Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NADYA DWI FORTUNA

NIM : 2101622011218
UTS : HUKUM PAJAK

1. Menurut saya Hukum Pajak Materil adalah kaidah-kaidah atau ketentuanketentuan dari
suatu peraturan perundang-undangan pajak yang berkenaan dengan isi dari peraturan
perudang-undangan yang bersangkutan. Hukum Pajak Material menerangkan tentang Subjek,
Objek atau tarip Pajak.
Hukum ini memuat norma-norma yang menjelaskan tentang keadaan, perbuatan, peristiwa
hukum yang dikenai pajak (obyek pajak), pihak yang dikenai pajak (subyek pajak), besaran
pajak yang dikenakan (tarif pajak), segala sesuatu berkaitan dengan timbul dan dihapusnya
utang pajak, serta dinas sanksi-sanksi dalam hubungan hukum antara pemerintah dan wajib
pajak.
Contoh wujud dari hukum pajak materiil adalah pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM).

Sedangkan Hukum pajak formil merupakan hukum yang memuat prosedur untuk
mewujudkan hukum pajak materiil menjadi suatu kenyataan atau realisasi. Hukum pajak
formil memuat tata cara atau prosedur penetapan jumlah utang pajak, hak-hak fiskus untuk
mengadakan monitoring dan evaluasi.

Contoh wujud dari hukum pajak formil adalah Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan,
bentuknya adalah:

• Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang


Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
• Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

2. Menurut saya kenapa negara wajib memungut pajak adalah Melalui pajak, pemerintah bisa
mengatur pertumbuhan ekonomi. Pajak harus dan wajib kita bayarkan karena pajak yang kita
bayarkan juga digunakan negara untuk keperluan – keperluan penyelenggaraan pemerintah,
misalnya seperti pembayaran gaji pegawai negeri, pembayaran pembelanjaan tentara, polisi dan
keperluan negara lainnya yang masih banyak lagi.
Tanpa setoran pajak, negara tidak bisa membiayai pembangunan infrastruktur, serta tidak bisa
membiayai dan melindungi masyarakat miskin.
3. Teori dalam Pemungutan Pajak :
• Teori Asuransi. Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak
rakyatnya. Oleh karena itu, rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu
premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
Contoh : Asuransi Kendaraan Bermotor, Asuransi Properti, Asuransi Kecelakaan Diri,
Asuransi Kredit, Asuransi Uang dan Harta Benda.

• Teori Kepentingan. Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan
(misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang
terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.
Contoh : Perlindungan harta dan jiwa warga

• Teori Daya Pikul. Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak
harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang.
Contoh : Jika individu masih memiliki penghasilan di bawah PTKP (Penghasilan Tidak
Kena Pajak) maka belum memiliki gaya pikul.
• Teori Bakti. Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan
negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa
pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
Contoh : membangun infrastruktur.

• Teori Asas Daya Beli. Teori daya beli ini sangat erat berkaitan dengan kemampuan
masyarakat saat melakukan transaksi jual beli. Masyarakat yang banyak dengan
kebutuhan yang berbeda-beda tentu membutuhkan berbagai barang untuk memenuhi
setiap kebutuhannya.
Contoh : memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk
rumah tangga negara.

4. Kenapa Azaz Equality menjadi bagian dari sebuah Azaz didalam Hukum Pajak ?
Dalam asas “equality” ini tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi di
antara sesama wajib pajak, dalam keadaan yang sama, para wajib pajak harus dikenakan
pajak yang sama pula. sehemat-hematnya; jangan sekali-kali biaya pemungutan melebihi
pemasukan pajaknya.”

5. bagaimana Hukum Pajak bisa dan dapat terhubung dengan Ilmu lainnya?
Hukum pajak adalah bagian dari hukum publik.

Hukum pajak di Indonesia menganut paham imperative. Artinya, pelaksanaan pemungutan


pajak tidak dapat ditunda.

Ketika terjadi pengajuan keberatan terhadap Pajak oleh wajib pajak yang telah ditetapkan
pemerintah, sebelum ada keputusan dari Direktur Jenderal Pajak tentang keberatan diterima,
maka wajib pajak terlebih dahulu harus membayar pajak sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Berikut ini adalah penjelasan kedudukan hukum perpajakan:

• Hukum Perdata yang mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya
• Hukum Publik dimana mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Antara
lain terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi
Negara), Hukum Pajak, dan Hukum Pidana.

Berdasarkan dua poin di atas, dapat diketahui bahwa kedudukan hukum pajak merupakan
bagian dari hukum publik.

Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut pajak dan rakyat
sebagai wajib pajak.

6. Apa saja yang menjadi bagian dari Tarif Pajak?

Secara struktural, tarif pajak dibagi menjadi 4 jenis, antara lain:

• Tarif Progresif (a progressive tax rate).


• Tarif Degresif (a degressive tax rate).
• Tarif Proporsional (a proportional tax rate).
• Tarif Tetap/regresif (a fixed tax rate).
a. Tarif Progresif

Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik sebanding
dengan dasar pengenaan pajaknya.

Di Indonesia itu sendiri, tarif pajak progresif ini diterapkan untuk pajak penghasilan (PPh) wajib pajak
orang pribadi, seperti:

• Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya 5%.
• Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
• Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
• Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.

b. Tarif Degresif

Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan tarif pajak yang
persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak tinggi. Atau,
persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.

Jadi, jika persentasenya semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil. Melainkan bisa jadi
lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya semakin besar.

c. Tarif Proporsional

Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi perubahan terhadap dasar
pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek pajak, persentasenya akan tetap.
Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun objek pajaknya.

d. Tarif Tetap/Regresif

Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa memerhatikan
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya.

Tarif tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai dengan peraturan
yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan nilai atau nominal sebesar Rp3.000 dan Rp6.000.

7. Apa yang menjadi dasar Hukum dalam Pemungutan Pajak ? Hukum pajak pada dasarnya
menyangkut hukum konstitusi, karena secara garis besar dan secara prinsip terdapat dalam
konstitusi negara baik dalam UUD maupun konvensi. Hukum pajak harus memberikan
jaminan hukum dan keadilan yang tegas, baik untuk negara selaku pemungut pajak (fiskus)
dan kepada rakyat selaku wajib pajak.
Pemungutan pajak di Indonesia diatur dalam UUD 1945, yaitu pada pasal 23 ayat (2) yang
menyatakan "segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-undang". Dalam
penjelasan pasal 23 ayat (2) dinyatakan bahwa segala tindakan yang menempatkan beban
kepada rakyat, seperti pajak dan lain lainnya harus ditetapkan dengan UU dan dengan
persetujuan rakyat seperti pajak dan lain-lainnya.

Apa yang di maksud Hukum dalam Pemugutan Pajak?


Hukum dalam pemungutan pajak adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hak dan
kewajiban, serta hubungan antara wajib pajak dan pemerintah selaku pemungut pajak.
Pemerintah dalam hal ini diwakilkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, yang berwenang
mengambil kekayaan seseorang dalam bentuk pembayaran pajak.

8. Apa yang dimaksud dengan Teori Gaya Beli dan berikan contohnya ?
Menurut saya Teori ini tidak mempersoalkan asal mula negara memungt pajak, melainkan
hanya melihat pada efeknya, dan memandang efek yang baik itu sebagai dasar keadilannya
•Contoh : Fungsi pemungutan pajak disamakan dengan pompa, yaitu mengambil gaya beli dari
rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah tangga negara dan kemudian menyalurkannya
kembali ke masyarakat dengan maksud untuk memelihara hidup masyarakat dan untuk
membawanya ke arah tertentu

Anda mungkin juga menyukai