Anda di halaman 1dari 19

TUGAS RANGKUMAN EKONOMI

Nama Anggota:
1. Adama Nuralia S. (02)
2. Aurelia Emily D. (04)
3. Ayumi Dayu Indi.J. (05)
4. Dwi Amalia N.C (12)
5. Emaunel Ananda Nugrahatama.P
6. Muhammad Afif Nur.M (21)
7. Zherisna Mutiara.V (35)

Perpajakan

1) Pengertian pajak

a. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007


Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

b. Menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH


Buku Perpajakan Edisi Revisi 2011 (Mardiasmo, 2011) Iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat di paksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan yang dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

c. Menurut S.I. Djajadiningrat


Buku Perpajakan Teori dan Kasus (Resmi, 2013). Pajak sebagai suatu
kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan
suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang BU ditetapkan
pemerintah serta dapat di paksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari
negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
2) Fungsi, manfaat, dan tarif pajak

 Fungsi Pajak
Dalam buku Perpajakan Edisi Revisi 2011 (Mardiasasmo 2011), Pajak
memiliki dua fungsi, yaitu fungsi bugdetair dan fungsi regularend.

a) Fungsi Bugdetair
Pajak merupakan Salah satu sumber penerimaan negara yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan.

b) Fungsi Regularend
Maksudnya pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur dan
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi maupun
social. Contoh penerapan fungsi regularend adalah sebagai berikut:
1) Pajak dikenakan untuk barang – barang mewah, dengan maksud
untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.
2) Pengenaan 0% untuk tarif pajak export. Dengan pengenaan pajak 0%
diharapkan dapat meningkatkan export produk – produk dalam negeri
ke luar negeri.

 Manfaat Pajak
a) Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara.
b) Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan
rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat.
c) Pajak juga digunakan untuk mensubsidi barang – barang yang sangat
dibutuhkan masyarakat dan juga membayar hutang negara ke luar negeri.
d) Pajak juga digunakan untuk membantu UMKM baik dalam hal
membinaan dan dalam modal.
e) Redistrubusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan
ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebih
rendah. Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan social yang
ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara maksimal.

 Tarif Pajak
Tarif pajak adalah dasar pengenaan terhadap objek pajak yang
menjadi tanggungan wajib pajak. Tarif pajak biasanya berupa persentase (%).
Tarif pajak sendiri terdiri atas 4 macam, yaitu, Tarif banding/proposional,
Tarif tetap, Tarif progresif, dan Tarif degresif.
a. Tarif sebanding atau proporsional
Tarif pajak yang presentasinya tetap berapapun besarnya nilai dasar
pengenaan pajak. Jadi berapapun naiknya objek pajak, besarnya pajak yang
terhutang akan mengalami kenaikan secara proporsional.
Contoh:

b. Tarif Tetap
Tarif pajak yang besarnya sama berapapun besarnya nilai dasar
pengenaan pajak tersebut
Contoh:

c. Tarif Progresif
Tarif pajak yang semakin naik mengikuti naiknya dasar pengenaan
pajak.
Tarif pajak progresif dibedakan jadi 3 macam, yaitu:
1. Tarif progresif proporsional
Tarif pajak yang semakin meningkat dengan semakin meningkatnya
dasar pengenaan pajaknya dengan persentase kenaikan tetap.
Contoh:

2. Tarif Progresif – progresif


Tarif pajak yang semakin meningkat dengan semakin meningkatnya
nilai dasar pengenaan pajaknya dengan persentase kenaikan yang
semakin meningkat.
Contoh:

3. Tarif Progresif Degresif


Tarif pajak yang semakin meningkat dengan meningkatnya nilai
dasaer pengenaan pajaknya dengan persentase yang semakin menurun
Contoh:

d. Tarif Degresif
Tarif pajak yang persentasenya semakin menurun dengan semakin
meningkatnya nilai dasar pengenaan pajaknya
Contoh:
3) Perbedaan pajak dengan pungutan resmi lainnya

4) Asas pemungutan pajak

Dalam buku Perpajakan Edisi Revisi 2011 (Mardiasmo, 2011),


pajak dipungut berdasarkan tiga asas, yaitu asas domisili, asas
sumber, dan asas kebangsaan.

 Asas Domisili (Tempat Tinggal)

Asas ini menyatakan bahwa negara memiliki hak untuk


mengenakan pajak kepada seluruh penghasilan yang diterima oleh
wajib pajak, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri
yang bertempat tinggal di dalam wilayah negara tersebut.

 Asas Sumber

Asas ini menyatakan bahwa negara memiliki hak untuk


mengenakan pajak kepada seluruh penghasilan yang bersumber dari
wilayah negara tersebut tanpa memerhatikan tempat tinggal wajib
pajak tersebut. Misalnya semua wajib pajak yang memperoleh
penghasilan dari Indonesia akan dikenakan pajak atas penghasilan
yang didapatkannya tadi.
 Asas Kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan


dengan kebangsaan dari wajib pajak itu sendiri. Misalnya pajak
bangsa asing di Indonesia yang dikenakan kepada setiap warga asing
yang bertempat tinggal di Indonesia.

5) Jenis-jenis pajak

 Pajak menurut Golongan


Menurut golongan pajak dibedakan menjadi dua, yaitu pajak langsung
dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang ditanggung

a) Pajak Langsung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada
wajib pajak lainnya. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh).

b) Pajak Tidak Langsung


Pajak tidak langsung adalah pajak yang dapat
dipindahtangankan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak
langsung timbul karena adanya suatu kegiatan yang menyebabkan
terutangnya pajak. Contohnya, Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Pajak ini dapat dibebankan kepada konsumen yang membeli


barang atau jasa tersebut. Caranya dengan memasukkan ke dalam
harga jual barang maupun jasa. Untuk membedakan antara pajak
langsung dan

pajak tidak langsung, perhatikan tiga unsur berikut ini:


1) Penanggung jawab pajak, seseorang yang secara hukum harus
melunasi pajak.
2) Penanggung pajak, orang yang pada kenyataannya menanggung
beban pajak terlebih dahulu.
3) Pemikul pajak, orang yang menurut undang- undang harus memikul
beban pajak.

 Pajak menurut sifatnya


Menurut sifatnya pajak dibedakan menjadi dua, yaitu pajak subjektif
dan pajak objektif.

a) Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya dengan
memerhatikan keadaan diri wajib pajak. Contohnya Pajak Penghasilan
(PPh). PPh dikenakan dengan memerhatikan keadaan wajib pajak
(status pernikahan, jumlah anak, dan banyaknya penghasilan yang
didapatkannya).

b) Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan
objeknya tanpa memperhatikan keadaan wajib pajaknya. Contohnya,
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan dan Barang
Mewah (PPnBM), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

 Pajak Menurut Lembaga Pemungutnya


Menurut lembaga pemungutannya, pajak dibedakan menjadi dua,
yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Berikut penjelasannya.

a) Pajak Pusat
Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat. Contohnya, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Penghasilan
(PPh), dan Pajak Penjualan dan Barang Mewah (PPnBM)

b) Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah, baik itu daerah tingkat I maupun daerah tingkat II. Contoh
pajak daerah tingkat I, antara lain Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan. Contoh pajak daerah tingkat II, antara lain Pajak Hotel,
Pajak Restoran dan pajak reklame

6) Sistem pemungutan pajak di Indonesia

1) Self Assessment System


Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak
yang membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan
oleh wajib pajak yang bersangkutan.

Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan


aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan besaran
pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem
administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah.

Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah


sebagai pengawas dari para wajib pajak. Self assessment system
diterapkan pada jenis pajak pusat. Contohnya adalah jenis pajak PPN
dan PPh. Sistem pemungutan pajak yang satu ini mulai diberlakukan
di Indonesia setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih
berlaku hingga saat ini.
Namun, terdapat konskuensi dalam sistem pemungutan pajak
ini. Karena wajib pajak memiliki wewenang menghitung sendiri
besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan, maka wajib pajak
biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil
mungkin.
Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:

a. Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak


itu sendiri.
b. Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban
pajaknya mulai dari menghitung, membayar, hingga
melaporkan pajak.
c. Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak,
kecuali jika wajib pajak telat lapor, telat bayar pajak terutang,
atau terdapat pajak yang seharusnya wajib pajak bayarkan
namun tidak dibayarkan.

2) Official Assessment System


Official Assessment System merupakan sistem pemungutan
pajak yang membebankan wewenang untuk menentukan besarnya
pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut
pajak. Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib
pajak bersifat pasif dan pajak terutang baru ada setelah
dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan


Pajak Bumi Bangunan (PBB) atau jenis pajak daerah lainnya. Dalam
pembayaran PBB, KPP merupakan pihak yang mengeluarkan surat
ketetapan pajak berisi besaran PBB terutang setiap tahunnya.

Jadi, wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang


melainkan cukup membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran
Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP tempat objek pajak
terdaftar.
Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:

1) Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak.


2) Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
3) Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang
terutang dan menerbitkan surat ketetapan pajak.
4) Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya
pajak yang wajib dibayarkan.

3) Withholding System
Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak
ketiga yang bukan wajib pajak dan bukan juga aparat
pajak/fiskus.Contoh Witholding System adalah pemotongan
penghasilan karyawan yang dilakukan oleh bendahara instansi terkait.
Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke KPP untuk membayarkan pajak
tersebut. Jenis pajak yang menggunakan withholding system di
Indonesia adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final
Pasal 4 ayat (2) dan PPN.

7) Objek dan Cara Pengenaan Pajak

1. Objek Pajak
Objek pajak adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sasaran pajak
atau dapat dikenakan pajak, baik berupa keadaan, perbuatan maupun peristiwa.
Objek pajak dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Objek pajak berupa kekayaan
Objek pajak berupa kekayaan adalah objek pajak pada Pajak Bumi dan
Bangunan
2. Objek pajak berupa penghasilan
Contoh objek pajak berupa penghasilan adalah objek Pajak Penghasilan
3. Objek pajak berupa kegiatan dalam lalu lintas hukum
Contoh objek pajak berupa kegiatan dalam lalu lintas hukum adalah objek
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Subjek pajak adalah seseorang atau badan yang melakukan kegiatan usaha
dan/atau tindakan hukum terhadap pihak lain dan atau yang mempunyai harta
kekayaan dan penghasilan yang menurut undang undang perpajakan berkewajiban
melaksanakan kewajiban formil dan materil perpajakan.

2. Cara Pengenaan Pajak


a. PPN dan PPn BM
1. ) Pajak Pertambahan Niai (PPN)
a.) Objek Pajak dari PPN
Menurut UU Nomer 42 Tahun 2009 objek pajak PPN dan PPn BM adalah
sebagai berikt.
1. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakkan
oleh pengusaha
2. Impor barang kena pajak
3. Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha
4. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean
di dalam daerah pabean
5. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean
6. Ekspor barang kena pajak berwujud oleh pengusaha kena pajak
7. Ekspor barang kena pajak tidak terwujud oleh pengusaha kena pajak
8. Ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak
b.) Barang Kena Pajak (BKP)
Barang kena pajak terdiri atas 3 macam, yaitu:
1. Barang Bergerak, contohnya mobil dan motor
2. Barang Tidak Bergerak, contohnya gedung dan rumah
3. Barang Tidak Berwujud, contohnya hak paten dan merek dagang

Barang tidak kena pajak antara lain:


1. Barang tambang yang langsung diambil dari sumbernya.
Contoh: minyak mentah, gas bumi, panas bumim, bijih besi, dll
2. Barang –barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh rakyat.
Contoh: beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, dll
3. Makanan dan miniman yang disajikan di hotel,restoran, tumah makan,
dsb
4. Uang, emas bartangan, dan srat-surat berharga (saham, obligasi, dll)

c.) Jasa Kena Pajak


Berikut ini beberapa jasa yang tidak tergolong ke dalam JKP.
1. Jasa pelayanan kesehatan
2. Jasa di bidang pelayanan social
3. Jasa pengirim surat menggunakan prangko
4. Jasa keuangan
5. Jasa asuransi, dll

d.) Pengusaha Kena Pajak


Pengusaha kena pajak sendiri adalah pengusaha yang menyerahkan barang
atau jasa penak pajak. Kewajiban pengusaha kena pajak.
1. Melaporkan usahanya ke Direktorat Jendral Pajak
2. Memunggut PPN dan PPn M
3. Nenyetor PPN yang masih harus dibayar dan PPn BM yang masih terutang
4. Melaporkan hasil perhitungan pajak

e.) Cara Menghitung PPN


Menurut UU No.42 Tahun 2009, menyebutkan bahwa tariff yang dikenakan
untuk PPN adalah sebesar 10%, sedangkan tariff 0% dikenakan terhadap
ekpor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, serat ekspor JKP. Rumus
untuk menghitung besarnta PPN, yaitu:

PPN=dasar Pengenaan Pajak × Tarif Pajak


2.) Pajak Penjualan Barang Mewah PPn BM)
a.) Penggolongan Barang Mewah
Dalam buku Perpajakan Edisi Revisi 2011 (Mardiasmo, 2011), barang
dapat digolongkan ke dalam barang mewah, apabila memenuhi beberapa
syarat berikut.
1.) Barang tersebut bukan termasuk ke dalam kebutuhan pokok
2.) Barang tersbut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
3.) Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi
4.) Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukan status

b.) Perhitungan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM)


Menurut UU No. 42 Tahun 2009. Besarnya tariff pajak PPn BM paling
rendah 10% dan paling tinggi 200%. Berikut ini rumus untuk menghitung
besarnya PPn BM.

PPn BM= dasar Pengenaan Pajak × Tarif Pajak

b. Pajak Penghasilan

1.)Objek Pajak Penghasilan


Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
didapatkan oleh wajib pajak, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar
negeri yang dapat digunakan untuk konsumsi maupun untuk menambah
kekayaan wajib pajak.
a.) Penghasilan yang Termasuk Objek Pajak
Menurut Pasal 36 Undang Undang Nomer 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat atas UU No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, penghasilan
yang termasuk ke dalam objek pajak antar lain sebagai berikut.
1.) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diteria atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, dsb
2.) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiataan, dan penghargaan
3.) Laba usaha
4.) Keuntungan Karena penjualan atau karena pengalihan harta
5.) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaraan tambahan pengembalian pajak, dsb
b.) Penghasilan Tidak Termasuk Objek Pajak
1. Bantuan atau sumbangan
2. Harta hibahan
3. Warisan
4. Setoran tunai yanh diterima oleh badan
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, dll

c.) Objek Pasar Penghasilan Bentuk Usaha Tetap


1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap tersebut dan
dari harta yang dimiliki atau dikuasai oleh bentuk usaha tetap
2. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, dan
pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau
yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap
3. Pengashilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 UU No 36 Tahun 2008,
sepanjang terdapat hubungan efektif antara bentuk usaha ttap dngan
harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan tersebut

2.) Pengasilan Tiak Kena Pajak (PTKP)


PTKP biasanya dikurangkan dari penghasilan yang tidak diterima oleh wajib
pajak orang pribadi. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk wajib pajak orang
pribadi adalah sebagai berikut.

Keterangan Besarnya PTKP


Diri wajib pajak Rp36.000.000,00
Wajib pajak yang sudah kawin Rp 3.000.000,00
Tambahan penghasilan untuk seorang istri yang Rp36.000.000,00
menerima penghasilan yang digabung dengan
penghasilan suami
Tambahan untuk keluarga semend dalam garis Ro 3.000.000,00
keturunan lurus yang menjadi tanggungannya.
(Maksimal 3)
3.) Tarif PPh
a.) Tarif Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Menurut UU NO 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, tarif pajak
untuk orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut.

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


Sampai dengan Rp50.000.000,00 5%
Di atas Rp50.000.000,00 sampai dengan 15%
Rp250.000.000,00
Di atas Rp250.000.000,00 sampai dengan 25%
Rp500.000.000,00
Di atas Rp500.000.000,00 30%

b.) Tarif Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap
Tarif pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah
sebesar 25% dari penghasilan kena pajak (PTK). Tarif pajak badan dalam
negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang minimal 40% dari saham yang
disetor diperdagangkan di bursa efek dan memenuhi beberapa persyaratan
tertentu lainnya akan dikenakan tarif sebesar 5% lebih rendah daripada
untuk wajib pajak badan pada umunnya.

Wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai


dengan Rp50.000.000.000,00 akan mendapatkan fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% yang dikenakan atas penghasilan kena pajak
dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000,00.

4.) Cara Menghitung PPh


a.) Cara Menghitung PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
b.) Cara Menghitung PPh Wajib Pajak Badan dan Bentuk Usaha Tetap

c. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

1.) Objek Pajak


Objek pajak dari PBB sebagai berikut
1. Bumi meliputi permukaan bumi da tubuh bumi yang ada didalamnya
2. Bangunan adala kontruksi teknik yang ditanam datau dilekatkan secara tetap
pada permukaan bumi. Contohnya jalan tol, kolam renang, pagar mewah, dll
Dalam menentukan klasifikasi bumi atau tanah perlu memperhatikan factor berikut.
a. Letak
b. Peruntukan
c. Pemnafaatan
d. Kondisi lingkungan
Faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan klasifikasi bangunan.
a. Bahan yang digunakan
b. Rekayasa
c. Letak
d. Kondisi lingkungan dan lain lain
Objek pajak yang tidak dikenakan PPB memiliki kriteria sebagai berikut.
1.) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk
mencari keuntungan
2.) Digunakan untuk kebuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu
3.) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
atanh penggembalaan yang dikuasi oleh desa dan tanah Negara yang belum
dibebani suatu hal
4.) Digunakan oleh perwakilan diplomatic, konsulat berdasarkan asas perlakukan
timbal balik
5.) Digunakan oleg badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan

2.) Subjek Pajak


Subjek PBB adalah orang atau badan yang memiliki suatu hal atas bumi dan
atau memperoleh manfaat atas bumi dan/ atau memiliki dan/ atau memperoleh
manfaat atas bangunan.

3.) Menghitung PBB


PBB= Tarif pajak × NJKP
= 0,5% × (Presentase NJKP × (NJOP-NJOPTKP)
Keterangan:
NJKP: Nilai Jual Kena Pajak
NJOP: Nilai Jual Objek Pajak
NJOPTKP: Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak

a.) NJOP
NJOP atau Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari
transaksi jual beli objek pajak atau nilai yang diperoleh objek pajak asli dari
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis
b.) NJOPTKP
NOJOPTKP adalah Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan
berbeda-bed untuk masing-masing kota atau kabupaten dengan aturan
maksimal Rp 12.000.000,00.
c.) NJKP
NJKP atau Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan sebesar 40% dan 20%. 40%
ditetapkan untuk objek pajak perkebunan, objek pajak kehutanan, dan objek
pajak lainnya yang wajib pajaknya perorangan dngan NJOP atas bumi dan
bangunan sama atau lebih besar Rp 1.000.000.000,00. 20% dikenakan untuk
objek pajak pertambangan dan objek pajak lainnya yang NJOP-nya kurang
dari Rp 1.000.000.000,00
LATIHAN SOAL PERPAJAKAN
I. PG

1. Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara
yang disebabakan suatu keadaaan, merupakan pengertian pajak menurut...
a. UU Nomer 28 Tahun 2007
b. Abdul Halim
c. Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH
d. S.I Djajadiningrat
e. Muhammad Hatta

2. Dibawah ini yang bukan manfaat dari pajak...


a. Pajak merupakan sumber utama peneriimaan negara
b. Pembiayaan dalam rangka memberikan rasa nyaman bagi seluruh lapisan
masyarakat
c. Mensubsidi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat
d. Membantu UMKM
e. Pemiskinan untuk koruptor

3. Berikut ini yang bukan merupakan ciri pajak yang membedakannya denagn
pungutan resmi lain ialah...
a. Balas jasa diterima secara langsung
b. Sanksi secara juridis jelass dalam undang-undang
c. Balas jasa tidak diterima secara langsung
d. Dasar hukum pemungutan adalah undang-undang
e. Sifat pemungutan bersifat memaksa
4. Pak Hari sengaja menyembunyikan sebagian dari penghasilannya, sehingga PPh
yang dibayarkan tidakbegitu besar, perlawanan pajak yang dilakukan Pak hari
tergolong...
a. Perlawanan perdata
b. Perlawanan pidana
c. Perlawanan kooperatif
d. Perlawanan pasif
e. Perlawanan aktif

5. Sistem pemungutan pajak yang wewenang untuk menentukan besarnya pajak


yang terutang oleh wajib pajak terletak pada fiskus atau aparat pemungut pajak
dinamakan ….
a. official assessment system
b. self assessment system
c. with holding system
d. with holding tax system
e. finance assessment system

6. Apabila tarif pajak ditetapkan dalam satu nilai rupiah tertentu dan tidak berubah
berapapun besarnya nilai objek pajak maka termasuk tarif pajak...
a. Progresif
b. Regresif
c. Tetap
d. Proporsional
e. Degresif

7. Pajak yang pemungutannya tidak memperhatikan kemampuan dari wajib pajak


sehingga dianggap mampu dan semua wajib pajak membayar dalam jumlah yang
sama disebut pajak... 
a. Pajak langsung
b. Pajak tidak langsung
c. Pajak subjektif
d. Pajak objektif
e. Pajak pusat

8. Dibawah ini yang merupakan kewajiban pengusaha kena pajak...


a. Melaporkan usahanya ke OJK
b. Menyetor PPn BM yang masih harus dibayar dan PPN yang masih terutang
c. Menerima hasil perhitungan pajak
d. Memungut PPN dan PPn BM
e. Tidak membayar pajak

9. Apabila besarnya pengenaan pajak sebagai berikut:


Maka tarif pajak tersebut bersifat ….
a. Progresif
b. Degresif
c. Proporsional
d. Tetap
e. Konstan

10. Ditinjau dari objek yang dikenakan, pajak dibedakan menjadi….


a. pajak negara dan pajak daerah
b. pajak langsung dan pajak tidak langsung
c. pajak lokal dan pajak internasional
d. pajak subjektif dan pajak objektif
e. pajak nasional dan pajak negara

II. URAIAN

1. Pada tahun 2012 Bapak Andi mempunyai pengahasilan kena pajak Rp


230.000.000,00. Hitunglah PPh terutang Bapak Andi!
2. Pak Ari adalah seorang wajib pajak yang memiliki seorang istri dan tiga orang
anak. Istri Pak Ari adalah seorang Ibu rumah tangga. Berapa besarnya PTKP Pak Ari?
3. Pak Budi memiliki sebidang perkebunan. NJOP untuk perkebunan miliki Pak Budi
adalah sebesar Rp 1.000.000.000 dan NJOPTKP unty6ik daerah tersebut adalah
sebesar Rp8.000.000. Hitunglah dengan teliiti besarnya PBB yang berkurang!

Anda mungkin juga menyukai