Anda di halaman 1dari 15

[Pajak Terutang: Pengertian, Contoh,

Perhitungan, Cara Bayar


Pajak terutang merupakan sejumlah nilai dari kewajiban pajak yang harus dibayarkan Wajib
Pajak (WP), baik WP Badan maupun WP Orang Pribadi ke negara.

Untuk mengetahui kapan saat terutang, berapa besar pajak terutang yang harus disetorkan ke
kas negara atau bahkan bisa diminta pengembalian (restitusi) pajak dari kelebihan
pembayaran pajaknya, diatur dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Ingin mengetahui lebih jelasnya dasar pemahaman pajak terutang, contoh perhitungan, cara
bayar hingga mengkreditkannya, berikut ulasan dari Mekari Klikpajak.

Pengertian Pajak Terutang


Pajak Terutang adalah pajak yang harus dibayar pasa suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam
Tahun Pajak, atau Bagian Tahun Pajak sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku.

 Masa Pajak adalah sama dengan satu bulan kalender


 Tahun Pajak adalah sama dengan satu tahun kalender atau tahun takwin
Tahun Pajak bisa menggunakan jangka waktu Januari hingga Desember. Namun bisa
dikecualikan jika mengajukan izin untuk menggunakan jangka waktu lain.

Dasar Hukum Pajak Terutang


Ada tiga Undang-Undang Perpajakan yang menjadi dasar hukum Pajak Terutang,
diantaranya:

 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP)
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Jenis Pajak Terutang
Dalam peraturan perundang-undangan perpajakan tersebut, Pajak Terutang terdapat dalam
PPh, PPN, dan PPnBM, diantaranya:

a. PPh Terutang
Pajak Penghasilan (PPh) Terutang adalah pajak terutang yang dihitung dari Penghasilan Kena
Pajak.

1. Pajak Terutang PPh Pasal 21


Penghasilan pasal 21 terutang adalah pada saat dilakukan pembayaran atau pada saat
terutangnya pajak penghasilan yang bersangkutan dan PPh 21 terutang bagi pemotong untuk
setiap masa pajak.

2. Pajak Terutang PPh Pasal 22


PPh 22 Terutang adalah terutangnya pajak penghasilan oleh wajib pajak badan usaha tertentu,
baik pemerintah maupun swasta atas perdagangan ekspor, impor dan reimport.

3. Pajak Terutang PPh Pasal 23


Pajak Terutang PPh 23 adalah terutangnya pajak penghasilan atas dividen pada saat
pembayaran dan saat disediakan untuk dibayarkan, saat bunga dan sewa jatuh tempo, saat
royalti dan imbalan jasa teknil atau jasa manajemen maupun jasa lainnya ditentukan dalam
kontrak/perjanjian/faktur.

4. Pajak Terutang PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi


PPh 25 Badan adalah pembayaran pajak penghasilan pajak orang pribadi yang dilakukan
secara diangsur.

Sedangkan PPh 29 Badan adalah pajak yang harus dilunasi WP Badan sebagai akibat PPh
Terutang dalam SPT Tahunan PPh lebih besar daripada kredit pajak yang telah dipotong atau
dipungut oleh pihak lain yang telah disetor.

Terutanya PPh Pasal 25/29 Badan ini terjadi pada saat adanya kekurangan pajak orang
pribadi yang terutang pada akhir tahun pajak.

5. Pajak Terutang PPh Pasal 25/29 Badan


PPh 25 Badan adalah pembayaran pajak penghasilan badan yang dilakukan secara diangsur.

Sedangkan PPh 29 Badan adalah pajak yang harus dilunasi WP Badan sebagai akibat PPh
Terutang dalam SPT Tahunan PPh lebih besar daripada kredit pajak yang telah dipotong atau
dipungut oleh pihak lain yang telah disetor.
Jadi, terutanya PPh Pasal 25/29 Badan ini terjadi pada saat adanya kekurangan pajak badan
yang terutang pada akhir tahun pajak.

6. Pajak Terutang PPh Pasal 26


PPh Pasal 26 Terutang adalah terutangnya pajak penghasilan pada bulan dilakukannya
pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan tergantung peristiwa yang terjadi
terlebih dahulu untuk pemotongan pajak penghasilan wajib pajak luar negeri (WNA/Warga
Negara Asing).

7. Pajak Terutang PPh Pasal 15


PPh Pasal 15 Terutang adalah terutangnya pajak penghasilan dari pengankutan orang/barang,
termasuk penyewaan kapal yang dilakukan dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan
laiannya di dalam negeri maupun luar negeri, dari pelabuhan luar negeri ke pelabuhan
Indonesia dan luar negeri ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.

