Anda di halaman 1dari 5

Nama : Tsania Febi Nur Hanifah

Nim : 2021522538
Prodi : S1 Akuntansi

I. KONSEP PAJAK
1. Pengertian dan Unsur-Unsur Dalam Pengertian Pajak
a. Pengertian Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
b. Unsur-Unsur Dalam Pajak
1) Subjek Pajak
Subjek pajak adalah orang pribadi atau lembaga yang dituntut
untuk melaksanakan kewajiban perpajakan. Subjek pajak kemudian
dibagi menjadi dua, yakni subjek pajak dalam negeri dan subjek
pajak luar negeri. Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan, yang tergolong sebagai subjek pajak
dalam negeri di antaranya adalah:
a) Orang pribadi (baik yang bertempat tinggal di Indonesia,
berdiam di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, maupun yang berdiam di Indonesia selama
satu tahun pajak dan berniat tinggal di Indonesia).
b) Warisan yang belum dibagikan karena dianggap sebagai
pengganti pewaris sampai nanti warisan terbagi.
c) Badan
d) Bentuk usaha tetap
2) Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah subjek pajak yang sudah memiliki kewajiban
dan dianggap layak untuk membayar pajak. Wajib Pajak adalah
orang pribadi atau badan. Benda dan jasa tidak termasuk sebagai
Wajib Pajak karena tidak memiliki kemampuan untuk membayar
pajak. Orang atau badan yang mewadahi benda dan jasa tersebut
adalah pihak yang bisa dikategorikan sebagai Wajib Pajak.
3) Objek Pajak
Objek pajak adalah benda atau jasa yang harus dibayarkan
pajaknya.
4) Tarif Pajak
Tarif pajak adalah nominal yang harus dibayarkan oleh wajib pajak
atas benda atau jasa yang terbebani pajak (objek pajak). Besaran
tarif pajak sangat variatif dan umumnya berbeda satu sama lain.
2. Fungsi Pajak
1) Fungsi Anggaran (Budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara.
2) Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan.

3) Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur
peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang
efektif dan efisien.
4) Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
3. Penggolongan Pajak
a. Berdasarkan Sifatnya
1) Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus ditanggung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain
serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu tertentu, contohnya
pajak penghasilan (PPh).
2) Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya bisa dilimpahkan
kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu saja.
b. Berdasarkan Lembaga Pemungutannya
1) Pajak Pusat
Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang
dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui
Direktorat Jenderal Pajak. Jenis-jenis pajak pusat yaitu pajak
penghasilan, pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai dan
pajak penjualan atas barang mewah, pajak perolehan hak atas tanah
dan bangunan, serta bea meterai.
2) Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada
ditangan pemerintah daerah yang pelaksanaanya dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Daerah.
Pajak daerah provinsi antara lain pajak kendaraan bermotor, bea balik
nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor,
pajak air permukaan, dan pajak rokok.
Sedangkan pajak kabupaten/kota meliputi pajak hotel, pajak restoran,
pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral
bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang
burung walet, pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan, serta
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
c. Berdasarkan Sasarannya
1) Pajak Subyektif
2) Pajak Obyektif

