Anda di halaman 1dari 32

LKS perpajakan

Judul : Perpajakan
Mata Pelajaran : Ekonomi
Kelas / Semester : XI / 1

Petunjuk Belajar:
a. Baca secara cermat sebelum Anda mengerjakan tugas
b. Baca litelatur lain untuk memperkuat pemahaman Anda
c. Kerjakan setiap langkah sesuai tugas
d. Kumpulkan laporan hasil kerja sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara guru
dengan siswa
e. Konsultasikan dan diskusikan dengan guru dalam mengerjakan tugas

Kompetensi yang akan dicapai:


3.5 Menganalisis peran, fungsi dan manfaat pajak
4.5 Mengevaluasi peran, fungsi dan manfaat pajak

Materi pembelajaran:
1. Pengertian pajak
2. Fungsi dan manfaat pajak serta hubungannya dengan APBN
3. Perbedaan pajak dengan pungutan resmi lainnya
4. Asas pemungutan pajak
5. Jenis-jenis pajak
6. Sistem pemungutan pajak di Indonesia
7. Alur administrasi perpajakan di Indonesia
8. Objek dan cara pengenaan pajak
9. Tantangan pemungutan pajak
10. Simulasi fungsi dan manfaat pajak

Informasi pendukung:
a. www.menkeu.go.id
b. Ismawanto dkk. 2009. Ekonomi. Jakarta: BSE Depdiknas
c. Mulyani, Sri Nur dkk. 2009. Ekonomi. Jakarta: BSE Depdiknas
d. Nurcahyaningtyas. 2009. Ekonomi. Jakarta: BSE Depdiknas

A. Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran yang wajib dibayar oleh rakyat kepada negara tanpamendapat
balas jasa (kontraprestasi) secara langsung, dan digunakan untukmembiayai pengeluaran-
pengeluaran kolektif negara. Contoh pajak yangwajib dibayar rakyat adalah pajak
penghasilan, pajak bumi dan bangunan,serta bea meterai.
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000, pajak adalah iuranwajib yang
dibayarkan wajib pajak berdasarkan norma-norma hukum untukmembiayai pengeluaran-
pengeluaran kolektif, guna meningkatkankesejahteraan umum yang balas jasanya tidak
diterima secara langsung.Yang dimaksud pengeluaran kolektif adalah pengeluaran untuk
kepentinganbersama.
Dari pengertian pajak di atas, pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. merupakan iuran wajib (dapat dipaksakan oleh pemerintah);
2. dipungut berdasarkan norma-norma hukum (undang-undang);
3. tidak mendapat balas jasa secara langsung; dan
4. digunakan untuk membiayai pengeluaran kolektif pemerintah.

B. Fungsi dan Manfaat Pajak serta Hubungannya dengan APBN


1. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan
negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.
Berdasarkan hal di atas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a) Fungsi anggaran (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai,
belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan,
uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi
pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan
sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini
terutama diharapkan dari sektor pajak.
b) Fungsi mengatur (regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.
Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun
luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka
melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi
untuk produk luar negeri.
c) Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa
dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
d) Fungsi distribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat.
2. Manfaat Pajak
Suparmoko (2000) menyebutkan manfaat pajak digunakan untuk :
1. Membiayai pengeluaran-pengeluaran negara seperti pengeluaran yang bersifatself
liquiditing(contohnya adalah pengeluaran untuk proyek produktif barang ekspor)
2. Membiayai pengeluaran reproduktif (pengeluaran yang memberikan keuntungan
ekonomis bagi masyarakat seperti pengeluaran untuk pengairan dan pertanian)
3. Membiayai pengeluaran yang bersifat tidakself liquiditingdan tidak reproduktif
(contohnya adalah pengeluaran untuk pendirian monumen dan objek rekreasi).
4. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif (contohnya adalah pengeluaran untuk
membiayai pertahanan negara atau perang dan pengeluaran untuk penghematan di
masa yang akan datang yaitu pengeluaran untuk anak yatim piatu).

C. Perbedaan Pajak dengan Pungutan Resmi Lainnya


Selain melakukan pungutan berupa pajak, pemerintah juga melakukan pungutan
selain pajak, di antaranya sebagai berikut.
1. Retribusi
Retribusi adalah iuran rakyat kepada pemerintah berdasarkan undang-undang dengan
mendapat balas jasa dari pemerintah secara langsung. Retribusi diartikan sebagai
pungutan pemerintah daerah berdasarkan undang-undang.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa:
a) retribusi tidak ada unsur paksaan,
b) ikatan pembayaran tergantung pada kemauan si pembayar,
c) tidak selalu menggunakan sarana undang-undang.
Jadi, retribusi pada umumnya berhubungan dengan imbalan jasa secara langsung. Contoh:
pembayaran listrik, pembayaran abonemen air minum, dan sebagainya.
Berikut merupakan jenis retribusi daerah:
1) Retribusi Jasa Umum
Kriteria pungutan yang termasuk kelompok retribusi jasa umum:
 Bukan pajak
 Memberi manfaat kepentingan umum
 Pelayanan dengan kualitas lebih baik
Contoh retribusi jasa umum adalah retribusi pelayanan kesehatan, kebersihan, akta
catatan sipil, pemakaman, pelayanan pasar dan pelayanan pengujian kendaraan
bermotor.
2) Retribusi Jasa Usaha
Kriteria pungutan yang termasuk kelompok jasa usaha:
 Bukan pajak
 Jasa komersial yang mestinya dikelola swasta tetapi dikuasi daerah.
Contoh retribusi jasa usaha adalah retribusi tempat pelelangan, pasar, pertokoan,
tempat parkir, tempat penginapan, villa, rumah potong hewan, tempat rekreasi dan
penyebrangan diatas air
3) Retribusi Perizinan tertentu
Kriteria pungutan yang termasuk kelompok perizinan tertentu:
 Termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan ke daerah
 Diperlukan guna melindungi kepentingan umum
Contoh retribusi perizinan tertentu adalah retribusi izin mendirikan bangunan,
retribusi tempat penjualan minuman beralkohol, izin gangguan dan retribusi trayek.
2. Cukai
Cukai, adalah iuran rakyat atas pemakaian barang-barang tertentu, seperti minyak
tanah, bensin, minuman keras, rokok, atau tembakau.
3. Bea masuk
Bea masuk adalah bea yang dikenakan terhadap barangbarang yang dimasukkan ke
dalam daerah pabean Indonesia dengan maksud untuk dikonsumsi di dalam negeri.
Sementara itu, bea keluar adalah bea yang dikenakan atas barang-barang yang akan
dikeluarkan dari wilayah pabean Indonesia dengan maksud barang tersebut akan
diekspor ke luar negeri.
4. Sumbangan
Sumbangan adalah iuran orang-orang atau golongan orang tertentu yang harus
diberikan kepada negara untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran negara yang
sifatnya tidak memberikan prestasi kepada umum, dan pengeluarannya tidak dapat
diambil dari kas negara. Pada mulanya sumbangan bersifat insidentil dan sukarela,
jumlah sumbangan juga tidak mengikat dan tidak harus berupa uang tetapi dapat
berupa barang. Namun selanjutnya, sumbangan bersifat rutin atau wajib yang berupa
uang dengan jumlah tertentu yang ditetapkan, misalnya: pajak kendaraan bermotor.

Perbedaan antara pajak dengan pungutan resmi lainnya sebagai sumber pendapatan
negara adalah seperti berikut.
Pajak Pungutan Resmi Lainnya
Dipungut berdasarkan Undang-undang Dipungut berdasarkan peraturan pemerintah
Iuran dengan imbalan yang tidak langsung Iuran dengan imbalan yang langsung dari
dari negara negara
Dapat dipaksakan Tidak ada unsur paksaan
Berlaku untuk seluruh rakyat tanpa kecuali Pengenaan terbatas pada mereka orang-
orang tertentu
Prestasi (imbalan) diterima oleh seluruh Prestasi (imbalan) diterima oleh golongan
rakyat tertentu atau orang-orang tertentu
Jatuh tempo berdasarkan tahun fiskal Jatuh tempo disesuaikan dengan pemakaian

D. Asas Pemungutan Pajak


Menurut Adam Smith dalam bukunya “Wealth of Nation” dengan ajaran yang
terkenal The Four Maxims, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut:
1. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan)
pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan dan
penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib
pajak. Setiap orang yang mempunyai kondisi yang sama harus dikenakan pajak yang
sama.
2. Asas Certainty (asas kepastian hukum)
pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus memiliki kepastian pemungutan
pajak, seperti kepastian hukum yang mengaturnya, kepastian subjek pajak, kepastian
objek pajak dan kepastian tata cara pemungutannya. Kepastian ini menjamin setiap
orang untuk tidak ragu-ragu dalam menjalankan kewajibannya membayar pajak
karena segala sesuatunya sudah jelas.
3. Asas Convenience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu)
Pemungutan pajak yang menekankan pentingnya saat dan waktu yang tepat dalam
memenuhi kewajiban perpajakan. Sangat bijaksana jika pemotongan pajak dilakukan
pada saat wajib pajak menerima penghasilan dan sudah memenuhi syarat objektifnya,
yaitu penghasilan di atas penghasilan minimumnya.
4. Asas Economics (asas ekonomi atau asas efisien)
Biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya
pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.

E. Jenis-Jenis Pajak

Jenis-jenis pajak dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :


1. Jenis pajak berdasarkan pihak yang menanggung
a) Pajak Langsungadalah pajak yang pembayarannya dimana harus ditanggungsendiri
olehwajib pajak dan tidak dapat atau tidak bisa dialihkan kepada pihak lain.
Contoh pajak langsung adalah : PPh, PBB.
Contoh SPPT PBB
b) Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang pembayarannya dapat dialihkankepada
pihak lain.
Contoh : Pajak Penjualan, PPN/pajak pertambahan nilai , PPn-BM/pajak penjualan
atas barang mewah , Bea Materai (BM) dan Cukai.

Setiap pembelian barang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2. Jenis pajak berdasarkan pihak yang memungut


a) Pajak Negara adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat.Pajak pusat
merupakan sumber penerimaan negara indonesia.
Contoh: PPh/pajak penghasilan,PPN/pajak pertambahan nilai, PPn dan BeaMaterai/
pajakpenjualan atas barang mewah.
PPh dikenakan kepada setiap wajib pajak

b) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Pajak daerah
merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintahan daerah.
Contoh: Pajak tontonan, pajak reklame, PKB (Pajak Kendaraan Bermotor/PKB)
PBB/pajak bumi dan bangunan.

Setiap pengunjung kebun binatang dikenakanpajak tontonan

3. Jenis pajak berdasarkan sifatnya:


a) Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi keadaan sang wajibpajak
itu sendiri. Dalam ini penentuan dalam besarnya pajak harus ada alasan objektif yang
berhubungan erat dalam kemampuan membayar wajibpajak/sipembayar pajak.
Contoh: PPh/pajak pengahasilan.

Penghasilan dari setiap karyawan akan dikenakan pajak penghasilan (PPh)


b) Pajak Objektifadalah pajak yang dinilai berdasarkan objektifitasnya dan
tanpadiperhatikanya keadaan diri sang wajib pajak.
Contoh : PPN/pajak pertambahan nilai, PBB/pajak bumi dan bangunan ,
PPnBM/pajak atas penjualan barang mewah.

Berlian
Setiap pembelian barang mewah dikenakan Pajak barang mewah (PPn-BM)

F. Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia

Sejak diadakan reformasi perpajakan tahun 1983, sebagaimana telah diubah


dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994 dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sistem pemungutan pajak di
Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.
1. Official Assessment System
Adalah sistem pemungutan pajak yang wewenang untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak terletak pada fiskus atau aparat pemungut pajak.
Sistem ini pada umumnya diterapkan pada pengenaan pajak langsung. Sistem official
assessment dilaksanakan sampai pada tahun 1967. Dalam hal ini wajib pajak bersifat
pasif karena utang pajak baru timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
Ciri-cirinya :
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus,
b) Wajib Pajak bersifat pasif,
c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
d) Dalam proses negosiasi penetapan atau perhitungan besar pajak, seringkali terjadi
“tawar-menawar” antara fiscus dan wajib pajak
Official Assessment System diterapkan dalam hal pelunasan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), dimana KPP akan mengeluarkan surat ketetapan pajak mengenai
besarnya PBB yang terhutang setiap tahun. Jadi wajib pajak tidak perlu menghitung
sendiri, tapi cukup membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang
(SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP dimana tempat objek pajak tersebut terdaftar.
2. Semi Self Assessment System With Holding System
Semi Self Assessment adalah sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk
menentukan besarya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada kedua belah
pihak, yaitu wajib pajak dan fiscus. System semi self assessment dan withholding
dilaksanakan pada periode 1968-1983. Mekanisme dalam pelaksanakan sistem ini
berdasarkan suatu anggapan bahwa wajib pajak pada akhir tahun menaksirkan sendiri
besarnya utang pajak yang harus dibayar pada akhir tahun pajak.
Di Indonesia sistem semi self assessment diterapkan dengan system withholding yang
pada waktu itu dikenal dengan sebutan tata cara MPS (Menghitung Pajak Sendiri) dan
MPO (Menghitung Pajak Orang). Sedangkan Withholding adalah suatu system
pemungutan pajak ditentukan oleh Wajib pajak yang bersangkutan dan oleh pihak
ketiga berdasarkan suatu anggapan, sedangkan besarnya pajak terutang yang
sesungguhnya akan ditetapkan kemudian oleh fiscus. Penerapan sistem ini pada
hakikatnyasudah jauh lebih baik daripada system pemungutan sebelumnya, namun
disana-sini masih ditemukan penyelewangan oleh oknum pajak atas dasar kompromi.
Ciri-cirinya :
a) Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang pada pihak ketiga, pihak
selain fiskus, dan Wajib Pajak.
With Holding System diterapkan dalam mekanisme pemotongan/pemungutan sesuai
PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Final Pasal 4 Ayat (2),
PPh Pasal 15, dan PPN. Sebagai bukti atas pelunasan pajak ini biasanya berupa bukti
potong atau bukti pungut. Dalam kasus tertentu ada juga yang berupa Surat Setoran
Pajak (SSP). Bukti-bukti pemotongan ini nanti dilampirkan dalam SPT Tahunan
PPh/SPT Masa PPN dari Wajib Pajak yang bersangkutan.
3. Full Self Assessment System
Adalah sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya
pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak terletak pada pihak wajib pajak yang
bersangkutan. Dalam sistem ini wajib pajak sifat aktif untuk menghitung, menyetor
dan melaporkan pajaknya sendiri, sedangkan fiskus hanya memberi penerangan,
pengawasan atau sebagai verifikasi. System full assessment, dilaksanakan secara
efektif pada tahun 1984 atas dasar perombakan perundang-undangan perpajakan pada
tahun 1983.
Ciri-cirinya :
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak
sendiri,
b) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang,
c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
Self Assessment System contohnya diterapkan dalam penyampaian SPT Tahunan PPh
(baik untuk Wajib Pajak Badan maupun Wajib Pajak Orang Pribadi), dan SPT Masa
PPN.

SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK DI INDONESIA


Sistem pemungutan pajak di Indonesia sesuai dengan asas pemungutan pajak
menganut sistem pemungutan pajak self assesment system dan witholding system. Hal ini
karena ada beberapa perusahaan yang berperan sebagai wajib pungut atau wajib potong yang
mana berarti perusahaan berperan sebagai pihak ketiga yang memiliki wewenang untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP, memotong dan melaporkan PPh. Dan itu
merupakan withholding. Sedangkan karyawan atau pegawai diwajibkan untuk mengisi SPT,
yang mana berarti karyawan menghitung, menyetor dan melaporkan PPh terutang sendiri
tanpa melalui pihak ketiga atau fiskus, dan ini merupakan ciri self assement sistem. Sehingga
Indonesia lebih cenderung menggunakan kedua sistem tersebut.

G. Alur Administrasi Perpajakan di Indonesia


Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat Wajib Pajak diperlukan
adanya perbaikan administrasi perpajakan.Reformasi administrasi perpajakanjuga
dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan Direktorat Jenderal Pajak dalam mengawasi
pelaksanaan ketentuan perpajakan yang berlaku dengan prinsip-prinsipGood Governance.
Dengan sistem administrasi perpajakan modern, didukung dengan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang profesional dan berkualitas serta mempunyai kode etik kerja
diharapkan akan tercipta prinsipGood Corporate Governanceyang dilandasi transparansi,
akuntabel, responsif, independen dan adil. Hal ini pada gilirannya akan mendukung Visi
Direktorat Jenderal Pajak yaitu Menjadi Model Pelayanan Masyarakat yang
Menyelenggarakan Sistem dan Manajemen Perpajakan Kelas Dunia yang Dipercaya dan
Dibanggakan oleh Masyarakat Dalam sistim baru ini dimana organisasi dirancang
berdasarkan fungsinya akan memungkinkan pemberian pelayanan prima karena adanya Staf
Pendukung Pelayanan khusus atauAccount Representatwe(AR) yang dipilih, dan bekerja
secara profesional dengan kompetensi tinggi yang disertai kompensasi yang memadai. Hal ini
akan membuat semua kegiatan pelayanan mulai dari Penyuluhan, Pembinaan, dan
Pengawasan Wajib Pajak lebih terarah dan terukur.
Penerapan sistem administrasi perpajakan modern akan membawa konsekuensi
terjadinyaperubahan yang mendasar baik menyangkut struktur organisasi
maupunparadigma pelayanan kepada Wajib Pajak. Struktur organisasi baru ini relatif
lebih ramping, rentang kendali (span of control)lebih singkat dimana KPP Madya juga
menangani pemeriksaan, tidak seperti selama ini pemeriksaan ditangani oleh unit yang
berbeda seperti Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak atau Kantor Wilayah DJP.
Perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan merupakan hal yang mutlak
harus dilakukan.Account Representative(AR) berfungsi untuk menjembatani antara KPP
dengan Wajib Pajak serta mengoptimalkan fungsi bimbingan, konsultasi, dan pembinaan
kepada Wajib Pajak. Dengan kata lain AR adalah pegawai yang ditunjuk sebagailiaison
officerantara KPP dengan Wajib Pajak, yang bertanggung jawab dan berwenang untuk
memberikan pelayanan secara langsung, edukasi, asistensi, serta mendorong dan mengawasi
pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak.
Berbagai fasilitas untuk kemudahan dan kenyamanan pelayanan kepada Wajib Pajak
dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan perkembangan dan kemajuan Tekhnologi
Informasi. Fasilitas tersebut antara lainWebsite, Call Centre, Complaint Centre, e-Filling, e-
SPT, One-Line Payment. Untuk memudahkan pelayanan dan pengawasan terhadap Wajib
Pajak serta meningkatkan produktivitas aparat, akan didukung oleh sistem administrasi yang
berbasis teknologi informasi. Secara bertahap sistem informasi baru ini, yaitu Sisttem
Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SI-DJP) akan diterapkan. Sistem ini menerapkanCase
Management(Manajemen Kasus) danwork flow system (alur kerja), sehingga memungkinkan
setiap proses kegiatan menjadi terukur dan terkontrol.
Landasan alur prosedur administrasi pajak adalah prinsip sistem perpajakan self
asessment. Dalam sistem ini, wajib pajak hendaknya lebih pro aktif dalam menjalankan hak
dan kewajiban perpajakan. Wajib pajak melakukan sendiri pendaftaran, penghitungan,
penyetoran hingga pelaporan pajak.
Di lain pihak, kantor pajak memiliki tugas melayani wajib pajak. Kantor pajak
memberikan pembinaan, penyuluhan, pengawasan hingga pada langkah-langkah penegakan
hukum (law enforcement).
Secara garis besar, prosedur administrasi perpajakan yang lazim terjadi dapat dilihat
pada skema berikut

Karakteristiksistem administrasi perpajakan modern ini adalah:


1. Seluruh kegiatan administrasi dilaksanakan melalui sistem administrasi yang berbasis
teknologi terkini
2. Seluruh Wajib Pajak diwajibkan membayar melalui kantor penerima pembayaran
secaraon-line
3. Seluruh Wajib Pajak diwajibkan melaporkan kewajiban perpajakannya dengan
menggunakan media komputer (e-SPT).
4. Monitoring kepatuhan Wajib Pajak dilaksanakan secara intensif dengan pemanfaatan
profit Wajib Pajak
5. Wajib Pajak yang diadministrasikan di KPP Madya hanya wajib pajak tertentu saja, yaitu
sekitar 500 WP
Dengan reformasi administrasi perpajakan, diharapkan Wajib Pajak dapat
memperoleh manfaat antara lain:
1. Wajib Pajak akan memperoleh pelayanan yang lebih baik karena didukung oleh pegawai
yang profesional.
2. Permasalahan perpajakan yang dihadapi Wajib Pajak dapat diselesaikan secara lebih
cepat sehingga kepastian hukum lebih terjamin.
3. Hak dan Kewajiban perpajakan Wajib Pajak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
H. Objek dan Cara Pengenaan Pajak
1. Objek Pengenaan Pajak
Objek pajak adalah segala sesuau yang menurut Undang-Undang dijadikan dasar atau
sasaran pemungutan pajak. Pada prinsipnya segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat
dijadikan sasaran atau objek pajak, baik itu keadaan, perbuatan, maupun peristiwa.
a) Objek Pajak Penghasilan (PPh)
Objek PPh adalah penghasilan itu sendiri. Penghasilan sebagai objek pajak PPh
diartikan secara luas yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Menurut ketentuan UU No. 7 Tahun 1983 yang telah diperbaharui oleh UU No. 36
Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 yang termasuk dalam penghasilan adalah :
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan
lain dalam undang-undang ini.
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
3) Laba usaha.
4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
6) pembayaran tambahan pengembalian pajak.
7) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
8) utang.
9) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
10) asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
11) Royalty atau imbalan atas penggunaan hak.
12) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
13) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
14) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
15) Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
16) Karena penilaian kembali aktiva
17) Premi asuransiIuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
18) anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas.
19) Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak.
20) Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
21) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengtur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
22) Surplus Bank Indonesia.

b) Objek pajak PPN


Objek pajak PPN sesuai dengan pasal 4 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 adalah :
1) Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha dengan syarat:
a) Barang berwujud atau tidak berwujud yang diserahkan merupakan barang
kena pajak
b) Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
c) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2) Impor barang kena pajak
3) Penyeraan barang kena pajak yang dilakuka di dalam daerah pabean oleh
pengusaha dalam syarat:
a) Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak,
b) Penyerahan yang dilakukan harus di dalam daerah pabean,
c) Penyerahan yang dilakukan harus dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
4) Pemanfaatan barang kena pajak tidak brwujud dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean
5) Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
6) Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
7) Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telaha
diuah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, kegiatan membangun sendiri
yang dilakukan tidak di dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya, oleh
orang pribadi atau badan, baik yang hasilnya akan digunakan sendiri atau pihak
lain.
8) Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang sebagaimana telah
diubah terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, penyerahan aktiva oleh
pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.  
c) Objek Pajak PPn BM
Menurut pasal 5 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU
No. 18 tahun 2000 yang termasuk objek PPn BM adalah :
1) Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
penguasaha yang mengasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut
di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2) Impor barang yang kena pajak yang tergolong mewah.
d) Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Dalam Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau
bangunan. Pengertian bumi disini adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan pedalaman, serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya. Sementara itu, bangunan adalah konstruksi teknik yang ditananm atau
dilekatkan secara tetap pada tansh atau perairan.
 Termasuk dalam bangunan yang dapat dikenakan pajak adalah :
1) Bangunan tempat tinggal (rumah)
2) Gedung kantor
3) Hotel
4) Pabrik
5) Emplasemen dan lain-lain
 Semua ini merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut di atas,
seperti:
1) Jalan lingkungan pabrik dan emplasemennya
2) Hotel
3) Kolam renang
4) Tempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas, juga pipa minyak, fasilitas
lain yang memberikan manfaat.
 Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah
objek pajak yang :
1) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,
sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
2) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan
itu.
3) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum
dibebani suatu hak.
4) Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik.
5) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.
e) Objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan,
meliputi:
1) Pemindahan hak karena:
a) Jual beli
b) Tukar menukar
c) Hibah
d) Hibah wasiat
e) Waris
f) Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
g) Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
h) Penunjukan pembeli dalam lelang
i) Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap
j) Penggabungan usaha
k) Peleburan usaha
l) Pemekaran usaha
m) Hadiah.
2) Pemberian hak baru karena :
a) Kelanjutan pelepasan hak
b) Di luar pelepasan hak
 Adapun yang dimaksud hak atas tanah diantaranya adalah :
1) Hak milik
2) Hak guna usaha
3) Hak guna bangunan
4) Hak pakai,
5) Hak milik atas satuan rumah susun
6) Hak pengelolaan.
 Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan adalah objek pajak yang diperoleh :
1) Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik
2) Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum
3) Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
keputusan Menteri dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi
tersebut
4) Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum
lain dengan tidak adanya perubahan nama
5) Orang pribadi atau badan karena wakaf
6) Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
f) Objek pajak Bea Materai
 Dokumen yang dikenakan bea materai adalah :
1) Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan, atau
keadaan yang bersifat perdata.
2) Akta-akta notaris termasuk salinannya
3) Akta-akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah termasuk rangkap-
rangkapnya
4) Surat yang memuat jumlah uang, yaitu :
a) Yang menyebutkan penerimaan uang
b) Yang menyarankan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening bank
c) Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
d) Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah
dilunasi atau diperhitungkan.
5) Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek
6) Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan,
yaitu surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan, dan surat-surat yang
semula tidak dikenakan bea materai berdasarkan tujuannnya jika digunakan
untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dari maksud semula.
 Sedangkan yang tidak dikenakan Bea Materai adalah :
1) Dokumen yang berupa :
a) Surat penyimpanan barang
b) Konosemen
c) Surat angkutan penumpang dan barang
d) Keterangan pemindahan yang dituliskan diatas dokumen sebagaimana
dimaksud dalam angka 1, angka 2, dan angka 3
e) Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
f) Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengiriman
g) Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 sampai angka 6.
2) Segala bentuk ijazah
3) Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran
lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu
4) Tanda bukti penerimaan Uang Negara dari kas Negara, kas Pemerintah Daerah
dan Bank
5) Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat
disamakan dengan itu dari kas negara, kas Pemerintah Daerah dan Bank
6) Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi
7) Dokumen yang menyebutkan tabungan pembayaran uang tabungan kepada
penabung oleh bank koperasi dan badan-badan dan lainya yang bergerak di
bidang tersebut
8) Surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan Jawatan Pegadaian
2. Cara Pengenaan Pajak
Atas objek pajak, ada berbagai tata cara pemungutan pajak. Tata cara itu dapat
dilakukan berdasarkan stelsel berikut.
a) Stelsel Nyata. Stelsel ini menerangkan bahwa pemungutan pajak baru dapat
dilaksanakan pada akhir tahun setelah mengetahui penghasilan sesungguhnya
yang diperoleh dalam masa pajak yang bersangkutan.
b) Stelsel Anggapan. Dalam stelsel anggapan pemungutan pajak dapat dilakukan
pada awal tahun pajak. Berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku hal ini dimungkinkan untuk dilaksanakan berdasarkan suatu anggapan
penerimaan atau pendapatan oleh wajib pajak. Anggapan ini dapat menggunakan
perbandingan data antara penerimaan/pendapatan wajib pada tahun sebelumnya
yang dianggap sama dengan pendapat yang akan diperoleh pada tahun sekarang.
c) Stelsel Campuran. Dalam stelsel ini berlaku pengenaan pajak pada awal tahun
yang didasarkan pada suatu anggapan dan pada akhir tahun yang didasarkan pada
suatu kenyataan, sehingga menurut stelsel ini akan terjadi perhitungan kembali
untuk menentukan masalah kelebihan atau kekurangan pajak.

