Anda di halaman 1dari 15

Jenis Pajak Penghasilan (PPh)

Berikut ini adalah beberapa jenis Pajak Penghasilan (PPh) dan penjelasan dari jenis pajak tersebut.

PPh Pasal 15

PPh Pasal 15 merupakan pajak penghasilan yang dibebankan pada wajib pajak yang dikenakan pada
perusahaan dengan ketentuan khusus. Kategori wajib pajak yang masuk pada jenis pajak ini di
antaranya adalah perusahaan yang berada pada industri penerbangan internasional, pelayaran,
perusahaan asuransi asing, wajib pajak dari luar negeri dengan kantor yang ada di dalam negeri, wajib
pajak dengan industri yang bergerak di bidang jasa maklon (kegiatan manufaktur untuk memenuhi
kebutuhan pihak lain), dan lain sebagainya. Pajak PPh ini memberikan tarif berbeda bergantung pada
industri mana perusahaan bergerak.

PPh Pasal 21

Pajak Penghasilan selanjutnya adalah adalah PPh Pasal 21. PPh Pasal 21 merupakan pajak yang
dikenakan pada penghasilan yang mana itu berupa gaji, honorarium, upah, komisi, tunjangan, dan
lain-lainnya. Beberapa kategori yang dibebani pajak PPh 21 di antaranya adalah pegawai, penerima
pensiun, anggota dewan komisaris, mantan pekerja, dan lain sebagainya.

Penghitungan Pajak PPh Pasal 21 akan sangat berkaitan dengan tarif pajak, ketentuan biaya jabatan,
dan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP). Biaya jabatan adalah biaya untuk memperoleh, menagih,
dan memelihara penghasilan yang mana biaya ini dapat dikurangkan dari penghasilan setiap individu
yang bekerja sebagai pegawai tetap. Biaya jabatan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 250/PMK.03/2008 adalah sebesar 5 persen maksimal Rp6 juta setahun atau Rp500.000
sebulan.

PTKP merupakan besaran pendapatan pribadi dari wajib pajak yang dibebaskan dari PPh. Cara untuk
menghitung PTKP adalah sebagai berikut.

Wajib pajak pribadi dapat membebaskan sejumlah Rp54 juta per tahun untuk tidak dimasukkan dalam
perhitungan PPh.

Ketika wajib pajak telah menikah, wajib pajak dapat mengurangkan sejumlah Rp4,5 juta per tahun
untuk tidak dihitung dalam PPh

Untuk istri yang penghasilannya digabung dengan suami, wajib pajak dapat mengurangkan lagi
sebanyak Rp54 juta per tahun untuk tidak dihitung dalam PPh

Setiap tambahan tanggungan (pada misalnya anak atau anggota keluarga lain) membuat wajib pajak
dapat mengurangi pendapatannya yang dihitung PPh sebanyak Rp4,5 juta per tahun.

Tarif dari pajak PPh 21 adalah berikut ini.

Apabila penghasilan selama satu tahun pajak adalah Rp50 juta, maka tarif pajaknya adalah sebanyak
5%

Jika penghasilan berada di antara Rp50 juta - Rp250 juta, maka tarif pajak yang dibebankan adalah
15%
Ktika penghasilan berkisar di antara Rp250 juga hingga Rp500 juta, maka tarif pajak yang dikenakan
pada wajib pajak adalah sebesar 25%

Terakhir, sewaktu penghasilan wajib pajak berada di atas Rp500 juta, tarif pajak yang dibebankan
yakni 30%

PPh Pasal 22

PPh Pasal 22 merupakan pajak yang dikenakan pada wajib pajak yang melaksanakan kegiatan ekspor
dan impor. Pajak ini biasanya berlaku untuk badan usaha baik itu merupakan badan usaha milik
negara atau badan usaha swasta yang melakukan kegiatan perdagangan barang. Tarif pajak yang
dikenakan pada wajib pajak PPh Pasal 22 bervariasi berdasarkan objek pajak dan jenis transaksi yang
dilakukan oleh wajib pajak.

PPh Pasal 23

PPh Pasal 23 adalah pajak yang dibebankan atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan
jasa, hadiah, penghargaan, atau hal lain di luar yang telah tercatat di PPh Pasal 21. Pada dasarnya PPh
Pasal 23 dibebankan pada wajib pajak yang sedang melakukan transaksi. Tarif yang dikenakan untuk
PPh Pasal 23 berdasar pada Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau nilai bruto dari penghasilan.

