Anda di halaman 1dari 3

1. Hukum pajak adalah bagian dari hukum publik.

Hukum pajak di Indonesia menganut paham


imperative. Artinya, pelaksanaan pemungutan pajak tidak dapat ditunda. Ketika terjadi
pengajuan keberatan terhadap Pajak oleh wajib pajak yang telah ditetapkan pemerintah,
sebelum ada keputusan dari Direktur Jenderal Pajak tentang keberatan diterima, maka wajib
pajak terlebih dahulu harus membayar pajak sesuai dengan yang telah ditetapkan. Berikut
ini adalah penjelasan kedudukan hukum perpajakan:
a. Hukum Perdata yang mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya
b. Hukum Publik dimana mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Antara
lain terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi
Negara), Hukum Pajak, dan Hukum Pidana.

Berdasarkan dua poin di atas, dapat diketahui bahwa kedudukan hukum pajak merupakan
bagian dari hukum publik. Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku
pemungut pajak dan rakyat sebagai wajib pajak.

2. Setidaknya ada dua prinsip dasar kenapa negara memungut pajak. Yang pertama, Benefit
Principle, bahwa karena warga negara memperoleh keuntungan dari negara, maka negara
diperbolehkan memungut pajak kepada warga negaranya. Negara lah yang membangun
fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat luas, negara lah yang memberikan pelayanan
publik kepada masyarakat. Untuk keperluan membiayai pengeluaran negara tersebut,
diperlukan sumber dana yang memadai. Prinsip yang juga menjadi dasar negara memungut
pajak adalah Ability-To-Pay Taxation Principle, yaitu bahwa negara memungut pajak harus
berdasarkan kepada kemampuan masing-masing individu warga negara. Warga negara yang
mempunyai kemampuan lebih, membayar pajak lebih besar daripada mereka yang
mempunyai penghasilan lebih kecil. Namun demikian, pemungutan pajak oleh negara tidak
dapat dilakukan secara semena-mena. Selain harus berdasarkan Undang-undang,
pemungutan pajak juga harus mempertimbangkan keadilan, artinya bahwa semua warga
negara memperoleh perlakuan yang sama dalam undang-undang perpajakan. Pajak juga
dapat digunakan sebagai alat untuk menciptakan keadilan.

3. Menurut Kamus Hukum, Pajak adalah pungutan wajib yang harus dibayar penduduk sebagai
sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan,
pemilikan, harga beli barang, dan sebagainya; Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari Penjabaran pengertian yang ada,
maka dapat dilihat bahwa hukum dan pajak memiliki keterkaitan. Hadirnya pajak sebagai
iuran wajib bagi warga negaranya ini diharapkan dapat melindungi segenap kepentingan dan
hak warga negaranya, mensejahterahkan dan memakmurkan masyarakat, melaksanakan
ketertiban dan pertahanan keamanan negara sesuai dengan UUD 1945. Mengingat demikian
penting dan strategisnya pajak bagi suatu negara, maka dalam proses pelaksanaan
pemungutan pajaknya harus diimbangi dengan instrumen hukum beserta penegakkan
hukum yang jelas. Hadirnya pengaturan dalam pajak sebenarnya bisa jadi atau mungkin bisa
diawali adanya rasa khawatir bahwa penguasa dalam artian pemerintah ingin mengambil
uang (yang dikemas dalam iuran wajib) tanpa memperhatikan keadaan dan kondisi dari
masyarakat dan tanpa adanya mekanisme tertentu, sehingga terjadi pemerasan dan
ketidakadilan. Maka dibentuklah undang-undang untuk menghindari segala macam
permasalahan antara negara dengan warga negara yang bersangkutan.
4. Perbedaan pajak, retribusi, dan sumbangan:
a. Pajak sifatnya wajib dan ada sanksi hukum jika Anda tidak menyetor dan melapor pajak.
Dalam pajak, timbal balik tidak akan Anda rasakan secara langsung karena dampak dari
ketaatan Anda terhadap pajak dilihat dari bagaimana berjalannya pembangunan di
Indonesia. Jadi, dampaknya tidak hanya Anda sendiri yang merasakan, tapi masyarakat
secara umum juga dapat merasakan manfaat dari pembayaran pajak.
b. Retribusi juga sifatnya wajib dan ada sanksi hukumnya juga jika tidak menyetorkan.
Biasanya, yang memungut retribusi ini bisa dari lembaga pemerintah maupun
perseorangan yang naungi oleh pemerintah. Berbeda dengan pajak, begitu Anda
menyetorkan retribusi Anda, maka saat itu pula Anda merasakan manfaat atau timbal
baliknya. Misalnya, Anda membayar retribusi untuk pemungutan sampah, maka sampah
yang sudah tertimbun di rumah Anda pun akan dibawa oleh petugas pemungut sampah.
c. Berbeda dengan pajak dan retribusi, sumbangan sifatnya sukarela dan tidak memaksa.
Tidak ada sanksi dalam bentuk apapun jika Anda tidak memberikan sumbangan. Namun,
jika Anda berkontribusi memberikan sumbangan, sudah pasti akan membawa dampak
baik bagi Anda maupun bagi orang lain yang memang jauh lebih membutuhkan.
5. Menurut teori kepentingan, pajak itu mempunyai hubungan dengan kepentingan individu
yang diperoleh dari pekerjaan negara. Makin banyak mengenyam atau menikmati jasa dari
pekerjaan pemerintah, makin besar juga pajaknya. Teori ini meskipun masih berlaku pada
retribusi, tetapi sulit diterima sebab orang miskin dan penganggur yang memperoleh
bantuan dari pemerintah, menikmati atau menganyam banyak sekali jasa dari pemerintah,
menikmati atau mengenyam banyak sekali jasa dari pekerjaan pemerintah dan mereka
bahkan disebabkan membayar pajak. Sedangkan menurut Teori gaya pikul mengajarkan:
bahwa pemungutan pajak harus sesuai dengan kekuatan membayar dari siwajib pajak
(individu). Tekanan semua pajak-pajak harus sesuai dengan gaya pikul si wajib pajak dengan
memperhatikan pada besarnya penghasilan dan kekayaan, juga pengeluaran belanja wajib
pajak tersebut.
6. Setidaknya ada tiga asas pemungutan pajak yang kerap dijadikan pedoman di dunia, yaitu:
a. Asas tempat tinggal. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan domisili atau tempat
tinggal seseorang
b. Asas kebangsaan. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan kebangsaan seseorang.
Sebagai contoh, meskipun ada orang Amerika yang tinggal di Jepang, orang tersebut
tidak bisa diwajibkan untuk membayar pajak karena kebangsaannya bukan Jepang.
c. Asas sumber. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan sumber atau tempat
penghasilan berada. asas pemungutan pajak