 Tarif Pengenaan Pajak


Salah satu unsur yang menentukan rasa keadilan dalam pemungutan pajak bagi wajib
pajak adalah tarif pajak yang besarnya harus dicantumkan dalam undang-undang pajak.
Besarnya tarif dalam undang-undang pajak tidak selalu ditentukan secara nilai persentase
tetapi bisa dengan nilai nominal, seperti diuraikan di bawah ini macam-macam tarif pajak.
1) Tarif Progresif
Adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin besar bila jumlah yang
dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar.
Contoh :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Untuk penghasilan s/d Rp. 25.000.000 5%
Di atas Rp. 25.000.000 s/d Rp. 50.000.000 10%
Di atas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000 15%
Di atas Rp. 100.000.000 s/d Rp. 200.000.000 25%
Di atas Rp. 200.000.000 35% 35%

2) Tarif Degresif
Adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin kecil bila jumlah yang
dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar. Sekalipun persentasenya semakin kecil,
tidak berarti jumlah pajak yang terutang menjadi kecil, tetapi bisa menjadi besar karena
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya juga semakin besar. Tarif ini tidak
pernah dipergunakan dalam praktik perundang-undangan perpajakan.
Contoh :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Untuk penghasilan s/d Rp. 10.000.000 30%
Di atas Rp. 10.000.000 s/d Rp. 50.000.000 25%
Di atas Rp. 50.000.000 15%

3) Tarif Proporsional
Adalah tarif pemungutan pajak yang menggunakan persentase tetap tanpa memperhatikan
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian semakin besar jumlah
yang dijadikan dasar pengenaan pajak, akan semakin besar pula jumlah pajak terutang
(yang harus dibayar).
Contoh :
a. Untuk PPN terhadap barang kena pajak dikenakan tarif 10%
Jumlah Penjualan Tarif Pajak
Rp. 500.000,- 10%
Rp. 1.000.000,- 10%
Rp. 5.000.000,- 10%
Rp. 10.000.000,- 10%
b. Untuk PBB mengunakan tarif 0.5%
c. Untuk BPHTB menggunakan tarif 5%

4) Tarif Tetap
Adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa memperhatikan jumlah
yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini diterapkan dalam undang-undang Nomor
13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (BM). Dalam undang-undang Bea Materai, tarif
digunakan adalah Bea Materai dengan nilai nominal sebesar Rp 500 dan Rp 1.000. Nilai
nominal dalam perkembangannya selalu berubah-ubah. Berdasarkan PP Nomor 7 Tahun
1995 tarif Bea Materai diatas dinaikkan menjadi Rp 1.000 dan Rp 2.000 yang selanjutnya
dengan PP Nomor 24 Tahun 2000 tarifnya dinaikkan lagi menjadi Rp 3.000 dan 6.000.

5) Tarif Advalorem
Adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang dikenakan/ditetapkan pada harga atau
nilai suatu barang.
Contoh :
Tarif Bea Masuk atas Impor Barang dengan besaran tarif menggunakan prosentase.

6) Tarif Spesifik
Adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentu atau suatu
satuan jenis barang tertentu.
Contoh:
Tarif Bea Masuk atas Impor Barang dengan besaran tarif menggunakan suatu jumlah
tertentu atas suatu jenis barang tertentu atau suatu satuan jenis barang tertentu.

 Cara Penghitungan
1. Pajak Penghasilan (PPh)
 Penghasilan Kena Pajak
Besarnya penghasilan kena pajak berdasarkan penghasilan bruto (koto) per tahun
dikurangi dengan semua biaya yang telah diatur dengan Undang-undang
Lapisan Penghasilan Kena Pajak (orang pribadi dalam negeri) Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5%
Diatas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000,- 15%
Diatas Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,- 25%
Diatas Rp. 500.000.000,- 30%

 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Pengurangan terhadap penghasilan bruto orang pribadi atau per seorangan sebagai wajib
pajak dalam negeri dalam menghitung penghasilan kena pajak. Besarnya PTKP
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 162/PMK.011/2012 tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang ditetapkan pada tanggal 22
Oktober 2012. Dengan berlakunya peraturan PTKP ini maka mulai tahun 2013,
masyarakat Indonesia yang memiliki penghasilan sampai dengan Rp. 24,3 juta tidak akan
dikenakan pajak.
Berikut adalah Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru :

1. Untuk Diri Wajib Pajak Orang Peribadi = Rp. 24.300.000,


2. Tambahan Untuk Wajib Pajak Kawin = Rp. 2.025.000,
3. Tambahan untuk penghasilan istri yang digabung dengan penghasilan suami = Rp.
24.300.000,-
4. Tambahan untuk anggota keluarga (max. 3 orang) = @ Rp. 2.025.000,-

Contoh 1: Sugondo yang telah menikah dan mempunyai dua anak. Hitunglah Pendapatan
Tidak Kena Pajak (PTKP) dari Sugondo.

Jawab:

Pendapatan tidak kena pajak untuk Sugondo:

Sugondo Rp 24.300.000

Istri (tidak bekerja) Rp 2.025.000

Untuk dua anak (2x Rp 2.025.000) Rp 4.050.000 +

Jumlah Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) Rp 30.375.000

Artinya, jika Sugondo hanya mempunyai penghasilan kurang dari Rp 30.375.000 selama satu
tahun pajak maka ia tidak perlu membayar pajak penghasilan. Tetapi jika ia misalnya
mempunyai penghasilan Rp 40.000.000 per tahun maka pendapatan kena pajak Sugondo
adalah Rp 9.625.000 (yaitu Rp 40.000.000 - Rp 30.375.000)

Contoh 2: Tn. Aziz telah menikah dan mempunyai 2 anak, mempunyai Pendapatan Kena
Pajak Rp 519.450.125 selama setahun. Hitunglah pajak terutang Tn. Aziz.
Jawab:
Pendapatan Kena Pajak dibulatkan ke bawah menjadi Rp 519.450.000
Rp 50.000.000 x 5% = Rp 2.500.000
Rp 200.000.000 x 15% = Rp 30.000.000
Rp 250.000.000 x 25% = Rp 62.500.000
Rp 19.450.000 x 30% = Rp 5.835.000 +
Jumlah PPh terutang = Rp 100.000.000

2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


 Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak (NJOTKP) ditetapkan setinggi-tingginya Rp
12.000.000 untuk setiap wajib pajak
 Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Besarnya NJOP
ditetapkan setiap 3 tahun oleh menteri keuangan, kecuali untuk daerah tertentu
ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya. Dasar perhitungan pajak
adalah nilai jual kena pajak yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-
tingginya 100% dari NJOP. Besarnya presentase nilai jual kena pajak ditetapkan
dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.
 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan:
1. Untuk NJOKP < 1M : 0,5 % x 20 % x NJOKP
2. Untuk NJOKP ≥ 1M : 0,5 % x 40 % x NJOKP
 Contoh soal:

Wajib Pajak Bpk Tyo mempunyai objek pajak berupa :


1. Tanah seluas 800m2 dengan harga jual Rp 300.000/m2
2. Bangunan seluas 200m2 dengan nilai jual Rp 350.000/m2
3. Taman mewah seluas 200m2 dengan nilai jual Rp 50.000/m2
4. Pagar mewah sepanjang 120m dan tinggi rata-rata 1,5m dengan nilai jual Rp
175.000/m2

Persentase Nilai Jual Kena Pajak 20%. Dan diketahui niali jual objek pajak tidak kena
pajak Rp. 8.000.000.
Hitunglah PBB terutang untuk satu tahun!

