Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Deskripsi Teoritik


2.1.1 Tax Avoidance
2.1.1.1 Pengertian Pajak
Pajak merupakan pendapatan negara yang nilainya sangat besar untuk
dipakai demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu negara
membuat undang-undang perpajakan seperti UU KUP, PPh, PPN dan PPnBM,
PBB, Penagihan Pajak, Pengampunan Pajak, dan peraturan lain yang mengatur
hal perpajakan lainnya. Tujuan dibentuknya undang- undang dalam memungut
pajak warga negaranya adalah untuk mendapatkan penghasilan negara dari
pajak sebesar-besarnya. Munculnya celah-celah dalam undang-undang
perpajakan membuat praktik penghindaraan pajak (tax avoidance) sering
dilakukan wajib pajak. Dalam hal ini praktik tersebut memang tidak melanggar
isi dari undang undang tersebut (The letter of law), tetapi tidak mendukung
tujuan dibentuknya undang-undang perpajakan tersebut. Penghindaran pajak ini
ialah perlawanan aktif yang berasal dari wajib pajak. Hal ini dilakukan ketika
SKP (Surat Ketetapan Pajak) belum dikeluarkan. Penghindaran pajak ini
dilakukan untuk mengindari kewajiban perpajakan atau untuk mengurangi
kewajiban perpajakan. Dalam perundang-undangan di Indonesia penghindaran
pajak belum diatur secara gamblang.

Kamus Umum Bahasa Indonesia menjelaskan:


“Pajak mempunyai pengertian pungutan wajib, biasanya berupa uang yang
harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara
atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli
barang, dan sebagainya”.1

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang


(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pajak, 2017 http://kbbi.web.id/pajak (diakses pada 26 April 2020)

8
9

yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar


pengeluaran umum.2
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar.
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dan negara
dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal
dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai
pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.3
Pajak sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian dari kekayaan
kepada negara disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi
tidak ada jasa balik dari negara secara langsung untuk memelihara
kesejahteraan umum.4

Sedangkan menurut undang-undang No. 16 Tahun 2009 pasal 1 tentang


ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah :
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”5

Berdasarkan pengertian pajak diatas dapat disimpulkan bahwa pajak


adalah iuran atau kewajiban untuk menyerahkan sebagian pendapatan kepada
negara yang bersifat memaksa berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
tidak mendapat balas jasa secara langsung.

2.1.1.2 Fungsi Pajak


Pajak mempunyai peranan penting dalam kehidupan bernegara,
khusunya didalam pelaksanaan pembangunan nasional kerena pajak

2
Mardiasmo, 2018, Perpajakan Edisi Terbaru (Yogyakarta: Andi), p. 3
3
Saputra, et al, Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Karakter Eksekutif Terhadap
Tax Avoidance Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI, Jurnal Universitas Bunga Hatta, p. 3
4
Siti Resmi, 2014, Perpajakan: Teori dan Kasus (Jakarta: Salemba Empat), p.5
5
Mardiasmo, 2018, Perpajakan Edisi Terbaru (Yogyakarta: Andi), p. 3
10

merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua


pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan nasional untuk
mencapai kesejahteraan negara. Terdapat dua fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi budgeter (sumber keuangan Negara) Artinya pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Upaya tersebut ditempuh
dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak
melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, seperti: PPh,
PPn, PPnBM, PBB, dan lain-lain
2. Fungsi regulered (pengatur) Artinya pajak sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.6

2.1.1.3 Jenis-jenis Pajak


Pajak dapat dibagi menjadi beberapa menurut golongannya, sifatnya
dan lembaga pemungutannya. Jenis-jenis pajak tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Menurut Golongannya:
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain. Contoh : Pajak Penghasilan
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak
Pertambahan Nilai.
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memerhatikan diri wajib pajak. Contoh : Pajak
Penghasilan

6
Darmawan, Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan Pertambangan Sub Sektor Pertambangan Batubara yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-
2018, Skripsi UNPAS Bandung, p. 39
11

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa


memerhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut Lembaga Pemungutannya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah
terdiri atas:
1) Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
2) Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan
Pajak Hiburan.7

2.1.1.4 Sistem Pemungutan Pajak


Sistem pemungutan pajak merupakan sebuah mekanisme yang
digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayar wajib
pajak ke negara. Di Indonesia, berlaku 3 jenis sistem pemungutan pajak,
yakni:
1. Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus.
b. Wajib pajak bersifat pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.

7
Mardiasmo, 2018, Perpajakan Edisi Terbaru (Yogyakarta: Andi), p.7
12

2. Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang


memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
wajib pajak sendiri.
b. Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3.Withholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib
pajak yang bersangkutan) untuk memotong atau memungut pajak yang
terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya : wewenang memotong atau
memungut pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, yaitu pihak selain
fiskus dan wajib pajak.8

2.1.1.5 Hambatan Pemungutan Pajak


Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi:
1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak yang dapat disebabkan
oleh:
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami oleh masyarakat.
c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang
dilakukan oleh wajib pajak dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Bentuknya antara lain:
a. Tax Avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar undang-undang.

8
Mardiasmo, 2018, Perpajakan Edisi Terbaru (Yogyakarta: Andi), p. 9
13

b. Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara


melanggar undang-undang (menggelapkan pajak).9

2.1.1.6 Beban Pajak


Merujuk dari PSAK Nomor 46, beban pajak (penghasilan pajak)
adalah :
“Jumlah gabungan pajak kini dan pajak tangguhan yang
diperhitungkan dalam menentukan laba rugi pada suatu periode.
Beban pajak terdiri dari beban pajak kini (penghasilan pajak kini)
adalah jumlah pajak penghasilan tarutang atas penghasilan kena pajak
pada satu periode dan beban pajak tangguhan (penghasilan pajak
tangguhan) adalah jumlah pajak penghasilan terutang untuk periode
mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak”.10

2.1.1.7 Pengertian Tax Avoidance


Tax Avoidance merupakan upaya mengefisiensikan beban pajak
dengan cara menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan
objek pajak. Misalnya, perusahaan yang masih mengalami kerugian perlu
mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang ke pemberian natura
sehingga natura tersebut bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21.
Ketika perusahaan rugi, pemberian tunjangan tidak akan berkontribusi
pada pengurangan PPh badan, karena perusahaan tidak kena PPh badan.11

Menurut Pohan tax avoidance adalah :


“Upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman
bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan
perpajakan, dimana metode dan teknik yang digunakan cenderung
memanfaatkan kelemahan – kelemahan (grey area) yang terdapat
dalam undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri.”.12

9
Mardiasmo, 2018, Perpajakan Edisi Terbaru (Yogyakarta: Andi), p.10
10
Tanya Pajak, Penjelasan Singkat Tentang PSAK 46,
https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/10/12/penjelasan-singkat-tentang-psak-46/ (diakses pada
27 April 2020)
11
Pirma Sibarani Tenang Malem Tarigan, 2018, Kontemporer Perpajakan Indonesia
(Yogyakarta:Andi), p. 148
12
Pohan, dikutip oleh Amirullah, Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Pertumbuhan Penjualan
Terhadap Tax Avoidance Studi Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI
Periode 2012-2016, Skripsi Universitas Pasundan Bandung, p. 20
14

Menurut Jacob tax avoidance adalah:

“Sebagai salah satu cara pengurangan pembayaran pajak atau


meminimalkan beban pajak dengan cara mengatur sedemikian rupa
transaksi yang dilakukan agar memperoleh keuntungan kelemahan-
kelemahan dalam peraturan pajak.”.13

Menurut Hutagaol :

“Tax Avoidance yaitu upaya penghindaran pajak secara legal yang


tidak melanggar peraturan perpajakan yang dilakukan wajib pajak
dengan cara berusaha mengurangi jumlah pajak terutang dengan
mencari kelemahan (Loopholes)”.14

Sedangkan menurut Gusti Maya Sari :

“Tax Avoidance adalah suatu skema transaksi yang ditunjukkan


dengan meminimalkan beban pajak dengan memanfatkan kelemahan-
kelemahan (loophole) ketentuan-ketentuan perpajakan suatu
negara”.15

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tax


avoidance adalah penghindaran pajak yang dilakukan secara legal namun
tidak bertentangan dengan peraturan perpajakan yang berlaku, guna
meminimalkan beban pajak perusahaan.

