Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUKUM PAJAK

DOSEN PENGAMPU:
HANIN ALYA’ LABIBAH, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH:
ABDUL ROHIM
NIM. 20.74201.1.069

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOJONEGORO
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang

Undang dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat

ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (routine)

dan pembangunan. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan perundang-undangan,

dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk,

dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum

berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan.

Berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Undang Undang nomor 28 Tahun

2007, Undang Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, maka pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan dan digunakan untuk keperluan negara bagi

1
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Prof.Dr. Rochmat

Soemitro, SH, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

Undang Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa

timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang

digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan menurut Dr.

Soeparman Soemohamijaya, pajak adalah iuran wajib berupa uang atau

barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum

guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam

mencapai kesejahteraan umum. Dari definisi definisi tersebut, masyarakat

jelas harus ada bagi timbulnya pajak. Hal tersebut dapat dimengerti

karena pajak diadakan guna memenuhi kebutuhan bersama (masyarakat)

atau kepentingan umum. Sementara itu kepentingan dan kebutuhan

pribadi masing-masing warga dipenuhi bukan dengan uang pajak. Tanpa

adanya masyarakat maka tentu tidak akan ada pajak. Oleh karena itu

pajak dapat dipandang sebagai sebuah peralihan kekayaan dari satu pihak

ke pihak lain, yakni dari rakyat selaku Wajib Pajak kepada pemerintah,

maka dengan sendirinya tentu ada pihak yang melakukan pemungutan

atau menerima peralihan kekayaan itu, dalam hal ini maksudnya adalah

2
pemerintah. Tugas pemerintah pada prinsipnya berusaha dan bertujuan

untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Itulah sebabnya

pemerintah harus tampil kedepan dan turut campur tangan, bergerak aktif

dalam bidang kehidupan masyarakat, terutama bidang perekonomian

guna tercapainya kesejahteraan rakyat. Demi berhasilnya usaha ini,

negara mencari pembiayaannya dengan cara menarik pajak. Penarikan

atau pemungutan pajak adalah suatu fungsi yang harus dilaksanakan oleh

negara sebagai suatu fungsi esensial. Tanpa pemungutan pajak sudah

bisa dipastikan bahwa keuangan negara akan lumpuh lebih lebih lagi bagi

negara yang sedang membangun seperti Indonesia, atau negara yang

baru bebas dari belenggu kolonialis, pajak merupakan darah bagi tubuh

negara. Dapat disimpulkan, bahwa landasan filosofis pemungutan pajak

didasarkan atas pendekatan “Benefit Approach” atau pendekatan manfaat.

Pendekatan ini merupakan dasar fundamental atas dasar filosofis

yang membenarkan negara melakukan pemungutan pajak sebagai

pungutan yang dapat dipaksakan dalam arti mempunyai wewenang

dengan kekuatan pemaksa. Falsafah pemungutan pajak di Indonesia

berdasar pada Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia. Dasar hukum

3
sekaligus sebagai Sumber Hukum Pajak di Indonesia secara konstitusional

diatur dalam Pasal 23A Undang Undang Dasar 1945 bahwa “pajak dan

penerimaan negara yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara

berdasarkan Undang-Undang.” Dalam penjelasan Pasal 23 Undang

Undang Dasar 1945 (sebelum amandemen) dijelaskan “Betapa caranya

rakyat sebagai bangsa akan hidup dan darimana didapatnya belanja buat

hidup, harus ditetapkan oleh rakyat sendiri dengan perantaraan Dewan

Perwakilan Rakyat. Rakyat menentukan nasibnya sendiri, karena itu juga

cara hidupnya. Oleh karena penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk

menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang menetapkan

beban kepada rakyat seperti pajak dan lain lain harus dengan persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan demikian pajak hanya dapat dipungut

jika ada dasar hukumnya (Undang-Undang) yang berarti rakyat melalui

wakil-wakilnya ikut serta menentukan adanya pajak. Disini terlihat dengan

jelas keikutsertaan rakyat dalam menentukan adanya pajak sebagai

pencerminan dari demokrasi. Hal yang semacam ini juga merupakan

falsafah yang terdapat di Inggris yakni “No taxaxion without

representation” dan di Amerika “Taxaxion without representation is

4
robbery”. Dengan ditetapkannya pajak dalam bentuk Undang-Undang

berarti pajak bukanlah pembayaran sukarela akan tetapi sebagai suatu

kewajiban yang harus dipatuhi sehingga jika rakyat yang tidak memenuhi

kewajibannya akan dikenakan sanksi. Sesuai dengan petunjuk hukum

adalah untuk mencapai keadilan, demikian pula dengan hukum pajak.

Mengingat hukum pajak merupakan bagian dari hukum itu sendiri, maka

mau tidak mau hukum harus ditujukan untuk terselenggaranya keadilan.6

Sebagai konsekuensi dari Negara Hukum asas keadilan ini harus dipegang

teguh baik dalam prinsip perundang-undangan maupun dalam praktek

sehari-hari. Dalam kaitan pajak, dikenal adanya Subjek Pajak dan Wajib

Pajak. Subjek Pajak adalah mereka (orang atau badan) yang memenuhi

syarat subjektif. Mereka ini berpotensi untuk dikenakan pajak, tetapi

belum tentu dikenakan pajak. Adapun Wajib Pajak adalah mereka (orang

atau badan) yang selain memenuhi syarat subjektif juga syarat objektif.

Jadi Wajib Pajak itu tidak hanya potensial untuk dikenakan pajak,

melainkan lebih dari itu memang sudah dikenakan kewajiban untuk

membayar utang pajak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Subjek

Pajak belum tentu menjadi Wajib Pajak, yakni bila tidak memenuhi syarat

5
objektif. Sementara itu Wajib Pajak dengan sendirinya termasuk Subjek

Pajak. Sistem hukum yang berlaku di Indonesia sekarang adalah Civil Law

System atau sistem Eropa Kontinental. Dalam sistem ini hukum dibagi

menjadi dua, yaitu Hukum Privat dan Hukum Publik. Pada umumnya,

Hukum Pajak dimasukkan sebagai bagian dari hukum publik yang

mengatur hubungan hukum antara penguasa dengan rakyatnya. Hal

tersebut dapat dimengerti, karena di dalam Hukum Pajak diatur mengenai

hubungan antara penguasa/pemerintah dalam fungsinya selaku Fiscus

(pemungut pajak) dengan rakyat dalam kapasitasnya sebagai Wajib Pajak.

Hukum Pajak sendiri merupakan bagian dari Hukum Administrasi

Negara, karena itu sekarang ada yang menghendaki agar Hukum Pajak itu

bisa berdiri sendiri. Kenyataannya, sampai saat ini Hukum Pajak sudah

berdiri sendiri disamping Hukum Admisnistrasi Negara, karena Hukum

Pajak juga mempunyai tugas yang bersifat lain daripada Hukum

Administrasi Negara pada umumnya, yaitu Hukum Pajak dapat

dipergunakan sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian

negara. Walaupun Hukum Pajak merupakan Hukum Publik, tetapi Hukum

Pajak mempunyai hubungan yang erat dengan Hukum Perdata (privat)

6
dan saling bersangkutan. Hal itu karena kebanyakan Hukum Pajak

mencari dasar kemungkinan pemungutannya atas kejadian-kejadian,

keadaan-keadaan, dan perbuatan-perbuatan hukum yang bergerak dalam

lingkungan perdata, seperti pendapatan, kekayaan, perjanjian

penyerahan, pemindahan hak karena warisan, kompensasi, pembebasan

utang, dan sebagainya. Dari uraian tersebut, maka pajak ditinjau dari segi

hukum merupakan “perikatan yang timbul karena Undang-Undang

(Undang-Undang Perpajakan) yang mewajibkan seseorang yang

memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang

(Tatbestand) untuk membayar sejumlah uang kepada kas negara yang

dapat dipaksakan.” Meskipun utang pajak lahir sama dengan utang pada

umumnya, yakni utang pajak tidak mungkin timbul berdasarkan perjanjian

sebagaimana dimaksud dalam pasal 1233 Kitab Undang Undang Hukum

Perdata.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Pajak terhadap Kesejahteraan Rakyat

Peran pajak belum menjawab atau memenuhi kebutuhan

rakyat, misalnya infrastruktur jalan, banyak sekali ditemui jalan rusak

dan belum diperbaiki, fasilitas jembatan yang masih kurang, akibatnya

distribusi barang menjadi terhambat dan menyebabkan ekonomi biaya

tinggi. Dari segi pendidikan pun dirasa kurang, dana pendidikan telah

dialokasikan sebesar 20% dari APBN, dan terjadi kenaikan setiap

tahun. Tetapi dampaknya dirasa belum begitu mengena, karena

bantuan operasional sekolah (BOS), memberikan nominal yang sangat

kecil kepada masyarakat kurang mampu, begitu pun tunjangan yang

diberikan kepada guru bantu atau guru tidak tetap, minim sekali.

Dana bantuan operasional lebih ditujukan kepada rehabilitasi sarana

secara fisik, tetapi harus diakui tunjangan profesi guru cukup

menambah tingkat kesejahteraan para guru. Pajak yang besar

pastinya akan menambah kualitas pendidikan di Indonesia.

8
Dari segi pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan dengan

program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) dengan total

dana 7,3 triliun, memang sangat membantu rakyat miskin, yang

selama ini merasa anti pasti untuk berobat ke rumah sakit. Namun

pelayanan tersebut masih kurang, lembaga kesehatan swasta

biasanya bisa memberikan pelayanan dengan baik. Ini berarti, masih

dibutuhkan dana lebih besar untuk memberikan kenyamanan

kesehatan bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan

masyarakat. Dari segi pertahanan dan keamanan, peralatan militer

Indonesia sudah ketinggalan zaman, tidak heran sering kita simak

dalam berita kecelakaan darat, laut dan udara. Hal tersebut

dikarenakan karena alat yang digunakan sudah tidak layak pakai.