Jawab:

 Nilai jual tanah 800 x Rp 300.000 Rp 240.000.000


 Jual Taman Mewah 200 x Rp 50.000 Rp 10.000.000
 Nilai Nilai Jual bangunan 200 x Rp 350.000 Rp 70.000.000
 Nilai Jual Pagar Mewah 120 x 1,5 x Rp 175.000 Rp 31.500.000 +
 Total NJOP Rp 351.500.000
 NJOTKP Rp 8.000.000 –
 NJOKP = Rp. 343.500.000
 Besarnya PBB terutang = 0,5% x 20% x Rp. 343.500.000
= Rp. 343.500
I. Tantangan Pemungutan Pajak
Realita pemungutan pajak pasti akan menemui berbagai hambatan. Bagi sebagian
orang dan pelaku dunia usaha, pajak merupakan sebuah beban yang akan mengurangi
pendapatan mereka. Penghindaran dan perlawanan terhadap pemungutan pajak merupakan
suatu bentuk hambatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas Negara.
Bentuk perlawanan terhadap pajak terdiri dari dua yaitu perlawanan aktif dan perlawanan
pasif.
1. Perlawanan Pasif
Perlawanan terhadap pajak berarti melibatkan para wajib pajak. Tapi untuk
perlawanan pasif, adalah perlawanan yang inisiatifnya atau bukan kemauan dan usaha dari
para wajib pajak itu sendiri. Perlawanan pasif ini disebabkan oleh struktur ekonomi,
perkembangan moral dan intelektual penduduk, dan teknik pemungutan pajak itu sendiri.
a) Struktur Ekonomi
Struktur eknonomi suatu negara mempengaruhi pemungutan pajak di negaratersebut.
Hal ini terkait dengan penghitungan sendiri pendapatan netto oleh wajib pajak sendiri.
Contohnya pajak penghasilan yang diterapkan pada masyarakat agraris. Dalam hal ini,
wajib pajak harus menghitung sendiri. Namun, menghitung pendapatan netto
akansangat sulit dilakukan oleh masyarakat agraris. Karena itu, timbullah perlawanan
pasif terhadap pajak.
b) Perkembangan moral dan intelektual penduduk
Yaitu perlawanan pasif yang timbul dari lemahnya system kontrol yang dilakukan
oleh fiskus ataupun karena objek dari pajak itu sendiri yang sulit untuk dikontrol.
Contohnya di Belgia terdapat pajak yang dikenakan terhadap permata. Dikarenakan
ukuran permata yang kecil dan sulit dikontrol keberadaannya maka bisa saja pemilik
permata ini menyembunyikannya agar terhindar dari pengenaan pajak.
c) Teknik pemungutan pajak itu sendiri
Cara perhitungan pajak yang rumit dan memerlukan pengisian formulir yang rumit
menyebabkan adanya penghindaran pajak, prosedur yang berbelit-belit dan
menyulitkan wajib pajak dan membuka celah untuk negosiasi antara petugas dan
pembayar pajak juga dapat mengakibatkan adanya penghindaran pajak.
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif adalah perlawanan yang inisiatifnya berasal dari wajib pajak itu
sendiri. Hal ini merupakan usaha yang secara langsung dan bertujuan untuk menghindari
pajak atau mengurangi kewajiban pajak yang seharusnya dibayar. Perlawanan aktif terhadap
pajak ada 2cara, yaitu:
a. Penghindaran Pajak(Tax Avoidance).
Penghindaran yang dilakukan wajib pajak masih dalam kerangka peraturan
perpajakan. Penghindaran pajak terjadi sebelum SKP keluar. Dalam penghindaran
pajak ini, wajib pajak tidak secara jelas melanggar undang-undang sekalipun kadang-
kadang dengan jelas menafsirkan undang-undang tidak sesuai dengan maksud dan
tujuan pembuat undang-undang. Penghindaran dari pajak dilakukan dengan 3 cara,
yaitu:
1) Menahan Diri
Maksudnya adalah para wajib pajak ini tidak ingin terkena pajak, maka mereka
melakukan sesuatu yang nantinya bisa dikenai pajak. Contohnya jika tidak mau
terkena cukai tembakau, maka tidak merokok.
2) Pindah Lokasi
Maksudnya, para wajib pajak yang memiliki usaha, karena mereka ingin
mendapatkan pajak yang kecil untuk usaha mereka, maka mereka pindah lokasi ke
daerah yang tarif pajaknya rendah seperti di Indonesia Timur.
3) Penghindaran Pajak secara Yuridis
Melakukan perbuatan sedemikian rupa sehingga perbuatan-perbuatan yang
dilakukan tidak terkena pajak. Ini disebabkan karena para wajib pajak
memanfaatkan celah dan ketidakjelasan yang terdapat dalam undang-undang.
Kenapa tidak jelas? Ini disebabkan karena undang-undang tersebut dibuat dengan
kepentingan-kepentingan tertentu. Kepentingan tersebut bisa datang dari mana
saja, dan kepentingan tersebut bisa saja berbeda-beda tiap orang. Maka sang
pembuat undang-undang akan mencari jalan kompromi yang hasilnya bisa
memuaskan semua kepentingan. Akhirnya undang-undang ini akan menjadi tidak
jelas. Dan akibatnya, bisa saja wajib pajak menafsirkan undang-undang tersebut
sesuai dengan kepentingannya dan fiscus menafsirkannya sesuai dengan
kepentingan Negara.
b. Pengelakan Pajak (Tax Evation)
Pengelakan pajak dilakukan dengan cara-cara yang melanggar undang-undang.
Pengelakan pajak ini terjadi sebelum SKP dikeluarkan. Hal ini merupakan
pelanggaran terhadap undang-undang dengan maksud melepaskan diri dari
pajak/mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara menyembunyikan sebagian dari
penghasilannya. Disetiap Negara, wajib pajak terdiri dari wajib pajak besar (berasal
dari multinasional corporation yang terdiri dari perusahaan penting nasional) dan
wajib pajak kecil (berasal dari professional bebas).