Sedangkan, di Indonesia kita memiliki tujuh asas pemungutan pajak yang selalu dijadikan
pedoman, yaitu
a. Asas finansial Berdasarkan asas ini, pungutan pajak dilakukan sesuai dengan kondisi
keuangan (finansial) atau besaran pendapatan yang diterima oleh wajib pajak.
b. Asas ekonomis Berdasarkan asas ekonomis, hasil pemungutan pajak di Indonesia harus
digunakan sesuai dengan kepentingan umum (kepentingan rakyat secara menyeluruh).
c. Asas yuridis Asas yuridis pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat 2 UUD
1945. Selain itu pemungutan pajak di Indonesia juga diatur oleh beberapa undang-
undang, yaitu: Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (KUP). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan (PPh). Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB). Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak yang Berlaku di Indonesia. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB).
d. Asas umum Asas pemungutan pajak yang selanjutnya adalah asas umum. Berdasarkan
asas ini, pemungutan pajak di Indonesia didasarkan atas keadilan umum. Artinya, baik
pemungutan maupun penggunaan pajak memang dirancang dari dan untuk masyarakat
Indonesia.
e. Asas kebangsaan Berdasarkan asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di
Indonesia, wajib membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini.
f. Asas sumber Asas sumber merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat
perusahaan berdiri atau tempat tinggal wajib pajak.
g. Asas wilayah Asas ini berlaku berdasarkan wilayah tempat tinggal wajib pajak

7. Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang dibuat oleh pemerintah untuk mengarahkan
perekonomian dengan perubahan pengeluaran dan pendapatan pemerintah. Instrumen
utama yang digunakan dalam Kebijakan Fiskal adalah pengeluaran pemerintah/belanja
negara dan pajak. Pajak merupakan instrumen fiskal yang digunakan untuk membiayai
pembangunan. Pajak bersifat memaksa dan tercantum dalam undang-undang, di mana
semua wajib pajak yang berupa badan usaha ataupun perorangan wajib membayarkan pajak
pada negara. Sedangkan pengeluaran/belanja negara sendiri ada banyak jenisnya, seperti
biaya untuk perbaikan kualitas pendidikan, pembangunan infrastruktur, pembiayaan
operasional, dan seterusnya. Semua pengeluaran ini disusun di dalam APBN (Anggaran
Pembelanjaan Negara).
8. Meskipun pembayaran pajak itu bersifat memaksa, bagi negara terdapat syarat pemungutan
pajak yang harus dipenuhi agar tidak membebani masyarakat. Syarat pemungutan pajak
adalah landasan prinsip yang harus ada dalam pemungutan pajak. Terdapat 5 syarat
pemungutan pajak yang biasa digunakan di Indonesia salah satunya syarat Ekonomis, yaitu
syarat pemungutan pajak tidak boleh mengganggu aktivitas perekonomian nasional ketika
aktivitas ekonomi sedang berlangsung, sehingga terciptanya masyarakat yang sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai