ekuivalen namun penurunan emisi ini
informasi peringatan dini cuaca ekstrim dan belum termasuk sektor hutan dan lahan.
informasi cuaca secara rutin untuk mendukung
keselamatan transportasi dan pengelolaan 5.4.3 Permasalahan Pelaksanaan
bencana; informasi iklim dan kualitas udara
untuk mendukung ketahanan pangan, ketahanan Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan
energi dan pengurangan resiko bencana; dan tata kelola hutan, konservasi dan penanggulangan
informasi gempabumi, tsunami, seismologi teknik kebakaran hutan dan lahan antara lain: (1) Belum
dan geofisika potensial serta tanda waktu untuk terselesaikannya tata batas dan penetapan kawasan
mendukung perencanaan pembangunan nasional hutan, (2) Belum ada kesepahaman tentang
dan pengelolaan bencana. operasionalisasi KPHP, KPHL, dan KPH Konservasi
baik di tingkat pemerintah pusat maupun di
Capaian sasaran pokok penanganan perubahan
daerah, (3) Belum adanya simplifikasi dalam
iklim ditunjukkan pada Tabel 5.6. Pada tahun 2019,
mendapatkan hak pengelolaan bagi masyarakat
penurunan emisi GRK ditargetkan mendekati 26
Penurunan emisi
7,2
GRK mendekati 26%
(belum
di 5 sektor prioritas
termasuk
(kehutanan dan lahan Persen 15,5 17,3 19,1 NA ~ 26
sektor
gambut, pertanian, en-
hutan dan
ergi dan transportasi,
lahan)
industri dan limbah)
dan proses perijinan dalam skema perhutanan Dalam mencapai target peningkatan kemitraan
sosial, (4) Rendahnya alokasi anggaran untuk geotermal pada kawasan konservasi, sulit untuk
kegiatan penanggulangan kebakaran hutan dan dicapai karena sebagian besar potensi geotermal
lahan di tingkat tapak dan pengamanan kawasan berada di kawasan cagar alam. Kawasan konservasi
hutan, (5) Kendala regulasi dalam kaitannya dengan cagar alam hanya dapat dimanfaatkan untuk
kewenangan sektor kehutanan setelah terbitnya kepentingan penelitian.
UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Selain itu, saat proses penyelesaian tata batas
Terbitnya UU No. 23/2014 berimplikasi menjadi terkendala karena adanya pemintaan revisi
pada penyelenggaraan urusan pemerintahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) daerah yang
bidang kehutanan yang sebelumnya merupakan mengakibatkan tata batas kawasan hutan bergeser
kewenangan pemerintah kabupaten menjadi dari yang semestinya dan membutuhkan koordinasi
kewenangan pemerintah provinsi. Perubahan lebih lanjut dalam penyelesaian dengan pihak
kewenangan tersebut belum didukung peraturan ketiga. Kendala pendanaan juga telah menghambat
turunan UU yang mengatur tentang kewenangan pembangunan sanctuary yang ditujukan untuk
dan pengelolaan KPHP dan KPHL. meningkatkan populasi spesies terancam punah.
Terkait dengan pelaksanaan peningkatan aspek Diperlukan pendanaan yang cukup besar untuk
pemanfaatan dalam konservasi, revisi PP No. kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan
12/2014 tentang PNBP Kehutanan perlu segera karena kejadian kebakaran hutan terjadi setiap
diselesaikan dalam rangka meningkatkan PNBP tahun di provinsi-provinsi rawan kebakaran.
melalui pariwisata alam ataupun pemanfaatan Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan
tanaman dan satwa liar. Sementara itu, proses kebijakan perbaikan kualitas lingkungan hidup
perubahan terhadap berbagai peraturan terkait antara lain: (1) Pembangunan mengakibatkan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan tersebut menurunnya kualitas lingkungan hidup karena
menjadi kendala yang harus segera diselesaikan adanya ekstraksi sumber daya dan keanekaragaman
untuk efektivitas pengendalian kebakaran hutan. hayati; (2) Pengelolaan limbah B3 oleh pelaku usaha
udara; (2) Peningkatan keragaman dan kualitas (141 negara) dan ke-11 di Asia Pasifik (50/11),
atraksi dan layanan wisata; (3) Peningkatan atau lebih rendah jika dibandingkan dengan daya
investasi dan pemberdayaan usaha pariwisata saing pariwisata Thailand (ke-35/10), Malaysia
dalam bentuk desa wisata dan layanan homestay (ke-25/7) dan Singapura (ke-11/3). Pariwisata
untuk mendukung ketersediaan amenitas yang
memadai dan berkualitas; (4) Perluasan
gerakan sadar wisata dan peningkatan Gambar 5.3
kompetensi SDM pariwisata; (5) Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara per Triwulan
Peningkatan efektivitas pemasaran Tahun 2014-2016
terutama ke negara-negara sumber
utama wisatawan mancanegara
termasuk dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi; serta (6) Peningkatan
branding dan keberlanjutan destinasi
wisata unggulan.
5.6.3 Permasalahan
Pelaksanaan
Peningkatan brand pariwisata
Indonesia juga diharapkan dapat memicu
peningkatan daya saing pariwisata
Indonesia. Data TTC Index (WEF, 2015) Sumber: BPS (diolah)
Keterangan: Diagram batang menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara (orang,
pada tahun 2015 menunjukkan bahwa sumbu vertikal kiri) dan grafik garis menunjukkan pertumbuhan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara dalam satu triwulan dan dibandingkan dengan triwulan yang
daya saing pariwisata Indonesia masih sama di tahun sebelumnya (year-on-year).
berada di peringkat ke-50 secara global
Indonesia memiliki keunggulan utama dari sisi masih perlu disertai dengan penyediaan destinasi
harga (peringkat ke-3), keanekaragaman hayati (4), yang menawarkan produk yang beragam dan jasa
heritage (10), dan kekayaan alam (19). Keunggulan wisata yang handal, serta didukung dengan jaminan
ini diperkuat dengan dukungan kebijakan (15) dan kemudahan akses, kenyamanan, kebersihan dan
percepatan pembangunan infrastruktur, terutama keamanan. Ketersediaan sumber daya manusia
bandar udara (39). Namun beberapa aspek yang (SDM) pariwisata yang berkualitas, kesiapan
membutuhkan perbaikan diantaranya sumber daya masyarakat, kemudahan dan kepastian investasi
manusia dan pasar tenaga kerja (53), lingkungan di usaha wisata, serta pengelolaan wisata yang
usaha (63), keamanan (83), kesiapan teknologi menerapkan praktik wisata berkelanjutan menjadi
informasi dan komunikasi (85), infrastruktur tantangan untuk pembangunan wisata ke depan.
kepelabuhan (77), infrastruktur layanan wisata
(101), kesehatan dan kebersihan (109) dan jaminan 5.6.4 Rekomendasi
keberlanjutan lingkungan (134).
Berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi
Data-data TTC setidaknya menggambarkan
dalam pembangunan pariwisata nasional dapat
bahwa tantangan utama dalam pembangunan
diatasi melalui perbaikan perencanaan yang
pariwisata adalah meningkatkan keterpaduan
didasarkan pada rencana pengembangan destinasi
semua komponen pembangunan sektor pariwisata,
pariwisata yang terpadu. Rencana tersebut perlu
baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat.
mencakup strategi dan rencana aksi promosi wisata,
Selain itu, upaya promosi yang telah dilaksanakan
yang dipadukan dengan pengembangan daya tarik
secara masif dan telah memberikan hasil dalam
destinasi, peningkatan kualitas SDM, pemberdayaan
bentuk perbaikan brand pariwisata Indonesia,
Tabel 5.10.
Capaian Sasaran Pokok Industri Manufaktur
RPJMN 2015 - 2019
Unit 9.000
Penambahan jumlah industri
(kumulatif NA NA 1.464 NA 1.746 (2015-
berskala menengah dan besar
2015-2019)) 2019)
Keterangan Notifikasi: Sudah tercapai/on track Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai Belum dapat diberikan notifikasi
Pandaan (Jawa Timur); penyelesaian jembatan pembangunan jalur KA layang antar Medan-Bandar
Dr.Ir. Soekarno di Sulawesi Utara, jembatan Merah Khalipah-Bandara Kuala Namu, jalur KA antara
Putih di Maluku, dan jembatan Tayan di Kalimantan Bandar Tinggi-Kuala Tanjung, pembangunan akses
Barat. Disamping itu dalam rangka memperkuat KA menuju Bandara Internasional Minangkabau,
daerah-daerah perbatasan, pemerintah telah pembangunan LRT dari Bandara Mahmud
melaksanakan pengembangan Pos Lintas Batas Badaruddin II ke Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Negara (PLBN) sebanyak tujuh PLBN di Entikong, Selain itu, dilaksanakan pembangunan jalur kereta
Aruk, dan Nanga Badau di Provinsi Kalimantan api Trans-Sumatera (lintas Langsa-Besitang-Binjai,
Barat, Motaain, Motamasin, dan Wini di Provinsi Rantauprapat-Pinang-Duri, jalur ganda Prabumulih-
Nusa Tenggara Timur, dan Skouw di Provinsi Papua Kertapati dan Martapura-Baturaja), pembangunan
yang direncanakan selesai pada tahun 2017. jalur ganda KA lintas selatan Jawa, dimulainya
Pemerintah juga telah membuka jalan paralel pembangunan jalur KA Trans Sulawesi antara
perbatasan sepanjang 535 km di Kalimantan Makassar-Parepare dan persiapan lintas Manado-
(Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Bitung, serta persiapan pembangunan jalur KA
Kalimantan Utara), Provinsi Nusa Tenggara Timur, Trans-Kalimantan dan Trans-Papua.
dan Provinsi Papua.
Dalam rangka memenuhi target peningkatan
Pembangunan jaringan kereta api dalam pangsa pasar angkutan umum perkotaan mencapai
rangka meningkatkan konektivitas antarkota, 32 persen pada tahun 2019 dilaksanakan
antarkawasan, dan akses ke simpul transportasi pembangunan sarana dan prasarana serta sistem
seperti bandara dan pelabuhan antara lain: transportasi perkotaan yang terpadu. Hingga tahun
13. Dwelling Time Pelabuhan Hari 6-7 5-6 4,39 4-5 3,35 3-4
14. Pembangunan bandara baru Lokasi - 15 2 15 2 (4) 15
15. On-time Performance pener-
Persen 75 78 78,49 80 82,67 95
bangan
16. Pangsa Pasar Angkutan Umum
Persen 23 25 24 27 25 32
Perkotaan
17. Kabupaten/kota yang dijangkau
Persen 82 84 88 86 92 100
broadband
Sumber : Berbagai sumber (diolah)
Catatan : *) Perkiraan capaian 2016
Keterangan Notifikasi: Sudah tercapai/on track Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai Belum dapat diberikan notifikasi
Gambar 5.6.
Sebaran Pembangunan Prasarana Dermaga Penyeberangan
Tahun 2014 - 2016 (Selesai)
KEDAULATAN
ENERGI
1.224 1.295
1.189 1.184
BM PER HARI
2014 2015 2016 2019
Sektor Unggulan
KEDAULATAN
PANGAN 82,00
755,10 RIBU
TON
79,14
* Dalam Juta Ton 560,00 RIBU
TON
Inovasi teknologi merupakan salah satu tantangan upaya peningkatan produksi pangan
INDUSTRI
MANUFAKTUR
pertumbuhan pdb
industri pengolahan
EVALUASI
PARUH WAKTU
RPJMN 2015-2019
Pembangunan Manusia dan Masyarakat 133
134 | Pemerataan dan Kewilayahan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
P
embangunan nasional tidak hanya ditujukan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
untuk kelompok tertentu, melainkan untuk dua sasaran utama, meliputi sasaran individu,
seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena keluarga, dan rumah tangga (individual targeting)
itu, pembangunan harus dapat memperkecil untuk mengurangi ketimpangan individu dan
kesenjangan yang ada, baik kesenjangan sasaran wilayah (geographic targeting) dalam
antarkelompok pendapatan maupun kesenjangan rangka mengurangi ketimpangan antarwilayah.
antarwilayah.
6.1.2 Capaian
6.1. Pemerataan Antarkelompok
Pendapatan Indeks Gini sebagai indikator untuk mengukur
ketimpangan pendapatan yang digunakan di
Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun terakhir,
6.1.1 Kebijakan menunjukkan tren peningkatan. Pada periode
setelah krisis ekonomi, yaitu antara tahun 1999-
Kebijakan utama dalam rangka meningkatkan 2011, terjadi kenaikan Indeks Gini paling besar dari
pemerataan antarkelompok pendapatan diarahkan 0,308 menjadi 0,41 yang salah satunya disebabkan
untuk mendukung pemberdayaan ekonomi oleh commodity boom. Dalam empat tahun terakhir,
masyarakat kurang mampu melalui penguatan ketimpangan cenderung stagnan, namun pada
kebijakan ketenagakerjaan, dan peningkatan akses tahun 2016 Indeks Gini menurun menjadi 0,394
terhadap lahan dan modal bagi penduduk miskin yang artinya tingkat kesenjangan antarkelompok
dan rentan, peningkatan konektivitas antarwilayah, pendapatan semakin mengecil. Penurunan ini
terutama antara wilayah perkotaan dan perdesaan, diharapkan akan terus berlanjut hingga mendekati
serta wilayah-wilayah tertinggal dan khusus pada target 2019, yaitu 0,370 (Tabel 6.1).
kantong kemiskinan.
Perlindungan sosial di Indonesia memegang
Selain itu, kebijakan afirmatif yang peranan penting dalam upaya pemerataan
secara khusus difokuskan untuk pemerataan antarkelompok pendapatan dan pengurangan
antarkelompok pendapatan dan percepatan kemiskinan. Saat ini, tonggak dari sistem
penurunan kemiskinan dilakukan melalui
berbagai upaya terpadu berdasarkan tiga
isu strategis, meliputi: (1) Menyempurnakan
perlindungan sosial yang komprehensif untuk
mempertahankan daya beli dan menjaga tingkat " Perlindungan sosial di Indonesia
pertumbuhan konsumsi; (2) Memperluas dan memegang peranan penting dalam
meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat upaya pemerataan antarkelompok
miskin dan rentan dalam rangka meningkatkan pendapatan, pengurangan kemiskinan,
kapasitas pengelolaan kehidupan terhadap serta pembangunan ekonomi. Saat ini,
berbagai goncangan ekonomi dan sosial; serta tonggak dari sistem perlindungan sosial
(3) Mengembangkan penghidupan berkelanjutan telah diperkuat melalui lahirnya Sistem
untuk menumbuhkan kemampuan ekonomi Jaminan Sosial Nasional (SJSN). "
produktif berdasarkan lima aset dasar yang dimiliki
(aset alam, SDM, fisik, finansial, dan sosial). Upaya
telah mencapai 74,06 persen (Tabel 6.1). Kedua, akses masyarakat pada penerangan.
Pencapaian ini didukung dengan adanya nota Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia
kesepahaman antara delapan kementerian tentang saat ini, penyediaan listrik menjadi tanggung
percepatan kepemilikan akta kelahiran dalam jawab negara kepada setiap warga negaranya.
rangka perlindungan anak pada tahun 2015 dan Akses masyarakat miskin dan rentan terhadap
Permendagri No. 9/2016 tentang Percepatan penerangan semakin meningkat dari 95,58 persen
Peningkatan Cakupan Kepemilikan Akta Kelahiran pada tahun 2015 menjadi 95,97 persen pada tahun
yang memfasilitasi kemudahan dalam pencatatan 2016. Peningkatan akses terhadap penerangan
akta kelahiran. ini dilaksanakan melalui program subsidi energi
Tabel 6.2
Capaian Sasaran Pokok Peran Wilayah dalam Pembentukan PDB Nasional (Persen)
RPJMN 2015 - 2019
2015 2016
2014 Perkiraan Capaian
Uraian Target 2019
(baseline) Target Realisasi Target Realisasi *) 2019 (Notifikasi)
Peran Wilayah dalam Pembentukan PDB Nasional
23,80 24,10 24,40 24,60
Sumatera 22,21 22,03
23,01*) 23,31*) 23,61*) 23,81*)
58,00 57,25 56,50 55,10
Jawa 58,29 58,51
57,39*) 56,64*) 55,89*) 54,49*)
2,50 2,50 2,50 2,60
Bali-Nusa Tenggara 3,06 3,12
2,86*) 2,88*) 2,90*) 2,96*)
8,70 9,00 9,30 9,60
Kalimantan 8,15 7,83
8,77 9,07*) 9,37*) 9,67*)
4,80 4,85 4,90 5,20
Sulawesi 5,92 6,04
5,65*) 5,70*) 5,75*) 6,05*)
2,20 2,30 2,40 2,90
Maluku - Papua 2,37 2,46
2,32*) 2,42*) 2,52*) 3,02*)
Sumber : BPS, 2016
Catatan : *) Penyesuaian baseline dan target menggunakan perhitungan tahun dasar 2010
Keterangan Notifikasi: Sudah tercapai/on track Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai Belum dapat diberikan notifikasi
Tabel 6.4
Capaian SasaranTingkat Kemiskinan Per Wilayah (Persen)
RPJMN 2015-2019
tingkat kemiskinan dan pengangguran adalah yang dapat dilakukan meliputi: (1) Meningkatkan
kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah yang pemanfaatan sumber daya alam melalui
belum memadai, dan masih rendahnya kualitas pengembangan industri pengolahan yang bernilai
sumber daya manusia akibat tingkat pendidikan dan tambah berorientasi pasar; (2) Memperkuat
pengetahuan yang dimiliki, serta belum meratanya pemberdayaan usaha kecil dan menengah khususnya
pelayanan publik terhadap masyarakat terutama dalam hal akses permodalan dan penguasaan
di perdesaan, daerah tertinggal, perbatasan, dan teknologi; (3) Meningkatkan pelayanan sosial yang
wilayah timur indonesia. menyeluruh untuk masyarakat, terutama pendidikan
dan kesehatan; (4) Meningkatkan koordinasi
6.2.4 Rekomendasi dan kerjasama antara pemerintah, masyarakat,
serta dunia usaha untuk mengembangkan
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pokok kewirausahaan yang mampu menggerakkan usaha
dalam pengembangan wilayah beberapa hal rakyat dan menyerap tenaga kerja yang lebih besar;
(5) Mendorong pemerintah dalam pengaturan kualitas belanja pemerintah daerah (rasio belanja
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) modal terhadap APBD yang lebih tinggi serta
untuk memprioritaskan pada sektor infrastruktur ketepatan waktu penetapan APBD dan percepatan
guna mendukung pemerataan pembangunan dan penyerapannya).
perkembangan perekonomian daerah; serta (6)
Selanjutnya, langkah strategis untuk percepatan
Melakukan reforma agraria untuk: (a) Memperbaiki
pemerataan pembangunan antarwilayah di luar
akses masyarakat kepada sumber-sumber ekonomi,
Jawa dan Bali dilakukan melalui pengembangan
terutama tanah; (b) Menata ulang ketimpangan
potensi ekonomi yang berbasis kepada
penguasaan pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan keunggulan kompetitif sumber daya
pemanfaatan tanah dan sumber-sumber agrarian;
alam bernilai tambah dengan fokus pengembangan
dan (c) Mengantisipasi dan menyelesaikan konflik
pada industri dalam arti luas seperti industri
yang berkenaan dengan sumber daya agraria.
perkebunan, industri pertambangan, industri
Di sisi kerangka regulasi, beberapa hal yang kelautan, dan industri pariwisata di berbagai pulau
perlu dilakukan antara lain pengkajian regulasi pada kawasan unggulan. Selain itu, peningkatan
yang menghambat investasi serta percepatan arus investasi langsung (foreign direct investment/
penyelesaian perda Rencana Tata Ruang Wilayah FDI) terus didorong agar mampu menjadi motor
(RTRW). Adapun di sisi kelembagaan dilakukan penggerak dalam meningkatkan pemerataan
melalui reformasi birokrasi ke arah birokrasi yang pertumbuhan di luar Jawa dan Bali. Dukungan
efektif dan efisien serta perluasan penerapan ketersediaan infrastruktur dan energi yang memadai
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Sementara menjadi prasyarat guna akselerasi pemerataan
di sisi kerangka pendanaan, di tingkat pusat dapat pembangunan antarwilayah di luar Jawa dan Bali.
dikembangkan melalui alokasi dana transfer ke
daerah yang lebih besar dan diarahkan untuk
pemerataan dan prioritas nasional. Pembangunan
KTI didorong melalui pendanaan APBN sedangkan
di KBI didorong dengan pendanaan dari pihak
swasta. Di tingkat daerah perlu dilakukan perbaikan
Keterangan Notifikasi: Sudah tercapai/on track Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai Belum dapat diberikan notifikasi
1:5000 yang mendukung/mendorong percepatan Selain itu, pemerintah pusat sudah berupaya
pembangunan di desa; (4) Terbentuknya mengalokasikan Dana Desa di tahun 2015 sebesar
12.700 BUMDes dalam upaya menggerakkan Rp20,76 triliun (tersalur 100 persen dari rekening
perekonomian di desa; (5) Disalurkannya bantuan kas umum negara/RKUN ke rekening kas umum
langsung masyarakat sebesar Rp431,80 miliar dari daerah/RKUD dan 87,40 persen dari RKUD ke
Generasi Sehat Cerdas yang dipergunakan untuk rekening kas desa/RKD), tahun 2016 sebesar
bantuan pendidikan sebesar 24,00 persen dan Rp46,90 triliun (tersalur 99,83 persen dari RKUN
bantuan kesehatan sebesar 76,00 persen dengan ke RKUD dan 96,32 persen dari RKUD ke RKD) dan
cakupan lokasi di 11 provinsi, 66 kabupaten, dan tahun 2017 sebesar Rp60 triliun (tersalur 36,21
5.774 desa; (6) Terbangunnya jaringan transportasi persen dari RKUN ke RKUD kepada 250 kabupaten/
antardesa sepanjang 112,50 km di 11 kabupaten; kota di tahap I 2017). Sesuai dengan PP No 22/2015
(7) Terbangunnya 82 PLTS di 41 kabupaten; tentang Perubahan PP No 60/2014 tentang Dana
(8) Terlaksananya penguatan 14 pusat pertumbuhan Desa yang Bersumber dari APBN, Pasal 30A maka
melalui fasilitasi penyusunan 14 masterplan pemenuhan Dana Desa adalah paling sedikit
Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN); dan sebesar 3 persen (2015), paling sedikit 6 persen
(9) Berkembangnya 35 permukiman transmigrasi (2016) dan sebesar 10 persen (2017) dari dana
mandiri. transfer ke daerah.
Tabel 6.7
Capaian Sasaran Pokok Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara
RPJMN 2015-2019
Catatan: *) Berdasarkan PP 78/2014, penetapan daerah tertinggal dilakukan 5 (lima) tahun sekali, sehingga target jumlah daerah tertinggal dan
kabupaten terentaskan tidak dapat dirinci per tahun
**
) Terdapat penyesuaian target rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal karena perubahan tahun dasar pada RPJMN 2015-2019
menjadi tahun dasar 2010
***
) Terdapat updating dari data baseline persentase penduduk miskin di daerah tertinggal pada RPJMN 2015-2019.
****
) Terdapat penyesuaian target rata-rata Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal karena menggunakan perhitungan IPM metode
baru
Keterangan Notifikasi: Sudah tercapai/on track Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai Belum dapat diberikan notifikasi
pembangunan kawasan perbatasan, antara lain: negara; dan (5) Mensinergikan antara komitmen
(1) Menyediakan akses infrastruktur dan pelayanan dan keberpihakan K/L dalam pembangunan
sosial dasar dengan pendekatan asimetris, kawasan perbatasan negara.
terutama transportasi, energi (listrik dan BBM),
komunikasi dan informasi, serta pelayanan sosial 6.5 Pembangunan Daerah
dasar khususnya pendidikan dan kesehatan;
Tertinggal
(2) Melakukan pengembangan potensi ekonomi
lokal secara terintegrasi dengan dukungan
sarana dan prasarana pendukung ekonomi yang 6.5.1 Kebijakan
memadai dan peningkatan kerja sama antardaerah;
Arah kebijakan umum pembangunan daerah
(3) Meningkatkan tata kelola diplomasi perbatasan
tertinggal di dalam RPJMN 2015-2019 adalah:
dalam rangka mempercepat penyelesaian
(1) Melakukan promosi potensi daerah
delimitasi batas negara; (4) Meningkatkan
tertinggal untuk mempercepat pembangunan,
operasi pengamanan darat, laut, dan udara serta
sehingga terbangun kemitraan dengan lintas
percepatan pembangunan sarana dan prasarana
pelaku. Promosi daerah tertinggal ini juga akan
penunjang pengamanan di batas wilayah
mendorong masyarakat semakin mengetahui
6.5.4 Rekomendasi
6.5.3 Permasalahan Pelaksanaan
Dalam rangka percepatan pencapaian target
Permasalahan dalam pencapaian pembangunan RPJMN 2015-2019 utamanya pertumbuhan
daerah tertinggal antara lain pertama, penurunan ekonomi di daerah tertinggal, maka upaya yang
persentase kemiskinan di daerah tertinggal masih akan dilaksanakan adalah: (1) Merumuskan
belum sesuai dengan harapan. Hal ini disebabkan kebijakan dan skema pendanaan yang bersifat
oleh: (1) Program-program penanggulangan afirmatif dan asimetris untuk meningkatkan
kemiskinan yang ada masih berjalan secara parsial; kesejahteraan masyarakat di daerah tertinggal,
(2) Masih belum berkembangnya kelembagaan antara lain melalui dana transfer daerah yang lebih
permodalan bagi masyarakat miskin di daerah memihak daerah tertinggal; (2) Meningkatkan tata
tertinggal untuk mengembangkan usahanya; kelola pembangunan di daerah tertinggal dalam
dan (3) Ketersediaan sarana dan prasarana yang tata kelola pemerintahan baik pusat dan daerah
menghubungkan pusat-pusat distribusi menuju yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas
pusat-pusat pertumbuhan yang belum memadai. pelayanan publik dalam rangka pemberdayaan
Kedua, IPM yang belum mencapai target masyarakat dan pemenuhan SPM; (3) Formulasi
kenaikan per tahun yang ditetapkan dalam RKP. kebijakan insentif berinvestasi bagi sektor swasta
Penyebab belum tercapainya sasaran peningkatan di daerah tertinggal; (4) Mempercepat terbitnya
kualitas SDM di daerah tertinggal adalah: (1) Strategi Nasional Percepatan Pembangunan
Tabel 6.9
Capaian Sasaran Pokok Pembangunan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Luar Jawa (Kawasan)
RPJMN 2015-2019
Tabel 6.10
Capaian Sasaran Pokok Pembangunan Perkotaan
RPJMN 2015-2019
INFOGRAFIS
23,01% 22,21% 23,81%
22,03%
9,67%
8,77%
8,15%
7,83%
6,05%
2014 2015 2016 2019 5,92% 6,04%
5,65%
58,29% 58,51%
57,39%
54,49%
3,12%
3,06%
2,96%
2,86%
2,32%
2014
2,37%
2015
INFOGRAFIS
2,46%
2016
3,02%
2019
Pemerataan antarwilayah
dan antarkelompok pendapatan
BELUM SESUAI HARAPAN
160 | Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
BAB 7
PEMBANGUNAN
POLITIK, HUKUM,
PERTAHANAN DAN
KEAMANAN
EVALUASI
PARUH WAKTU
RPJMN 2015-2019
Pembangunan Manusia dan Masyarakat 161
162 | Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
S
ejak 2015, untuk pertama kalinya Indonesia
berhasil membuktikan bahwa proses
pergantian kepemimpinan nasional melalui
pemilihan umum (pemilu) yang demokratis bisa
" Partai politik, kontestan pemilu presiden
berlanjut secara baik, tanpa guncangan politik dan dan wakil presiden, TNI, Polri, masyarakat
gangguan pada stabilitas politik dan keamanan sipil bersatu padu untuk membuktikan
nasional. Partai politik (parpol), kontestan pemilu kepada dunia internasional, bahwa
presiden dan wakil presiden, TNI, Polri, masyarakat Indonesia mampu berkontribusi pada
sipil bersatu padu untuk membuktikan kepada stabilitas kawasan dengan menjaga
dunia internasional, bahwa Indonesia mampu stabilitas politik dan keamanan di dalam
berkontribusi pada stabilitas kawasan dengan negerinya sendiri. "
menjaga stabilitas politik dan keamanan di dalam
negerinya sendiri.
Selain itu, Pemerintah telah berhasil
melakukan penegakan hukum, baik ke dalam
maupun ke luar untuk memelihara suasana
kondusif di dalam negeri, termasuk melakukan
kualitas penyiaran; (5) Menguatkan iklim kondusif
penetapan hukuman maksimal bagi warga asing
bagi berkembangnya demokrasi yang beradab,
yang melakukan tindakan kriminal di Indonesia
memelihara perdamaian, dan meningkatkan rasa
serta tindakan tegas terhadap pelanggar
persatuan dan kesatuan; dan (6) Menciptakan
kedaulatan wilayah Indonesia.
iklim kondusif untuk penanganan terorisme dan
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
ancaman terorisme.
7.1 Politik dan Demokrasi
Langkah-langkah perkuatan pembangunan
politik dan demokrasi dalam Rencana Kerja
7.1.1 Kebijakan Pemerintah (RKP) 2016 adalah: (1) Penguatan
lembaga penyelenggara pemilu, melalui fasilitasi
Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka
bagi penguatan dan pembentukan regulasi terkait
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
pelaksanaan pemilu dan pemilihan kepala daerah
untuk bidang politik dan demokrasi adalah: (1)
(pilkada) langsung serentak, serta mendorong
Meningkatkan peran kelembagaan demokrasi dan
percepatan pembentukan Pusat Pendidikan
mendorong kemitraan lebih kuat antara pemerintah,
Pemilih dan Pengawasan pemilu yang partisipatif;
swasta, dan masyarakat sipil; (2) Memperbaiki
(2) Penguatan fasilitasi bagi penyelesaian Peraturan
perundang-undangan bidang politik, pemenuhan
Pemerintah untuk melaksanakan UU No. 17/2013
kebebasan sipil, hak-hak dan kewajiban politik
tentang Organisasi Kemasyarakatan setelah
rakyat, dan meningkatkan keterwakilan perempuan
terbitnya hasil judicial review Mahkamah Konstitusi
dalam politik; (3) Membangun keterbukaan
terkait organisasi kemasyarakatan (ormas); (3)
informasi publik dan komunikasi publik, mendorong
pemantapan kelembagaan penanganan konflik
masyarakat untuk dapat mengakses informasi
sesuai dengan amanat PP No. 2/2015 tentang
publik dan memanfaatkannya; (4) Meningkatkan
Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019 | 163
Peraturan Pelaksanaan UU No. 7/2012 tentang
Penanganan Konflik Sosial; (4) Pemantapan
pelaksanaan keterbukaan informasi publik Boks 7.1
secara konsisten pada semua badan publik di Pilkada Serentak Pertama
pusat maupun daerah; dan (5) Penataan regulasi Tahun 2015
untuk memperkuat upaya penanggulangan
terorisme, termasuk pengkajian bagi undang-
undang baru untuk penguatan lembaga koordinasi Pada tahun 2015, Indonesia berhasil
penanggulangan terorisme dengan merevisi UU melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah
No. 15/2003 tentang Penetapan Perppu No. 1/2002 secara serentak yang pertama dalam
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme sejarah. Pilkada tahun 2015 dilakukan
menjadi undang-undang. pada 269 daerah untuk memilih gubernur,
bupati, dan walikota, berlangsung
7.1.2 Capaian relatif aman, damai, dan demokratis.
Pemerintah dan para penyelenggara
Perkembangan konsolidasi demokrasi selama
pemilu, peserta pilkada dan masyarakat
dua tahun terakhir cukup baik, sehingga sasaran
berhasil membuktikan bahwa masyarakat
pokok yang ditetapkan dalam RPJMN 2015-2019
Indonesia telah cukup matang dan siap
berpotensi besar untuk tercapai (Tabel 7.1).
dalam berdemokrasi. Tidak ditemukan
Sasaran pembangunan politik dalam negeri adalah
tindakan-tindakan kekerasan yang
terwujudnya proses positif konsolidasi demokrasi,
mengancam stabilitas politik, baik dalam
yang diukur dengan pencapaian angka Indeks
masa pentahapan, kampanye pilkada
Demokrasi Indonesia (IDI) sebesar 75 (dari skala 0 –
maupun penghitungan suara.
100), tingkat partisipasi politik rakyat sebesar 77,50
persen serta terselenggaranya pemilu yang aman,
adil, dan demokratis pada tahun 2019. Pencapaian
paruh waktu menunjukkan bahwa demokrasi partisipasi politik tahun 2019 tersebut memerlukan
Indonesia bergerak dinamis menuju tercapainya strategi yang sistematis dan kerja keras tidak hanya
sasaran yang sudah ditetapkan dalam RPJMN 2015- dari pemerintah tetapi juga masyarakat sipil dan
2019, dengan catatan untuk mencapai sasaran partai politik.
Tabel 7.1
Capaian Sasaran Pokok Politik dan Demokrasi
RPJMN 2015-2019
164 | Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
Pada tahun 2015, angka IDI adalah 73,04, Dewasa ini, Pemerintah dan DPR sedang dalam
mengalami kenaikan signifikan dibandingkan angka proses menyiapkan UU Penyelenggaraan Pemilu
IDI sebelumnya selama lima tahun berturut-turut. yang baru, yang merupakan penggabungan dan
Pada tahun 2016, sehubungan dengan penyesuaian revisi terhadap tiga undang-undang sekaligus,
dan perubahan metodologi, angka IDI mencapai yakni UU No. 8/2012 tentang tentang Pemilihan
72,82, bergeser sedikit di bawah angka tahun Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
sebelumnya, tapi demokrasi Indonesia secara Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
umum stabil pada level yang cukup tinggi. Daerah; UU No. 42/2008 tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden; dan UU No.15/2011
Salah satu perkembangan terbesar demokrasi
tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
di Indonesia tercermin pada peningkatan aspek
pemenuhan hak-hak politik warga negara, yang
semula 63,72 (2014) menjadi 70,63 (2015). Hal 7.1.3 Permasalahan Pelaksanaan
ini terutama didukung oleh peningkatan yang
Permasalahan terbesar dalam mencapai sasaran
signifikan pada partisipasi politik masyarakat
RPJMN 2015-2019 adalah masih lemahnya kinerja
dalam pengambilan keputusan dan pengawasan,
lembaga-lembaga demokrasi di Indonesia, terutama
khususnya pada pengaduan masyarakat mengenai
partai politik dan DPRD. Temuan pada indikator IDI
penyelenggaraan pemerintahan.
terbaru juga menunjukkan bahwa pemerintah daerah
Keberhasilan pemerintah dalam mencapai belum merespons dengan baik tuntutan keterbukaan
sasaran utama pembangunan politik, antara lain pada informasi APBD. Masih maraknya praktik politik
dengan melakukan langkah-langkah pendekatan uang di Indonesia juga menjadi salah satu penghambat
(engagement) kepada masyarakat untuk lebih proses menuju demokrasi yang terkonsolidasi.
sadar pada hak-hak politik mereka. Pemerintah Permasalahan ini mengakibatkan tingkat pemahaman
berhasil membangun kesadaran masyarakat masyarakat terhadap politik masih rendah untuk
untuk lebih terlibat dalam proses pengambilan mendukung proses konsolidasi demokrasi. Masalah
keputusan, termasuk membuka ruang pengaduan, lainnya adalah masih tingginya potensi konflik dan
serta membuka ruang demonstrasi damai kepada kekerasan sosial politik yang terlihat pada indikator
masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya IDI terkait demonstrasi yang sering berakhir dengan
kepada pemerintah. Di samping itu, keberhasilan perusakan dan kekerasan di ruang publik.
tersebut didukung oleh perbaikan dalam proses
Salah satu tantangan terbesar dalam mencapai
penyelenggaraan pemilu, termasuk perbaikan
sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah
data pemilih serta transparansi dalam proses
melakukan proses demokrasi internal dalam
penghitungan suara.
partai politik dan meningkatkan perbaikan proses
Sesuai dengan Nawacita ke-9, Pemerintah politik melalui perbaikan peraturan perundangan
menunjukkan kesungguhan membangun tata kelola bidang politik agar tercapai peningkatan kinerja
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, lembaga perwakilan dan pemda yang lebih aspiratif
dan terpercaya, dengan memberikan prioritas terhadap kepentingan publik di seluruh daerah di
pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada Indonesia. Selain itu, tantangan terbesar lainnya
institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan adalah meningkatkan pemahaman masyarakat
konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem akan politik.
kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019 | 165
7.1.4 Rekomendasi ingin diwujudkan adalah pertama, menciptakan
penegakan hukum yang berkualitas melalui fokus-
Peran parpol dan DPRD harus mendapatkan fokus arah kebijakan berupa: (1) Terlaksananya
perhatian khusus dari Pemerintah agar menjadi upaya penegakan hukum tindak pidana
faktor yang mendorong kualitas demokrasi perbankan dan pencucian uang; (2) Terlaksananya
di daerah. Pemerintah perlu merumuskan pemberantasan mafia peradilan; (3) Terlaksananya
skema bantuan parpol yang lebih baik dengan keterpaduan sistem peradilan pidana berbasis
mengedepankan akuntabilitas. Pada sisi lain, teknologi informasi; (4) Terlaksananya Sistem
Pemerintah perlu mendorong peningkatan Peradilan Pidana Anak (SPPA); (5) Terlaksananya
kualitas anggota DPRD, salah satunya melalui sistem peradilan perdata yang mudah dan
dukungan peningkatan kapasitas agar mampu cepat; (6) Terselenggaranya pengembangan
melakukan tugas-tugasnya secara lebih baik untuk sumber daya manusia (SDM) aparat penegak
menjalankan aspirasi masyarakat di daerah. Dari hukum; (7) Meningkatnya budaya hukum; dan (8)
sisi masyarakat, Pemerintah harus memfokuskan Meningkatnya pelayanan hukum.
pendidikan politik kepada masyarakat untuk
Kedua, optimalisasi upaya pencegahan dan
mendorong partisipasi masyarakat tidak hanya
pemberantasan korupsi yang efektif melalui fokus-
pada angka pemilu, namun lebih jauh dalam
fokus arah kebijakan berupa: (1) Terlaksananya
meningkatkan kualitas dan akuntabilitas
sinergitas dan harmonisasi peraturan perundang-
demokrasi untuk menjadi kekuatan penyeimbang
undangan di bidang anti-korupsi; (2) Terlaksananya
yang objektif dan cerdas kedepannya. Pemerintah
penguatan kelembagaan anti-korupsi, efektivitas
harus memasukkan pendidikan politik ke
pelaksanaan kebijakan anti-korupsi; dan (3) dan
dalam kurikulum pendidikan nasional, untuk
Terkonsolidasinya upaya pencegahan tindak pidana
mempersiapkan masyarakat dalam menjaga
korupsi.
kualitas demokrasi Indonesia ke depan.
Ketiga, melaksanakan penghormatan,
Selanjutnya, Pemerintah perlu merumuskan
perlindungan dan pemenuhan hak atas keadilan
kerangka regulasi dan kelembagaan yang lebih baik
melalui fokus-fokus arah kebijakan berupa: (1)
terkait tata cara penyampaian tuntutan di muka
Terlaksananya harmonisasi peraturan perundang-
umum. Salah satu bentuk saluran komunikasi dalam
undangan di bidang Hak Asasi Manusia (HAM);
berdemokrasi adalah demonstrasi dengan tetap
(2) Terselenggaranya penegakan HAM; (3)
menjaga ketertiban umum dan patuh pada peraturan
Terlaksananya upaya penyelesaian pelanggaran
yang berlaku, serta tidak membenarkan kekerasan
HAM berat masa lalu; (4) Optimalisasi pelaksanaan
dan intimidasi untuk memaksakan kehendak kepada
bantuan hukum dan layanan peradilan; (5)
siapa pun.
Optimalisasi penanganan kasus kekerasan terhadap
perempuan; dan (6) Terselenggaranya pendidikan
7.2. Penegakan Hukum
HAM bagi aparatur penegak hukum.
166 | Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
Indeks Pembangunan Hukum (IPH) tahun 2015, belum mampu meningkatkan upaya pencegahan
sebesar 0,48, jika dibandingkan dengan baseline dan pemberantasan korupsi yang efektif. Variabel
tahun 2014 sebesar 0,31, berarti bahwa dalam yang progresnya dominan bertambah menjadi
rangka mencapai sasaran penegakan dan kesadaran keterpaduan Sistem Peradilan Pidana, pelaksanaan
hukum di tahun 2019, penekanan pada penegakan SPPA serta bantuan hukum dan layanan peradilan
hukum yang berkualitas telah menunjukkan bagi masyarakat miskin. Variabel yang lemah dan
peningkatan. Meskipun sudah ada kemajuan pada cenderung stagnan masih cukup banyak, salah
pencegahan dan pemberantasan korupsi yang satunya terkait harmonisasi peraturan perundang-
efektif maupun penghormatan, perlindungan undangan.
dan pemenuhan hak atas keadilan, tapi belum
Sedangkan terkait Indeks Penegakan Hukum
cukup signifikan untuk meningkatkan kesadaran
Tipikor (IPH Tipikor) yang dikembangkan sejak
dan penegakan hukum secara komprehensif.
2012 hingga saat ini masih menghadapi kendala
Variabel dengan progres paling dominan adalah
dalam verifikasi data untuk kasus korupsi dengan
pada keterpaduan Sistem Peradilan Pidana dan
nilai kerugian negara di bawah satu miliar rupiah.
pelaksanaan SPPA. Variabel paling lemah adalah
Oleh karena itu sebagai proxy dipergunakan data
terkait harmonisasi peraturan perundang-
penanganan kasus korupsi dengan nilai kerugian
undangan. Untuk Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK)
negara di atas satu miliar rupiah. Berdasarkan data
sebesar 3,59 di tahun 2015, terjadi penurunan jika
proxy tersebut, diperoleh nilai IPH Tipikor sebesar
dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 3,61,
61,80 persen di tahun 2014 sebagai baseline, nilai
yang berarti bahwa perilaku anti korupsi masyarakat
50,06 persen pada tahun 2015 dan nilai 62,20
Indonesia menurun.
persen untuk tahun 2016.
Pada tahun 2016 angka IPK sebesar 0,57 berarti
Upaya pencapaian sasaran penegakan hukum
bahwa konsistensi pada penegakan hukum yang
yang berkualitas, melalui proses konsultasi,
berkualitas, mampu mendukung penghormatan,
koordinasi dan konsolidasi selama tahun 2015, pada
perlindungan dan pemenuhan hak atas keadilan, tapi
28 Januari 2016 telah ditandatangani Memorandum
Tabel 7.2
Capaian Sasaran Pokok Pembangunan Hukum
RPJMN 2015-2019
Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019 | 167
beberapa kebijakan dalam bentuk pedoman kerja,
peta jalan, serta pembentukan kelompok kerja.
Boks 7.2 Selain itu, di tahun 2016 juga telah dirancang sistem
teknologi dan keamanan yang akan digunakan
Revitalisasi Penegakan dan dalam pelaksanaan SPPT TI. Kemudian pada 13
Pelayanan Hukum Februari 2017, sebagai tindak lanjut MoU SPPT
TI, telah dilakukan penandatanganan pedoman
kerja bersama, serta peluncuran aplikasi yang
Untuk meningkatkan akses publik akan digunakan. Sesuai kesepakatan komponen
terhadap keadilan serta kepercayaan SPPT TI, yang dituangkan dalam peta jalan SPPT
masyarakat terhadap aparat penegak
TI 2016-2019, akan dilaksanakan tahap pertama
hukum telah dilakukan terobosan dengan
cara: (1) Merevitalisasi penanganan implementasi di lima wilayah percontohan
perkara pidana menjadi berbasis pengembangan sistem database terintegrasi secara
teknologi informasi; (2) Mereformasi bertahap.
sistem peradilan pidana anak melalui
Upaya perbaikan terkait penegakan hukum di
diversi; (3) Melaksanakan small claim
court untuk mempercepat penyelesaian lembaga pemasyarakatan (Lapas), diperlihatkan
perkara perdata; (4) Pemberian remisi dan melalui adanya sistem online pemberian remisi dan
pembebasan bersyarat (bagi warga binaan) pembebasan bersyarat bagi warga binaan. Proses
secara online; (5) Perbaikan pelayanan remisi yang semula membutuhkan 30 hari menjadi
fiduseia menjadi tujuh menit melalui 2 hari pelayanan, sedangkan proses pembebasan
sistem online; dan (6) Konsolidasi upaya
bersyarat yang semula membutuhkan 167 hari
pencegahan dan pemberantasan korupsi di
pusat dan daerah melalui Aksi PPK.
menjadi 21 hari untuk perkara pidana umum dan
35 hari untuk pidana khusus. Keberhasilan sistem
online tersebut dibuktikan dengan peningkatan
pembebasan bersyarat pada tahun 2016 menjadi
27.978 orang dibandingkan tahun 2012 yang
of Understanding (MoU) tentang Pengembangan
hanya 19.826 orang (saat sistem online belum
Sistem Database Penanganan Perkara Tindak Pidana
dilaksanakan). Upaya ini diharapkan berdampak
secara Terpadu berbasis Teknologi Informasi (SPPT-
pada pengurangan kelebihan kapasitas di Lapas.
TI), oleh delapan Kementerian/Lembaga (K/L) yaitu:
Mahkamah Agung RI, Kementerian Koordinator Sejak pemberlakuan UU No. 11/2012
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Kepolisian tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA)
Negara RI, Kejaksaan RI, Kementerian Hukum dan pada pertengahan tahun 2014, implementasi
HAM, Kementerian Komunikasi dan Informasi, SPPA melalui penerapan diversi (pengalihan
Kementerian PPN/Bappenas dan Lembaga Sandi penyelesaian perkara anak dari proses peradilan
Negara. Dalam rangka mewujudkan sistem peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana). telah
negara menjadi efektif, efisien, dan akuntabel, serta menunjukkan kemajuan pada penurunan jumlah
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) yang
aparat penegak hukum sepanjang tahun 2016 ditahan pada Lembaga Pembinaan Khusus Anak
telah dilaksanakan serangkaian tahapan untuk (LPKA). Tahun 2014 terdapat 2.606, menurun di
implementasi SPPT TI, yakni dengan menyusun tahun 2015 menjadi 2.017 ABH yang ditahan di
168 | Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
LPKA, dan pada bulan Desember 2016 menjadi Upaya pencegahan korupsi menjadi fokus dalam
2.107 orang ABH. Pelaksanaan diversi dimaksud, beberapa tahun ke depan, melalui strategi yang
memperlihatkan semangat terhadap perlindungan lebih terkonsolidasi dari berbagai inovasi yang
anak. telah dikembangkan oleh K/L dan daerah. Pada
aksi PPK 2015, terdapat 80 K/L dan seluruh
Terkait dengan kebijakan pemerintah untuk
pemda (provinsi/kabupaten/kota) yang terlibat,
meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi
dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan aksi
melalui kemudahan berusaha di Indonesia, maka
sebesar 88,50 persen dari 91 aksi K/L dan 3.244
peran sektor penegakan hukum menjadi sangat
aksi pemda. Kemudian pada aksi PPK 2016-2017,
penting. Berbagai terobosan untuk meningkatkan
juga tetap melibatkan 80 K/L dan seluruh Pemda,
akses masyarakat terhadap keadilan, terutama
dengan 31 aksi bagi K/L dan pemda, lebih fokus
dilakukan melalui penyelesaian perkara perdata.
pada sektor-sektor strategis dan enabling factors
Mekanisme penyelesaian perkara perdata
pada beberapa kegiatan K/L, sehingga diharapkan
ditetapkan dengan Peraturan Mahkamah
tingkat keberhasilan pelaksanaan aksi akan lebih
Agung (Perma) No. 2/2015 tentang Tata Cara
maksimal.
Penyelesaian Gugatan Sederhana; dan Perma No.
1/2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Capaian upaya penghormatan, perlindungan
Peraturan ini diharapkan akan mewujudkan sistem dan pemenuhan hak atas keadilan, terutama
peradilan perdata yang makin mudah diakses oleh terlihat pada pelaksanaan bantuan hukum litigasi
masyarakat dan memberikan kepastian hukum. Hal dan non litigasi kepada masyarakat miskin sebagai
tersebut terbukti dengan banyaknya permohonan pelaksanaan UU No. 16/2011 tentang Bantuan
mediasi pada tahun 2016 yang mencapai 18.337 Hukum. Pada tahun 2015, sebanyak 3.450 kasus
kasus. Upaya perbaikan pelayanan administrasi telah ditangani, sedangkan kasus non litigasi
hukum seperti pelayanan jaminan fidusia, telah sebanyak 3.083 kegiatan. Sampai dengan bulan
dapat diselesaikan hanya dengan tujuh menit September 2016, untuk penanganan litigasi telah
melalui sistem online. Kecepatan dan kemudahan ditangani 8.005 kasus dan untuk kegiatan non
pelayanan ini terus diupayakan guna membantu litigasi telah dilaksanakan 1.188 kegiatan.
sektor ekonomi kecil dan menengah, sehingga
Dalam skala yang lebih luas, pendekatan
mereka akan lebih mudah mengakses kredit usaha.
multi sektoral pada Rencana Aksi Nasional Hak
Dukungan terhadap upaya pencegahan Asasi Manusia (RAN HAM) 2015-2016 menjadi
dan pemberantasan korupsi yang efektif, telah panduan bagi perlindungan Hak Asasi Manusia
dilakukan melalui pelaksanaan Strategi Nasional (HAM) yang komprehensif. Rencana Aksi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, HAM ini mendapat apresiasi dari Dewan HAM PBB
sejak tahun 2012 sampai dengan saat ini. pada Side Event Sidang Dewan HAM PBB Sesi ke-
Implementasi pelaksanaan Aksi Pencegahan dan 32 pada 16 Juni 2016. Citra HAM Indonesia yang
Pemberantasan Korupsi (PPK) sudah berjalan positif ini, diharapkan dapat semakin memperkuat
lebih baik seiring dengan partisipasi K/L dan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan
daerah yang terus meningkat. Kolaborasi antara HAM di dalam negeri.
Bappenas, KSP dan KPK telah mendorong K/L dan
Penyelesaian pelanggaran HAM berat masa
daerah untuk mengoptimalkan Aksi PPK dalam
lalu melalui proses yudisial telah mengupayakan
upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019 | 169
koordinasi yang lebih intensif antara penegak hukum, 7.2.3 Permasalahan Pelaksanaan
salah satunya dengan pembentukan tim terpadu
yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Implementasi arah kebijakan pembangunan
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, dengan hukum masih menghadapi beberapa permasalahan.
melibatkan TNI, Polri, dan Kejaksaan Agung, untuk Pertama, untuk mewujudkan transparansi dan
mencapai kepastian hukum bagi masyarakat dan akuntabilitas dalam hal penanganan perkara, perlu
kelanjutan proses penanganan perkara bagi korban adanya suatu sistem yang terpadu antar komponen
pelanggaran HAM berat masa lalu. Selain itu, telah penegak hukum. Di sisi lain, pengelolaan data
dilaksanakan inisiatif pengembangan mekanisme informasi internal antar komponen penegak hukum
penyelesaian nonyudisial oleh Pemerintah Kota masih belum optimal terintegrasi. Proses integrasi
Palu, melalui integrasi pemenuhan hak-hak korban antar komponen terus diupayakan, antara lain
ke dalam Aksi HAM maupun berbagai program melalui penggunaan web service atau manajemen
serta kegiatan pemerintah daerah setempat. integrasi dan pertukaran data (MANTRA) dan
mekanisme pengamanan data penanganan perkara
Dalam rangka meminimalisir kekerasan yang telah disepakati bersama.
terhadap perempuan, K/L terkait berupaya untuk
mengaplikasikan instrumen untuk mencegah Kedua, terkait implementasi pelaksanaan
penyusunan kebijakan yang diskriminatif, melalui SPPA, belum tersedianya kerangka regulasi yang
Analisis Kebijakan yang Responsif Gender dalam diperlukan sebagai penjabaran UU SPPA. Selain
Perencanaan dan Penganggaran, Parameter itu, dukungan fasilitas pelaksanaan masih belum
Kesetaraan Gender yang memuat prinsip-prinip maksimal. Kapasitas SDM aparat penegak hukum
akses, partisipasi, kontrol dan manfaat (APKM), dan dan aparat lainnya masih perlu ditingkatkan,
implementasi Parameter HAM dalam pembentukan serta lemahnya koordinasi antar intansi dalam
Produk Hukum Daerah dan Pedoman Pengujian pelaksanaan diversi di setiap tahapan.
Kebijakan Konstitusional. Aplikasi instrumen tersebut Ketiga, rendahnya integritas aparat penegak hukum
berdampak kepada peningkatan jumlah kebijakan serta kurangnya pengawasan sebagai pengendalinya.
yang kondusif terhadap perempuan, dimana pada Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan
tahun 2015 terdapat 301 kebijakan dan meningkat integritas aparat penegak hukum, antara lain melalui
menjadi 349 kebijakan di tahun 2016. pendidikan maupun strategi pengawasan yang cukup
Pada aspek penanganan kekerasan terhadap intensif, anti gratifikasi, wilayah bebas korupsi, sampai
perempuan, telah dibangun instrumen pemantauan dengan upaya pemberantasan pungutan liar dan
dan evaluasi Sistem Peradilan Pidana Terpadu suap, serta sanksi hukuman yang cukup berat. Namun
Penanganan Kasus Kekerasan terhadap Perempuan rupanya upaya ini tidak memberikan dampak yang
(SPPT-PKKTP), dan telah diujicobakan di Jawa efektif.
Tengah oleh Pemerintah setempat. Selanjutnya, Permasalahan utama dalam upaya pencegahan
hasil uji coba tersebut akan direplikasi di beberapa dan pemberantasan korupsi adalah belum
provinsi, yaitu Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau, terkonsolidasinya kebijakan, program, inisiatif dan
Maluku, dan Sulawesi Utara. inovasi terkait pencegahan dan pemberantasan
korupsi secara nasional. Selain itu, peran
170 | Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
serta masyarakat maupun sektor bisnis dalam terkait penyebaran organisasi bantuan hukum
pencegahan dan pemberantasan korupsi, masih (OBH) yang masih belum merata, sehingga
memerlukan suatu kerangka kebijakan yang lebih penyediaan layanan bantuan hukum belum dapat
solid, dalam rangka lebih mengefektifkan dan menjangkau dengan optimal seluruh wilayah di
mengefisienkan pencegahan dan pemberantasan Indonesia. Beberapa permasalahan lainnya adalah
korupsi di Indonesia. rendahnya tingkat pemahaman masyarakat dan
aparat penegak hukum terkait dengan program
Upaya penghormatan, perlindungan dan
bantuan hukum, karena akses informasi terhadap
pemenuhan terhadap hak atas keadilan melalui
bantuan hukum dan diseminasi informasi bantuan
penyelesaian kasus pelanggaran HAM masa
hukum oleh aparat penegak hukum masih kurang.
lalu secara yudisial maupun nonyudisial belum
memperlihatkan hasil yang signifikan karena
7.2.4 Rekomendasi
prosesnya berjalan sangat lambat. Koordinasi
antar penegak hukum telah dilakukan, namun Dalam mencapai sasaran penegakan dan
belum ditindaklanjuti secara konkret tahapan kesadaran hukum di tahun 2019, terkait
penyelesaiannya. dengan kualitas penegakan hukum, komitmen
komponen penegak hukum perlu ditingkatkan
Permasalahan lainnya terkait kekerasan terhadap
untuk mempercepat pelaksanaan pengelolaan
perempuan (KtP) ialah meningkatnya angka KtP
data informasi internal, sehingga dapat segera
dari semula 293.220 di tahun 2014 menjadi
melaksanakan integrasi database penanganan
321.752 di tahun 2015. Di satu sisi, angka tersebut
perkara. Selain itu, perlu strategi dalam
menunjukkan adanya peningkatan kesadaran
mempercepat proses penyusunan peraturan
hukum masyarakat, dan keberanian korban atau
perundang-undangan pelaksanaan UU SPPA, serta
anggota masyarakat lainnya untuk melaporkan. Di
diklat dan bimbingan teknis terpadu bagi aparat
sisi lain, kondisi ini juga menggambarkan bahwa
penegak hukum.
penanganan, layanan dan sistem rujukan untuk KtP
Untuk mewujudkan pencegahan dan
masih harus terus diperbaiki.
pemberantasan korupsi yang efektif, dukungan
Masalah lainnya adalah terkait dengan kebijakan gerakan moral anti korupsi secara masif oleh
diskriminatif, dalam hal ini peraturan daerah (perda) masyarakat, dan strategi pencegahan yang lebih
yang masih terus diproduksi di tingkat daerah, terkonsolidasi perlu ditingkatkan agar memberikan
dimana sampai saat ini terdapat 421 kebijakan dampak yang lebih besar. Dalam rangka mewujudkan
yang membatasi, mengurangi dan mengabaikan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan
pemenuhan hak-hak konstitusional warga tertentu hak atas keadilan, perlu meningkatkan upaya
(perempuan serta kelompok minoritas agama dan penyelesaian pelanggaran HAM berat masa lalu
seksual). Permasalahan yang dihadapi adalah dalam melalui proses yudisial maupun nonyudisial yang
pelaksanaan kebijakan evaluasi dan pembatalan dikembangkan melalui proses rekonsiliasi dengan
perda, masih belum menyentuh perda-perda korban pelanggaran HAM masa lalu. Sinergitas
diskriminatif, karena prioritas pembatalan perda kebijakan perencanaan dan penganggaran
masih terkait pajak dan retribusi. K/L dalam mengimplementasikan SPPT-PKKTP
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan diperlukan untuk mendukung proses penanganan
bantuan hukum untuk masyarakat miskin adalah korban yang terintegrasi. Untuk meningkatkan
Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019 | 171
kualitas pelayananan dan pengelolaan bantuan utama: (a) Membaiknya implementasi reformasi
hukum, diperlukan upaya penyebaran OBH secara birokrasi dilihat dari peningkatan persentase
merata ke seluruh wilayah di Indonesia melalui jumlah K/L dan daerah yang memiliki nilai Indeks
proses verifikasi dan akreditasi. Pengawasan reformasi birokrasi (RB) Baik (kategori B ke atas);
kualitas dan kapasitas pemberi layanan bantuan (b) Meningkatnya kualitas pelayanan publik dilihat
hukum kepada masyarakat perlu ditingkatkan agar dari peningkatan skor integritas pelayanan publik
penerima manfaat memperoleh pelayanan bantuan pusat dan daerah serta persentase K/L dan daerah
hukum yang optimal dan berkualitas. dengan tingkat kepatuhan atas UU No. 25/2009
tentang Pelayanan Publik (zona hijau).
7.3 Tata Kelola dan Reformasi
Birokrasi 7.3.2 Capaian
Sebagaimana Tabel 7.3 yang menyajikan
7.3.1 Kebijakan capaian tata kelola dan reformasi birokrasi, Hasil
pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah
Agenda prioritas tata kelola dan reformasi
Pusat (LKPP) 2016 menunjukkan opini WTP yang
birokrasi untuk mendukung Nawacita 2 telah
didasarkan pada hasil pemeriksaan 87 Laporan
diamanatkan dalam RPJMN 2015-2019 yaitu
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL)
mengembangkan tata kelola pemerintahan yang
dan 1 Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan
(BUN). Secara keseluruhan terdapat peningkatan
arah kebijakan dan strategi yang meliputi: (1)
persentase jumlah K/L yang memperoleh opini WTP
Membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja
dari 65 persen (2015) menjadi 86 persen (2016).
pemerintahan; serta (2) Menyempurnakan dan
meningkatkan kualitas reformasi birokrasi nasional Sedangkan pada pemerintah daerah baik Di
(RBN). tingkat daerah realisasi tahun 2015 telah memenuhi
target yang ditetapkan, yaitu 85 persen provinsi,
Sasaran pokok pembangunan nasional
54 persen kabupaten, dan 65 persen kota telah
terkait tata kelola dan reformasi birokrasi yang
memperoleh opini WTP, sedangkan kota sebesar
ingin diwujudkan adalah: (1) Meningkatnya
65 persen. Hal tersebut menunjukkan peningkatan
transparansi dan akuntabilitas dalam setiap
kualitas Laporan Kuangan Pemerintah Daerah
proses penyelenggaraan pemerintahan dan
(LKPD), yang didukung dengan upaya pemerintah
pembangunan, dengan indikator utama: (a)
daerah dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan
Membaiknya kualitas pelaporan keuangan K/L/D
BPK. Adapun upaya Pemda antara lain melakukan
dilihat dari peningkatan persentase jumlah K/L/D
perbaikan atas kelemahan sistem pengendalian
yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian
internal dan ketidakpatuhan terhadap paraturan
(WTP) dari BPK; (b) Membaiknya implementasi
perundang-undangan, sehingga pengelolaan
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
keuangan disajikan sesuai dengan Standar
(SAKIP) pada seluruh instansi pusat dan daerah,
Akuntansi Pemerintahan (SAP).
dilihat dari peningkatan persentase jumlah instansi
yang akuntabel (memperoleh skor B atas SAKIP); Terkait akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,
dan (2) Meningkatnya kualitas birokrasi dan tata pada tahun 2016 realisasi atas persentase instansi
kelola pemerintahan yang baik, dengan indikator pemerintah yang memiliki skor SAKIP (B) mengalami
172 | Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
peningkatan dari realisasi tahun 2015. Adapun
rincian realisasi 2016 mencakup 85,37 persen K/L,
64,71 provinsi, dan 14,53 persen kabupaten/kota Boks 7.3
yang memiliki skor SAKIP (B). Capaian tersebut
didukung oleh upaya yang dilakukan oleh instansi Inovasi Pelayanan Publik
pusat dan daerah dalam melaksanakan manajemen
kinerja yang berorientasi pada hasil. Secara Pemerintah telah berhasil melakukan
spesifik peningkatan skor SAKIP dipengaruhi antara percepatan implementasi RB melalui
lain: (1) Keterlibatan langsung pimpinan K/L dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
daerah dalam melakukan monitoring dan evaluasi Salah satu percepatan yang dilakukan
adalah pengembangan kreativitas dan
kinerja (melalui kegiatan telaah realisasi anggaran kompetisi inovasi pelayanan. Jumlah
dan kinerja secara triwulanan) yang semakin inovasi pelayanan publik terus meningkat
meningkat; (2) Cascading sasaran nasional kedalam dari tahun ke tahun yaitu 515 inovasi
visi-misi organisasi sampai pada tingkatan terendah (2014), 1.189 inovasi (2015), dan 2.476
inovasi (2016).
(indikator kinerja individu) sudah diperbaiki;
Hasil inovasi yang ada berkontribusi
(3) Penggunaan teknologi informasi dalam
dalam meningkatkan kualitas pelayanan
peningkatan kinerja dan pelayanan sudah mulai publik di berbagai sektor dan lini
optimal; (4) Perencanaan dan penganggaran pada pelayanan (pusat dan daerah). Beberapa
beberapa instansi pemerintah daerah sudah mulai inovasi pelayanan telah berdampak
positif terhadap: (i) Penyederhanaan dan
terintegrasi; dan (5) Berjalannya knowledge sharing
percepatan proses layanan publik; (ii)
antarpemda untuk memperbaiki akuntabilitas Perbaikan transparansi dan akuntabilitas
kinerja. pelayanan. Beberapa inovasi dikembangkan
untuk menjadi unit percontohan (role
Sementara itu, upaya peningkatan kualitas model) penyelenggaraan pelayanan publik
birokrasi dan penerapan tata kelola pemerintahan terbaik yang akan direplikasi di instansi
yang baik melalui reformasi birokrasi terus dilakukan pemerintah pusat dan daerah.
dan menjadi perhatian utama dalam agenda
pembangunan nasional. Secara umum peningkatan
kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi nasional
menunjukkan capaian yang baik. Pada tahun 2016, tahun 2015-2016 terus mengalami peningkatan.
jumlah K/L dan daerah yang mendapatkan indeks Perbaikan dilakukan melalui inovasi pelayanan
RB dengan skor B ke atas telah memenuhi target publik antara lain: (1) Mempersingkat waktu
RPJMN dengan rincian capaian sebesar 92,68 layanan izin investasi di BKPM pusat (proses hanya
persen (K/L) 38,24 provinsi; 37,29 persen (kab/ 3 jam); (2) Perbaikan pada layanan bongkar muat
kota). Capaian tersebut antara lain disebabkan: (1) (dwelling time) di beberapa pelabuhan dari semula
Perbaikan dalam penataan manajemen SDM di K/L 5,2 hari menjadi 3,13 hari.
dan daerah; (2) Peningkatan kualitas akuntabilitas Kualitas pelayanan publik mulai tahun 2015
kinerja instansi pemerintah dan perbaikan sistem diukur dengan tingkat kepatuhan K/L dan daerah
pengawasan. atas UU No.25/2009 tentang Pelayanan Publik (Zona
Sebagai dampak dari pelaksanaan reformasi Hijau). Skor integritas pelayanan publik tidak lagi
birokrasi, kualitas pelayanan publik selama digunakan mengingat survei integritas pelayanan
Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019 | 173
Tabel 7.3
Capaian Sasaran Pokok Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi
RPJMN 2015-2019
publik tidak lagi dilakukan atas UU No. 25/2009 66,67 persen, provinsi dari 9,00 persen meningkat
tentang Pelayanan Publik (zona hijau), sebagaimana menjadi 39,39 persen, dan kabupaten/kota dari
tercantum dalam Buku II RPJMN 2015-2019 bidang 5,26 persen meningkat menjadi 22,14 persen.
hukum dan aparatur. Tingkat kepatuhan K/L dan
daerah atas UU No. 25/2009 dari tahun ke tahun 7.3.3 Permasalahan Pelaksanaan
mengalami kenaikan. Perbandingan peningkatan
dari tahun 2015 ke 2016 adalah: kementerian dari Upaya-upaya pencapaian target RPJMN 2015-
27,27 persen meningkat menjadi 44,00 persen, 2019 terkait tata kelola dan reformasi birokrasi
lembaga dari 20,00 persen meningkat menjadi dihadapkan pada permasalahan antara lain: (1)
174 | Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
Tata kelola yang belum terintegrasi dan bersifat evaluasi pelaksanaan kerangka regulasi terkait
substantif mulai dari kelembagaan sampai dengan dengan peningkatan kualitas pelayanan publik;
program/sektor/bidang pembangunan; (2) Belum (5) Perubahan indikator dalam Sasaran Pokok
berkembangnya etos kerja mulai dari integritas Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi dari skor
sampai dengan produktivitas aparatur birokrasi. integritas pelayanan publik (pusat dan daerah)
menjadi tingkat kepatuhan K/L dan daerah dalam
Dari sisi pelayanan publik, pemenuhan
pelaksanaan UU No. 25/2009 tentang Pelayanan
standar pelayanan publik dan pengaturan
Publik (zona hijau) yang telah termuat pula dalam
penghargaan dan sanksi (reward and punishment)
Sasaran Bidang RPJMN 2015-2019 dan RKP 2018.
belum dilakukan secara menyeluruh dan
Pertimbangan perubahan adalah survei integritas
konsisten sehingga mendorong terjadinya potensi
pelayanan publik pusat dan daerah tidak lagi
maladministrasi dan perilaku koruptif. Selain
dilakukan sejak tahun 2015.
itu, masih terdapat beberapa peraturan yang
belum dilaksanakan secara konsisten, seperti UU Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik
No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik, Perpres harus terus dilakukan, khususnya di kabupaten/kota
No. 76/2013 tentang Pengelolaan Pengaduan agar target tingkat kepatuhan K/L dan daerah atas
Pelayanan Publik, PermenPAN RB No. 16/2014 UU No. 25/2009 tentang pelayanan publik (zona
tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat, hijau) yang ditetapkan di tahun 2019 dapat tercapai.
dan PermenPAN RB No. 15/2014 tentang Pedoman Upaya tersebut dilakukan antara lain melalui:
Standar Pelayanan. (1) Percepatan pembentukan unit pengelolaan
pengaduan di lingkungan penyelenggara pelayanan
Sementara tantangan ke depan untuk
publik; (2) Percepatan penanganan laporan
mencapai target RPJMN 2015-2019 antara lain: (1)
pengaduan masyarakat melalui upaya integrasi
Mengembangkan birokrasi yang kemampuannya
sistem pengelolaan pengaduan pelayanan publik
sekelas di tingkat ASEAN dalam mengelola dan
K/L dan daerah dengan LAPOR!-SP4N; dan
sekaligus meningkatkan kompetensi sumber daya
(3) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk
manusia yang dimiliki; dan (2) Menciptakan insan
berpartisipasi dalam pengawasan pelayanan publik.
aparatur sebagai motor penggerak pembangunan
yang berkesinambungan.
7.4 Pertahanan dan Keamanan
7.3.4 Rekomendasi
Untuk akselerasi penerapan reformasi birokrasi 7.4.1 Kebijakan
pada seluruh instansi pemerintah sampai tahun
Pembangunan Pertahanan dan Keamanan dalam
2019 dapat dilakukan antara lain: (1) Penataan
RPJMN 2015-2019 diarahkan untuk meningkatkan
kebijakan yang sangat berpengaruh untuk
kapasitas pertahanan dan stabilitas keamanan
peningkatan kualitas reformasi birokrasi antara lain
nasional yang dicakup oleh: Pertama, Alutsista
penerapan sistem manajemen ASN; (2) Pelaksanaan
TNI, alat dan material khusus (almatsus) Polri
e-government secara menyeluruh pada berbagai
dan Pemberdayaan Industri Pertahanan, dengan
instansi pemerintah di pusat dan daerah; (3)
arah kebijakan yang menekankan pada kelanjutan
Percepatan penerapan standar pelayanan di seluruh
pemenuhan Minimum Essential Force (MEF),
penyelenggara pelayanan publik; (4) Melakukan
Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019 | 175
kelanjutan pemenuhan almatsus Polri, peningkatan dan perawatan guna meningkatkan kesiapan
kontribusi industri pertahanan bagi alutsista dan operasional. Pemeliharaan dan perawatan
alut Polri, serta peningkatan kemampuan dan Alutsista TNI pada MEF Tahap I (2015) mencapai
penguasaan teknologi industri pertahanan. 30,00 persen dari kegiatan modernisasi Alutsista.
Kedua, Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Saat ini, pada MEF tahap II kegiatan pemeliharaan
dengan arah kebijakan yang menekankan pada dan perawatan justru mendapat perhatian lebih
intensifikasi upaya sosialisasi bahaya narkoba, yang tercermin dari semakin besarnya proporsi
peningkatan upaya terapi dan rehablitasi pembiayaan. Berbagai lingkup pemeliharaan dan
penyalahguna narkoba, serta peningkatan perawatan yang dilakukan diantaranya adalah
efektivitas pemberantasan penyalahgunaan dan perbaikan mesin kendaraan tempur ringan,
peredaran gelap narkoba. Dalam RKP 2015 dan RKP pengadaan suku cadang KRI di wilayah Komando
2016 Kebijakan Strategis Prevalensi Penyalahgunaan Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) dan
Narkoba dilaksanakan secara konsisten yang salah Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim),
satunya difokuskan kepada peningkatan fasilitas serta perbaikan mesin pada delapan jenis pesawat
rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba karena tempur. Peningkatan kekuatan pertahanan juga
saat ini Indonesia sudah memasuki Darurat Narkoba dibarengi dengan semakin mandirinya industri
sebagaimana yang telah disampaikan oleh Presiden pertahanan nasional yang tercermin dari kontribusi
RI. produk lokal serta meningkatnya penguasaan
teknologi pertahanan.
7.4.2 Capaian Adapun terkait prevalensi penyalahgunaan
narkoba, data internal Badan Narkotika Nasional
Terkait pemenuhan MEF pada tahun 2015/2016, (BNN) menunjukkan terjadinya penurunan sebesar
sistem pertahanan Indonesia semakin menguat 0,03 persen dari 2,23 persen di tahun 2011 menjadi
dengan kehadiran berbagai Alutsista MEF yang 2,20 di tahun 2015. Angka prevalensi sebesar 2,20
modern, beberapa diantaranya adalah Rudal persen artinya terdapat proyeksi sekitar 4,1 juta
Arhanud, main battle tank Leopard, pesawat penduduk yang menjadi korban penyalahgunaan
tempur F-16, dan meriam M-133 serta sejumlah narkoba dengan tingkat kematian sekitar 33 orang
kendaraan taktis (rantis). Selanjutnya, dalam rangka per hari. Hal ini menunjukkan adanya penurunan
mempercepat pembangunan MEF, Pemerintah telah jika dibandingkan hasil survei tahun 2011 yang
menetapkan kebijakan percepatan pembangunan mengindikasikan rata-rata 41-50 kematian per hari.
MEF Tahap II. Kebijakan percepatan tersebut telah Adanya penetapan status Darurat Narkoba
membuahkan hasil yaitu semakin efektifnya proses secara nasional, maka penanganan penyalahgunaan
perencanaan dan pembiayaan Alutsista MEF, serta narkoba menjadi semakin komprehensif.
pelaksanaan dan pengawasan yang ketat. Secara Pencegahan penyalahgunaan narkoba dan
keseluruhan, Pemerintah terus berupaya agar pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui
pewujudan kebijakan MEF mengarah pada target sosialisasi dan edukasi kepada berbagai lembaga
akhir Tahap II yaitu sebesar 71,20 persen di tahun pemerintah, swasta maupun masyarakat sejak
2019 (Tabel 7.4). usia dini hingga para pekerja. Kemudian, untuk
Tidak hanya dari sisi pengadaan, modernisasi mendorong upaya peningkatan peran serta
Alutsista juga dilakukan melalui pemeliharaan masyarakat dibentuk satuan tugas antinarkoba di
176 | Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
lingkungan instansi pemerintah, swasta, sekolah dan warga negara asing (WNA) maupun warga negara
perguruan tinggi, serta di lingkungan masyarakat, Indonesia (WNI).
dan edukasi kepada para mantan penyalahguna
narkoba agar menjadi trampil dan produktif. 7.4.3 Permasalahan Pelaksanaan
Selanjutnya, Pemerintah juga mendorong
rehabilitasi penyalahguna narkoba dengan Meskipun pencapaian MEF TNI telah sejalan
menetapkan tahun 2015 sebagai Tahun Gerakan dengan target tahun 2019, capaian tersebut belum
Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkotika. menggambarkan capaian fisik yang sesungguhnya.
Rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba Capaian fisik akan signifikan terlihat setelah
telah dilaksanakan melalui kerjasama dengan tahun 2019. Hal tersebut disebabkan sebagian
Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, besar pemenuhan MEF TNI adalah berasal
Sekolah Polisi Negara (SPN) dan residen dari Alutsista produksi luar negeri yang proses
induk daerah militer (rindam), serta komponen pelaksanaannya memerlukan waktu relatif lama
masyarakat lainnya seperti Pesantren, LSM, dan mulai dari pembuatan sampai dengan delivery.
lembaga-lembaga swasta yang tersebar di seluruh Pencapaian kontribusi industri pertahanan
wilayah Indonesia. Untuk pemberantasan narkoba dalam negeri sudah on track terhadap sasaran
antara lain dilaksanakan melalui kerjasama antar yang ingin dicapai di tahun 2019, namun demikian
lembaga terkait intelijen narkoba dan interdiksi, masih terdapat permasalahan yang perlu dibenahi
pembentukan call center BNN, kerjasama dengan dari sisi kebijakan dan kualitas produk industri
LAPAN dan BIG dalam pemanfaatan satelit untuk pertahanan. Saat ini belum ada kebijakan yang
mengetahui lokasi-lokasi ladang ganja, pengawasan mendorong adanya kontrak jangka panjang antara
pendistribusian prekusor, dan penerapan Tindak user dan industri pertahanan. Akibatnya adalah
Pidana Pencucian Uang (TPPU) terhadap para pelaku industri pertahanan tidak memiliki informasi
peredaran gelap narkotika. Sabagai tambahan, saat untuk perencanaan jangka panjang sehingga
ini tercatat sudah dilakukan eksekusi terhadap berdampak pada lamanya proses produksi dan
14 orang terpidana mati kasus narkotika baik terlambatnya proses penyerahan produk. Dari
Tabel 7.4
Capaian Sasaran Pokok Pertahanan dan Keamanan
RPJMN 2015-2019
2015 2016 Perkiraan
2014 Target Capaian
Uraian
(baseline) Target Realisasi Target Realisasi 2019 2019
(Notifikasi)
71,20
Tingkat Pemenuhan MEF 28,10 36,00 36,44 44,50 44,66
tahap II
Kontribusi Industri Per-
tahanan Dalam Negeri 21,30 35,00 37,50 41,60 46,00 53,80
terhadap MEF
Laju Prevalensi Penyalahgu-
0,05 0,05 0,02 0,05 0,01 0,05
naan Narkoba
Keterangan Notifikasi: Sudah tercapai/on track Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai Belum dapat diberikan notifikasi
Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019 | 177
lebih lanjut. Pertama, belum efektifnya strategi
pencegahan khususnya terkait diseminasi informasi
Boks 7.4 bahaya penyalahgunaan narkoba. Kedua, masih
terbatasnya kapasitas rehabilitasi penyalahguna
Pemberdayaan narkoba, baik milik pemerintah maupun swadaya
Industri Pertahanan Dalam Negeri masyarakat. Ketiga, semakin banyaknya narkoba
jenis baru (new psychoactive substance/NPS) yang
masuk ke Indonesia. Masalah lain yang dihadapi
Sampai dengan tahun 2016, sejumlah
Alutsista produksi industri pertahanan dalam pemberantasan narkoba diantaranya adalah
turut memenuhi kekuatan pertahanan makin canggihnya pola penyelundupan narkoba,
TNI, seperti Panser Anoa, rantis Komodo, banyaknya wilayah pabean yang belum dilengkapi
berbagai varian senjata dan munisi, Kapal
alat deteksi narkoba, dan belum efektifnya
Cepat Rudal (KCR), Kapal Angkut Tank,
motor folding-fin aerial rocket (FFAR), pengawasan di berbagai pelabuhan.
serta sejumlah rantis. Selain itu, Alutsista
produksi industri pertahanan juga sudah
mulai dikenal di luar negeri seperti Panser
7.4.4 Rekomendasi
Anoa yang pada tahun 2015 dipesan oleh
PBB sebanyak 14 unit untuk mendukung Sebagai upaya mendukung pemenuhan MEF
misi perdamaian PBB serta kapal strategic Tahap II, kebijakan mengarah pada transformasi
sea-lift vessel (SSV) kelas BRP Tarlac buatan tata kelola pengadaan Alutsista baik dalam
PT PAL yang telah diserahkan kepada
maupun luar negeri. Sementara guna mendukung
Angkatan Laut Republik Filipina pada Mei
2016. peningkatan kontribusi industri pertahanan dalam
negeri terhadap pencapaian MEF, kebijakan ke
Dari sisi penguasaan riset dan inovasi
teknologi, beberapa capaian yang depan mendorong adanya grand design pengadaan
membanggakan adalah telah selesainya alutsista jangka panjang sehingga menjadi langkah
program kapal korvet nasional dan sudah afirmatif pemerintah untuk memberikan kepastian
diluncurkan pada awal tahun 2016,
usaha bagi industri pertahanan. Di samping itu,
pengembangan jet tempur Korean Fighter
Xperiment/Indonesian Fighter Experiment perlu difasilitasi bagi industri pertahanan dalam
(KFX/IFX) yang telah memasuki negeri untuk bekerja sama teknologi dengan
tahap rekayasa dan manufaktur, serta industri pertahanan asing.
pembangunan infrastruktur untuk
pengembangan kapal selam di PT PAL. Terkait penanganan penyalahgunaan narkoba,
terdapat empat rekomendasi untuk ditindaklanjuti.
Pertama, perlu dilakukan peningkatan pelaksanaan
tes urine di lingkungan kerja dan pendidikan.
sisi kualitas, produk industri pertahanan masih Kedua, teknologi informasi dan media sosial perlu
belum mampu bersaing dengan produk luar dimanfaatkan khususnya untuk meningkatkan
negeri dikarenakan masih rendahnya kemampuan pelaporan masyarakat tentang aksi kejahatan
riset industri pertahanan. narkoba dan sebagai media diseminasi informasi
Walaupun laju prevalensi penyalahgunaan bahaya narkoba yang lebih efektif. Ketiga, dukungan
narkoba berhasil ditekan, terdapat sejumlah pembiayaan layanan rehabilitasi perlu diperluas di
permasalahan yang menghambat kemajuan berbagai sektor, termasuk di lapas. Keempat, perlu
178 | Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
dilakukan penerapan TPPU terhadap para pelaku perangkat daerah serta kinerjanya, khususnya di
peredaran gelap narkotika dengan melakukan Asset daerah otonom baru. Adapun sasaran peningkatan
Tracing secara menyeluruh. kapasitas aparatur pemda ditujukan untuk
mengembangkan kapasitas Aparatur Sipil Negara
7.5 Penguatan Tata Kelola (ASN) di daerah melalui peningkatan kualitas
Pemerintah Daerah pendidikan dan keterampilan ASN.
Sesuai dengan RPJMN 2015-2019, kebijakan Secara umum, terdapat dua indikator kinerja
Penguatan Tata Kelola Pemerintahan Daerah keuangan daerah yang dirasa memerlukan kerja
ditujukan untuk mendukung Nawacita 3, khususnya keras dalam pencapaian targetnya dan dua
agenda peletakan dasar-dasar desentralisasi indikator yang dirasakan sangat sulit untuk dicapai.
asimetris. Keberhasilan kebijakan tersebut Sedangkan empat indikator lainnya telah tercapai,
didukung oleh tiga kunci utama yaitu peningkatan bahkan beberapa melebihi target yang telah
kapasitas keuangan, kelembagaan, dan aparatur ditentukan (Tabel 7.5).
pemerintah daerah. Indikator rata-rata pajak retribusi kabupaten/
Sasaran peningkatan kapasitas keuangan kota terhadap total pendapatan dianggap perlu
adalah untuk mengurangi ketergantungan daerah kerja keras untuk pencapaiannya mengingat
terhadap dana transfer serta meningkatkan terjadi penurunan dari capaian tahun 2015 ke
kualitas belanja dan akuntabilitas pengelolaan. tahun 2016. Penurunan tersebut disebabkan oleh
Pengurangan ketergantungan tersebut diharapkan lebih besarnya peningkatan persentase Dana
dicapai dengan peningkatan proporsi pajak Perimbangan terhadap total sumber pendapatan
dan retribusi daerah, sedangkan peningkatan kabupaten/kota dalam APBD, dibandingkan
kualitas belanja dan akuntabilitas ditandai dengan dengan peningkatan persentase pajak dan retribusi
pengurangan persentase belanja pegawai dan daerah. Untuk indikator rata-rata persentase
peningkatan belanja modal terhadap total belanja pegawai provinsi, telah berhasil diturunkan
belanja di dalam APBD. Sementara itu, sasaran dari 16,03 persen di tahun 2015 menjadi 15,89
peningkatan kapasitas kelembagaan adalah untuk persen pada tahun 2016. Namun demikian, untuk
mendukung peningkatan kualitas pelayanan publik mencapai target rata-rata 13,00 persen di tahun
serta mendorong kemudahan berusaha melalui 2019, diperlukan kerja keras, mengingat adanya
penataan regulasi daerah tentang kelembagaan kebijakan pengangkatan pegawai honorer K1
perangkat daerah. Peningkatan kualitas pelayanan (pegawai honorer yang digaji melalui APBD) dan K2
publik ditandai dengan implementasi Standar (pegawai honorer yang digaji tidak melalui APBD),
Pelayanan Minimal (SPM) di daerah, sedangkan serta implikasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
kemudahan usaha dicapai melalui peningkatan serentak terhadap belanja operasional Kepala
kualitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) serta Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dua indikator
telaah dan pembatalan perda bermasalah. Selain lainnya, yaitu indikator rata-rata belanja modal
itu, peningkatan kapasitas kelembagaan pemda kabupaten/kota dan indikator rata-rata belanja
juga ditandai dengan efektifitas dan efisiensi modal provinsi, dianggap sangat sulit untuk tercapai
Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019 | 179
karena baru mencapai masing-masing 24,05 persen Adapun capaian untuk kinerja aparatur
dan 19,87 persen tahun 2016 dari target sebesar Pemerintah Daerah adalah peningkatan persentase
30,00 persen tahun 2019. aparatur pemerintah daerah dengan tingkat
pendidikan S1, S2, dan S3 dari 43,30 persen di tahun
Secara umum, capaian sasaran pokok kinerja
2014 menjadi 51,00 persen di tahun 2015, namun
kelembagaan sudah cukup baik, bahkan dua
mengalami penurunan menjadi 50,00 persen di
diantaranya sudah melebihi target. Namun ada
tahun 2016. Capaian ini sangat berkaitan dengan
satu sasaran pokok yang diprediksi akan sulit untuk
sistem manajemen ASN di daerah, kebijakan institusi
dicapai yaitu penerapan SPM di daerah.
dan pimpinan, hingga aksesibilitas informasi terkait
Dua sasaran pokok yang pencapaiannya sudah beasiswa bagi aparatur pemerintah daerah.
melebihi target adalah pembatalan peraturan
daerah (perda) bermasalah dan kelembagaan
7.5.3 Permasalahan Pelaksanaan
organisasi perangkat daerah yang ideal. Sasaran
pokok pembatalan perda bermasalah telah melebihi Beberapa permasalahan dalam pencapaian
target, karena sesuai arahan Presiden RI, dilakukan target indikator kinerja keuangan daerah adalah:
simplifikasi regulasi pada tahun 2016, termasuk (1) Masih tingginya nominal belanja aparatur yang
pembatalan 3.032 perda/perkada bermasalah. Ke mengurangi porsi belanja modal; (2) Sempitnya
depan, target dari sasaran pokok ini mengecil karena ruang gerak dalam optimalisasi pendapatan
jumlah perda/perkada bermasalah diharapkan daerah, mengingat pajak daerah dan retribusi
akan semakin berkurang. Sedangkan sasaran pokok daerah sebagai komponen terbesar bersifat close
kelembagaan organisasi perangkat daerah yang list; dan (3) Fluktuasi Dana Perimbangan yang tidak
ideal telah melebihi target, yaitu sebesar 100,00 bisa diprediksi.
persen dari target 55,00 persen. Hal ini dikarenakan
Beberapa permasalahan dalam pencapaian
berdasarkan PP No. 18/2016 tentang Organisasi
kinerja kelembagaan pemerintah daerah,
Perangkat Daerah, seluruh daerah diwajibkan
khususnya penerapan SPM di daerah adalah
menyusun perda perangkat daerah paling lambat
belum ditetapkannya peraturan teknis pelaksanaan
pada Desember 2016.
SPM, dalam hal ini Peraturan Pemerintah, sebagai
Sasaran pokok yang sulit tercapai adalah dasar kementerian dalam menyusun peraturan
penerapan SPM di daerah. Hal ini karena konsep menteri sektor tentang pedoman pelaksanaan
SPM mengalami perubahan mendasar dalam UU SPM urusannya. Lebih jauh dari itu dalam konteks
No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah. Terjadi penerapannya, implikasi dari perubahan konsep di
pengurangan dari 15 bidang SPM menjadi hanya atas, maka perlu juga disusun strategi pelaksanaan
6 bidang SPM, yang diikuti perubahan indikator penerapan SPM yang baru.
di dalamnya. Baseline 75,00 persen merupakan
Permasalahan terkait kinerja aparatur
capaian terhadap 15 bidang SPM, namun
pemerintah daerah, yaitu: (1) Belum adanya sistem
persentase capaian tahun 2015 dan 2016 (49,34
manajemen aparatur pemerintah daerah dengan
persen) didasarkan pada 6 SPM baru. Capaian
korelasi kuat antara pengembangan pola karier
tahun 2015 dan 2016 tidak berubah karena dalam
aparatur pemerintah daerah dengan kebutuhan
dua tahun ini lebih difokuskan kepada penyusunan
substansi dari jenjang pendidikan formal di
regulasi teknis berupa peraturan pemerintah dan
lingkungan organisasi perangkat daerah; (2) Masih
peraturan menteri sektoral terkait SPM.
180 | Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
Tabel 7.5
Capaian Sasaran Pokok Penguatan Tata Kelola Pemerintah Daerah
RPJMN 2015-2019
Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019 | 181
Secara umum permasalahan lain yang dihadapi dengan tingkat aksesibilitas terbatas terhadap
terkait pelaksanaan penguatan tata kelola informasi beasiswa pendidikan dan pelatihan gelar;
pemerintah daerah adalah sebagai berikut: (1) (3) Memetakan kebutuhan pendidikan formal
Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) aparat dan keterampilan yang jelas dan tegas bagi semua
pemerintahan daerah, baik dari sisi kualitas maupun aparatur pemerintah daerah dalam organisasi
kuantitas; (2) Keterbatasan sarana dan prasarana perangkat daerah tertentu; serta (4) Meningkatkan
perangkat keras dan perangkat lunak komputer; proses koordinasi antar-K/L dan pemerintah
serta (3) Kelemahan mulai dari perencanaan, daerah terkait peningkatan tingkat pendidikan
penganggaran, pelaksanaan, sampai dengan formal aparatur pemerintah daerah dalam bentuk
pertanggungjawaban tata kelola pemerintahan program/kegiatan yang efektif dan efisien.
daerah
Rekomendasi lainnya antara lain: (1) Mendorong
pemerataan sebaran SDM aparatur pemda,
7.5.4 Rekomendasi termasuk perlunya peningkatan sistem karir dan
Fokus peningkatan kinerja keuangan daerah kompetensi; (2) Pemenuhan sarana dan prasarana
adalah: (1) Meningkatkan diversifikasi potensi perangkat keras dan perangkat lunak komputer;
pendapatan asli daerah (PAD) dengan cara dan (3) Menyusun dokumen perencanaan dan
menguatkan kelembagaan, perbaikan sistem, dan penganggaran jangka menengah dengan lebih teliti
prosedur penerimaan pajak daerah dan retribusi dan melihat pola dinamika yang ada.
daerah (PDRD) sebagai langkah percepatan
pencapaian belanja modal yang lebih besar seperti
yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019; (2)
Meningkatkan SDM pada sektor pemungutan
PDRD; (3) Ekstensifikasi objek PDRD; dan (4)
Mengoptimalkan pengelolaan aset daerah.
Peningkatan kinerja kelembagaan dilakukan
antara lain: (1) Mempercepat penetapan Rancangan
Peraturan Pemerintah (RPP) tentang SPM sebagai
dasar K/L dalam menyusun pedoman pelaksanaan
SPM yang menjadi urusannya; (2) Menyusun
mekanisme koordinasi kelembagaan ditingkat
pusat dan daerah; (3) Mengintegrasikan indikator
SPM dalam dokumen perencanaan penganggaran
daerah; serta (4) Melengkapi database pencapaian
SPM.
Rekomendasi kebijakan dalam rangka
peningkatan kinerja aparatur daerah, antara lain: (1)
Menata dan mengembangkan Sistem Karier Aparatur
Pemerintah Daerah; (2) Mengimplementasikan
kebijakan afirmasi bagi aparatur pemerintah daerah
182 | Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019 | 183
STABILITAS
POLITIK, HUKUM,
PERTAHANAN DAN
INDEKS
REFORMASI
BIROKRASI
8 AREA
PERUBAHAN
REFORMASI
Penilaian kinerja birokrasi
BIROKRASI untuk mewujudkan pelayanan
publik yang berkualitas
Kualitas pelayanan
publik di daerah
masih perlu terus
ditingkatkan
92,68%
75%
60%
38,24% 45% 63,72% 73,04%
37,29%
184 | Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
KEAMANAN
INDEKS AKSI PENCEGAHAN
DEMOKRASI DAN PEMBERANTASAN
INDONESIA KORUPSI
75% 74,1%
EVALUASI
PARUH WAKTU
RPJMN 2015-2019
PenutupPembangunan Manusia
• Evaluasi Paruh dan
Waktu 2015-2019 | 187187
Masyarakat
RPJMN
188 | Penutup • Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019
D
alam dua tahun pelaksanaan RPJMN Pengelolaan belanja pusat diarahkan
2015-2019, Pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan sumber daya yang tersedia
mewujudkan Indonesia yang berdaulat, melalui penyusunan skala prioritas anggaran
mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong baik pada belanja di kementerian/ lembaga (K/L)
royong, sebagaimana tertuang dalam Nawacita maupun di luar K/L. Pada belanja K/L, alokasi
yang dijabarkan dalam RPJMN 2015-2019. Melalui anggaran difokuskan pada belanja prioritas.
pelaksanaan Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015- Belanja prioritas merupakan bagian belanja yang
2019 telah tergambarkan sejauh mana perkiraan memegang peran penting dalam pencapaian
pencapaian sasaran pokok pembangunan nasional sasaran prioritas pembangunan, oleh karenanya
di tahun 2019 (tercapai/on track, perlu kerja keras, diarahkan berdasarkan pada strategi pembangunan
dan sulit tercapai). nasional. Secara keseluruhan, efektivitas dan
efisiensi dari belanja prioritas dan belanja aparatur
Berikut ini tiga butir penting yang akan
terus didorong sehingga alokasi yang terbatas
disampaikan pada bagian penutup, yaitu: (1)
menjadi lebih berdaya guna.
Kaidah pelaksanaan Evaluasi Paruh Waktu RPJMN
2015-2019, yang memuat kerangka kerja dan dasar Pemanfaatan belanja non-K/L khususnya belanja
pelaksanaan, baik kerangka pendanaan, regulasi, subsidi energi dan nonenergi diarahkan tetap
kelembagaan, maupun evaluasi; (2) Kesimpulan, sejalan dengan strategi kebijakan fiskal dalam jangka
yang memuat ringkasan pencapaian sasaran menengah. Kebijakan perencanaan subsidi energi
pokok RPJMN 2015-2019; dan (3) Tindak lanjut, dan nonenergi diarahkan untuk lebih adil dan tepat
yang memuat langkah-langkah perbaikan ataupun sasaran. Perkuatan metode penghitungan serta
percepatan untuk mencapai target yang ditetapkan mekanisme penyaluran terus dilakukan. Selain hal
di tahun 2019. tersebut, pengembangan alternatif kebijakan juga
perlu terus digali untuk mendorong pemanfaatan
8.1 Kaidah Pelaksanaan anggaran negara yang terbatas. Kebijakan belanja
non-K/L tetap diarahkan sejalan dengan belanja K/L
Rumusan kaidah pelaksanaan Evaluasi Paruh untuk mencapai sasaran pembangunan.
Waktu Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi
Nasional (RPJMN) 2015-2019 meliputi tinjauan atas:
fiskal, perencanaan dan penganggaran diamanatkan
(1) Kerangka pendanaan, (2) Kerangka regulasi, (3)
mengikuti pembagian kewenangan pusat dan
Kerangka kelembagaan, dan (4) Kerangka evaluasi;
daerah. Pemerintah pusat dan daerah memiliki
yang diuraikan pada bagian berikut ini.
kewenangan dan tanggung jawab masing-masing
dalam pembangunan. Kebijakan transfer ke daerah
8.1.1 Kerangka Pendanaan diarahkan guna mempercepat pembangunan
daerah, meningkatkan kualitas pelayanan publik
Kerangka pendanaan merupakan bagian dari dan mengurangi ketimpangan pelayanan publik
rencana pencapaian sasaran pembangunan jangka antar daerah searah dengan pencapaian sasaran
menengah. Kerangka pendanaan RPJMN 2015- pembangunan nasional. Penyempurnaan terhadap
2019 meliputi kebijakan pada belanja pemerintah aspek transparasi dan akuntabilitasnya baik di sisi
pusat, transfer daerah, serta kebijakan pembiayaan mekanisme maupun pemanfaatannya akan terus
pembangunan. dilakukan. Dalam upaya mencapai tujuan dan
RPJMN dilakukan pada tahun terakhir yang hasilnya dengan pengumpulan data dan informasi kinerja
digunakan sebagai input dalam penyusunan RPJMN pembangunan sebagai bahan awal penyusunan
periode selanjutnya (RPJMN 2020-2025). draft evaluasi. Selanjutnya, dilakukan konfirmasi
data dan informasi kepada K/L penanggung jawab.
Proses bisnis penyusunan Evaluasi Paruh Waktu
Finalisasi draft Evaluasi Paruh Waktu dilakukan
RPJMN 2015-2019 dilakukan dengan melibatkan
melalui konfirmasi internal Kementerian PPN/
pihak internal Kementerian PPN/Bappenas dan
Bappenas bersama KSP. Proses bisnis penyusunan
pihak eksternal yaitu K/L penanggung jawab sasaran
Evaluasi Paruh Waktu dapat dilihat pada Gambar
pokok RPJMN 2015-2019. Kegiatan ini diawali
8.1. Selain itu, esensi dari masukan KSP terhadap
Tabel 8.1.
Ringkasan Perkiraan Capaian Sasaran Pokok Pembangunan
RPJMN 2015-2019
Notifikasi
Sasaran Pokok Pembangunan Total
Ekonomi Makro 3 2 2 0 7
Pembangunan Manusia dan Masyarakat 18 19 0 1 38
Pembangunan Sektor Unggulan 36 20 5 1 62
Pemerataan dan Kewilayahan 15 18 2 2 37
Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan 27 9 3 1 40
TOTAL 99 68 12 5 184
PERSENTASE 53,26 35,87 8,15 2,72 100,00
Keterangan Notifikasi: Sudah tercapai/on track Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai Belum dapat diberikan notifikasi
www.bappenas.go.id
ekps@bappenas.go.id