Anda di halaman 1dari 24

REPLIK ATAS JAWABAN TERGUGAT

Perkara Nomor: 19/G/LH/2022/PTUN.SMD

ANTARA

KENAN FEBRIAN GANDA PERMANA, S.H.,M.Kn

OLGA AMELIA AYU ANGGREINI, S.H.,M.H

Sebagai PENGGUGAT

MELAWAN

SINTA PRISCILLIA,S.H.,M.H

ZIDAN ABRAR,S.H.

Sebagai TERGUGAT
10 Agustus 2022 

Perihal : Replik atas Jawaban Tergugat 

Perkara Nomor : 19/G/LH/2022/PTUN.SMD

Kepada: 

Yth. Ketua Majelis Hakim Pengadilan Tata


Usaha Negara Samarinda di 
Jl. Raya Ir. H. Juanda No.89, Semawalang, Semambung,
Kecamatan Gedangan, Kabupaten  Sidoarjo, Jawa Timur 61253 

Dengan hormat, 

Kami yang bertandatangan di bawah ini: 

1. KENAN FEBRIAN GANDA PERMANA, S.H.,M.Kn


2. OLGA AMELIA AYU ANGGREINI, S.H.,M.H

Seluruhnya berkewarganegaraan Indonesia; Pekerjaan


Penerima Kuasa Nomor 1 s/d 7 sebagai Advokat dan penerima
kuasa nomor 8 dan 9 sebagai para legal pada Kantor Lembaga
Pemberdayaan dan Bantuan Hukum “KSATRIA PANCASILA”
yang beralamat di Jl. Batu Cermin, RT. 05, Kel. Sempaja Utara,
Kec. Samarinda Utara, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan
Timur, 

Dalam hal ini bertindak berdasarkan Surat Kuasa Khusus


Nomor: 0106/SKK/I/2022  tertanggal 14 Mei 2022, dengan ini
hendak mengajukan Replik untuk menanggapi  Jawaban
Tergugat yang telah disampaikan pada persidangan hari Senin,
tanggal 27 Juli 2022 , bertindak atas nama: 

Nama : La Gessa

Kewarganegaraan : Indonesia 

Tempat Tinggal : . Jl.Sukarno Hatta, RT. 024, Desa Batuah,


Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara

Pekerjaan : Pekebun

Selanjutnya disebut sebagai -----------------------------------


PENGGUGAT

MELAWAN

I. Bupati Kutai Kartanegara, Komplek Kantor Bupati Jl. Robert


Wolter Monginsidi No.1, Timbau, Tenggarong, Kab. Kutai
Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

Untuk selanjutnya disebut sebagai pemberi kuasa yang telah


memilih dan memberi kuasa kepada:

Nama : SINTA PRISCILLIA, S.H., M.H. / 19701004 `


199403 2 002
Pangkat/Gol : Pembina (IV/a)
Pekerjaan : Aparatur Sipil Negara (ASN)
Jabatan : Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
Kalimantan Timur

Nama : ZIDAN ABRAR, S.H. /19670113 198903 1

006

Pangkat/Gol : Penata Tk. I (IIId)


Pekerjaan : Aparatur Sipil Negara (ASN)
Jabatan : Staff Bagian Hukum Sekretariat Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
Kalimantan Timur

Semuanya berkewarganegaraan Indonesia, dan memilih alamat


pada Kantor Pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara,
beralamat di Jl. Wolter Monginsidi No. 1 Tenggarong, berdasarkan
Surat Kuasa Khusus Nomor 1651/SKK/IV/2022 tanggal 01 April
2022 dapat bertindak baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama berhak mewakili dan karenanya bertindak untuk
dan atas nama pemberi kuasa.

Selanjutnya disebut dengan ---------------------------------------------------


TERGUGAT

Bahwa Penggugat menolak seluruh dalil Jawaban


Tergugat dan Penggugat tetap pada  dalil-dalil dalam
Gugatannya kecuali dalil Tergugat yang secara tegas diakui
kebenaranya  oleh Penggugat.  
DALAM EKSEPSI 

Bahwa selanjutnya Penggugat akan menanggapi


Eksepsi Tergugat yang terdiri atas: 

1. Eksepsi Kewenangan Mengadili (Kompetensi


Absolut)
2. Eksepsi tentang Legal Standing
3. Eksepsi Gugatan Penggugat Kabur atau Tidak Jelas
(Obscuur Libels). 
4. Eksepsi Gugatan Prematur
5. Eksepsi Gugatan Kurang pihak (Plurium Litis
Consortium)
6. Eksepsi Gugatan Salah Menarik Tergugat (Error In
Persona)
7. Eksepsi Gugatan Salah Obyek Sengketa (Error In
Objecto)

Adapun Penggugat menolak dalil-dalil Tergugat dalam


Eksepsi akan dijelaskan sebagai  berikut: 

I. DALAM EKSEPSI
A. Eksepsi tentang Kewenangan mengadili (Kompetensi
Absolut) 

Bahwa Tergugat dalam Eksepsinya mengatakan:


“Bahwa mengingat sengketa a quo adalah sengketa
keperdataan sebagaimana dalil-dalil Penggugat tersebut
yang merupakan suatu bentuk pengakuan, maka
selayaknya serta sudah seharusnya Majelis Hakim
Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda menyatakan
tidak berwenang mengadili perkara a quo serta menolak
Gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya Gugatan
Penggugat tidak dapat diterima (Niet Onvankleijke
Verklaard).”

Dalam hal ini Penggugat menganggap bahwa


Pengadilan Tata Usaha Ngera memiliki kewenangan dalam
mengadili perkara kali ini. Sebagaiaman yang telah
dicantumkan dalam bagian kewenangan Pengadilan Bahwa
ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang RI No 5 Tahun
1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara jo Pasal 1
angka 9 Undang-Undang RI No 51 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Undang-Undang No 5 Tahun 1986
tentang Pengadilan Tata Usaha Negara mendefinisikan
Keputusan Tata Usaha Negara adalah : “suatu penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata
usaha negara yang berisi tindakan hukum yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang bersifat kongkret, individual, dan final, yang membawa
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata” 

Bahwa berdasarkan definisi tersebut diatas, maka


KEPUTUSAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA NOMOR :
140 Tahun 2015, TANGGAL 20 OKTOBER 2015
TENTANG IZIN LINGKUNGAN RENCANA PENINGKATAN
KAPASITAS PRODUKSI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
EKSPLOITASI / OPERASI PRODUKSI BATU BARA DARI
500.000 MT/TAHUN MENJADI 2.545.163.,86 MT/TAHUN
OLEH PT. BARAMULTI SUKSES SARANA. Tbk. DI DESA
BATUAH, LOA DURI ULU, LOA DURI ILIR, DAN DESA
BAKUNGAN, KEC. LOA JANAN KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR adalah
sebuah keputusan tertulis yang berisi penetapan tertulis
(beschikking) yang ditujukan kepada individu dan langsung
berlaku sejak dikeluarkan oleh pejabat yang membuatnya
atau dengan istilah hukumnya bersifat konkret, individual
dan final ; 

Bahwa keinginan dari Penggugat adalah meminta


agar Keputusan Tata Negara yang menjadi Obyek Gugatan
tersebut di batalkan atau dinyatakan tidak sah sehingga hal
ini dapat dikatakan sebagai “sengketa tata usaha Negara”.
Dengan keinginan dari Penggugat ini cukup dengan
ketentuan Pasal 47 Undang-Undang RI No 5 Tahun 1986
tentang Pengadilan Tata Usaha Negara menegaskan
bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara “bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
sengketa Tata Usaha Negara”. Atas pertimbangan ini
Penggugat menyimpulkan bahwa Pengadilan Tata Usaha
Negara, dalam hal ini Pengadilan Tata Usaha Negara
Samarinda, yang yurisdiksinya mencakupi tempat
kedudukan Tergugat sebagaimana telah diuraikan di awal
Surat Gugatan ini, adalah berwenang untuk memeriksa
dan memutus sengketa sebagaimana tertuang dalam
Surat Gugatan

B. Eksepsi Penggugat Tidak Memiliki Dasar Hukum (Legal


Standing)
Pihak Tergugat dalam jawabannya menyatakan bahwa:

“Bahwa mengingat dasar hukum (legal standing)


Penggugat dalam perkara a quo telah diputus oleh di PN
Tenggarong dan Penggugat telah melepaskan Hak Atas
Tanahnya kepada PT. BSSR, maka demi hukum dalam
perkara a quo Penggugat Tidak Memiliki Dasar Hukum
(legal standing) untuk mengajukan Gugatan pada PTUN
Samarinda.”