8. Pajak Terutang PPh Pasal 4 ayat 2


Terutangnya PPh Pasal 4 ayat 2 ini ketika dilakukannnya sewa atas tanah dan/atau bangunan,
di mana WP yang menyewakan wajib memotong PPh terutang pada saat pembayaran atau
terutangnya sewa tergantung peristiwa mana yang lebih dahulu terjadi.

Sedangkan untuk penghasilan dari usaha jada konstruksi, pengguna jasa wajib memotong
PPh terutang pada saat pembayaran.

b. PPN dan PPnBM Terutang


PPN dan PPnBM Terutang adalah pajak terutang dari Tarif Dasar Pengenaan Pajak (DPP).

1. Pajak Terutang PPN


PPN Terutang merupakan terutangnya PPN pada saat penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), impor BKP, ekspor JKP, ekspor BKP berwujud dan tidak
berwujud, pemanfaatan BKP tidak berwujud dan JKP di luar daerah pabean.

Terutangnya PPN adalah pada saat pembayaran transaksi yang dikenakan PPN tersebut.

2. Pajak Terutang PPnBM


Pajak Terutang PPnBM adalah terutangnya PPnBM pada saat penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), impor BKP, ekspor JKP, ekspor BKP berwujud dan
tidak berwujud, pemanfaatan BKP tidak berwujud dan JKP di luar daerah pabean.

Terutangnya PPnBM ini adalah pada saat pembayaran transaksi yang dikenakan PPnBM
tersebut.
Saat Terutang
Sederhananya, Pajak Terutang ini timbul ketika adanya suatu transaksi perpajakan yang
dilakukan, apakah itu pemungutan/pemotongan/pembayaran Pajak Penghasilan maupun
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Ketentuan Perhitungan Pajak Terutang


Dasar penghitungan pajak terutang antara pajak penghasilan dengan pajak pertambahan nilai
dan pajak penjualan atas barang mewah berbeda.

a. Perhitungan PPh Terutang


Untuk menghitung tarif pajak penghasilan terutang dari jumlah penghasilan yang didapatkan,
diatur dalam Pasal 17 UU PPh.

Bagi wajib pajak orang pribadi yang sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
adalah:

 5% dari penghasilan kena pajak untuk penghasilan hingga Rp50 juta per tahun
 15% dari penghasilan kena pajak untuk penghasilan di atas Rp50 juta hingga Rp250
juta per tahun
 25%
 30% dari penghasilan kena pajak untuk penghasilan di atas Rp500 juta per tahun
Sedangkan orang pribadi yang tidak memiliki NPWP, harus membayar tarif 20% lebih tinggi
dari yang dibayarkan bagi pemilik NPWP.

Untuk mengetahui jumlah PPh Terutang Badan, penghitungannya didasarkan pada besar
omzet yang diperoleh per tahunnya.

WP Badan UMKM yang memiliki pendapatan bruto hingga Rp4,8 miliar per tahun ini
dikenakan tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 0,5% dikalikan dengan seluruh pendapatan bruto
hasil usaha.

Sedangkan badan usaha yang memiliki pendapatn bruto lebih dari Rp50 miliar per tahun,
dikenakan tarif pajak tunggal 25% dikalikan dengan laba beersih sebelum pajak.

Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2020 sebagai pelaksana Pasal 5 ayat (3)
UU No. 2 Tahun 2020 tentang Penetapan PP Pengganti UU (Perpu) No. 1/2020, tarif PPh
Badan untuk perusahaan badan dalam negeri berbentuk perseroan terbatas (Perusahaan
Terbuka/Tbk), tarif pajak penghasilannya turun menjadi 22% di 2020-2021 dan 20% pada
2022 serta ada tambahan penurunan 3% menjadi 17% pada 2022 dengan syarat dan ketentuan
yang berlaku.
b. Perhitungan PPN dan PPnBM Terutang
Penghitungan PPN dan PPnBM terutang akan didapatkan melalui pengalian dengan Dasar
Pengenaan Pajak.

DPP adalah harga jual, nilai ekspor/impor, penggantian, atau nilai yang dipakai sebagai dasar
penghitungan besarnya pajak yang terutang.

Untuk mengetahui berapa jumlah DPP, maka nilai atau harga jual tersebut dikalikan dengan
100/110.

