Anda di halaman 1dari 12

DASAR DAN

PENGGOLONGAN PAJAK
a. Capaian Pembelajaran :
Setelah menempuh mata kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami
tentang dasar dan penggolongan pajak.

b. Kemampuan Akhir
Setelah menempuh mata kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami :

 ketentuan hukum pajak formal dan material,

 teori yang mendukung pemungutan pajak,

 jenis pemungutan pajak.


A. Pendekatan Pajak
1. Segi Ekonomi:
Dalam pendekatan ini, pajak-pajak akan dinilai dalam fungsinya dan dikaji
dampaknya terhadap masyarakat, penghasilan seseorang, pola konsumsi, harga
pokok, permintaan dan penawaran
2. Segi Pembangunan
Dalam pendekatan ini pajak-pajak akan dinilai dalam funsinya dan dikaji
dampaknya terhadap pembangunan. Pajak baru bermanfaat terhadap pembangunan
kalau jumlah pajaknya lebih besar dari pengeluaran rutin sehinga terdapat public
saving yang dapat digunakan untuk pembangunan
3. Segi Penerapan Praktis
Dalam pendekatan ini yg diutamakan adalah penerapannya, siapa yang dikenakan,
apa yang dikenakan, berapa besarnya, bagaimana cara menghitungnya, tanpa banyak
menghiraukan segi hukumnya, termasuk kepastian hukumnya.
4. Segi Hukum
Pendekatan ini menitik beratkan pada perikatan,hak dan kewajiban wajib pajak,
subyek pajak dalam hubungannya dengan subyek hukum, hak penguasa untuk
mengenakan pajak, timbulnya utang pajak, hapusnya utang pajak, penagihan pajak
dengan paksa, sanksi administratif maupun sanksi pidana, penyidikan,, pembukuan,
keberatan, banding, ordonansi kepatutan, dan kedaluwarsa

B. Definisi Hukum Pajak


Hukum Pajak adalah Suatu kumpulan peraturan -peraturan yg mengatur hubungan
antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan masyarakat sebagai pembayar pajak.
Dalam Hukum Pajak diatur mengenai;
 Siapa yg menjadi Subjek Pajak & Wajib Pajak
 Obyek apa saja yang menjadi Objek Pajak
 Kewajiban wajib pajak terhadap pemerintah
 Timbul & hapusnya utang pajak
 Cara penagihan pajak
 Cara mengajukan keberatan dan banding
C. Kedudukan Hukum Pajak
1) Hukum perdata
Adalah yaitu mengatur hubungan antara satu individu dengan individu yang lain
2) Hukum publik
Adalah yaitu mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya
 hukum tata negara
 hukum administrasi
 hukum tata usaha
 hukum pajak
 hukum pidana
Pengertian hukum pajak adalah: (Dr. Rochmat Somitro)
Suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai
pemungut pajak dengan rakyat pembayar pajak. Dengan kata lain hukum pajak
menerangkan: siapa-siapa pajak (subjek) dan apa kewajiban-kewajiban mereka
terhadap pemerintah, hak-hak pemerintah, objek-objek apa yang dikenakan pajak,
cara penagihan, cara pengajuan keberatan-keberatan dan sebagainya.

D. Jenis Hukum pajak


1) Hukum Pajak Material;
Yaitu memuat norma – norma yang angkan tentang keadaan, perbuatan, obyek
pajak, subyek pajak. Contoh
a. Undang Undang Nomor : 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah dengan Undang
Undang Nomor : 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan,
b. Undang Undang Nomor : 8 Tahun 1983 sebagaimana diubah dengan Undang
Undang Nomor : 18 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah,
c. Undang Undang Nomor : 12 Tahun 1985 sebagaimana diubah dengan Undang
Undang Nomor : 12 Tahun 2000 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan,
2) Hukum Pajak Formal;
Yaitu memuat tata cara bagaimana hukum materiil tersebut dilaksanakan. Contoh:
UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana Diubah Terakhir Dengan UU Nomor 28
Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang memuat
Memuat ketentuan-ketentuan yang mendukung ketentuan hukum pajak material,
yang diperlukan untuk melaksanakan/ merealisasikan ketentuan hukum material.
Dalam UU KUP, ketentuan Hukum Formal antara lain mengatur:
 SPT ( masa maupun tahunan)
 SSP
 SKP ( SKPKB,SKPKBT,SKPLB,SKPN)
 STP
 PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
 PENYIDIKAN
 SURAT PAKSA
 KEBERATAN DAN BANDING
 SANKSI ADMINISTRASI, SANKSI PIDANA DLL