Bahwa Penggugat dalam hal ini tinggal dan


berdomisili di Kampung Tanah Juang Km 28 dimana area
tersebut berdampingan langsung dengan Pemrakarsa
Usaha atau Penanggug Jawab Usaha PT. BARAMULTI
SUKSES SARANA. Tbk. (PT. BSSR) yang diberi izin
lingkungan oleh Tergugat yang mana kemudian tempat
bermukimnya terdampak oleh kegiatan PT BARAMULTI
SUKSES SARANA, Tbk. (PT BSSR). Bahwa rumah
Penggugat dan sanak familynya terletak di dalam konsesi
PT. BARAMULTI SUKSES SARANA. Tbk. (PT. BSSR) ; –

 Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas


Penggugat mengalami kerugian baik materiil maupun
imateriil, sehingga berdasarkan pasal 53 Undang-Undang
No. 51 Tahun 2009 tentang perubahan kedua Undang-
Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, maka orang perseorangan (Naturlijke Person) yaitu
Penggugat yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan
gugatan tertulis Kepada Pengadilan yang berwenang,
selanjutnya dalam Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, Pasal 54 ayat (1) berbunyi : 

“Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada


Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan tergugat”

Bahwa sudah diuraikan dalam identitas Para Pihak


pada awal gugatan bahwa kedudukan Tergugat adalah di
Jl. Komplek Kantor Bupati Jl. Robert Wolter Mongisidi No.1,
Timbau, Tenggarong, Kab. Kutai Kartanegara, Propinsi
Kalimantan Timur yang masih termasuk yurisdiksi
Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda; 

Bahwa oleh karenanya Penggugat mempunyai legal


standing untuk mengajukan gugatan a quo dan sudah
tepat gugatan a quo diajukan pada Pengadilan Tata
Usaha Negara Samarinda ;

C. Eksepsi Gugatan Bersifat Kabur (Obscure Libel).

C.1 Tidak jelas letak dan batas-batas lahan dan Rumah


Penggugat

Bahwa Penggugat adalah benar Penggugat adalah


Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Kampung
Tanah Juang 28 Desa Batuah Kecamatan Loa JananKutai
Kartanegara yang termasuk di dalam areal Izin Lingkungan
Dalam perkara a quo dan sebagai Penanggung Jawab
Usaha atau pemegang izin lingkungan adalah PT.
BARAMULTI SUKSESSARANA. Tbk. (PT. BSSR) yang
tidak melaksanakan pengelolaan lingkungan sebagaimana
tertuang dalam dokumen Amdal ;

C.2 Tidak jelas letak sungai dan jalan

Kerugian langsung yang Penggugat alami adalah : 

Dengan tidak melaksanakan jarak aman


penambangan berakibat sungai di belakang rumah
Penggugat tertimbun dan tercemar bahkan hilang; 

Tanah Perkebunan Penggugat juga ikut digusur oleh


PT. BARAMULTI SUKSES SARANA. Tbk. (PT. BSSR)
padahal Penggugat tidak pernah melepaskan hak atas
tanah tersebut kepada PT. BARAMULTI SUKSES
SARANA. Tbk. (PT. BSSR), hal ini berakibat Kebun sawit
yang berisi sekitar 200 pohon sawit telah lenyap, puluhan
pohon buah seperti Ellay, rambutan, durian dan cempedak
juga digusur oleh Perusahaan, begitu jugadengan 3 (tiga)
unit rumah tempat tinggal H La Gessa dengan keluarganya
juga ikut di gusur oleh oleh PT. BARAMULTI SUKSES
SARANA. Tbk. (PT. BSSR);

Sungai alam yang ada di sekitar juga sudah di


tutupmenyebabkan hilangnya sumber air, untuk mandi,
mengaliri ladang pertanian serta untuk mendapatkan
kehidupan dari mencari ikan disungai ;