Tarif PPN sendiri adalah 10% dan 0% khusus untuk ekspor BKP Berwujud/Tidak Berwujud
dan JKP, serta 5% dan paling tinggi 15% yang harus ditentukan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah.

Sedangkan tarif PPnBM ditetapkan secara progresif tergantung jenis barang yang diimpor,
mulai dari 10%, 20%, 30%, 40%, 60% dan tertinggi sebesar 125%.

Contoh Perhitungan Pajak Terutang


Berikut contoh penghitungan pajak penghasilan terutang orang pribadi, PPh terutang badan,
dan PPN/PPnBM terutang.

a. Contoh Penghitungan PPh Pribadi Terutang


Pak Kelik seorang karyawan perusahaan PT AAA dan masih lajang serta memiliki NPWP.
Penghasilannya sebesar Rp100.000.000 juta setahun. Berikut tahapan penghitungannya untuk
mengetahui jumlah PPh terutangnya.

Penghasilan Bruto = Rp100.000.000

PTKP (K/0) = Rp54.000.000

Penghasilan Kena Pajak = Rp46.000.000

PPh Terutang:

= Tarif PPh x Penghasilan Kena Pajak

= 5% x Rp46.000.000

= Rp2.300.000
b. Contoh Penghitungan PPh Badan Terutang
PT AAA merupakan WP Badan yang memiliki omzet atau peredaran bruto pada 2020
sebesar Rp80.000.000.000 dan tidak ada koreksi fiskal. Karena PT AAA bukan merupakan
perusahaan terbuka (Tbk), maka ia tidak memanfaatkan penurunan tarif PPh Badan sebesar
22% tahun ini,

Maka PPh Terutang PT AAA adalah sebagai berikut:

= Tarif PPh Badan x Jumlah omzet

= 25% x Rp80.000.000.000

= Rp20.000.000.000

c. Contoh Penghitungan PPN dan PPnBM Terutang


ABCD mengimpor kendaraan bermotor roda dengan harga Rp450.000.000 pada September
2020. Kapasitas mesin sebesar 1800cc. Kendaraan bermotor ini tergolong dalam barang
mewah. Maka, perhitungan PPN dan PPnBM terutang ABCD adalah:

Nilai PPN kendaraan:

= Tarif PPN x Harga kendaraan

= 10% x Rp450.000.000

= Rp45.000.000

Nilai PPnBM kendaraan:

= Tarif PPnBM x Harga kendaraan

= 40% x Rp450.000.000

= Rp180.000.000

Pembayaran Pajak Terutang


Pembayaran PPh atau penyetoran PPN bisa dilakukan secara daring maupun manual.

Pembayaran/penyetoran pajak secara manual dengan datang langsung ke lewat


loket/teller kantor pos atau ATM/teller bank persepsi yang ditunjuk Menteri Keuangan.
Sedangkan secara pembayaran pajak secara daring adalah melalui online banking. Namun
perlu dipastikan juga bahwa bank tersebut merupakan bank persepsi.

Pembayaran pajak secara online ini harus melalui fitur e-Billing dengan cara membuat Kode
Billing terlebih dahulu.

Agar lebih mudah dalam melakukan proses pembayaran pajak Anda, gunakan e-
Billing Klikpajak.id.

Jatuh Tempo Pembayaran, Penyetoran, dan


Pelaporan Pajak
a. Penyampaian SPT Tahunan Pribadi
1. Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak

 Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
 Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan adalah WP OP yang dalam
satu tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
2. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh harus dibayar
lunas sebelum SPT PPh disampaikan

b. Penyampain SPT Tahunan PPh Badan


1. Batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Badan adalah paling lama 4 bulan setelah
akhir Tahun Pajak:

Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan
tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan apabila dalam satu tahun Pajak
menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak melebihi PTKP.

2. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh harus dibayar
lunas sebelum SPT PPh disampaikan.
c. Penyampaian SPT Masa
1. Batas waktu penyampaian SPT Masa adalah paling lama 20 hari setelah akhir Tahun
Pajak:

2. Tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau
Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling lama 15 hari setelah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya Masa Pajak.

3. Tanggal jatuh tempo pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporan pajak untuk SPT Masa,
yaitu:

 Jika tanggal jatuh tempo pembayaran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari
sabtu atau hari libur nasional, maka pembayaran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
 Jika tanggal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau
hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
 Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan pemilihan
umum yang ditetapkan oleh pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang
ditetapkan oleh pemerintah.
 Batas waktu pembayaran, penyetoran, atau pelaporan pajak untuk SPT Masa,
selengkapnya dalam tabel berikut ini;
d. Ketentuan terkait SPT Masa PPh Pasal 25:
1. Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 adalah:

 WP OP yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas

 WP OP yang dalam satu tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto
tidak melebihi PTKP (kepada WP ini juga dikecualikan dari kewajiban menyampaikan
SPT Tahunan)
2. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran PPh Pasal 25 melalui bank persepsi atau kantor
pos persepsi dengan sistem pembayaran secara online dan Surat Setoran Pajak (SSP)-nya
telah mendapat validasi dengan NTPN, maka SPT Masa PPh Pasal 25 dianggap telah
disampaikan ke KPP sesuai dengan tanggal validasi yang tercantum pada SSP.

Untuk menghindari sanksi denda terlambat bayar dan lapor pajak, gunakan e-Filling
Klikpajak.id.

Pengkreditan Pajak Terutang


Untuk bisa mengetahui apakah bisa melakukan pengkreditan pajak terutang, perlu
mengetahui jumlah kredit pajak yang dimiliki.
Dari kredit pajak inilah nantinya akan diketahui berapa besar kurang bayar atau lebih bayar
yang dialaminya. Melalui penyampaian SPT Tahunan/Masa yang dilakukan.

Bagi WP Badan, kredit pajak berfungsi sebagai pengurang PPh Badan terutang.

Jika kurang bayar, maka wajib pajak harus membayarkan kekurangan pajaknya. Jika lebih
bayar, bisa mengajukan pengembalian pajak atau restitusi, atau mengkreditkan pajak untuk
periode berikutnya.

Pengkreditan pajak memang sangat erat kaitannya dengan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
melakukan transaksi yang mengharuskan membuat Faktur Pajak PPN.

Ilustrasi mengajukan pengembalian pajak terutang lebih bayar

Pengembalian Pajak Terutang


Restitusi pajak sendiri bsia saja terjadi karena beberapa hal, diantaranya:

Restitusi kelebihan pembayaran pajak atas pembayaran pajak oleh pihak pembayar

a. Pembayaran pajak ini biasanya merupakan objek pajak terutang atau seharusnya tidak
terutang yang dapat, karena pembayarannya:

 Lebih besar dari pajak terutang


 Transaksi dibatalkan
 Seharusnya tidak dibayarkan
 Adanya permintaan penghentian penyidikan tindak pidana perpajakan sesuai Pasal 44B
UU KUP yang disetujui
b. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak atas kelebihan pajak dalam rangka impor

Penyebab kelebihan pembayaran pajak ini karena:

 Pajak yang seharusnya tidak terutang telah dibayar dan disetor ke negara.
 Kelebihan pajak yang dibayar tidak dikreditkan dalam SPT Tahunan PPh
 Atau kelebihan pajak yang disetor itu tidak dikreditkan dalam SPT Masa PPN
 Kelebihan pajak yang disetor terkait PPnBM tidak dibebankan dalam SPT tahunan PPh
atau tidak dikapitalasisasi dalam harga perolehan
 Pengembalian kelebihan pembayaran pajak atas kesalahan pemotongan atau
pemungutan
Kesalahan pemotongan bisa menyebabkan jumlah yang dibayar lebih besar dari yang
seharusnya dipungut/potong, dapat berupa:
 pemotongan atau pemungutan PPh yang mengakibatkan PPh yang dipotong atau
dipungut lebih besar daripada PPh yang seharusnya dipotong atau dipungut;
 pemotongan atau pemungutan PPh atas penghasilan yang diterima oleh bukan subjek
pajak;
 pemungutan PPN terhadap bukan PKP yang lebih besar daripada pajak yang seharusnya
dipungut; atau
 pemungutan PPnBM yang lebih besar daripada pajak yang seharusnya dipungut.
Kesalahan pemotongan atau pemungutan yang bukan merupakan objek pajak dapat berupa:

 pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan yang seharusnya tidak dipotong atau
tidak dipungut;
 pemungutan PPN yang seharusnya tidak dipungut; atau
 pemungutan PPnBM yang seharusnya tidak dipungut.
Agar semua urusan perpajakan Anda seperti di atas bisa dilakukan dengan mudah dan praktis,
gunakan aplikasi pajak online Klikpajak.id.
Klikpajak.id adalah Penyedia Jasa Aplikasi Perpajakan (PJAP) atau Application Service
Provider (ASP) mitra resmi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang disahkan dengan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-169/PJ/2018.