Dalam UU Pengadilan Pajak, ketentuan Hukum Formal, mengatur mengenai:


 SENGKETA PAJAK
 BANDING DAN GUGATAN
 SUSUNAN PENGADILAN PAJAK
 HUKUM ACARA
 PEMBUKTIAN
 PELAKSANAAN PUTUSAN dll

Dalam UU PPSP, ketentuan Hukum Formal, mengatur mengenai:


 PENAGIHAN PAJAK
 JURU SITA PAJAK
 PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS
 SURAT PAKSA
 PENYITAAN
 LELANG
 PENCEGAHAN DAN PENYANDERAAN
 GUGATAN dll.
Ketentuan Hukum Formal diatur secara terpisah dengan hukum pajak Material
Ketentuan hukum pajak formal diatur dalam UU KUP, yaitu UU no 6 tahun 1983
sebagaimana telah diubah beberapa kali dan yang terakhir dgn UU No 28 Th 2007
tentang: “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”

Ketentuan hukum pajak material terdapat dalam:


1. UU PPh
2. UU PPN dan PPnBM

Hukum Pajak Material memuat mengenai:


a. Subjek pajak
b. Wajib Pajak
c. Objek Pajak
d. Tarif Pajak

UU yang memuat Hukum Pajak material dan Formal:


1. UU no 12 tahun 1985 yang telah diubah dgn UU no 12 tahun 1994 tentang PBB
2. UU no 18 tahun1987 yang telah diubah dgn UU no 28 tahun 2009 tentang PDRD
3. UU no 21 tahun1997 yang telah diubah dengan UU no 20 tahun 2000 tentang
BPHTB

E. Hubungan serta pengaruh Hukum Pajak terhadap Hukum Perdata


 Hukum Pajak mencari dasar kemungkinan pemungutan pajak atas dasar peristiwa
(kematian, kelahiran), keadaan (kekayaan), perbuatan (jual beli, sewa menyewa)
yang diatur dalam Hukum Perdata
 Lex specialis derogat lex generale (Peraturan yg khusus mengalahkan peraturan yg
umum)
 Ketentuan dalam Hukum Pajak mengenyampingkan ketentuan dalam Hukum
Perdata

F. Dasar Hukum Pemungutan Pajak


 taxation without representation is robery
(pajak tanpa perwakilan/undang2x adalah perampokan)
 to tax is to destroy people purchasing power
(memajaki adalah merusak daya beli masyarakat)
 Tax is the price for civilization
(pajak adalah suatu harga dari peradaban)
 tax can be said as people contribution for supporting the government to finance
its duty in order to serve public
(pajak dapat dikatakan sebagai kontribusi masyarakat untuk menyokong
pemerintah dalam mebiayai tugas-tugasnya untuk melayani masyarakat)

Landasan Hukum Perpajakan:


Pasal 23 A amandemen UUD 1945 yang berbunyi:
“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan Undang-undang”

G. Syarat pemungutan pajak


1) Syarat Keadilan  artinya pemungutan pajak harus adil.
2) Syarat Yuridis  berdasarkan UU.
3) Syarat ekonomis  pemungutan pajak tidak mengganggu kelancaran kegiatan
ekonomi, sehingga tidak menimbulkan kelesuan ekonomi masyarakat.
4) Syarat finansiil  efisien dalam biaya pemungutannya.
5) Syarat sederhana  sistem pemungutan pajak harus sesederhana mungkin
sehingga memudahkan masyarakat untuk memenuhi kewajibannya.