4. Munculnya Hutang Pajak atau Timbulnya Pajak


Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasarmya
dan telah terpenuhinya atau terjadi suatu tatbestand (sasaran pemajakan), yang
terdiri dari keadaan-keadaan tertentu dan atau juga peristiwa ataupun
perbuatan tertentu. Apabila melihat timbulnya utang pajak, ada 2 (dua) ajaran
yang mengatur tentang timbulnya utang pajak tersebut, yaitu:
1) Ajaran Formil
Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh
fiskus. Ajaran ini diterapkan pada officila assessment system.
2) Ajaran materil
Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seseorang dikenai
pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada Self
Assessment System.
5. Sistem Pemungutan Pajak
1) Self Assessment System
Self assessment system adalah sistem pemungutan yang membebankan
penentuan besaran pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak yang
bersangkutan secara mandiri. Berarti, wajib pajak berperan aktif dalam
perhitungan, pembayaran, serta pelaporan pajak ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) atau dengan sistem administrasi online resmi dari pemerintah.
Contoh sistem pemungutan pajak dari self assessment system, yakni jenis
pajak PPN serta PPh.
2) Official Assessment System
Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang
membebankan wewenang dalam penentuan besaran pajak terutang fiskus
maupun aparat perpajakan sebagai pemungut pajak. Dengan sistem official
assessment, wajib pajak memiliki sifat pasif dan pajak terutang pun ada
ketika fiskus mengeluarkan surat ketetapan pajak. Contoh sistem
pemungutan pajak yang satu ini yakni dalam pelunasan Pajak Bumi
Bangunan (PBB) maupun jenis pajak daerah lainnya.
3) Withholding System
Withholding system adalah sistem pemungutan yang memberikan otoritas
kepada pihak ketiga dalam penentuan besaran pajak terutang wajib pajak.
Pihak ketiga yang dimaksud, bukan berasal dari pemerintah maupun wajib
pajak yang bersangkutan. Contoh sistem pemungutan pajak dengan sistem
yang satu ini, yakni pemotongan penghasilan karyawan oleh bendahara
instansi terkait.
6. Berakhirnya Hutang Pajak
Pembayaran secara lunas dalam bentuk sejumlah uang yang dilakukan oleh
wajib pajak, penanggung pajak, atau kuasa hukumnya merupakan faktor yang
menyebabkan berakhirnya utang pajak.
7. Tarif Pajak
Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi
tanggung jawab wajib pajak. Biasanya tarif pajak berupa persentase yang
sudah ditentukan oleh pemerintah. Ada berbagai jenis tarif pajak dan setiap
jenis pajak pun memiliki nilai tarif pajak yang berbeda-beda. Secara struktural,
tarif pajak dibagi menjadi 4 jenis, antara lain:
1) Tarif Progresif (a progressive tax rate).
2) Tarif Degresif (a degressive tax rate).
3) Tarif Proporsional (a proportional tax rate).
4) Tarif Tetap/regresif (a fixed tax rate).
II. KETENTUAN-KETENTUAN DAN TATA CARA PERPAJAKAN
1. Undang-Undang Perpajakan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.
3. Prosedur Memperoleh NPWP
a. Memperoleh NPWP Secara Offline
1) Mengajukan permohonan secara tertulis dengan mengisi dan
menandatangani Formulir Pendaftaran Wajib Pajak.
2) Melengkapi formulir pendaftaran tersebut dengan dokumen yang
disyaratkan.
3) Permohonan disampaikan ke KPP atau KP2KP.
b. Memperoleh NPWP Secara Online
1) Permohonan pendaftaran dilakukan secara elektronik dengan mengisi
formular pendaftaran wajib pajak pada aplikasi e-registration yang
tersedia pada laman Direktorat Jendral Pajak di pajak.go.id
2) Mengirimkan dokumen yang disyaratkan ke KPP.
4. Surat Pemberitahuan Pajak (SPT)
SPT atau Surat Pemberitahuan adalah surat yang digunakan sebagai laporan
pajak oleh Wajib Pajak. SPT ini digunakan untuk melaporkan setiap
penghitungan dan pembayaran pajak yang telah dilaksanakan oleh wajib pajak
bersangkutan baik itu orang pribadi ataupun badan.
5. Sanksi Keterlambatan Pembayaran dan Penyetoran Pajak Yang
Terutang
Untuk keterlambatan penyetoran pajak, terdapat sanksi bunga sebesar 2% dari
jumlah pajak yang kurang dibayar dikalikan dengan jumlah bulan terlambat
dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal dibayar
(satu hari mewakili satu bulan).

6. Sanksi Administrasi dan Sanksi Pidana Terkait SPT dan NPWP


1) Sanksi administrasi
Mengacu pada UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan (UU KUP), sanksi telat bayar pajak atau sanksi perpajakan ini
dibagi menjadi sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi
merujuk pada sanksi denda, sanksi bunga, serta sanksi kenaikan pajak.
2) Sanksi Pidana
Selain sanksi administrasi, terdapat pula sanksi pidana dalam urusan
perpajakan. Tentunya, sanksi yang berat ini tidak diberikan hanya semata-
mata sebagai sanksi telat bayar pajak. Disebutkan bahwa sanksi pidana ini
akan diberikan pada kasus pelanggaran berat yang menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara dan sudah terjadi berkali-kali.
Salah satu contoh sanksi pidana ini dimuat dalam UU KUP Pasal 39 Ayat
i, yakni sanksi pidana bagi pihak yang lalai menyetorkan pajak yang sudah
dipotong. Sanksinya adalah pidana penjara paling lama 6 tahun dan paling
cepat 6 bulan. Penerima sanksi juga harus membayar denda setidaknya 2
kali pajak terutang dan maksimal denda sebanyak 4 kali pajak terutang.

Anda mungkin juga menyukai