Pentingnya Sistem ‘Cloud’ untuk Urusan


Perpajakan
Komputasi awan atau cloud computing adalah teknologi yang menjadikan internet sebagai
pusat server untuk mengelola data dan juga aplikasi pengguna.

Anda bisa melakukan aktivitas perpajakan kapan saja dan dimanapun Anda berada, karena
Klikpajak menggunakan teknologi berbasis cloud atau komputasi awan. Bisa menyimpan
berbagai riwayat pembayaran atau bukti pelaporan pajak Anda dan lainnya dengan aman.

Sehingga tidak perlu ada kekhawatiran bukti bayar atau lapor pajak hilang jika terjadi
kerusakan atau kehilangan komputer maupun laptop.

Dengan mengadopsi teknologi cloud ini pula, Anda bisa urus pajak hanya dengan ponsel
pintar (Smartphone).

Fitur Lengkap Klikpajak


“Klikpajak memiliki fitur lengkap sebagai aplikasi pajak online yang membantu
mempermudah urusan perpajakan bagi Anda para pelaku usaha, konsultan pajak, maupun
bagi Anda yang bekerja sebagai tax officer di perusahaan.”
Anda dapat nyaman menggunakan aplikasi Klikpajak karena keamanan dan kerahasiaan data
terjamin. Sebab Klikpajak sudah bersertifikat ISO 27001 dari Badan Standar Internasional
ISO yang menjamin standar keamanan sistem teknologi informasi.

Apa saja fitur lengkap Klikpajak yang semakin memudahkan Anda dalam melakukan
aktivitas perpajakan?

Klikpajak merupakan aplikasi pajak online lengkap dan terintegrasi dalam satu platform yang
memudahkan Anda mengelola administrasi perpajakan, mulai dari:

 Faktur Pajak Masukan


 Faktur Pajak Keluaran
 Membuat Faktur Pajak Retur
 Mengelola Faktur Pajak Masukan, Keluaran, dan Retur
Anda akan dipandu dengan langkah-langkah penggunaan fitur e-Faktur yang mudah dan
sederhana.

Fitur e-Faktur Klikpajak juga memudahkan Anda mengelola Nomor Seri Faktur Pajak
(NSFP) dan memperoleh Surat Pemberitahuan (Pajak Pertambahan Nilai) PPN sesuai data
yang diunggah ke DJP.

e-Bupot Klikpajak
Klikpajak juga dilengkapi fitur e-Bupot yang memudahkan Anda menerbitkan Bukti Potong
dan mengelola bukti pemotongan dalam jumlah banyak lebih mudah. Karena alur yang
efisien dan ramah penggunaan (user friendly).

Seperti diketahui, melalui Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-269/PJ/2020,


mulai 1 Agustus 2020 setiap Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang telah terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) seluruh Indonesia diwajibkan membuat bukti potong pajak dan
melaporkan SPT masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 secara elektronik melalui aplikasi e-
Bupot.

Kini, penerapan wajib e-Bupot secara nasional berlaku mulai 1 September 2020 melalui
KEP-368/PJ/2020 yang menyebutkan:

“Semua wajib pajak yang telah memenuhi ketentuan Pasal 6 dari PER-04/PJ/2017 sudah
langsung diwajibkan membuat SPT masa PPh Pasal 23/26 dan membuat bukti pemotongan
secara elektronik melalui e-Bupot mulai September 2020.”

Keunggulan e-Bupot Klikpajak


e-Bupot Klikpajak memiliki keunggulan yang bisa Anda manfaatkan untuk membantu bisnis
perusahaan, di antaranya:

 Pengelolaan bukti pemotongan dalam jumlah banyak lebih mudah karena alur
pembuatan yang efisien dan ramah penggunaan (user friendly).
 Penghitungan pajak otomatis pada SPT Masa PPh 23/26.
 Pengiriman bukti pemotongan pajak langsung ke lawan transaksi.
 Bukti pemotongan serta pelaporan SPT Masa PPh 23/26 tidak perlu ditandatangani
dengan tanda tangan basah.
 Bukti pemotongan dan bukti pelaporan tersimpan aman, baik di PJAP dan DJP karena
Klikpajak menggunakan teknologi cloud. Sehingga tak perlu khawatir bukti potong dan
lapor pajak hilang jika terjadi kerusakan atau kehilangan komputer maupun laptop
karena Anda tetap bisa mengaksesnya di mana pun.
 Keamanan dan kerahasiaan data terjamin karena Klikpajak sudah bersertifikat ISO
27001 dari Badan Standar Internasional ISO, yang menjadi standar keamanan sistem
teknologi informasi.
 e-Bupot Klikpajak juga terintegrasi dengan sistem pembukuan
akuntansi online Jurnal.id, sehingga semakin mudah dalam pembuatan bukti potong.
 e-Bupot Klikpajak juga memiliki performa yang dapat di-scale up sesuai kebutuhan.
 Layanan support pajak yang dapat diandalkan dan tutorial dalam penggunaan aplikasi
yang terus diperbarui.
 Fitur e-Bupot Klikpajak juga menyediakan data untuk kebutuhan rekapitulasi dan
rekonsiliasi data faktur pajak atas transaksi yang dilakukan.
Note: Langkah-langkah membuat bukti potong PPh Pasal 23/26 dan penjelasan lengkap
mengenai bukti pemotongan, baca di SINI.

