Anda di halaman 1dari 9

Nama : Layla Putri Aulya

Nim : 8111420093

No.Presensei : 07

Mata Kuliah : Tax Law

Dosen : PRATAMA HERRY HERLAMBANG, S. H., M. H.

Indonesia adalah salah satu negara yang berada di wilayah asia tenggara,
dengan limpahan sumber daya alam yang luar biasa. Indonesia juga menduduki posisi
ke 4 di dunia sebagai negara terpadat, dengan populasi masyarakat sebanyak235,7
juta jiwa.

Sebagai negara hukum yang menganut pancasila tentunya hukum dianggap


sebagai satu pedoman yang berlaku di masyarakat, dengan banyaknya penduduk yang
hidup dan tinggal di Indonesia ini semuanya wajib mematuhi hukum yang berlaku,
tanpa terkecuali. Hukum yang berlaku di Indonesia biasanya diambil dan
mengadopsi beberapa nilai serta norma yang tertulis maupun tidak tertulis, seperti
Pancasila yang berlaku di masyarakat. Hukum ini berlaku sebagai dasar atas tindakan
maupun perbuatan mereka, selain itu juga berfungsi untuk mengatur kehidupan
masyarakatnya agar jauh lebih tertib.

Sebagai umat manusia sudah sewajarnya kita memenuhi kebutuhan kita


sehari-hari, salah satu caranya adalah dengan bekerja. Indonesia merupakan negara
pluralisme dengan berbagai macam pekerjaan dan latar belakang. Pekerjaan yang
dijalani dapat berbagai jenis, mulai dari pekerjaan kantoran, wiraswasta, dan lain-lain.
Walaupun demikian, satu hal yang pasti adalah apapun pekerjaannya mereka tetap
dikenakan pajak penghasilan. Pajak penghasilan ini berlaku universal dengan
berbagai macam pekerjaan ataupun latar belakang.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 telah dikatakan bahwa salah satu tujuan
dari negara Indonesia ini adalah “memajukan kesejahteraan umum”. Kalimat tersebut
memiliki makna bahwa pemerintah dan negara akan memberikan kesejahteraan bagi
masyarakatnya pula. Salah satu cara untuk memberikan penghidupan yang layak dan
sejahtera adalah dengan membuka lapangan pekerjaan sebesar dan seluas-luasnya.
Faktanya lapangan pekrjaan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat
saat ini. Permasalahan pengangguran seakan tak ada habisnya, tentunya permasalahan
pengangguran ini harus segera diselesaikan dengan menciptakan lapangan kerja
dengan tujuan mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Pengangguran
ini muncul akibat dari peningkatan jumlah penduduk, dimana banyaknya tenaga kerja
yang tidak terserap dengan baik1.

Dalam setiap penghasilan yang dihasilkan dari pekerjaan telah pasti terdapat
pajak penghasilan di dalamnya, tentunya sesuai dengan ketentuan. Indonesia adalah
salah satu negara yang menerapkan pajak di hampir setiap aktivitas atau kegiatan.
Tentunya pajak dalam hal ini memiliki tujuan dan manfaat bagi negara. Pajak ini pun
berlaku bagi selouruh lapisan masyarakat.

Pajak menurut pandangan hukum, Seomitro melihat pajak sebagai sebuah


perikatan yang timbul karena Undang-undang yang menyebabkan timbul karena
Undang-undang yang menyebabkan kewajiban warga negara untuk memberikan
penghasilan tertentu kepada negara. Dalam hal ini negara memiliki hak untuk
memaksa agar warga negara membayarkan pajak, yang kemudian uang pajak
tersebut digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan keperluan negara.
Menurut hukum pajak dalam hal apapun harus dipungut berdasarkan dengan
ketentuan Undang-undang. Menurut Prof.Dr.H. Rochmat Seomitro, S.H., pajak
adalah merupakan rakyat yang diberikan kepada kas negara berdasarkan undang-
undang yang sifatnya memaksa, dimana tidak adanya jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung. Merujuk pendapat dari Prof.Dr.P.J.A. Adriani, pajak
1
Suhandi, Hendra Wijayanto, and Samsul Olde, “DINAMIKA PERMASALAHAN KETENAGAKERJAAN
DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA,” Jurnal Bina Bangsa Ekonomika 13, no. 1 (February 28, 2020):
85–94, https://jbbe.lppmbinabangsa.id/index.php/jbbe/article/view/33.
merupakan iuran pada msyarakat yang dibayarkan kepada negara yang terutang oleh
pada wajib pajak berdasarkan peraturan-peraturan umum, dimana tidak mendapat
prestasi kembali secara langsung2.