PPh Pasal 25

PPh Pasal 25 adalah pajak yang pembayarannya dapat diangsur. Pajak ini memiliki tujuan untuk
meringankan beban wajib pajak dalam pembayaran pajak yang biasa dilakukan tahunan. Pembayaran
pajak ini harus dibayar sendiri tanpa diwakilkan oleh orang lain. Jika pembayaran atas pajak ini
terlambat, wajib pajak akan mendapat sanksi denda sebanyak 2% per bulan.

PPh Pasal 26

Pajak ini adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas pendapatan yang sumbernya dari Indonesia
dan didapatkan oleh wajib pajak yang berasal dari luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap di Indonesia
(BUT).

PPh Pasal 29

Pajak Penghasilan Pasal 29 merupakan pajak kurang bayar yang perlu untuk dibayarkan oleh wajib
pajak, dan beban pajak tersebut telah tertulis dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT). Secara
sederhana, pajak penghasilan yang harus dibayar oleh wajib pajak adalah sisa PPh yang terutang pada
tahun pajak tertentu dan dikurangi dengan jumlah kredit PPh.

PPh Pasal 4 ayat (2)

PPh Pasal 4 ayat (2) seringkali dikenal dengan PPh final. Pajak ini merupakan pajak yang dikenakan
pada wajib pajak atas beberapa jenis penghasilan yang mereka dapat. Pemotongan pajak ini bersifat
final (hanya sekali dalam satu periode pajak) seperti namanya jadi pajak ini tidak dapat dikreditkan
dengan Pajak Penghasilan terutang.
Ilustrasi Mengenali Perbedaan PPh dan PPN | Pixabay

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Kepanjangan dari PPN adalah Pajak Pertambahan Nilai. PPN adalah pajak yang dikenakan pada proses
produksi serta distribusi suatu produk dan pajak ini dibebankan pada konsumen akhir dari produk.
Melalui informasi ini, kita dapat melihat bahwa perbedaan PPh dan PPN pada dasarnya adalah pada
pembebanan kedua pajak ini. PPh membebankan pajak pada subjek yakni orang yang menerima
penghasilan. Akan tetapi PPN membebankan pajak pada objek di mana pajak ini tidak melihat pada
kondisi wajib pajak akan tetapi ia melihat pada sifat objek pajaknya (berupa barang konsumsi).

Pajak Pertambahan Nilai dapat dikenakan pada siapa saja yang membeli suatu barang tertentu. Pada
misalnya, kamu membeli paket makanan dan minuman di suatu restoran cepat saji, kamu dapat
melihat sebagian dari uang yang kamu keluarkan digunakan untuk membayar pajak ini.

Objek dari PPN

Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di area pabean tempat pengusaha melakukan
proses bisnis Impor BKP.Pemanfaatan BKP yang tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean

Pemanfaat JKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean

Ekspor BKP baik berwujud maupun tidak berwujud dan ekspor JKP oleh PKP. PKP merupakan pihak
yang diwajibkan

PPN dikenakan oleh barang dan jasa di antaranya sebagai berikut.

Barang hasil tambang atau barang hasil pengeboran yang ia langsung diambil dari sumbernya

Makanan serta minuman yang disajikan di restoran, hotel, rumah makan, dan lain sebagainya

Kebutuhan pokok yang banyak menjadi kebutuhan orang

Uang, emas batangan serta surat berharga.

Produk layanan digital yang berasa dari luar negeri seperti langganan Netflix, Spotify, Game Steam,
dan lain sebagainya.

PPN kurang lebih memiliki dua jenis tarif. Tarif PPN 10% dikenakan pada objek PPN, Sementara itu,
tarif PPN 0% dikenakan kepada ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan ekspor JKP.
Dulunya, produk transaksi dengan transaksi online seperti Spotify dan Netflix tidak dikenai pajak PPN,
akan tetapi, pemberlakukan PPN kepada produk digital ini ditetapkan mulai Agustus 2020.

Pengenaan pajak ini berdasar pada PMK Nomor 48/PMK.03/2020. Aturan tersebut menyebutkan
bahwa Perdagangan Melalui Sistem Elektronik atau dikenal sebagai PMSE dikenai PPN sebesar 10%.
Pun objek pajak yang dibebani oleh PPN PMSE di antaranya adalah layanan streaming musik, film,
aplikasi, dan game digital.

Perbedaan PPh dan PPN


Dari definisi serta jenis masing-masing pajak yang telah dijelaskan di atas, mungkin kamu telah
menemukan perbedaan dari dua jenis pajak yakni PPh dan PPN. Berikut ini adalah perbedaan PPh dan
PPN.

PPN dan PPh memiliki objek pengenaan pajak yang berbeda. PPN membebankan pajak pada proses
produksi maupun distribusi dari suatu barang dan jasa. Sementara itu, PPh dikenakan terhadap
penghasilan yang dimiliki oleh wajib pajak.

Tarif dari kedua pajak ini berbeda. Tarif PPN atas objek pajak PPN adalah senilai 10% sementara itu
perhitungan tarif PPh cenderung lebih kompleks karena menyesuaikan kepada jenis PPh yang
cenderung banyak jenisnya.

PPh dibebankan kepada wajib pajak yang memiliki penghasilan, sedangkan PPN dibebankan kepada
konsumen dari suatu barang dan jasa.

Jenis PPh lebih banyak yakni PPh pasal 21, 22, 23, 25 dan lainnya sedangkan pajak PPN memiliki jenis
yaitu pajak masukan (pajak atas pembelian barang atau jasa) dan dan keluaran (pajak atas penjualan
barang dan jasa yang dikenai pajak).

Terkadang mungkin kita tidak menyadari seberapa sering kita bertemu dengan pajak pada kehidupan
sehari-hari. Pada nyatanya, produk yang biasanya kita pakai saat ini, Spotify dan Netflix, telah dikenai
dengan PPN. Nah, sekarang apakah kamu sudah dapat mengidentifikasikan perbedaan dari PPh dan
PPN?
Penjelasan Pajak Penghasilan (PPh)

Apa Saja Jenis Pajak Penghasilan?

Pajak penghasilan ini terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan objek dan subjek yang dikenakan
PPh. Berikut ini adalah jenis-jenis PPh, di antaranya:

I. Pajak Penghasilan Jenis PPh Pasal 21

Definisi PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri.

1. Objek PPh Pasal 21

Objek pajak penghasilan pasal 21 di antaranya:

Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat
teratur maupun tidak teratur

Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima industri secara teratur berupa uang industri atau
penghasilan sejenisnya

Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan dengan
industri yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat industri, tunjangan hari
tua

Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah
satuan, upah industri atau upah yang dibayarkan secara bulanan

Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenis
dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan

Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat,
honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis
dengan nama apapun.

2. Subjek yang dikenakan PPh 21

Jenis PPh 21 ini dikenakan pada wajib orang pribadi yang menerima penghasilan seperti penjelasan
definisi PPh tersebut.

Kategori subjek yang dikenakan PPh 21 ini seperti pegawai, bukan pegawai, penerima pensiun
maupun pesangon, anggota dewan komisaris, mantan pekerja dan peserta kegiatan.

3. Subjek Pemotong PPh 21


Namun jenis PPh yang dibebankan atau dikenakan wajib pajak orang pribadi tersebut tidak dibayarkan
sendiri oleh yang bersangkutan.
Akan tetapi jenis PPh 21 ini dipotong atau dipungut oleh perusahan/pemberi kerja melalui
pemotongan pajak PPh Pasal 21.
Pihak pemotong/perusahaan/pemberi kerja kemudian menyetorkan atau membayarkan PPh 21 yang
dipotong dari wajib pajak orang pribadi yang memperoleh penghasilan kena pajak tersebut ke kas
negara.
Berikutnya, sebagai pihak yang dipungut PPh Pasal 21, akan memperoleh bukti pemotongan PPh Pasal
21 dari pihak yang memotong penghasilan tersebut.

II. Pajak Penghasilan Jenis PPh Pasal 22

Definisi PPh Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dikenakan kepada badan-badan usaha tertentu,
baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-
impor.

a. Objek Pajak Penghasilan Pasal 22

Objek PPh Pasal 22 sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 adalah:

 Impor barang dan ekspor barang komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan
logam yang dilakukan oleh eksportir
 Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau
lembaga Pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lainnya
 Pembayaran atas pembelian barang dengan mekanisme uang persediaan (UP) yang dilakukan oleh
bendahara pengeluaran
 Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga dengan mekanisme pembayaran langsung
(LS) oleh KPA atau pejabat penerbit surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh KPA
 Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya
BUMN (Badan Usaha Milik Negara); diatur dalam pasal 22 e
 Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha yang bergerak dalam
bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, yang merupakan industri hulu, industri
otomotif, dan industri farmasi
 Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen
Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor
 Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen atau importir
 Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya oleh
industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan
 Penjualan barang yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh wajib pajak badan; diatur
dalam pasal 22 ayat 1

b. Subjek yang dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 22

Jenis PPh 22 ini dikenakan pada wajib pajak badan-badan usaha tertentu, baik milik pemerintah
maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor.

Subjek pemotong Pajak Penghasilan Pasal 22


Subjek yang memotong PPh Pasal 22 ini terbagi menjadi dua kategori utama, yakni:

Pemungut atau yang memotong PPh 22

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPh Pasal 22 impor barang

2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga
negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang

3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan
dengan mekanisme uang persediaan (UP)

4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberikan
delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang
kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)

5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan, yang meliputi:

PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT
Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero)
Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero)
Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang
dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.
6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya
atau ekspornya.

7. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam,
dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan.
Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut Pajak Penghasilan Pasal 22 saat
penjualan

1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja,
industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam
negeri

2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum
kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan
bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;

4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan industri hulu,
termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan industri hilir;

5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya:

Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan;


Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
6. Sesuai dengan PMK No. 90/PMK.03/2015, pemerintah menambahkan pemungut PPh Pasal 22
dengan wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah

III. Pajak penghasilan Jenis PPh Pasal 23

Definisi jenis PPh Pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas modal, penyerahan jasa, atau
hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.

a. Objek Pajak Penghasilanh Pasal 23 adalah (Objek PPh 23)

Objek jenis PPh atau pajak penghasilan pasal 23 ini di antaranya:

Dividen

Bunga

Royalti

Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain kepada Orang Pribadi

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta seperti pajak sewa kendaraan,
kecuali sewa tanah dan/atau bangunan

Imbalan sehubungan dengan jasa industri, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa
lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.

Khusus untuk objek PPh 23 atau objek pajak penghasilan adalah:


Secara terinci yang tercantum dalam PMK No. 141/PMK.03/2015, khusus untuk objek PMK PPh 23 Jasa
di antaranya:

Penilai (appraisal)

Aktuaris

Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan

Hukum

Arsitektur

Perencanaan kota dan arsitektur landscape

Perancang (design)

Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) kecuali yang dilakukan
oleh Badan Usaha Tetap (BUT)

Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas)

Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas
bumi (migas)

Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara

Penebangan hutan

Pengolahan limbah

Penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services)

Perantara dan/atau keagenan

Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)

Kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI

Pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara

Mixing film

Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide, klise, banner, pamphlet, baliho dan folder

Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan

Pembuatan dan/atau pengelolaan website

Internet termasuk sambungannya


Penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, informasi, dan/atau program

Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV Kabel, selain yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi

Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel,


selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai
izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi

Perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat

Maklon

Penyelidikan dan keamanan

Penyelenggara kegiatan atau event organizer

Penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media lain untuk
penyampaian informasi, dan/atau jasa periklanan

Pembasmian hama

Kebersihan atau cleaning service

Sedot septic tank

Pemeliharaan kolam

Katering atau tata boga

Freight forwarding

Logistik

Pengurusan dokumen

Pengepakan

Loading dan unloading

Laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau institusi pendidikan dalam
rangka penelitian akademis

Pengelolaan parkir

Penyondiran tanah

Penyiapan dan/atau pengolahan lahan

Pembibitan dan/atau penanaman bibit

Pemeliharaan tanaman

Permanenan
Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan/atau perhutanan

Dekorasi

Pencetakan/penerbitan

Penerjemahan

Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 UU PPh

Pelayanan pelabuhan

Pengangkutan melalui jalur pipa

Pengelolaan penitipan anak

Pelatihan dan/atau kursus

Pengiriman dan pengisian uang ke ATM

Sertifikasi

Survey

Tester

Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) atau APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).

b. Subjek yang dikenakan PPh 23

Jenis PPh Pasal 23 ini dikenakan pada:

Wajib pajak dalam negeri

BUT

c. Subjek pemotong PPh 23

Pihak atau subjek yang memungut atau memotong jenis PPh Pasal 23 terbagi menjadi dua kategori,
yakni:

1. Pemotong PPh 23 Bentuk Badan

Badan pemerintah
Subjek pajak badan dalam negeri

Penyelenggara kegiatan

Bentuk usaha tetap

Atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya

2. Pemotong PPh 23 oleh Orang Pribadi

Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri (hanya memotong PPh Pasal 23 atas sewa saja) yang ditunjuk
sebagai pemotong jenis PPh 23.

Harus ada Surat Keputusan Penunjukan (SKP) yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak
(KPP), namun tidak ada format baku yang tersedia, yaitu:

Akuntan

Arsitek

Dokter

Notaris

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan,
yang melakukan pekerjaan bebas

Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan.

IV. Pajak Penghasilan Jenis PPh Pasal 24

Definisi PPh Pasal 24 adalah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar
negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri, di mana pembayaran pajaknya bisa
dikreditkan.

Sehingga jumlah pajak yang dibayar di Indonesia dapat dikurangi dengan jumlah pajak yang telah
dibayarkan di luar negeri tersebut. Dengan demikian tidak terkena pajak berganda.

a. Objek PPh Pasal 24

Objek pajak penghasilan jenis PPh Pasal 24 ini dikenakan atas:

 Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan sekuritas
lainnya adalah negara tempat badan yang memberikan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau
bertempat kedudukan.
 Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak adalah
negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut bertempat
kedudukan atau berada.
 Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara tempat
harta tersebut terletak.
 Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara tempat
pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada.
 Penghasilan BUT adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan.
 Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta dalam
pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negara tempat lokasi
penambangan berada.
 Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada.
 Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu BUT adalah negara tempat
bentuk usaha tetap berada.

Penghasilan luar negeri yang bisa jadi pengurang pajak

Sumber penghasilan kena pajak yang bisa digunakan untuk memotong utang pajak di Indonesia
adalah:

 Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari pengalihan saham dan
surat berharga lainnya.
 Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda
bergerak.
 Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak bergerak.
 Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
 Pendapatan dari BUT di luar negeri.
 Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda keikutsertaan dalam
pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan pertambangan.
 Keuntungan dari pengalihan aset tetap.
 Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk usaha tetap (BUT).

b. Subjek yang dikenakan PPh 24

Jenis PPh 24 ini dikenakan pada wajib pajak yang memiliki sumber penghasilan sebagai objek PPh
Pasal 24.

c. Subjek pemotong PPh 24

Pihak atau subjek yang memotong pajak penghasilan jenis PPh Pasal 24 adalah wajib pajak badan
maupun orang pribadi pemberi penghasilan atau dari pengalihan harta/aset di luar negeri.

V. Pajak Penghasilan Jenis PPh Pasal 25

Definisi PPh Pasal 25 adalah pajak yang dibayar secara angsuran setiap bulannya dalam tahun pajak
berjalan dengan tujuan untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak yang terutang harus
dilunasi dalam waktu satu tahun.

a. Objek PPh Pasal 25

Objek yang dikenakan pajak penghasilan pasal 25 ini adalah suatu penghasilan yang diperoleh dari
kegiatan usaha yang dilakukan wajib pajak.

b. Subjek yang dikenakan PPh 25


Jenis PPh 25 ini dikenakan pada:

 Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha, seperti sebagai pedagang pengecer atau
penyerahan jasa
 Wajib pajak badan yang melakukan suatu kegiatan usaha, seperti sebagai pedagang pengecer atau
penyerahan jasa

c. Subjek pemotong PPh 25

Pajak penghasilan jenis PPh Pasal 25 ini tidak ada pihak yang memungut atau pemotongnya, akan
tetapi wajib pajak badan atau wajib pajak pribadi yang melakukan usaha ini menyetor sendiri
kewajiban PPh 25 ini dan tidak bisa diwakilkan.

VI. Pajak Penghasilan Jenis PPh Pasal 26

Definisi pajak penghasilan pasal 26 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang
diterima wajib pajak luar negeri dari Indonesia selain BUT dari pemerintah, subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, dan perwakilan perusahaan luar negeri.

a. Objek PPh Pasal 26

Objek atau penghasilan yang dikenakan jenis PPh Pasal 26 di antaranya:

 Dividen
 Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
 Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
 Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
 Imbalan dan penghargaan
 Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
 Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
 Keuntungan karena pembebasan utang

Dear Pebisnis, Begini Cara Mengajukan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh 23

b. Subjek yang dikenakan PPh 26

Jenis PPh 26 ini dikenakan pada dua kategori wajib pajak yakni seorang individu atau perusahaan
sebagai wajib pajak luar negeri yakni:

 Pengoperasian Usaha di Indonesia

Seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu yang tinggal di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam setahun/12 bulan, dan perusahaan yang tidak didirikan atau berada di
Indonesia, yang mengoperasikan usahanya melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

 Memperoleh Penghasilan dari Indonesia

Seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu yang tinggal di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam setahun/12 bulan, dan perusahaan yang tidak didirikan atau berada di
Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak melalui
menjalankan usaha melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia.
c. Subjek pemotong PPh 26

Semua badan usaha yang melakukan transaksi pembayaran, seperti gaji, bunga, dividen, royalti dan
sejenisnya kepada wajib pajak Luar Negeri, wajib memotong pajak penghasilan pasal 26 atas transaksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam PPh 26 ini.

https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-perhitungan/
#Apa_itu_PPh_Jenis_PPh_Subjek_PPh_Objek_Pajak_Penghasilan_adalah

Anda mungkin juga menyukai