e-Billing Klikpajak
Sistem e-Billing akan membimbing Anda mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) elektronik
dengan benar sesuai transaksi. Sebelum menyetor pajak, Anda perlu mendapatkan Kode
Billing atau ID Billing terlebih dahulu dari DJP melalui e-Billing.

Anda bisa membuat ID Billing untuk semua jenis Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis
Setoran (KJS) dengan mudah dan gratis.
Semua riwayat ID Billing dan SSP akan tersimpan dengan aman sesuai jenis dan masa pajak
yang diinginkan. Begitu juga Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) juga akan
disimpan dengan rapi dan aman pada Arsip Pajak di Klikpajak.

e-Filing Klikpajak
Anda akan mendapatkan kemudahan cara lapor SPT Tahunan/Masa pajak dengan
menggunakan aplikasi e-Filing Klikpajak karena akan dipandu dengan langkah-langkah yang
mudah.
Selain itu, melaporkan seluruh jenis SPT melalui e-Filing Klikpajak gratis selamanya dan
bisa dilakukan kapan saja serta di mana saja, seperti:

 Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Badan


 SPT Masa (Bulanan) Pajak
 SPT Tahunan Pajak Pribadi
Setelah menyampaikan SPT Pajak, Anda akan peroleh bukti lapor dalam bentuk elektronik,
yakni Bukti Penerimaan Elektronik (BPE) dari DJP, yang berisi:

 Informasi Nama Wajib Pajak (WP)


 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
 Tanggal pembuatan BPE
 Jam pembuatan BPE
 Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE)
Melalui Klikpajak, Anda juga akan mendapatkan NTTE resmi dari DJP sebagai bukti lapor.

Ketahui Batas Waktu Bayar dan Lapor SPT Pajak


Hindari sanksi atau denda telat bayar dan lapor pajak, lebih mudah lihat semua jadwal
pembayaran dan pelaporan pajak pada kalender saku di Kalender Pajak Klikpajak.

Terintegrasi dengan Aplikasi Akuntansi


‘Online’
Kelebihan lain Klikpajak adalah bisa menarik data langsung dari laporan keuangan pengguna
aplikasi akuntansi online. Salah satunya adalah Jurnal.id.

Anda semakin mudah dalam membuat dan mengelola e-Faktur serta e-Bupot karena
Klikpajak bisa menarik data langsung dari laporan keuangan pengguna aplikasi
akuntansi online seperti Jurnal by Mekari – Simple Online Accounting Software.

Ini adalah teknologi canggih berbasis API integration yang membuat proses pengolahan data
pajak dari bagian accounting (keuangan) lebih cepat dan mudah. Sehingga proses
pengelolaan pajak jadi makin gampang dan tepat hanya dengan Klikpajak.
Tim ‘Support’ Klikpajak Siap Membantu
Anda!
Sebagai mitra resmi DJP, KlikPajak akan membantu Anda dalam menghitung, membayar
hingga melaporkan kegiatan perpajakan. Tinggal klik, semua urusan pajak Anda selesai
dalam sekejap!

Ingin melihat bagaimana Klikpajak dapat membantu bisnis Anda dalam membuat Faktur
Pajak secara efektif yang dapat menghemat banyak waktu Anda?

“Kami senang berbicara dengan Anda. Jadwalkan demo dan kami dapat menunjukkan
caranya. Klikpajak mengerti yang Anda butuhkan.”
Cukup daftarkan email Anda di www.klikpajak.id dan manfaatkan kemudahan dalam
mengurus perpajakan Anda mulai dari menghitung, membayar hingga melaporkan pajak
hanya dalam satu platform.

Anda mungkin juga menyukai