D. Eksepsi Gugatan Prematur

Bahwa apa yang telah didalilkan oleh Tergugat adalah


salah karena Penggugat telah menempuh upaya
administratif. 
 Bahwa Penggugat sudah menggunakan upaya
administratif dengan meminta kepada Tergugat agar
mencabut Obyek Sengketa melalui surat Nomor :
099/KP-Bup/U.A/IV/2022 tertanggal 25 April 2022
Perihal Upaya Administratif; Keberatan atas
diterbitkanya Izin Lingkungan PT. BARAMULTI
SUKSES SARANA. Tbk. (PT. BSSR) yang diterima
oleh Tergugat pada tanggal 28 April 2022, namun
hingga saat ini Tergugat tidak juga mencabut Obyek
sengketa; Bahwa oleh karena Tergugat tidak juga
mencabut Obyek Gugatan sebagaimana
permohonan dari Penggugat, oleh sebab itulah
Penggugat terpaksa membawa permasalahan ini ke
Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda, dengan
maksud agar Obyek Sengketa di batalkan

 Bahwa Tergugat sudah mendapatkan surat


permohonan pencabutan obyek gugatan (Upaya
Administratif) dan mengetahui ada sengketa antara
masyarakat (Penggugat) dengan pemegang Izin
yang diterbitkanya namun Tergugat tidak
memfasilitasi penyelesaian sengketa hal ini
melanggar kewajiban Tergugat sebagaimana
dimaksud pasal 63 ayat (3) huruf h UU No. 32 tahun
2009 tentang PPLH : 

(3) Dalam perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup, pemerintah  kabupaten/kota
bertugas dan berwenang: 

 memfasilitasi penyelesaian sengketa


E. Eksepsi Gugatan Kurang Pihak (Plurium Litis
Consortium)

Penggugat tidak menarik Menteri Energi dan Sumber


Daya Mineral RI dan Menteri Lingkungan Hidup sebagai
Tergugat

Bahwa mengingat gugatan a quo kurang pihak


(Plurium Litis Consortium), maka kami mohon kepada
Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda
untuk menyatakan tidak berwenang mengadili perkara a
quo serta menolak Gugatan Penggugat atau setidak-
tidaknya Gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet
Onvankleijke Verklaard).

Tetapi dalam surat gugatan Penggugat telah


mendalilkan “Bahwa adapun yang menjadi objek gugatan
dalam gugatan ini adalah Keputusan Bupati Kutai
Kartanegara Nomor: 140 Tahun 2015, Tanggal 20 Oktober
2015 Tentang Izin Lingkungan Rencana Peningkatan
Kapasitas Produksi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Eksploitasi/Operasi Produksi Batu Bara Dari 500.000
MT/Tahun Menjadi 2.545.163.,86 MT/Tahun Oleh Pt.
Baramulti Sukses Sarana. Tbk. Di Desa Batuah, Loa Duri
Ulu, Loa Duri Ilir, Dan Desa Bakungan, Kec. Loa Janan
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.”

Oleh karena itu Penggugat sebagaimana dalam


Surat gugatan petitum gugatan a quo, Penggugat tetap
memohon kepada Majelis Hakim untuk menyatakan
batal dan tidak sah serta mewajibkan Tergugat untuk
mencabut obyek sengketa.

F. Eksepsi Gugatan Salah Menarik Tergugat (Error In


Persona)

Bahwa Tergugat mendalilkan “Bahwa mengingat


yang menjadi obyek sengketa adalah Izin Lingkungan
(berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja, Izin Lingkungan berubah nama
menjadi Persetujuan Lingkungan) dan mengingat
kewenangan dalam menerbitkan dan mencabut
Persetujuan Lingkungan di sektor bidang pertambangan
menjadi kewenangan Kementerian Lingkungan Hidup RI,
maka seharusnya yang menjadi Tergugat dalam perkara a
quo adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI
dan Menteri Lingkungan Hidup RI, bukan Bupati Kutai
Kartanegara.

Bahwa mengingat gugatan a quo Penggugat salah


menarik pihak selaku Tergugat (Error In Persona), maka
kami mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha
Negara Samarinda untuk menyatakan tidak berwenang
mengadili perkara a quo serta menolak Gugatan Penggugat
atau setidak-tidaknya Gugatan Penggugat tidak dapat
diterima (Niet Onvankleijke Verklaard).”

Dalam hal ini Penggugat merasa bahwa telah tepat


untuk mendalilkan Gugatan kepada Tergugat mengingat
bahwa objek Gugatan ini adalah Keputusan Bupati Kutai
Kartanegara Nomor 104 Tahun 2015, Tentang Izin
Lingkungan Rencana Peningkatan Kapasitas Produksi
Usaha Oleh PT. Baramulti Sukses Sarana. Tbk Di Desa
Batuah, Loa Duri Ului Ulu, Loa Duri Ilir dan Desa Bakungan
Kec. Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
Kalimantan Timur yang dikeluarkan oleh Tergugat atas
nama Bupati Kutai Kartanegara. 

