Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR

PERPAJAKAN
IMELDA PARADITHA
Pertemuan 1 : 8 September 2016
STIE WIYATAMANDALA
MINGGU KE I
PENGANTAR PERPAJAKAN

Pokok Bahasan:
1. Pengertian dan perbedaan Pajak, Retribusi dan Sumbangan
2. Fungsi Pajak
3. Pemungutan Pajak
4. Hukum Pajak
5. Pengelompokan Pajak
6. Tata Cara Pemungutan Pajak
7. Timbul dan Hapusnya Hutang Pajak
8. Hambatan Pemungutan Pajak
9. Tarif Pajak

Tujuan Instruksional Khusus:


Agar mahasiswa mampu memahami, menyebutkan dan menjelaskan
pengetian dan perbedaan pajak retribusi dan sumbangan, kedudukan
hukum pajak, pembedaan dan pembagian pajak, stelsel, azas, dan sistem
pemungutan pajak, tarif pajak, timbul dan hapusnya utang pajak dan
saat pajak terhutang.

Referensi:
10.Mardiasmo (2011), Perpajakan, Edisi Revisi, Yogyakarta : Andi
2. Utomo, Dwiarso (2011), Perpajakan Alikasi dan Terapan,
Yogyakarta : Andi
3. Undang Undang Pajak Penghasilan (2013), Jakarta : Fokusmedia

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 2


Pengertian Pajak
Menurut Prof Dr Rochmat Soemitro, SH:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.

Unsur-Unsur Pajak:
1. Iuran masyarakat kepada negara
2. Dapat dipaksakan
3. Dipungut berdasarkan Undang-undang
4. Tidak ada kontra prestasi secara langsung dapat
ditunjuk
5. Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum
negara

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 3


Perbedaan Pajak, Retribusi &
Perbedaan Pajak Sumbangan
dengan Jenis Pungutan Lainnya
a. Retribusi :
iuran kepada negara berupa pungutan yang memiliki
jasa timbal balik langsung. Misalnya : retribusi parkir
dan retribusi pasar. Atau lebih dikenal oleh masyarakat
dengan istilah iuran : iuran parkir, iuran keamanan, dan
lainnya.
b. Sumbangan :
Jenis pungutan yang juga memiliki jasa timbal balik
namun hanya dapat dinikmati oleh sekelompok orang.
Misalnya : sumbangan bencana nasional.

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 4


Fungsi Pajak
1. Fungsi penerimaan ( Budgetair ), yaitu sebagai
sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran pemerintah
2. Fungsi Mengatur ( Regulerend ), yaitu sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang
sosial dan ekonomi. Contoh:
. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman
keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras
. Pajak yang tinggi dikenakan terhada barang-barang
mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif
. Tarif pajak eksport 0% (untuk komoditi tertentu)
agar mendorong eksport Indonesia di pasaran
dunia.

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 5


Syarat Pemungutan Pajak
1. Syarat Keadilan mengenakan pajak secara umum
dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing.
2. Syarat Yuridis pemungutan pajak harus
berdasarkan undang-undang
3. Syarat Ekonomis tidak mengganggu perekonomian
4. Syarat Finansiil biaya pemungutan pajak harus
lebih rendah dari hasil pemungutannya
5. Syarat Kesederhanaan sistem pemungutan yang
sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 6


Teori Yang Mendukung Pemungutan
1. Teori Asuransi
Pajak
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak
rakyatnya. Rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai
suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan
tersebut
2. Teori Kepentingan
Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi
pajak yang harus dibayar
3. Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya sesuai daya
pikul masing-masing. Daya pikul ada 2 :
- Objektif : melihat besarnya penghasilan/kekayaan seseorang
- Subjektif : memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus
dipenuhi
4. Teori Bakti
Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus sadar pembayaran
pajak adalah suatu kewajiban
5. Teori Asas Daya Beli
Memungut pajak = menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat
untuk rumah tangga negara, kemudian negara menyalurkan kembali
ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan
masyarakat.

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 7


Kedudukan Hukum Pajak
Secara global hukum terbagi dua kelompok :
1. Hukum Publik hukum yang mengatur hubungan
hukum antara pemerintah dengan warganya. Mencakup
hukum Pidana, Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum
Tata Negara
2. Hukum Perdata hukum yang mengatur hubungan
hukum antara orang pribadi di dalam masyarakat.
Meliputi hukum perdata dalam arti sempit dan Hukum
Dagang

Karena hukum pajak peraturan yang meliputi kewenangan


pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui kas
negara maka, Bisa dilihat bahwa hukum pajak
merupakan bagian dari Hukum Publik

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 8


Hukum Pajak (Hukum Fiskal)
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah
(fiscus) selaku pemungut pajak dengan rakyat sebagai
Wajib Pajak. Ada 2 macam hukum pajak :
1. Hukum Pajak Materiil
.Siapa yg dikenakan pajak (subjek pajak)
.Apa yg dikenakan pajak (objek pajak)
.Berapa besarnya pajak terutang (tarif)
.Hapus dan timbulnya utang pajak
.Hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib
Pajak
2. Hukum Pajak Formil
Tata cara/ prosedur bagaimana mewujudkan ketentuan2
(hukum pajak materiil) menjadi kenyataan. Memuat tata
cara, hak dan kewajiban Wajib Pajak termasuk sanksi-
sanksinya.

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 9


Pengelompokan Pajak
1. Golongan
a. Pajak Langsung harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak.
Tidak dapat dibebankan / dilimpahkan ke orang lain. Contoh :
Pph
b. Pajak Tidak Langsung dapat dibebankan / dilimpahkan ke
orang lain. Contoh : PPN
2. Sifat
a. Pajak Subjektif berpangkal / berdasarkan pada subjeknya,
dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh :
PPh
b. Pajak Objektif berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : PPN &
PPNBM
3. Lembaga Pemungut
a. Pajak Pusat dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : PPh, PPN,
PPNBM, bea materai
b. Pajak Daerah dipungut pemerintah daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah. Terdiri atas Pajak
Propinsi (PKB & PBBKB) dan Pajak Kabupaten (Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak Hiburan)
PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 10
Tata Cara Pemungutan Pajak (1/3)
Stelsel Pemungutan Pajak
a. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)
Pengenaan didasarkan pada objek penghasilan yang nyata
sehingga pemungutan baru dapat dilakukan pada akhir tahun
pajak.
b. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)
Pengenaan didasarkan pada suatu anggapan yang diatur
undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap
sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun
pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak terutang untuk
tahun pajak berjalan.
c. Stelsel Campuran
Merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Pada awal tahun, besar pajak dihitung berdasarkan
suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak
disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Pajak (kenyataan) > pajak (anggapan) tambah bayar
Pajak (kenyataan) < pajak (anggapan) diminta kembali /
restitusi atau diperhitungkan ke depan / kompensasi

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 11


Tata Cara Pemungutan Pajak (2/3)
Asas Pemungutan Pajak
a. Asas domisili (tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan
Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik yang
berasal dari dalam / luar negeri. Berlaku untuk Wajib Pajak
dalam negeri.
b. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang
bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat
tinggal Wajib Pajak.
c. Asas Kebangsaan
Pengenaan Pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu
negara.

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 12


Tata Cara Pemungutan Pajak (3/3)
Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assessment System
Sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak. Contoh : PBB
Ciri-ciri :
1. Fiskus berwenang menentukan besarnya pajak terutang
2. Wajib pajak bersifat pasif
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh
fiskus
b. Self Assessment System
Sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Contoh : PPh,
PPN, PPnBM
Ciri-ciri :
1. Wajib Pajak berwenang menentukan besarnya pajak terutang
2. Wajib pajak aktif menghitung, menyetor dan melapor
3. Fiskus tidak ikut campur, hanya mengawasi
c. Witholding System
Sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Contoh : PPh karyawan yang disetor oleh perusahaan

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 13


Timbul dan Hapusnya Hutang Pajak
2 ajaran yang mengatur timbulnya Hutang Pajak :
a. Ajaran Formil
Hutang pajak timbul karena dikeluarkannya Surat Ketetapan
Pajak oleh fiskal diterapkan pada official assessment
system.
b. Ajaran Materiil
Hutang pajak timbul karena berlakunya undang-undang.
Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan
diterapkan pada self assessment system.

Hapusnya Hutang Pajak dikarenakan :


a. Pembayaran
b. Kompensasi
c. Daluwarsa
d. Pembebasan
e. Penghapusan

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 14


Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan terhadap pemungutan pajak :
a. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan membayar pajak, disebabkan oleh :
1. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
2. Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami
masyarakat
3. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan
dengan baik
b. Perlawanan Aktif
Meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung
ditujukan kepada fiskus dengan tujuan menghindari pajak.
Bentuknya dapat berupa :
1. Tax avoidance usaha meringankan beban pajak dengan
tidak melanggar undang-undang
2. Tax evasion usaha meringankan beban pajak dengan
cara melanggar undang-undang (menggelapkan pajak)

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 15


Tarif Pajak (1/2)
1. Tarif sebanding / proporsional
berupa % tetap, berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga
besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya
nilai yang dikenai pajak. Contoh : PPN
2. Tarif tetap
berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah
yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang
tetap. Contoh : besarnya bea materai untuk cek dan bilyet giro
dengan nominal berapapun adalah Rp 3,000.
3. Tarif progresif
% tarif yang digunakan semakin besar jika jumlah yang dikenai
pajak semakin besar. Contoh PPh untuk WP orang pribadi dalam
negeri.
Menurut kenaikan % tarifnya, progresif dibagi :
a. Tarif progresif progresif : kenaikan % semakin besar
b. Tarif progresif tetap : kenaikan % tetap
c. Tarif progresif degresif : kenaikan % semakin kecil
4. Tarif degresif
% tarif yang digunakan semakin kecil jika jumlah yang dikenai
pajak semakin besar.
PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 16
Tarif Pajak (2/2)
Contoh tarif progresif PPh 21 (berdasar Pasal 17 (1) Peraturan
Dirjen Pajak Nomor PER-32/PJ/2015) berlaku pada WP yang
memiliki NPWP
Lapisan Penghasilan Kena Tarif Pajak
Pajak
s/d Rp 50,000,000 5%
> Rp 50,000,000 s/d Rp 15%
250,000,000
> Rp 250,000,000 s/d Rp 25%
500,000,000
Contoh pajak progresif-progresif : pajak mobil
> Rp 500,000,000 30%: 1.5%, 2%, 2,5%,
4%

PENGANTAR PERPAJAKAN Minggu 01 Page 17

Anda mungkin juga menyukai