Anda di halaman 1dari 4

Selayang pandang Withholding Tax di

Indonesia
Senin, 1 Oktober 2012 05:42 WIB | 5.615 Views

- (Ditjen Pajak)
Jakarta (ANTARA News) - Salah satu sistem pemungutan pajak yang diterapkan di
Indonesia adalah Withholding Tax system (pemotongan/pemungutan pajak). Dalam
sistem Withholding Tax, pihak ketiga diberikan kepercayaan untuk melaksanakan
kewajiban memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada
penerima penghasilan sekaligus menyetorkannya ke kas Negara.

Di akhir tahun pajak, pajak yang telah dipotong atau dipungut dan telah disetorkan ke
kas negara itu akan menjadi pengurang pajak atau kredit pajak bagi pihak yang dipotong
dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan. 

Sistem Withholding Tax di Indonesia diterapkan pada mekanisme


pemotongan/pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Istilah pemotongan dimaksudkan untuk menyatakan jumlah pajak yang dipotong oleh
pemberi penghasilan atas jumlah penghasilan yang diberikan kepada penerima
penghasilan sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah penghasilan yang diterimanya
(misal: PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23).

Sedangkan yang dimaksud dengan pemungutan adalah jumlah pajak yang dipungut atas
sejumlah pembayaran yang berpotensi menimbulkan penghasilan kepada penerima
pembayaran (misal: PPN dan PPh Pasal 22).

Pemotongan PPh Pasal 21


PPh Pasal 21 adalah Pajak yang dipotong dari penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi
Dalam Negeri, yaitu penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, serta
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Pemungutan PPh Pasal 22


PPh Pasal 22 adalah Pajak yang dipungut oleh:
1. Bendahara pemerintah terkait dengan pembayaran atas penyerahan barang yang
berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
2. Badan-badan tertentu terkait dengan penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain; dan
3. WP Badan tertentu terkait pembayaran dari pembeli atas penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.

Pemotongan PPh Pasal 23


PPh Pasal 23 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan WP Dalam Negeri dan
Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang berasal dari pemanfaatan modal (dividen, bunga, dan
royalti), pemberian jasa (sewa, imbalan jasa), atau penyelenggaraan kegiatan (hadiah,
penghargaan, dan bonus) selain yang dipotong PPh Pasal 21.
Pemotongan PPh Pasal 26
PPh Pasal 26 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan WP Luar Negeri atas
penghasilan yang tidak berasal dari menjalankan usaha atau kegiatan melalui BUT yang
bersumber dari Indonesia. Pemotongan PPh Pasal 26 bersifat final (tidak dapat
digunakan sebagai kredit pajak), kecuali ditentukan lain.

Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)


PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak yang dipotong dari penghasilan dengan perlakuan
tersendiri yang diatur melalui peraturan pemerintah dan bersifat final. Penghasilan yang
dipotong PPh Pasal 4 (2) antara lain: penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan/jasa giro, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia, penghasilan dari transaksi
penjualan saham di bursa efek, penghasilan berupa bunga dan diskonto obligasi yang
dijual di pasar modal, penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan kepada
anggota koperasi (WP Orang Pribadi), penghasilan modal ventura dari transaksi
penjualan saham/pengalihan penyertaan modal perusahaan pasangan usahanya,
persewaan tanah dan/atau bangunan, pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan,
penghasilan usaha jasa konstruksi, serta penghasilan atas diskonto Surat Perbendaharaan
Negara.

Pemotongan PPh Pasal 15


PPh Pasal 15 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan yang menggunakan norma
penghitungan khusus untuk golongan WP tertentu, agar memudahkan WP tersebut
dalam melakukan kewajiban perpajakannya, seperti: perusahaan pelayaran atau
penerbangan internasional; perusahaan asuransi luar negeri; perusahaan pengeboran
minyak, gas dan panas bumi; perusahaan dagang asing; serta perusahaan yang
melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (build, operate, and transfer).
Untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi golongan WP tertentu
tersebut, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan
Khusus guna menghitung besarnya penghasilan netto dari WP tertentu tersebut.
Penerimaan Withholding Tax pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 587,65 triliun,
meningkat menjadi Rp.730,418 triliun pada tahun 2011, dan ditargetkan menjadi Rp.
849,706 triliun untuk tahun 2012 atau 83,61% dari total target penerimaan pajak tahun
2012 sebesar Rp. 1.016,237 triliun.

Mengingat pentingnya peranan Withholding Tax dalam dalam mengamankan


penerimaan negara dari sektor perpajakan, maka Ditjen Pajak mewajibkan  seluruh
pemotong dan pemungut pajak untuk menyetorkan dan melaporkan kewajiban
perpajakannya sesuai ketentuan yang berlaku. Bangga bayar pajak!

PETUNJUK PENGERJAAN DISKUSI KELOMPOK!

1. Bersama kelompokmu bacalah artikel di atas secara seksama dan rinci.


2. Diskusikan dengan kelompokmu apa ide-ide pokok dalam artikel tersebut.
3. Kemudian setiap induvidu di setiap kelompok wajib menulis ide-ide pokok dari bacaan
artikel di atas.
4. Berikan tanggapan kelompokmu tentang isi artikel di atas.
5. Kemudian presentasikan hasil diskusi kelompokmu.

Anda mungkin juga menyukai