NIM : 201934060
KELAS : B
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
A. Pengertian Hukum Pajak
Hukum pajak adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban serta hubungan
antara wajib pajak dan pemerintah selaku pemungut pajak.
Namun, tafsir mengenai apa itu hukum pajak sebenarnya beragam. Setidaknya, terdapat enam
ahli yang pernah mengungkapkan pendapatnya mengenai hukum pajak, yakni:
Santoso Brotodihardjo
Menurut Santoso Brotodihardjo, hukum pajak atau yang juga dikenal sebagai hukum fiskal
merupakan aturan-aturan yang meliputi wewenang atau hak pemerintah dalam mengambil
kekayaan seseorang dan memberikannya kembali ke masyarakat melalui kas negara. Dalam hal
ini, hukum pajak merupakan hukum publik yang mengatur hubungan orang pribadi atau badan
hukum yang memiliki kewajiban untuk menunaikan pajak (wajib pajak) dengan negara.
Bohari
Pendapat senada juga diutarakan oleh Bohari. Menurutnya, hukum pajak merupakan kumpulan
peraturan perundang-undangan yang mengatur rakyat selaku pihak yang membayar pajak
dengan pemerintah selaku pemungut pajak.
Rachmat Soemitro
Menurut Rachmat Soemitro, hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur
hubungan rakyat selaku pembayar pajak dengan pemerintah selaku pemungut pajak.
Erly Suandy
Erly Suandy juga mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda. Menurutnya, hukum pajak atau
hukum fiskal merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan antara rakyat
selaku wajib pajak dengan penguasa atau pemerintah selaku pemungut pajak.
Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Dr. Soeparman Soehamidjaja. Menurutnya, hukum
pajak adalah hukum yang mengatur masalah perpajakan yang akan meringankan biaya produksi
barang dan jasa untuk mencapai kesejahteraan umum.
Hartono Hadisoeprapto
Ada delapan undang-undang yang menjadi landasan atau dasar hukum pemungutan pajak di
Indonesia, antara lain:
Namun, upeti ini hanya digunakan untuk kepentingan penguasa saja, tidak dikembalikan
ke rakyat. Seiring dengan berjalannya waktu, upeti yang diberikan oleh rakyat tersebut
tidak lagi digunakan untuk kepentingan satu pihak, tetapi mulai mengarah ke
kepentingan rakyat itu sendiri. Jadi, harta yang dikeluarkan oleh rakyat akan digunakan
untuk kepentingan rakyat juga, misalnya untuk menjaga keamanan rakyat, membangun
saluran air, membangun sarana sosial, dan lain sebagainya. Dalam perkembangannya,
pemberian yang sebelumnya bersifat cuma-cuma dan lebih ke arah memaksa ini pun
dibuat suatu aturan yang lebih baik dengan memperhatikan unsur keadilan. Karena itu,
rakyat juga dilibatkan dalam membuat aturan-aturan pemungutan pajak karena hasil
pajak tersebut nantinya digunakan untuk kepentingan rakyat sendiri.
C. Fungsi Hukum Pajak
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, pajak memiliki sejumlah fungsi yang
didasarkan pada asas-asas yang bertujuan untuk menyejahterakan rakyat. Adapun
fungsi hukum pajak adalah sebagai berikut:
Hukum pajak berfungsi sebagai acuan dalam menciptakan sistem pemungutan
pajak yang berlandaskan atas dasar keadilan, efisien, serta diatur sejelas-jelasnya
dalam undang-undang tentang hukum pajak itu sendiri.
Hukum pajak berfungsi sebagai sumber yang menerangkan tentang siapa subjek
dan objek yang perlu atau tidak perlu dijadikan sumber pemungutan pajak demi
meningkatkan potensi pajak secara keseluruhan.
Tujuan utama dari sebuah hukum pajak adalah menegakkan keadilan yang terdiri dari
keadilan dalam pembuatan peraturan-peraturan yang telah tertuang di dalam undang-
undang maupun dari segi peraturan yang digunakan dalam pelaksanaan pemungutan pajak
itu sendiri. Adapun sistem pemungutan pajak yaitu :
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak dan menagihnya.
Dalam system ini kedudukan fiscus (aparat pajak) sangat dominan. System ini juga memiliki
beberapa kekurangan yang pertama adalah kurang mendidik atau kurang mendewasakan
wajiib pajak dan juga memungkinkan timbulnya kesewenang-wenangan dari pihak fiscus.
Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Cirri-ciri dari system self
assessment adalah sebagai berikut :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
sendiri.
2. Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang.
3. Fiscus tidak ikut campur dan hanya mengawai.
Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
(bukan fiscus ataupun wajib pajak) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak. Cirri-ciri dari system ini adalah sebagai berikut : wewenang menentukan
besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiscus dan wajib pajak.
Hukum pajak pun bertujuan atas dasar keadilan pajak yang terletak pada hubungan
penduduk dengan negaranya. Dasar keadilan selanjutnya adalah keadilan yang terletak
pada akibat yang muncul dari pemungutan pajak, yang berarti memungut pajak akan
menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya
negara akan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pemeliharaan
kesejahteraan masyarakat melalui berbagai subsidi serta jasa dan barang yang bertujuan
untuk melayani masyarakat umum. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat
lebuh diutamakan. Tujuan hukum pajak selanjutnya yaitu memberikan jaminan dalam
bentuk perlindungan keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyat yang lainnya.
Selain itu, untuk mendidik dan mendewasakan wajib pajak serta meningkatkan kesadaran
wajib pajak untuk memahami pentingnya pajak bagi negara maupun bagi masyarakat /
penduduk itu sendiri. Maka hukum pajak pun memiliki peran penting dalam aspek sosial.