Penyebab Terjadinya Tax Avoidance Dan Tax Evasion


Wajib pajak besar memiliki kecenderungan untuk melakukan penghindaran pajak
(Tax Avoidance). Karena:
1. Perusahaan besar memiliki biro-biro hukum atau tim lawyer yang tangguh yang
mampu mencari celah dalam undang-undang pajak.
2. Pembukuan dilakukan oleh banyak orang sehingga risiko terjadinya kebocoran juga
besar.
3. Jika wajib pajak besar ingin melakukan pengelakan pajak, mereka harus memperkecil
keuntungannya di mata publik. Perusahaan yang labanya kecil, performancenya akan
turun sehingga harga sahamnya turun. Hal ini mengakibatkan pamornya turun di
depan relasi dagangnya. Sehingga mereka akan kehilangan relasi yang mengakibatkan
kerugian yang lebih besar dibandingkan pengurangan tarif pajak.
Wajib pajak kecil cenderung melakukan pengelakan pajak (Tax Evation). Karena:
1. Tidak punya kemampuan untuk mencari celah undang-undang pajak.
2. Apabila dokter/profesional bebas menyembunyikan sebahagian pendapatannya, kecil
kemungkinan diketahui oleh fiscus karena dia sendiri yang mencatat penghasilannya.
Penghasilan para profesional bebas sulit dilacak oleh fiscus karena biaya yang dibayar
oleh pasien kepada dokter tidak mengurangi penghasilan kena pajak seseorang. Biaya
tersebut dianggap sebagai konsumsi.

 TUGAS/LANGKAH KERJA
A. PILIHAN GANDA
Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Pajak adalah kontribusi wajib pada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara
lansung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Definisi ini sesuai dengan……
a. Pendapat Adam Smith
b. Pendapat David Ricardo
c. Undang-undang pajak
d. Pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro
e. Pendapat Prof. S. Djayadiningrat
2. Manakah diantara pernyataan di bawah ini yang bukan ciri-ciri pemungutan pajak…..
a. Iuran wajib yang dibayar oleh wajib pajak pada negara
b. Pembayaran yang didasarkan atas norma-norma hukum
c. Tidak dibayarkan jika telah lewat waktu
d. Sumber pembiayaan pengeluaran kolektif
e. Sarana untuk meningkatkan kesejahteraan umum
3. Manakah diantara pernyataan di bawah ini yang bukan fungsi pajak……..
a. Fungsi budgeter
b. Sebagai alat pengatur
c. Sebagai alat penjaga stabilitas
d. Sarana redistribusi pendapatan
e. Pengendali kehidupan dan kemajuan BUMN
4. Manakah diantara pernyataan di bawah ini yang bukan asas pemungutan pajak …….
a. Asas equality
b. Asas certainty
c. Asas convenience
d. Asas continuity
e. Asas economic
5. Pernyataan dibawah ini merupakan jenis-jenis pajak:
1. Pajak penghasilan
2. Pajak pertambahan nilai
3. Pajak tontonan
4. Retribusi
5. Pajak bumi dan bangunan
Berdasarkan jenis-jenis pajak di atas, yang termasuk jenis pajak negara adalah…..
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 2, dan 4
c. 1, 2, dan 5
d. 2, 3, dan 4
e. 2, 3, dan 5
6. Pernyataan dibawah ini merupakan jenis-jenis pajak:
1. Retribusi
2. Pajak penghasilan
3. Pajak tontonan
4. Pajak bumi dan bangunan
5. Pajak kendaraan bermotor
Berdasarkan jenis-jenis pajak diatas, yang dikategorikan jenis pajak pemerintah
daerah adalah….
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 2, dan 4
c. 1, 2, dan 5
d. 1, 3, dan 5
e. 2, 3, dan 5
7. Pajak negara dan pajak daerah adalah pajak yang dibedakan berdasarkan…………
a. Lembaga pemungut
b. Sifatnya
c. Pihak yang menanggung
d. Asas pemungutannya
e. Tujuan pemungutnya
8. Pernyataan di bawah ini yang merupakan perbedaan pemungutan pajak dengan
pungutan resmi lainnya adalah ..............
a. Pajak dipungut untuk pengeluaran kolektif, pungutan resmi lainnya untuk tujuan
tertentu
b. Pajak jumlahnya sangat besar, sedangkan pengutan resmi lainnya jumlahnya
relatif kecil
c. Pajak dipungut atas dasar undang-undang, pungutan resmi lainya dipngut atas
dasar peraturan pemerintah, peraturan menteri atau pejabat yang lebih rendah
d. Pungutan pajak disetor melalui bank, pungutan resmi lainya dibayar langsung
e. Pajak dipungut secara teratur, pungutan resmi lainnya dipungut kalau ada
bencana nasional
9. Pernyataan dibawah ini merupakan jenis pajak langsung dan tidak langsung :
1. Pajak Penghasilan
2. Pajak Penjualan
3. Pajak Pertambahan nilai
4. Pajak Bumi dan Bangunan
Berdasarkan jenis-jenis pajak di atas, yang dikategorikan pajak langsung adalah .......
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 1 dan 4
d. 2 dan 3
e. 3 dan 4
10. Pernyataan dibawah ini merupakan jenis-jenis pajak :
1. Pajak Penghasilan
2. Pajak Penjualan
3. Pajak Pertambahan nilai
4. Pajak Bumi dan Bangunan
Berdasarkan jenis-jenis pajak di atas, dikategorikan pajak tidak langsung adalah .....
a. 1,2, dan 3
b. 1, 2, dan 4
c. 1,2, dan 5
d. 2, 3, dan 4
e. 3, 4, dan 5
11. Suparman seorang pedagang memiliki kekayaan berupa:
1. Tanah seluas 400m2 dengan nilai jual Rp 500.000 per m2
2. Bangunan rumah 200m 2 dengan nilai jual Rp 600.000 per m2
3. Pagar mewah sepanjang 100m yang tingginya 1,5m dengan nilai jual objek
pajak Rp 300.000 per m2

Nilai jual objek pajak tidak kena pajak (NJOPTKP) Rp 8.000.000. Besar pajak bumi
dan bangunan terutang adalah....
a. Rp 357.000
b. Rp 350.000
c. Rp 3.200.000
d. Rp 3.400.000
e. Rp 3.520.000
12. Pernyataan di bawah ini yang merupakan fungsi pajak adalah.............
a. Budget, pengatur kegiatan ekonomi, menambah kas negara
b. Pengatur kegiatan ekonomi, penambah kas negara, penjaga stabilitas
c. Budget, pengatur kegiatan ekonomi, penjaga stabilitas
d. Budget, pengatur kegiatan ekonomi, pemerataan hasil pembangunan
e. Pengatur hasil pembangunan, budget, pemerataan
13. Sistem pemungutan pajak dengan official assessment system di Indonesia dilakukan
dengan cara .............
a. Pajak dibayar langsung kepada pemerintah sesuai denga jumlah perhitungan
wajib pajak
b. Pajak dibayar setiap akhir tahun dengan jumlah yang ditentukan
c. Pajak dapat ditunda pembayarannya tetapi dengan pungutan tambahan jasa
d. Pajak dibayar sesuai ketetapan petugas pajak
e. Pajak dibayar sesuai dengan tarif proposional
14. Pernyataan dibawah ini merupakan tantangan pemungutan pajak adalah ........
a. Rendahnya kesadaran partisipasi masyarakat tentang perpajakan
b. Alamat wajib pajak yang tidak jelas
c. Pendapatan masyarakat yang tidak stabil
d. Jumlah petugas pajak masih kurang
e. Penggunaan pungutan pajak yang kurang jelas
15. Berdasarkan tarif pajak penghasilan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan RI
Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena
Pajak. Jika, pajak penghasilan terutang Sujatmiko yang mempunyai Pendapatan Kena
Pajak Rp 520.000.000. Sujatmiko telah menikah dan memiliki anak 3 orang. Pajak
penghasilan terutang Sujatmiko adalah ......
a. Rp 101.000.000
b. Rp 94.720.000
c. Rp 84.700.000
d. Rp 82.600.000
e. Rp 80.700.000