Pajak hadir sebagai salah cara untuk mencapai tujuan nasional, seperti yang
diatur dalam Undang-undang Dasar 1945 untuk menyejahterakan. Pajak dianggap
sebagai upaya untuk membantu pemerintah dalam melakukan pembangunan.
Pemungutan pajak ini dianggap sebagai sebuah pelaksanaan yuridiksi pajak (tax
jurisdiction- kewenangan dalam bidang perpajakan) sebagai atribut untuk kedaulatan
bagi pemerintah berfungsi untuk mengatur orang dan objek dalam satu wilayah3.

Pajak di Indonesia dibagi menjadi dua jika merujuk pada pemungut dan
pengelolanya, yaitu pajak daerah dan pajak pusat. Pajak pusat, pajak yang dipungut
oleh pemerintah pusat yang digunakan untuk membiayai rumah tangga negara terdiri
dari pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPn), pajak penjualan barang
mewah (PPnBM), pajak bumi dan bangunan (PBB), dan bea materai. Pajak daerah,
pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah dibagi menjadi pajak tingkat I (provinsi), yang terdiri dari pajak
kendaraan bermotor (PKB), bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar
kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok. Kemudian, pajak tingkat
II (kabupaten atau kota) terdiri dari pajak hotel, pajak restaurant, pajak hiburan, pajak
reklame, pajak penerangan jalan, pajak parkir, dan lain-lain4.

Pada kesempatan kali ini, akan dibahas sebuah perubahan yang terjadi dalam
pajak penghasilan di Indonesia. Pada tahun 2021 hadir sebuah Undang-undang baru
yang mengandung aturan baru atas beberapa hal dalam perekonomian, seperti salah

2
S.H.M.H Adrian Sutedi, Hukum Pajak, ed. Tarmizi, satu. (Jakarta: Sinar Grafika, n.d.),
https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=ry9sEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=hukum+pajak+&ots=PlrlQm0wQT&sig=ewvIBoF8
UhurY7rx9LEGrtobJN8&redir_esc=y#v=onepage&q=hukum pajak&f=false.
3
M.A. Tjia Siauw Jan, S.E.Ak., B.K.P., S.H., Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum Dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak (Buku kita, n.d.).
4
Isroah, “PERPAJAKAN” (Yogyakarta: JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA, n.d.).
satunya pajak penghasilan dalam Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
yang menjadi upaya perinovasian.

Sedikitnya ada beberapa alasan mengapa UU HPP ini dikeluarkan, yaitu


dianggap sebagai upaya instrumen vital bagi negara dalam mebuat sistem pajak lebih
adil, melalui UU HPP pun sistem perpajakan di Indonesia dianggap akan lebih sehat,
sumber penerimaan pajak dianggap menjadi lebih maksimal, dan adaptif akan
perubahan. Tujuan dari UU HPP ini juga tentunya berdasarkan pada kebermanfaatan,
yaitu memperbaiki ketaatan rakyat dalam membayar pajak, mencegah dan
meminimalisir pariktek erosi perpajakan, dan tentunya memberikan kepastian hukum
kepada masyarakat dalam penyelenggaraan hak dan kewajiban dalamaktivitas pajak
di Indonesia5. Ketaatan membayar pajak ini sejalan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila, berdasarkan Sila pertama maka sudah sewajarnya jika
kita membayar pajak ahgar kelak uang kita tersebut dapat dialokasikan kepada pihak-
pihak yang belum beruntung.

Perubahan yang terasa pada Pajak Penghasilan (PPh) dalam UU HPP adalah
jika Sebelumnya tarif pajak penghasilan terendah 5% yaitu 50 juta saat ini dinaikkan
menjadi 60 juta, untuk penghasilan tidak kena pajak ptkp tetap. Salah satu manfaat
dari adanya perubahan ini adalah memberikan manfaat kepada masyarakat yang
memang pada dasarnya berpenghasilan rendah dan menengah untuk membayar pajak
lebih rendah dari sebelumnya. Hal ini sejalan dengan sila keempat, dimana pajak
dapat menjadi alat untuk menegakkan keadilan dalam hal perekonomian antara
masyarakat yang mapan dan kurang beruntung.

Selanjutnya perubahan adalah ubahnya tarif dan menambahnya lapisan atau


layer PPH orang pribadi sebesar 35% untuk orang yang berpenghasilan kena pajak
diatas 5 miliar. Tujuan dari perubahan ini adalah dengan ditekankannya untuk
meningkatkan keadilan dan keberpihakan kepada masyarakat yang memang
5
Jusup Jacobus Garfild Fredrik Oliver Posumah, Agustin Widjiastuti, “KEBIJAKAN PENURUNAN TARIF
PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK BADAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PAJAK BERFALSAFAH
PANCASILA (Studi Pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan),” Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 9 No. (n.d.), http://hdl.handle.net/123456789/2581.
berpenghasilan menengah dan termasuk rendah seperti pengusaha UMKM orang
pribadi maupun UMKM badan dan juga orang pribadi yang lebih mampu harus
membayar pajak lebih besar.

 Seseorang yang terkena pajak setahun dengan nominal “s/d Rp.60.000.000


akan terkena taif 5%.
 Untuk yang mendapatkan PTKP Rp.60.000.000- Rp.250.000.000 akan
dikneakan tarif 15%,
 untuk yang mendapatkan PTKP Rp.250.000.000-Rp.500.000.000 akan
dikenakna tarif 25%,
 untuk seseorang yang mendapatkan PTKP Rp.500.000.000-Rp.5 Miliar
akan dikenakan tarif 30%,
 dan jika seseorang memperoleh PTKP lebih dari Rp.5 Miliar, maka akan
dikenakan tarif 35%.

Dalam undang-undang harmonisasi peraturan perpajakan di dalamnya juga


telah menetapkan tarif pajak penghasilan badan sebesar 22% untuk tahun pajak 2022
dan seterusnya, hal ini beriringan dengan salah satu tren perpajakan Global yang
sudah mulai menaikkan penerimaan dari pajak penghasilan dengan tetap dapat
menjaga iklim investasi. Jika harus dibandingkan maka tarif pajak penghasilan badan
rata-rata negara di ASEAN yaitu 22,7%, negara-negara OECD 22,81%, negara-
negara Amerika 27,6%, negara-negara g20 24, 17%. Kehadiran UU HPP ini dianggap
sebagai upaya akhir atas penetapan tarif PPh badan sebelumnya. Sehingga, UU HPP
ini di dalamnya menyatakan bahwa penurunan tarif PPh akan berlaku seterusnya.6

Dalam rancangan undang-undang harmonisasi peraturan perpajakan atau yang


saat ini telah disahkan tentunya hadir beberapa pro dan kontra yang timbul di
masyarakat akibat adanya perubahan ini. Hal ini bukan semata-mata karena memang
perubahan atau inovasi ini berdampak buruk melainkan ini adalah salah satu cara dan
upaya maupun Respon yang dapat diberikan oleh masyarakat pada saat itu ketika

6
Ibid.
terjadi perubahan. Boleh jadi masyarakat merasa bahwa hadirnya undang-undang
harmonisasi peraturan perpajakan ini sebagai wujud dimana pemerintahan negara
kurang menerapkan emansipatoris di dalamnya, singkatnya emansipatoris Ini adalah
sebuah upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah atau negara untuk
mengikutsertakan pemahaman rakyat dalam hukum tersebut karena walaupun
bagaimanapun hukum tersebut kelak akan berlaku di masyarakat sehingga
masyarakat perlu berpartisipasi di dalamnya agar peraturan yang telah disahkan dan
juga hidup di tengah-tengah masyarakat ini sesuai dengan norma-norma maupun
nilai-nilai yang telah hidup dan berlaku di masyarakat sejak awal

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia telah menduduki posisi keempat
sebagai negara terpadat dengan jumlah penduduk yang sekian banyak hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara pluralisme dan juga negara yang
sangat majemuk. Perubahan-perubahan dalamnya sudah pasti akan bersifat majemuk
karena hadir dan timbul dari berbagai macam perspektif dan juga berbagai macam
pikiran. Kendati demikian tetap dibutuhkannya sikap Arif dan bijak dalam melihat
sebuah perubahan. Semua perspektif harus diperhatikan dalam memaknai perubahan.
Walaupun akan hadir sebuah pertanyaan Apakah perubahan selalu dari luar atau yang
kita sebut sebagai ecos to egos atau gelombang perubahan itu berasal dari dalam apa
yang kita sebut sebagai egos to ecos. Paradigma untuk pendekatan ini ini akan
melahirkan perilaku yang berbeda pula. Kemudian siapakah yang berhak menjadi
aktor utama dalam sebuah perubahan? Tentu saja adalah manusia yang memainkan
peranan penting. Keingintahuan dan keinginan manusia akan membuat Ia untuk terus
bergerak dan melahirkan satu sikap untuk terus memenuhinya juga. Contohnya
adalah perilaku yang diatur dalam sebuah ilmu, sebagai seorang konsumen dan
manusia kita terus ingin mengkonsumsi sesuatu dan memiliki keinginan. Oleh karena
itu kita terus melakukan perubahan-perubahan untuk mencapai perubahan-perubahan
yang kelak dapat mengantarkan kita pada keinginan yang kita inginkan7.

7
Seta A. dan Arief Maulana Wicaksana, SOBAT WAY!: Semua Orang Bisa Hebat, Lima Langkah Pasti
Meraih Impian Hidup, Mengubah Potensi Menjadi Kompetensi (Jakarta: PT Elex Media Komputerindo
kelompok gramedia, n.d.).
Jika kita melihat perubahan UU PPh menjadi UU HPP melalui paradigma
yang dikemukaan oleh Guba dan lincoln, maka sebagian besar penelitian menyatakan
bahwa permasalahan tentang keuangan terbukti dapat merubah posisi hukum
nasional, sebagaimana yang terjadi pada pengaturan Pajak Penghasilan di Indonesia8.
Gon G.Guba adalah seorang profesir pendidikan di Indiana University Bloomingtoon.
Sedangkan, Yvonne S.Wilson atau Yvonne Lincoln adalah seorang demokrat politisi
dari Missouri. Guba dan Lincoln telah bersama-sama menyusun 3 buku, yaitu
Evaluasi efektif: Meningkatkan kegunaan evaluasi melalui pendekatan naturalistik,
Naturalistik iquiry dan teori organisasi yang akan datang, dan kirim: Revolusi
paradigma (Sage). Menurut Lincoln dan Guba, sistem filosofis yang di dalamnya
terdapat filosofis utama yang didasarkan pada ontologi, epistiemologi, dan
metodologi. paradigma merupakan pandangan pada dunia, keseluruhan sistem
filosofis atas pikiran realitas penanya, dan bagaimana penyelesaiannya dipahami.
Secara singkatnya paradigma konstruktivisme dipahami sebagai sebuah dasar rasa
percaya “belief” atas sebuah tindakan yang akan dilakukan kelak9.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, S.H.M.H. Hukum Pajak. Edited by Tarmizi. Satu. Jakarta: Sinar
Grafika, n.d. https://books.google.co.id/books?

8
Siti Zulaekhah, “ORIENTASI KEBIJAKAN SISTEM RESI GUDANG DI INDONESIA: SUATU PEMBACAAN
DARI PARADIGMA CRITICAL,” Jurnal Hukum & Pembangunan 51No. 2 (2022) Vol 51, No (2022).
9
Muhammad Helmi, “Penemuan Hukum Oleh Hakim Berdasarkan Paradigma Konstruktivisme,”
Kanun Jurnal Ilmu Hukum 22, no. 1 (May 4, 2020): 111–132,
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/article/view/14792.
hl=en&lr=&id=ry9sEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=hukum+pajak+&ots=PlrlQ
m0wQT&sig=ewvIBoF8UhurY7rx9LEGrtobJN8&redir_esc=y#v=onepage&q=huku
m pajak&f=false.

Garfild Fredrik Oliver Posumah, Agustin Widjiastuti, Jusup Jacobus. “KEBIJAKAN


PENURUNAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK
BADAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PAJAK BERFALSAFAH
PANCASILA (Studi Pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 Tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan).” Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 9 No.
(n.d.). http://hdl.handle.net/123456789/2581.

Helmi, Muhammad. “Penemuan Hukum Oleh Hakim Berdasarkan Paradigma


Konstruktivisme.” Kanun Jurnal Ilmu Hukum 22, no. 1 (May 4, 2020): 111–132.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/article/view/14792.

Isroah. “PERPAJAKAN.” Yogyakarta: JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA, n.d.

Suhandi, Hendra Wijayanto, and Samsul Olde. “DINAMIKA PERMASALAHAN


KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA.” Jurnal
Bina Bangsa Ekonomika 13, no. 1 (February 28, 2020): 85–94.
https://jbbe.lppmbinabangsa.id/index.php/jbbe/article/view/33.

Tjia Siauw Jan, S.E.Ak., B.K.P., S.H., M.A. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian
Hukum Dan Keadilan Bagi Wajib Pajak. Buku kita, n.d.

Wicaksana, Seta A. dan Arief Maulana. SOBAT WAY!: Semua Orang Bisa Hebat,
Lima Langkah Pasti Meraih Impian Hidup, Mengubah Potensi Menjadi
Kompetensi. Jakarta: PT Elex Media Komputerindo kelompok gramedia, n.d.

Zulaekhah, Siti. “ORIENTASI KEBIJAKAN SISTEM RESI GUDANG DI


INDONESIA: SUATU PEMBACAAN DARI PARADIGMA CRITICAL.”
Jurnal Hukum & Pembangunan 51No. 2 (2022) Vol 51, No (2022).

Anda mungkin juga menyukai