2.1.1.8 Keuntungan dan Kerugian Tindakan Tax Avoidance


Terdapat tiga keuntungan yang didapat dari tindakan tax avoidance,
yaitu sebagai berikut:
1. Efisiensi pajak yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemerintah.

13
Jacob, 2014, dikutip oleh Putra dan Jati, Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi
Pengaruh Profitabilitas pada Penghindaran Pajak, Jurnal Akuntansi Univ. Udayana Vol. 25 No. 2,
November, p. 1236
14
Hutagaol, 2007, dikutip oleh Saputra, et al, Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan
Karakter Eksekutif Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI, Jurnal
Universitas Bung Hatta, p. 3
15
Sari, 2014, dikutip oleh Handayani, Pengaruh Return on Assets (ROA), Leverage dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusaah Perbankan yang Listing di BEI Tahun 2012-
2015, Jurnal Akuntansi Volume 10 No. 1, Mei 2018, p. 73
15

2. Keuntungan bagi manajer (baik langsung maupun tidak langsung),


misalnya mendapatkan kompensasi dari pemilik atau pemegang
saham perusahaan atas tindakan tax avoidance yang dilakukannya.
3. Keuntungan kesempatan bagi manajer untuk melakukan tindakan rent
extraction. Tindakan rent extraction merupakan tindakan manajer
yang dilakukan tidak untuk memaksimalkan kepentingan pemilik
atau pemegang saham, melainkan untuk kepentingan pribadi,
misalnya dapat berupa penyusunan laporan keuangan agresif atau
melakukan transaksi dengan pihak istimewa.
Sedangkan kerugian yang mungkin terjadi akibat tindakan tax
avoidance antara lain, sebagai berikut :
1. Kemungkinan mendapatkan sanksi atau penalti dari fiskus pajak, jika
dilakukannya audit dan ditemukannya kecurangan dibidang
perpajakan.
2. Rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak.
3. Penurunan harga saham dikarenakan pemegang saham lainnya
mengetahui tindakan tax avoidance yang dijalankan manajer
dilakukan dalam rangka rent extraction.16

2.1.1.9 Metode Pengukuran Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)


Terdapat banyak pengukuran dalam mengukur penghindaran pajak,
diantaranya adalah dengan menggunakan Effective Tax Rate (ETR), Cash
Effective Tax Rate (CETR), dan Current Effective Tax Rate (CuETR).
Effective Tax Rate (ETR) pada dasarnya adalah sebuah presentasi besaran
tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan. Effective Tax Rate (ETR)
adalah perbandingan antara beban pajak penghasilan dengan laba sebelum
pajak. Cash Effective Tax Rate (CETR) merupakan tarif pajak efektif kas
yang membandingkan jumlah pembayaran pajak dengan laba sebelum
pajak. CETR menunjukan pajak yang benar-benar telah dibayar. Current

16
Putri, 2017, Faktor-faktor yang mempengaruhi Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur
di BEI Tahun 2011-2015, Skripsi UNNES, p. 33
16

Effective Tax Rate (CuETR) merupakan perbandingan pajak kini


perusahaan dengan laba sebelum pajak. CuETR menunjukan besaran
pajak kini terlepas dari pajak tangguhan serta pajak final.
Dari ketiga pengukuran tersebut, pada penelitian ini menggunakan
ETR sebagai pengukuran variabel dependen penghindaran pajak. ETR
dihitung atau dinilai berdasarkan pada informasi keuangan yang
dihasilkan oleh perusahaan sehingga Effective Tax Rate (ETR) merupakan
bentuk perhitungan tarif pajak pada perusahaan. ETR digunakan untuk
mengukur dampak perubahan kebijakan perpajakan atas beban pajak
perusahaan. ETR menunjukan semua beban pajak yang harus ditanggung
oleh perusahaan termasuk pajak final dan utang atau manfaat pajak
tangguhan. ETR digunakan karena dalam penghindaran pajak tidak hanya
bersumber dari pajak penghasilan saja tetapi beban pajak lainnya yang
tergolong dapat dibebankan pada perusahaan.

Menurut Hanlon dan Heintzman:


“Proksi Effective Tax Rate mampu memperlihatkan tax avoidance
yang dilakukan perusahaan yang berasal dari dampak beda temporer
dan memberikan gambaran menyeluruh mengenai perubahan beban
pajak karena mewakili pajak kini dan pajak tangguhan. Rumus
untuk menghitung ETR adalah sebagai berikut”:17

ETR = Beban Pajak Penghasilan


Laba Sebelum Pajak

2.1.2 Profitabilitas
2.1.2.1 Pengertian Profitabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting
adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, disamping
hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang

17
Hanlon dan Heintzman, 2010, dikutip oleh Putra dan Jati, Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel
Pemoderasi Pengaruh Profitabilitas pada Penghindaran Pajak, Jurnal Akuntansi, Volume 25, No.
2, November 2018 ISSN: 2302-8556
17

telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak lagi kesejahteraan


pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan
investasi baru. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya
dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan.
Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang
diharapkan dan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat
keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio
profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio profitabilitas.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh
laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. 18
Profitabilitas adalah salah satu pengukuran kinerja bagi perusahaan
dalam kemampuannya menghasilkan laba selama periode tertentu.19
Profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba, pengertian laba
bisa bermacam-macam tergantung dari kebutuhan dari pengukuran laba
tersebut.20
Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba sebesar-besarnya.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan.21
Sedangkan menurut Ardyansah dan Zulaikha: “Profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dari aktivitas
bisnisnya”.22

18
Kasmir, 2018, Analisis Laporan Keuangan (Depok : Rajawali Pers), p. 196
19
Putra, Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi Pengaruh Profitabilitas pada
Penghindaran Pajak, Jurnal Akuntansi, Volume 25, No. 2, November 2018 ISSN: 2302-8556,
P.1244
20
Toto Prihadi, 2019, Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama), p. 166
21
Saputra, et.al, ‘Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas Dan Karakter Eksekutif Terhadap
Tax Avoidance’, Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, Volume 19 No.1 Juni 2015
22
Ardyansah dan Zulaikha, dikutip oleh Dwiyanti, Pengaruh Profitabilitas, Capital Intensity, dan
Inventory Intensity pada Penghindaran Pajak (Jurnal Akuntansi, Volume 27, No. 3, Juni 2019
ISSN: 2302-8556), p. 2297
18

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah


kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba pada tahun tertentu atau
bisa disebut profitabilitas merupakan alat ukur kinerja manajemen
perusahaan dalam mengelola kekayaan perusahaan.

2.1.2.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas


Rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya
bagi pihak pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak
di luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau
kepentingan dengan perusahaan.
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun
bagi pihak luar perusahaan, yaitu :
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu;
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang;
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri;
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri;
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri;
7. Dan tujuan lainnya.
Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk :
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode;
2. Mengetahui posisi laba perushaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang;
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu;
19

4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal


sendiri;
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri;
6. Manfaat lainnya.23

2.1.2.3 Metode Pengukuran Rasio Profitabilitas


Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis
rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing rasio
profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan
perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode.
Maka penulis memilih Return on Investment (ROI) atau Return on
Assets (ROA) untuk menilai serta mengukur apakah perusahaan
terindikasi melakukan pengindaran pajak atau tidak, karena ROA dapat
menggambarkan kemampuan manajemen untuk memperoleh
keuntungan (laba). Semakin tinggi nilai ROA, semakin tinggi
keuntungan perusahaan sehingga semakin baik pengelolaan aktiva
perusahaan. Rumus untuk menghitung ROA :24

Return on Assets = Earning After Interest and Tax


Total Assets

2.1.3 Leverage
2.1.3.1 Pengertian Leverage
Arti leverage secara harfiah (literal) adalah pengungkit. Pengungkit
biasanya digunakan untuk membantu mengangkat beban yang berat.
Dalam keuangan, leverage juga mempunyai maksud yang serupa. Lebih
spesifik lagi, leverage bisa digunakan untuk meningkatkan tingkat
keuntungan yang diharapkan. Kemampuan perusahaan untuk

23
Kasmir, 2018, Analisis Laporan Keuangan (Depok: Rajawali Pers), p. 197
24
Kasmir, 2018, Analisis Laporan Keuangan (Depok: Rajawali Pers), p. 198
20

menggunakan aktiva atau dana untuk memperbesar tingkat penghasilan


(return) bagi pemilik perusahaan dengan memperbesar tingkat leverage
maka hal ini akan berarti bahwa tingkat ketidakpastian (uncertainty) dari
return yang akan diperoleh akan semakin tinggi pula, tetapi pada saat
yang sama hal tersebut akan memperbesar jumlah return yang akan
diperoleh.
Leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk menggunakan
aktiva dan Mengacu pada penggunaan asset dan sumber dana oleh
perusahaan dimana dalam penggunaan asset atau dana untuk
memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan
dengan memperbesar tingkat leverage. 25
Rasio solvabilitas atau leverage ratio adalah Rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio
solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). 26
Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan
membayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam
kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak
dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban
utang tersebut. 27

25
Susanti, ”Pengaruh Konservatisme, Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Terhadap Tax
Avoidance”,Jurnal Informasi Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, Vol. 13 No. 2, Juli 2018
26
Kasmir, 2018, Analisis Laporan Keuangan (Depok: Rajawali Pers), p. 150
27
Irham Fahmi, 2017, Analisis Laporan Keuangan (Bandung : Alfabeta), p. 127
21

Menurut Praditasari leverage merupakan :


“Suatu perbandingan yang mencerminkan besarnya utang yang
digunakan untuk pembiayaan oleh perusahaan dalam menjalankan
aktivitas operasinya.”28

Sedangkan menurut Anouar & Houria leverage adalah :


“Ukuran seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan dibiayai
oleh utang. Perusahaan dengan banyak hutang cenderung
mengambil keuntungan dari karakteristik utang untuk
menghindari beban pajak perusahaan yang signifikan.”29

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa


leverage merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam
menggunakan asset perusahaan yang memiliki biaya tetap. Atau
mengukur seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan yang dibiayai
oleh pinjaman atau utang.

2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Leverage


Penghitungan Rasio leverage memberikan banyak manfaat bagi
berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini
adalah beberapa tujuan dan manfaat dengan menggunakan rasio
leverage.
Tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio leverage yaitu :
1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada
pihak lainnya (kreditor)
2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga)
3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva
tetap dengan modal

28
Praditasari, 2017, dikutip oleh Arianandini dan Ramantha, "Pengaruh Profitabilitas, Leverage,
dan Kepemilikan Institusional pada Tax Avoidance", Jurnal Akuntansi, Vol. 22, No. 3, Maret 2018
29
Anouar dan Houria, 2017, dikutip oleh Pitaloka dan Merkusiawati, “Pengaruh Profitabilitas,
Leverage, Komite Audit, dan Karakter Eksekutif Terhadap Tax Avoidance”, Jurnal Akuntansi
Vol.27 No. 2, Mei 2019
22

4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang


5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap
pengelolaan aktiva
6. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang
7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih,
terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki, dan
8. Tujuan lainnya.
Sementara itu, manfaat rasio leverage adalah :
1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap
kewajiban kepada pihak lainnya
2. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga)
3. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya
aktiva tetap dengan modal
4. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
utang
5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva
6. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang
7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih
ada terdapat sekian kalinya modal sendiri, dan
8. Manfaat lainnya. 30

2.1.3.3 Metode Pengukuran Rasio Leverage


Salah satu jenis rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis
kinerja perusahaan adalah rasio solvabilitas. Biasanya penggunaan
rasio solvabilitas atau leverage disesuaikan dengan tujuan perusahaan.

30
Kasmir, 2018, Analisis Laporan Keuangan (Depok: Rajawali Pers), p.153
23

Artinya, perusahaan dapat menggunakan leverage secara keseluruhan


atau sebagian dari masing-masing jenis rasio solvabilitas yang ada.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang
sering digunakan perusahaan. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan rumus perhitungan Debt to Equity Ratio untuk
menghitung leverage. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengetahui perbandingan antara total utang dengan
modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai dari utang. Semakin tinggi debt to equity
ratio suatu perusahaan maka semakin tinggi hutang yang dimiliki
perusahaan. Rumus untuk menghitung rasio DER :31

Total Utang (Debt)


Debt to Equity Ratio =
Ekuitas (Equity)

2.2 Penelitian Relevan


Berikut adalah hasil penelitian yang relevan berdasarkan penelitian
terdahulu :
Tabel : 1 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan
No. Nama Judul Institusi/ Metode Hasil Perbedaan
Peneliti, Penelitian Lembaga Penelitian Penelitian
(Tahun)
1. Rini Pengaruh Universitas Metode Secara 1.Variabel
Handayani, Return on Kristen Kuantitatif bersama-sama Independn
(2018) Assets (ROA), Maranatha ROA, yaitu
Leverage dan Leverage, dan ukuran
Ukuran Ukuran perusahaan.
Perusahaan Perusahaan 2.Studi
Terhadap Tax berpengaruh kasus yaitu
Avoidance terhadap Tax Perusahaan
pada Avoidance perbankan
Perusahaan secara yang listing
Perbankan simultan di BEI.
yang Listing 3.Periode
di BEI waktu
Periode penelitian
Tahun 2012- 2012-2015
2015

31
Kasmir, 2018, Analisis Laporam Keuangan (Depok: Rajawali Pers), p. 155
24

Lanjutan
2 Muhammad Pengaruh Universitas Metode ROA 1.Variabel
Fajri Saputra, Corporate Bung Hatta Kuantitatif berpengaruh Independen
Dandes Rifa, Governance, terhadap tax yaitu,
dan Novia Profitabilitas avoidance, Corporate
Rahmawati, dan Karakter karakter Governane,
(2015) Eksekutif eksekutif dan
Terhadap Tax berpengaruh karakter
Avoidance terhadap tax eksekutif
pada avoidance. 2. Periode
Perusahaan waktu
yang penelitian
Terdaftar 2012-2014
di BEI
Periode
Tahun 2012-
2014
3 Ida Ayu Intan Pengaruh Universitas Metode Profitabilitas, 1.Variabel
Dwiyanti, Profitabilitas, Udayana Bali Kuantitatif capital Independen
I Ketut Jati, Capital intensity, dan yaitu
(2019) Intensity, dan inventory Capital
Inventory intensity Intensity,
Intensity pada secara dan
Penghindaran simultan Inventory
Pajak pada berpengaruh Intensity
Perusahaan terhadap 2. Periode
Manufaktur penghindaran waktu
yang terdaftar pajak. penelitian
di BEI 2015-2017
Periode
Tahun 2015-
2017.
4 Nyoman Ukuran Universitas Metode Hasil 1.Studi
Trismana Perusahaan Udayana Bali Kuantitatif penelitian kasus di
Putra dan Sebagai menunjukkan perusahaan
I Ketut Jati, Pemoderasi bahwa ROA manufaktur
(2018) Pengaruh berpengaruh 2.Periode
Profitabilitas pada waktu
pada penghindaran penelitian
Penghindaran pajak 2014-2016
Pajak pada
perusahaan
Manufaktur
sektor industri
barang
konsumsi
yang terdaftar
di BEI
Periode
Tahun 2014-
2016
5 Camelia Pengaruh PT. Red Hat Metode Konservatis, Variabel
Mayang Konservatis, Indonesia Kuantitatif Leverage, independen
Susanti, Leverage, Size, Capital yaitu
(2018) Profitabilitas, Intensity konservati,
Ukuran Ratio dan dan ukuran
perusahaan Inventory perusahaan
Terhadap Tax Intensity
Avoidance Ratio tidak
berpengaruh
terhadap Tax
Avoidance.
25

6 Moses Dicky Pengaruh Sekolah Metode ROA tidak Variabel


Refa Saputra Profitabilitas, Tinggi Ilmu Kuantitatif berpengaruh Independen
dan Nur Leverage, dan Ekonomi terhadap Tax yaitu
Fadjrih Asyik, Corporate Indonesia Avoidance, Corporate
2017 Governance Surabaya DER Governanc
Terhadap Tax berpengaruh
Avoidance signifikan
terhadap Tax
Avoidanc,
Corporate
Governance
berpengaruh
signifikan
terhadap Tax
Avoidance.
7 Laila Pengaruh Universitas Metode return on Variabel
Marfu’ah, Return on Muhamadiyah Kuantitatif assets, Independen
2015 Asset, Surakarta koneksi Ukuran
Leverage, politik dan perusahaan
Ukuran kompensasi kompensasi
Perusahaan rugi fiskal rugi fiskal
Kompensasi tidak dan
Rugi Fiskal berpengaruh koneksi
dan Koneksi signifikan politik
Politik terhadap
Terhadap Tax terhadap tax
Avoidance avoidance,
leverage dan
ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap tax
avoidance.

2.3 Kerangka Berfikir


Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan,
hampir seluruh kebutuhan rumah tangga negara dibiayai oleh pajak,
penghasilan negara berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan atau
dari hasil kekayaan alam yang ada di dalam negara itu (natural resources).
Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009
tentang perubahan keempat atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Ayat 1
berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
26

Tax Avoidance merupakan upaya mengefisiensikan beban pajak dengan


cara menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan objek pajak.
Misalnya, perusahaan yang masih mengalami kerugian perlu mengubah
tunjangan karyawan dalam bentuk uang ke pemberian natura sehingga natura
tersebut bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21. Ketika perusahaan rugi,
pemberian tunjangan tidak akan berkontribusi pada pengurangan PPh badan,
karena perusahaan tidak kena PPh badan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan dalam
melakukan kewajiban perpajakannya antara lain profitabilitas dan leverage.
Profitabilitas adalah salah satu faktor yang bisa menyebabkan terjadinya
praktik penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Profitabilitas
merupakan salah satu pengukuran kinerja bagi perusahaan dalam
kemampuannya menghasilkan laba selama periode tertentu.
Leverage juga merupakan faktor yang mempengaruhi tax avoidance.
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
perusahaan dibiayai dengan utang. Dalam kaitannya dengan pajak, apabila
perusahaan memiliki kewajiban pajak tinggi maka perusahaan akan memiliki
utang yang tinggi pula. Oleh sebab itu perusahaan akan berusaha melakukan
penghindaran pajak.
Penelitian ini menguji pengaruh Profitabilitas, dan Leverage terhadap tax
avoidance. Penelitian ini menggunakan variabel dependen dan variabel
independen, variabel dependen yang digunakan adalah tax avoidance yang
diukur dengan menggunakan penghitungan effective tax rate (ETR).
Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
profitabilitas yang diukur dengan menggunakan perhitungan Return on Asset
(ROA), dan leverage diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio
(DER).
27

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka berfikir sebagai


berikut :

Profitabilitas
H1
(ROA)
X1 Tax Avoidance

(Y)
Laverage
(DER)
H2 H3
X2

Gambar : 3 Kerangka Berfikir

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah,
karena sifatnya sementara maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui
data empiris yang terkumpul.32
Berdasarkan kajian teoritik dan penyusunan kerangka berfikir yang
telah dideskripsikan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
H1 = Diduga terdapat pengaruh Profitabilitas Terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2014-2018.
H2 = Diduga terdapat pengaruh Leverage Terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2014-2018.
H3 = Diduga terdapat pengaruh Profitabilitas, dan Leverage secara simultan
Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Sektor Properti dan Real
Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2014-2018.

32
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta), p. 93

Anda mungkin juga menyukai