Bahwa ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang


RI No 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha
Negara jo Pasal 1 angka 9 Undang-Undang RI No 51
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang No
5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara
mendefenisikan Keputusan Tata Usaha Negara adalah :
“suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau
pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang bersifat kongkret, individual, dan final, yang membawa
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata” 

Bahwa berdasarkan definisi tersebut diatas, maka


KEPUTUSAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA NOMOR :
140 Tahun 2015, TANGGAL 20 OKTOBER 2015
TENTANG IZIN LINGKUNGAN RENCANA PENINGKATAN
KAPASITAS PRODUKSI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
EKSPLOITASI / OPERASI PRODUKSI BATU BARA DARI
500.000 MT/TAHUN MENJADI 2.545.163.,86 MT/TAHUN
OLEH PT. BARAMULTI SUKSES SARANA. Tbk. DI DESA
BATUAH, LOA DURI ULU, LOA DURI ILIR, DAN DESA
BAKUNGAN, KEC. LOA JANAN KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR adalah
sebuah keputusan tertulis yang berisi penetapan tertulis
(beschikking) yang ditujukan kepada individu dan langsung
berlaku sejak dikeluarkan oleh pejabat yang membuatnya
atau dengan istilah hukumnya bersifat konkret, individual
dan final ; --- 

Bahwa KTUN Obyek Gugatan yang dikeluarkan oleh


TERGUGAT tersebut di atas, adalah KTUN yang bersifat
Konkret, Individual dan Final. Oleh karena itu tepat bagi
Penggugat untuk mendalilkan Gugatan ini kepada
Tergugat mengingat Tergugat adalah pihak yang
mengeluarkan sebuah keputusan yang menjadi objek
gugatan. 

G. Eksepsi Gugatan Salah Obyek Sengketa (Error In


Objecto)

Bahwa Tergugat dalam gugatannya menyatakan bahwa


“Bahwa mengingat dalil gugatan Penggugat yang pada
intinya menilai PT. BSSR tidak melakukan kegiatan usaha
sesuai Amdal, telah melakukan pencemaran lingkungan
pada sungai yang merugikan Penggugat, dan mengingat
dalil petitum yang meminta majelis hakim untuk
menyatakan batal atau tidak sah serta mewajibkan
Tergugat untuk mencabut obyek sengketa.”

Dalam hal ini Penggugat berpedapat bahwa 

Bahwa sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012


tentangIzin Lingkungan Pasal 9 menyatakan : 
1. Pemrakarsa, dalam menyusun dokumen Amdal
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8, mengikutsertakan
masyarakat: 

a. yang terkena dampak;

b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau

c. yang terpengaruhatas segala bentuk keputusan dalam


proses Amdal. 

2. Pengikutsertaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilakukan melalui: 

a. pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan; dan

b. konsultasi publik.

3. Pengikutsertaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilakukan sebelum penyusunan dokumen Kerangka Acuan. 

Bahwa Penggugat selaku masyarakat terdampak tidak pernah


mendapat undangan untuk konsultasi publik, maupun
mendapatkan pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan dari
PT. BSSR; Penggugat tidak tahu kapan dilakukan konsultasi
publik, dimana dilakukan dan warga dari antah berantah mana
yang diundang, yang jelas Peggugat sebagai warga yang
terdampak langsung tidak pernahdiundang untuk konsultasi publik,
sehingga Penggugat dan keluargatidak bisa mmberikan saran dan
masukan agar lingkungan Penggugat tidak terdampak atas
kegiatan pertambangan perusahaan; Bahwa tidak dilibatkanya
masyarakat / warga sekitar yang terkena dampak langsung adalah
bentuk pelanggaran prosedur dalampenerbitan obyek gugatan; 
Bahwa karena Penggugat tidak dilibatkan dalam konsultasi
publik, maka Penggugat kehilangan hak pemeggugat untuk
menyampaikansaran sebagaimana dimaksud ayat (4) dan ayat (5)
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan : (4) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak pengumuman
sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf a, berhak mengajukan
saran, pendapat, dan tanggapan terhadap rencana Usaha dan/atau
Kegiatan. (5) Saran, pendapat, dan tanggapan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) disampaikan secara tertulis kepada
Pemrakarsa dan Menteri, gubernur, atau bupati/walikota. 