B. PILIHAN JAWABAN
a. Jika jawaban (1), (2), dan (3) benar.
b. Jika jawaban (1), dan (3) benar.
c. Jika jawaban (1), (2), dan (4) benar.
d. Jika jawaban (4) benar.
e. Jika jawaban (1), (2), (3) dan (4) benar.

1. Fungsi pajak meliputi….


1. Fungsi budgeter
2. Fungsi mengatur
3. Fungsi stabilitas
4. Fungsi pemerataan pendapat
2. Perbedaan pajak dengan pungutan resmi lainnya adalah tentang…..
1. Balas jasa
2. Undang-undang untuk pengenaannya
3. Objek pemungutan
4. Lama waktu pemungutan
3. Asas pemungutan pajak meliputi……
1. Asas equity
2. Asas certainty
3. Asas ceremonic
4. Asas economics
4. Berdasarkan lembaga pemungutan, maka pajak dibedakan atas…..
1. Pajak negara
2. Pajak subjektif
3. Pajak daerah
4. Pajak objektif
5. Sistem pemungutan pajak di Indonesia meliputi…..
1. Official assessment system
2. Semi self assessment system
3. Full self assessment system
4. Fact self assessment system

C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat.


1. Tuliskan pengertian pajak dengan menggunakan pedoman undang-undang pajak!
2. Apa perbedaan antara pajak lansung dan tidak lansung!
3. Susunlah beberapa kesimpulan tentang fungsi pajak secara umum!
4. Apa perbedaan antara pajak dan pungutan resmi lainnya!
5. Sebutkan asas pemungutan pajak!
6. Buatlah alur administrasi perpajakan di Indonesia!
7. Bagaimana kriteria sistem pemungutan pajak di Indonesia!
8. Tuliskan macam-macam objek pajak penghasilan dengan menggunakan pedoman
undang-undang No.36 tahun 2008 !
9. Apakah tantangan pemungutan pajak di Indonesia!
10. Buatlah sebuah drama yang berkaitan dengan pajak dengan anggota kelompok 5
orang!
KUNCI JAWABAN LKS

A. PILIHAN GANDA
1. C 11. A
2. C 12. C
3. E 13. D
4. D 14. A
5. C 15. A
6. D
7. A
8. C
9. E
10. C

B. PILIHAN BENAR
1. A
2. A
3. C
4. B
5. A

C. URAIAN
1. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000, pajak adalah iuranwajib yang
dibayarkan wajib pajak berdasarkan norma-norma hukum untukmembiayai
pengeluaran-pengeluaran kolektif, guna meningkatkankesejahteraan umum yang
balas jasanya tidak diterima secara langsung.
2. Pajak Langsung adalah pajak yang pembayarannya dimana harus
ditanggungsendiri olehwajib pajak dan tidak dapat atau tidak bisa dialihkan kepada
pihak lain.
Contoh pajak langsung adalah  : PPh, PBB.
Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang pembayarannya dapat dialihkankepada
pihak lain.Contoh : Pajak Penjualan, PPN/pajak pertambahan nilai , PPn-BM/pajak
penjualan atas barang mewah , Bea Materai (BM) dan Cukai. 
3. Fungsi anggaran (bugetair) yaitu Sebagai sumber pendapatan negara, pajak
berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
Fungsi mengatur (regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.
Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan,
Fungsi distribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum.
4. Perbedaan pajak dengan pungutan resmi lainnya:
Pajak Pungutan Resmi Lainnya
Dipungut berdasarkan Undang-undang Dipungut berdasarkan peraturan pemerintah
Iuran dengan imbalan yang tidak langsung dari Iuran dengan imbalan yang langsung dari negara
Negara
Dapat dipaksakan Tidak ada unsur paksaan
Berlaku untuk seluruh rakyat tanpa kecuali Pengenaan terbatas pada mereka orang-orang
tertentu
Prestasi (imbalan) diterima oleh seluruh rakyat Prestasi (imbalan) diterima oleh golongan
tertentu atau orang-orang tertentu
Jatuh tempo berdasarkan tahun fiscal Jatuh tempo disesuaikan dengan pemakaian
5. Asas-asas pajak:
 Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan)
 Asas Certainty (asas kepastian hukum)
 Asas Convenience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu)
 Asas Economics (asas ekonomi atau asas efisien)
6. Alur administrasi perpajakan:
7. Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang wewenang
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak terletak pada
fiskus atau aparat pemungut pajak.
Semi Self Assessment System With Holding Semi. Self Assessment adalah sistem
pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarya pajak yang
terutang oleh seseorang berada pada kedua belah pihak, yaitu wajib pajak dan fiscus.
Withholding adalah suatu system pemungutan pajak ditentukan oleh Wajib pajak
yang bersangkutan dan oleh pihak ketiga berdasarkan suatu anggapan, sedangkan
besarnya pajak terutang yang sesungguhnya akan ditetapkan kemudian oleh fiscus
Full Self Assessment SystemAdalah sistem pemungutan pajak dimana wewenang
untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak terletak pada
pihak wajib pajak yang bersangkutan.
8. Menurut ketentuan UU No. 7 Tahun 1983 yang telah diperbaharui oleh UU No. 36
Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 yang termasuk dalam penghasilan adalah :
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan
lain dalam undang-undang ini.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
dan
6. pembayaran tambahan pengembalian pajak.
7. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
8. utang.
9. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
10. asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
11. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak.
12. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
13. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
14. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
15. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
16. Karena penilaian kembali aktiva
17. Premi asuransiIuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
18. anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas.
19. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak.
20. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
21. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengtur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
22. Surplus Bank Indonesia.
9. Tantangan pemungutan pajak adalah bagaimana menciptakan suatu sistem perpajakan
yang dapat menghasilkan suatu pengertian yang baik antara masyarakat sebagai
pembayar pajak dan pemerintah selaku membuat peraturan dan UU Perpajakan.
10. Drama dibuat sesuai dengan kreatifitas siswa masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai