Anda di halaman 1dari 4

Nama : M.

Shaleh
NPM : 201022156
Semester/Kelas : II / A HTN
Dosen Pengampu : Dr. Efendi Ibnususilo, S.H., M.H
Mata Kuliah : Hukum Pajak Restribusi

Jawaban :
1. Maksud dari pajak sebagai bentuk perikatan verbintenis adalah bahwa pajak
dari segi hukum lebih menitikberatkan kepada "perikatan" dan pada "hak
dan kewajiban". Pajak adalah perikatan yang timbul karena undang-undang.
Jelaslah bahwa disatu sisi menurut pandangan hukum perdata, pajak
merupakan suatu perikatan, sebagaimana diatur dalam buku III
KUHPerdata. Dengan memperhatikan pengaturan perikatan dalam
KUHPerdata, menurut pasal 1233 perikatan dapat lahir dari perjanjian dan
undang-undang. Dan selanjutnya perikatan yang lahir dari undang-undang
masih dapat dibagi menjadi perikatan yang lahir dari undang-undang
semata-mata dan perikatan yang lahir dari undang-undang sebagai akibat
perbuatan orang. Sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang
sebagai akibat perbuatan orang masih dibedakan antara perbuatan yang halal
dan perbuatan melawan hukum. Dengan memperhatikan perikatan pajak,
maka perikatan pajak merupakan perikatan yang timbul karena undang-
undang. Di lain pihak, berdasarkan ajaran timbulnya hutang pajak, pajak
juga termasuk perikatan yang lahir baik dari undang-undang maupun
sebagai akibat perbuatan orang. Serta perbedaan antara perikatan pajak
dengan perikatan perdata adalah Perjanjian yang terdapat dalam KUH
Perdata pada umumnya adalah bersegi dua atau timbal balik, dan mengatur
hubungan antara orang perorangan secara privat. Pada umumnya dalam
KUHPerdata para pihak dalam suatu perjanjian masing-masing mempunyai
hak dan kewajiban secara timbal balik yang sifatnya langsung dan
individual. Kelalaian salah satu pihak dalam memenuhi kewajibannya
menimbulkan hak bagi pihak lainnya untuk menuntut secara hukum. Tidak
demikian halnya dengan perikatan pajak. Dapat dikatakan bahwa perikatan
pajak adalah perikatan sepihak (bersegi satu). Sudah merupakan ciri pajak
bahwa kontra prestasi yang diberikan pemerintah sebagai kreditur atas
imbalan pembayaran pajak yang dilakukan warganya adalah berupa
pelayanan umum atau public service. Kewajiban perpajakan merupakan
kewajiban kenegaraan dan merupakan sarana peran serta rakyat dalam
pembiayaan Negara dan pembangunan nasional.
2. Isi sila-sila dalam Pancasila yang berhubungan dengan pajak beserta
contohnya adalah Sila yang pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Salah
satunya yaitu nilai syukur, bentuk tindakannya adalah menyalurkan
kelebihan rezeki. Misalnya warga negara yang memberikan bantuan kepada
orang yang tidak mampu melalui membayar pajak. Sila yang kedua,
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Salah satunya yaitu nilai keadilan,
dimana terdapat 3 tolak ukur, salah satunya adalah nilai skandal sosial,
artinya kalua sampai ada orang yang tidak mau berbagi dengan orang
miskin, maka hal ini merupakan perbuatan menurunkan dan merendahkan
martabat orang kaya tersebut, melalui membayar pajak kita dapat berbagi
dengan orang miskin. Sila yang ketiga, Persatuan Indonesia. Nilai-nilai ini
meliputi rasa nasionalisme dan rasa memiliki negara ini, salah satu
mewujudkannya adalah dengan kesadaran akan kewajiban sebagai warga
negara, misalnya kesadaran akan kewajiban membayar pajak. Sila yang ke
empat, Kerakyatan Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan. Sila ini bertujuan mengutamakan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, dimana sejalan dengan
tujuan dari fungsi pajak. Sila yang kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia. Nilai dari Sila ini mengandung nilai-nilai keadilan
berhubungan dengan kesejahteraan bersama yang juga sejalan dengan
fungsi pajak. Sebagai warga negara Indonesia hendaknya kita sama-
sama membangun bangsa ini dengan hal-hal sederhana, misalnya
dengan menaati segala aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
salah satunya melaksanakan kewajiban sebagai warga negara yaitu taat
membayar pajak, karena pada hakikatnya pajak merupakan sarana untuk
menyejahterakan masyarakat, termasuk kita sendiri. Di sisi lain, kita
juga menerapkan nilai-nilai dari ideologi bangsa kita yaitu Pancasila
melalui membayar pajak. Dengan begitu, kita akan memiliki karakter
bangsa sesungguhnya yang berpedoman pada nilai-nilai Pancasila dan
juga membawa bangsa ini menjadi lebih sejahtera.
3. Sistem perpajakan dilihat dari ideologi suatu negara adalah Nilai-nilai dalam
Pancasila juga menjadi dasar konstitusi dan ideologi dalam membayar pajak,
contohnya sila pertama yang menunjukan nilai syukur atas segala
kenikmatan yang diterima dari yang Maha Kuasa, sila kedua yang
menunjukan kemanusiaan yang beradab, dengan membayar pajak dalam
konteks tersebut, sila ketiga yang melibatkan warga negara dalam
membangun masyarakat yang Makmur dengan cara membayar pajak, sila
keempat yang menjunjung demokrasi sebagai system perjalanan negara, dan
terakhir sila kelima yang menunjukan bahwa semua warga masyarakat wajib
membayar pajak tanpa terkecuali. Begitu juga jika dilihat dari sistem
perpajakan dilihat dari politik perpajakan dan dilihat dari demokrasi
perpajakan.
4. Negara Indonesia mempunyai kewajiban untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia serta memajukan kesejahteraan umum untuk terwujudnya Negara
Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Kemakmuran nasional
dibagi menjadi dua definisi. Yang pertama, kemakmuran nasional
didefinisikan sebagai semua harta milik dan kekayaan potensi yang dimiliki
negara untuk keperluan seluruh rakyat. Yang kedua, kemakmuran nasional
didefinisikan sebagai keadaan kehidupan negara yang rakyatnya mendapat
kebahagiaan jasmani dan rohani akibat terpenuhi kebutuhannya. Dengan arti
lain, kemakmuran yang diharapkan dari hasil pengumpulan pajak adalah
keadaan penduduk yang sejahtera, serba kecukupan dan tidak kekurangan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Negara Indonesia memberlakukan
pajak sebagai salah satu sumber pendapatan negara. Pajak merupakan salah
satu sumber pemasukan negara yang digunakan untuk pembangunan dengan
tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
5. Manfaat memahami hukum pajak bagi wajib pajak, pemungut pajak, dan
dalam penegakan hukum pajak adalah agar tercapainya tujuan penerimaan
pajak ke Negara Indonesia, selain itu agar tercapai empat fungsi berikut ini:
Fungsi Budgeter, Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan nasional
atau pengeluaran negara lainnya. Pajak merupakan pendapatan negara yang
berfungsi dalam menyeimbangkan pengeluaran negara dengan pendapatan
negara. Fungsi Regulasi, Pajak menjadi alat untuk mengatur kebijakan sosial
dan ekonomi. Pajak dapat digunakan untuk mengatur laju inflasi,
mendorong kegiatan ekspor, memberikan proteksi atau perlindungan
terhadap barang produksi dalam negeri dan menarik investasi. Fungsi
Distribusi, Pajak berfungsi mendistribusikan kesejahteraan masyarakat. Dan
Fungsi Stabilitas, Pajak juga berfungsi untuk menstabilkan kondisi
perekonomian. Contohnya, untuk mengatasi inflasi pemerintah menetapkan
pajak yang tinggi agar jumlah uang beredar dapat dikurangi. Begitu pula
ketika negara mengalami kelesuan ekonomi, pemerintah merespons dengan
menurunkan pajak sehingga jumlah uang yang beredar bisa meningkat.

Anda mungkin juga menyukai