H. Teori – Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak


1) Teori asuransi  asumsi bahwa negara melindungi keselamatan jiwa, harta
benda, dan hak – hak rakyatnya, oleh karena itu rakyat harus membayar pajak
yang diibaratkan suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan
tersebut,
2) Teori Kepentingan  pajak yang dibebankan kepada rakyat tersebut berdasarkan
kepentingan masing – masing orang kepada negara,
3) Teori Daya Pikul  beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya
pajak yang dibayar harus sesuai daya pikul masing – masing orang.
4) Teori Bakti  pemungutan pajak didasarkan pada hubungan antara rakyat
dengan negaranya, sebagai warga yang berbakti maka rakyat harus selalu menyadari
bahwa membayar pajak adalah suatu kewajiban,
5) Teori Asas Daya Beli  artinya bahwa memungut pajak berarti menarik daya
beli dari rumah tangga – rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara yang
selanjutnya negara akan menyalurkan kembali dalam bentuk pemeliharaan
kesejahteraan masyarakat.

I. Perkembangan Undang Undang Perpajakan Indonesia


 Sampai dengan tahun 1983
1) Warisan Belanda (Sifatnya kolonialistik)
2) Sistem official assessment
 1983 - ……..
1) Melakukan reformasi
Memperkenalkan Self Assessment
2) Menghilangkan kelemahan sistem perpajakan yang ada dengan memperluas
objek dan subjek pajak, menyederhanakan sistem dan prosedur perpajakan
J. Pemungutan Pajak
1) Stelsel Pajak
 Stelsel Nyata: Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang
nyata), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
 Stelsel Fiktif: Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan atau perkiraan
yang diatur oleh UU. (misalnya: penghasilan suatu tahun dianggap diatur
sama dgn tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat
ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
 Stelsel campuran: Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan
stelsel anggapan. Dimana pada awal tahun, besarnya pajak dihitung
berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak
disesuaikan dengan keadaan sebenarnya.
2) Yurisdiksi Pemungutan
 Asas Tempat tinggal:
1. Pemungutan pajak berdasarkan pada: domisili / tempat tinggal Wajib Pajak
dalam suatu negara.
2. Negara di mana WP bertempat tinggal berhak memungut pajak terhadap
Wajib Pajak tanpa melihat dari mana pendapatan atau penghasilan tersebut
diperoleh, baik dari Dalam Negeri maupun dari Luar Negeri dan tanpa
melihat kebangsaan/kewarganegaraan Wajib Pajak tersebut.
 Asas Sumber:
Pemungutan Pajak didasarkan pada:
Sumber pendapatan/penghasilan dalam suatu negara.
Menurut asas ini negara yang menjadi sumber pendapatan/penghasilan
tersebut berhak memungut pajak tanpa memperhatikan domisili dan
kewarganegaraan.
 Asas Kebangsaan:
Pemungutan pajak didasarkan pada:
Kebangsaan/kewarganegaraan dari Wajib Pajak, tanpa melihat darimana
sumber pendapatan/penghasilan tersebut maupun di negara mana tempat
tinggal dari Wajib Pajak yang bersangkutan.
3) Sistem Pemungutan
 Official Assessment
 Self Assessment
 With Holding

K. Penggolongan Jenis Pajak


 Menurut Golongannya:
1) Pajak Langsung
Pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dilimpahkan kepada pihak lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada
waktu-waktu tertentu, misalnya :PPh
2) Pajak Tidak Langsung
Pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain dan hanya
dikenakan pada hal-hal tertentu/ peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya;
PPN
 Menurut Sifatnya:
1) Pajak Subjektif
Jenis pajak yang dikenakan dengan memperhatikan keadaan pribadi wajib
pajak (subjeknya).Setelah diketahui keadaan subjeknya barulah diperhatikan
keadaan objektifnya sesuai daya pikul apakah dapat dikenakan pajak atau
tidak misalnya: PPh
2) Pajak Objektif
Jenis pajak yang dikenakan dengan memperhatikan objeknya baik berupa
keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban
membayar pajak. Setelah diketahui objeknya barulah dicari subjeknya yang
mempunyai hubungan hukum dengan objek yang telah diketahui, Misalnya:
PPN
 Menurut Pemungutnya:
1) Pajak Pusat
adalah pajak yang wewenang pemungut-annya ada pada pem pusat yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui DJP.
2) PAJAK DAERAH
adalah pajak yang wewenang pemungutan-nya ada pada Pemerintah Daerah
yang pelaksanaan-nya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.
Pajak Daerah dibagi menjadi:
Pajak Daerah Tingkat I
Pajak Daerah Tingkat II

Anda mungkin juga menyukai