Bagaimana Penggugat bisa menyampaikan saran ketika tidak


dilibatkandalam konsultasi publik, padahal Penggugat merupaka
warga yangsangat terdampak atas kegiata pertambagan dari
Pemrakarsa Usaha; Bahwa berdasarkan uraian tersebut maka
penerbitan Izin Lingkungan  atau Obyek Gugatan meelanggar
prosedur penerbitan sehigga patut untuk dibatalkan; 

Oleh karena itu telah sah bagi Penggugat untuk menyatakan bahwa 

II. DALAM PENUNDAAN

1. Bahwa oleh karena Keputusan TERGUGAT tersebut


tidakberkaitan dengan “Kepentingan Umum” sebagaimana
ditentukandalam pasal 67 ayat (4) huruf (b) UNDANG-
UNDANGNOMOR5TAHUN 1986 Jo UNDANG – UNDANG No.
09 TAHUN2004Jo. UNDANG – UNDANG NOMOR 51 TAHUN
2009 TENTANGPERADILAN TATA USAHA NEGARA, maka
untuk menghindari kerugian yang lebih besar diderita oleh
PENGGUGAT, mohonagar kiranya pelaksanaan Keputusan
Tata Usaha Negara tersebut in casu obyek gugatan dapat
ditunda selama pemeriksaansengketa Tata Usaha Negara
sedang berjalan, sampai adaputusan Pengadilan yang
memperoleh kekuatan hukumtetap, dengan alasan terdapat
“keadaan yang sangat mendesak” yangmengakibatkan
kepentingan PENGGUGAT sangat dirugikan jikaKeputusan
Tata Usaha Negara in casu obyek gugatan yangdigugat itu
tetap dilaksanakan;

2. Bahwa yang dimaksud dengan keadaan mendesak adalah


jikatidak dilakukan Penundaan terhadap obyek sengketa
makaPenanggung Jawab Usaha tetap menjalankan usaha nya,
adalahrumah dan kebun sawit Penggugat akan habis di gusur
dan di landclearing, akan timbulnya lubang tambang di dekat
rumah Penggugat yang juga bersebelahan dengan konsesi PT.
BSSR, karena Penggugat masih memiliki rumah laiya lagi di
lahan yangbersebelahan dengan lahan sawit yang digusur oleh
Pemrakarsa Usaha, karena kebun sawit Penggugat sudah
digusur jika tidakditunda pelaksanaan keputusan a quo, maka
kegiatanpertambangan akan semakin dekat dengan rumah
Penggugat dakeluarga yang brada tepat di seblah rumah dan
kebun yang sudahdigusur oleh Perusahaan, dan tempatnnya
rumah yang ini lebih tinggi (bukit) dari lahan yang digusur
sebelumnya maka lahanPenggugat berpotesi longsor, dan
lubang tambang yang berisi air menggenang dapat
membahayakan Penggugat maupunkeluarga anak-anak dan
cucu-cucu Penggugat, khususnya anak- anak/ cucu-cucu
Penggugat sering bermain disekitaran kebun, jikadigusur jika
tidak ditunda pelaksanaan keputusan a quo, maka potensi
timbul kerugian yang tidak bisa dipulihkan sangat tinggi yakni
terjadi korban meninggal dunia khususnya anak-anak akibat
lubang tambang tentu kerugian tersebut tidak dapat di
pulihkankarena menyangkut jiwa manusia, oleh karena itu tepat
jikadilakukan penundaan pelaksanaan surat keputusan a quo;

3. Bahwa yang dimaksud dengan timbulnya kerugian yang lebih


besar yang diderita oleh PENGGUGAT, apabila Keputusan
TERGUGAT itu tidak ditangguhkan pelaksanaannya,
adalahsebagai berikut :

a) Lahan perkebunan sawit dan tiga buah rumah Penggugat


sudahgusur oleh Perusahaan, dan jika tidak dihentikan maka
yang longsor berikutnya adalah rumah penggugat yang terletak
di sebelah lokasi yag sudah digusur tersebut; Karena
Penggugat masih memiliki beberapa rumah dan pondok serta
kebun di sebelah lahan yang sudah digusur, yang rumah-rumah
tersebut juga di huni oleh anak-anak dan cucu-cucu Penggugat;

b) Debu dari hauling memuat batu bara berdampak


padakesehatan Penggugat dan keluarga, karena Perusahaan
tidakmembuat bufer zone penangkal debu

c) Longsoran tanah maupun lubang bekas galian tambang


dapat membahayakan jiwa Penggugat dan keluarga, terutama
sangat berbahaya bagi anak-anak dan cucu-cucu Penggugat
yangbeelum bisa berenang dan tahunya hanya bermain
disekitar kebun;

4. Bahwa Putusan Penundaan Keputusan a quo tersebut juga


sudahsejalan dengan pasal 65 ayat (1) UU No. 30 tahun 2014
tentangAdministrasi Pemerintahan yang menyatakan :
“Keputusan yang sudah ditetapkan tidak dapat
ditundapelaksanaanya, KECUALI JIKA BERPOTENSI
menimbulkan:

h. Kerugian Negara;

i. Kerusakan Lingkungan Hidup, dan/atau

j. Konflik Sosial;” 

Bahwa sesuai Pasal 65 UU No. 30 tahun 2014 tersebut


sudahjelas Obyek sengketa wajib ditunda pelaksanaanya,
karena jelasdengan tidak dilaksanakanya Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dapat menimbulkan kerusakan lingkungan
hidup, padatahap ini sudah terbukti lingkungan kotor, berdebu,
sungai ditutupsehingga merusak ekosistem sungai, jalan desa
di rusak dadihilangkan, hal ini masuk kategori menimbulkan
kerusakan lingkungan; jika dihubungkan dengan pasal 65 UU
No. 30 tahun2014 maka sudah memenuhi unsur untuk
menunda pelaksanaan obyek sengketa, karena dalam pasal
tersebut hanya mengatakan“BERPOTENSI MENIMBULKAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN” sementara dalam perkara a quo
dengan tidak dilaksanakannya pengelolaan lingkungan
sebagaimana tercantum dalam dokumen. Amdal sudah
menimbulkan kerusakan lingkungan bukan hanyaberpotensi.
Tidak hanya pasal 65 ayat (1) huruf b, “Dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan” saja obyek sengketa tersebut jika terus
dilaksanakan;

Keputusan a quo juga berpotensi menimbulkan konflik


sosial sebagaimana di maksud dalam pasal 65 ayat (1) huruf c
UUNo. 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan,
karena sengketa keperdataan hak atas tanah belum selesai
tetapi perusahaan memaksakan menggusur, hal ini dapat
memancing emosi warga yang juga bisa mengerahkan masa
aksi dan menyerang Penanggung Jawab Usaha sehingga
terjadilah konflik sosial; begitupun sebaliknya Perusahaan juga
dapat mengerahkanpreman maupun aparat kepolisian sehingga
potensi konflik sangat tinggi, jangan sampai terjadi konflik dan
menimbulkan korbanjiwa;

Bahwa berdasarkan uraian tersebut sudah seharusnya


Keputusana quo atau Obyek Gugatan di Tunda Pelaksanaanya
selamapemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara sedang
berjalan, sampai ada putusan Pengadilan yang memperoleh
kekuatanhukum tetap;

Mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim PTUN


Samarinda yangmemeriksa dan memutus perkara a quo agar
menyatakanKeputusan Tata Usaha Negara in casu obyek
gugatan ditundapelaksanaanya selama pemeriksaan sengketa
Tata Usaha Negarasedang berjalan, sampai ada nya putusan
yang memperolehkekuatan hukum tetap Bahwa sesuai pasal 72
ayat (1) UU No. 30 Tahun 2014 tentangAdministrasi
Pemerintahan : “Badan dan/atau Pejabat Pemerintahanwajib
melaksanakan keputusan dan /atau tindakan yang
sahdankeputusan yang telah dinyatakan tidak sah atau
dibatalkanolehPengadilan atau Pejabat yang bersangkutan atau
atasanyangbersangkutan;” Bahwa pelanggaran terhadap pasal
tersebut adalah di kenai sanksi adminstrasi sedang sesuai
ketentuan pasal 80 ayat (2) UUNo. 30tahun 2014; namun
sesuai ketentuan pasal 80 ayat (4) UUNo. 30tahun 2014 :
“Pejabat Pemerintahan yang melanggar ketentuan
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan (2) yang
menimbulkan kerugian padakeuangan negara, perekonomian
nasional dan/atau merusaklingkungan hidup dikenai sanksi
adminstrasi berat;

Bahwa sanksi administrasi berat yang dimaksud


dalampasal 80 ayat (3) UU No. 30 Tahun 2014 tentang
Adminstrasi Pemerintahan adalahsebagaimana tercantum
dalam pasal 81 ayat 3 huruf b : “pemberhentian tetap tanpa
memperoleh hak-hak keuangan danfasilitas lainya.” Bahwa
salah satu bentuk sanksi adminstratif lainya adalahpembayaran
uang paksa dan/atau ganti rugi;

Bahwa berdasarkan perihal tersebut untuk memastikan


Tergugat mentaati dan melaksanakan putusan Pengadilan yang
telahberkekuatan hukum tetap, maka sudah selayaknya jika
Penggugat meminta agar Tergugat di hukum untuk membayar
uang paksasebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap
hari keterlambatanTergugat dalam melaksanakan Putusan yang
telah berkekuatanhukum tetap dan memerintahkan atasan
Tergugat untuk menjatuhkansanksi administrasi kepada
Tergugat berupa pemberhentian tetaptanpa memperoleh hak-
hak keuangan sesuai Undang - Undang No.30Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan; atau Diberhentikan karena
melanggar larangan tidak menjalankan wewenang dan sumpah
jabatan berupa menjalankan putusanpengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukumtetap sesuai Undang - Undang No.
23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerahs erta
memerintahkan Panitera mempublikasikan kepada Media
Cetakatau Elektronik setempat apabila Tergugat tidak
melaksanakanputusan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap ;

Bahwa nilai permintaan uang paksa Rp 1.000.000,00


(satu juta rupiah) tersebut sangat wajar, mengingat Pendapatan
Kepala Daerah (Bupati) bukan hanya gaji, tetapi ada tunjangan
operasional, tunjangan jabatan, dan insentif yang dihitung dari
prosentasi Pendapat Asli Daerah, jikadirata-rata maka Take
Home Pay yang diterima oleh Kepala Daerahbisa berkisar
sekitar Rp 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) setiap
bulanya;

DALAM POKOK PERKARA

1. Mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya ;

2. Menolak Jawaban TERGUGAT untuk seluruhnya

3. Menyatakan Batal atau tidak sah KEPUTUSAN BUPATI KUTAI


KARTANEGARA NOMOR : 140 Tahun 2015, TANGGAL20OKTOBER
2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN RENCANAPENINGKATAN
KAPASITAS PRODUKSI USAHA DAN/ATAUKEGIATAN
EKSPLOITASI / OPERASI PRODUKSI BATUBARADARI 500.000
MT/TAHUN MENJADI 2.545.163.,86 MT/TAHUNOLEH PT.
BARAMULTI SUKSES SARANA. Tbk. DI DESABATUAH, LOA DURI
ULU, LOA DURI ILIR, DANDESABAKUNGAN, KEC. LOA JANAN
KABUPATENKUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN
TIMUR ;
4. Mewajibkan TERGUGAT untuk Mencabut KEPUTUSANBUPATI
KUTAI KARTANEGARA NOMOR : 140 Tahun 2015, TANGGAL20
OKTOBER 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN
RENCANAPENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI USAHA
DAN/ATAUKEGIATAN EKSPLOITASI / OPERASI PRODUKSI
BATUBARADARI 500.000 MT/TAHUN MENJADI 2.545.163.,86
MT/TAHUNOLEH PT. BARAMULTI SUKSES SARANA. Tbk. DI
DESABATUAH, LOA DURI ULU, LOA DURI ILIR,
DANDESABAKUNGAN, KEC. LOA JANAN KABUPATENKUTAI
KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ;

5. Mengingat TERGUGAT untuk membayar uang paksa kepada


Penggugat sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) setiap hari
keterlambatan dalam menjalankan putusan yang telah
berkekuatanhukum tetap;

6. Menghukum TERGUGAT membayar biaya yang timbul dalamperkara


ini untuk seluruhnya ;

Menimbang, bahwa terhadap Gugatan Penggugat tersebut, PihakTergugat


telah mengajukan jawabannya pada persidangan elektronik

Samarinda, 10 Agustus 2022

Hormat Kami,

Kuasa Hukum Penggugat

Anda mungkin juga menyukai