B. Upaya Reformasi Perpajakan di Indonesia

Reformasi Perpajakan dilakukan pemerintah diantaranya

dengan cara menindak aparat pajak yang menyalahgunakan

wewenangnya. Seperti adanya pemberian teguran, tindakan, sampai

pemecatan pegawai Kementrian Keuangan terutama pada Direktorat

Jenderal Pajak. Untuk itu, di samping perbaikan akhlak, moral, dan

9
tanggung jawab pejabat, secara terus-menerus dilakukan perbaikan

sistem, administrasi, dan kebijakan perpajakan yang bisa mengurangi

pertemuan antara wajib pajak dan petugas.

Paling tidak ada dua lompatan yang siginifikan dalam reformasi

pajak di Indonesia, yaitu; Pertama, pembukaan Kantor wajib pajak

besar, diikuti uji coba untuk wajib pajak menengah dan kecil dengan

sistem perpajakan modern. Pada Kantor wajib pajak besar tersebut,

dibentuk account representative yang bertujuan mengetahui segala

tingkah laku, ruang lingkup bisnis, dan segala sesuatu yang berkaitan

dangan hak dan kewajiban wajib pajak yang diawasinya (knowing

your taxpayer). Dan pelayanan kepada wajib pajak dapat dilakukan

secara tuntas pada satu meja. Kedua, adalah usulan terhadap

perubahan atau amendemen undang undang perpajakan, yakni

Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan, Undang-Undang Pajak

Penghasilan (PPh), dan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai

(PPN). Intinya adalah mengubah tarif, subyek, dan obyek pajak agar

kompetitif.

10
Pemerintah mengusulkan penurunan tarif PPh badan,

menaikkan pendapatan tidak kena pajak dua kali lipat,

penyederhanaan tarif PPh dan PPnBM (pajak penjualan atas barang

mewah). Dalam soal subyek dari obyek pajak, pemerintah

mengusulkan perluasan agar ada rasa keadilan kepada seluruh wajib

pajak. Dalam soal administrasi, dilakukan berbagai macam

penyederhanaan perpajakan, misalnya dalam goal mempercepat

proses restitusi, memperpendek waktu penyimpanan dokumen, waktu

dan metode pembayaran, dan lain sebagainya. Sebagai imbangannya,

dalam amendemen undang-undang tersebut diusulkan penalti tarif

lebih tinggi bagi wajib pajak yang sengaja tidak memiliki nomor pokok

wajib pajak (NPWP). Selain itu, mereka yang sengaja melakukan

penghindaran pajak serta mengisi SPT dangan tidak jujur akan dikenai

tindakan hukum yang setimpal.

11
BAB III

PENUTUP

Pajak merupakan iuran wajib setiap warga negara terhadap

bangsa, merupakan elemen utama instrumen perekonomian, tetapi

pengaruh pajak terhadap kemakmuran masyarakat dari segi sosial,

pendidikan dan ekonomi, dan pertahanan negara dirasa belum maksimal

atau belum begitu mempengaruhi kemakmuran rakyat, dana pajak

belum mencukupi untuk memenuhi seluruh kebutuhan rakyat Indonesia,

rakyat miskin, pengangguran, rumah sakit murah, pendidikan murah

semua sangat kurang. Karena itu pajak sangat berperan dengan pro

rakyat dalam memajukan negara. Hal ini dikarenakan, potensi pajak

yang tergali dan penggunaan pajak yang belum maksimal. Dengan

memahami arti penting pajak, maka diharapkan semakin tinggi

kesadaran masyarakat membayar pajak, agar tingkat kesejateraan yang

lebih baik dapat dicapai. Agar pungutan pajak tidak menciderai rasa

keadilan masyarakat, maka perlu suatu upaya pemaksaan yang bersifat

legal. Legalitas dalam hal ini adalah dengan menyandarkan pungutan

pajak melalui undang-undang. Tanpa undang-undang, pemungutan

12
pajak tidak mengikat masyarakat dan tidak sah. Oleh karena

pemungutan pajak untuk kepentingan rakyat, maka pemungutan pajak

haruslah terlebih dahulu disetujui oleh rakyatnya sebagaimana

dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 yang telah

diamandemenkan dalam Pasal 23A amandemen ke-III Undang-Undang

Dasar 1945, yang berbunyi “Pajak dan pungutan lain yang bersifat

memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Tjip, DR., Kumpulan Artikel Kuliah Hukum Pajak


Mahendra, Pajak Sebagai Pilar Negara, Suplemen Tempo edisi 25 Oktober-
4 November 2012, Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal
Pajak.
Mardiasmo, Perpajakan, edisi revisi 2011, (Yogyakarta: Penerbit Andi,
2011
Munawir S, Pokok-pokok Perpajakan, liberty, Yogyakarta, 1985.
Pajak Sumber Utama APBN yang belum Tergali Maksimal, [Lihat:
Mahendra Pajak Sebagai Pilar Negara, Suplemen Tempo edisi 25
Oktober – 4 November 2012, Kementrian Keuangan RI Direktorat
Jenderal Pajak
R, Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: Rafika
Aditama, 2003)

14

Anda mungkin juga menyukai