Anda di halaman 1dari 5

TUGASS KELOMPOK:

Nama kelompok:

1. NAHDA ANGGUN SARHY

2. SRI AMANDA

3. MUH. FITRAH

Kelas: XI IPA 1

Mata pelajaran : Ekonomi

1. JENIS JENIS PAJAK

A. Pajak Penghasilan (PPh)

PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal baik
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Dengan demikian, maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium,
hadiah, dan lain sebagainya. Adapun jenis-jenis PPh adalah sebagai berikut:

a. PPh Pasal 15

b. PPh Pasal 19

c. PPh Pasal 21

d. PPh Pasal 22

e. PPh Pasal 23

f. PPh Pasal 24

g. PPh Pasal 25

h. PPh Pasal 26

i. PPh Pasal 29

j. PPh Final Pasal 4 ayat 2.


k. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di
dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia). Orang Pribadi, perusahaan, maupun pemerintah
yang mengkonsumsi Barang KenaPajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN.

Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan objek PPN, namun ada beberapa
pertimbangan, baik soal ekonomi maupun sosial, maka ada beberapa barang dan jasa yang tidak
dikenakan PPN, sehingga tidak termasuk dalam objek PPN. Secara sederhana, objek PPN
dikelompokan menjadi dua, yakni:

Barang Kena Pajak (BKP), yaitu barang berwujud berupa barang bergerak dan barang tidak
bergerak, serta barang tidak berwujud yang dikenakan PPN.

Jasa Kena Pajak (JKP), yaitu tiap-tiap kegiatan berupa pelayanan yang dengan berdasarkan
perikatan atau perbuatan hukum memungkinkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau
hak, tersedia untuk dipakai. Selain itu, jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena
pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, juga termasuk dalam
kategori JKP, yang dikenakan pungutan PPN.

Dua kategori di atas ini merupakan garis besar objek PPN yang tertuang dalam peraturan
perundang-undangan. Secara spesifik, macam-macam objek PPN serta yang tidak termasuk dalam
objek PPN tertuang dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM) atau biasa disebut UU PPN dan PPnBM

B. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Selain dikenakan PPN, atas pengkonsumsian Barang Kena Pajak tertentu yang tergolong mewah,
juga dikenakan PPnBM.. Barang-barang yang tergolong mewah memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Bukan merupakan barang kebutuhan pokok.

b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.

c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi.

d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status.

e. Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu
ketertiban masyarakat.

C. Bea Materai (BM)

Bea materai adalah pajak atas pemanfaatan dokumen yang dikenakan pada saat sedang
mengurus surat-surat tertentu seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran,
surat berharga dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai
dengan ketentuan.
D. Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan yang dimaksud adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan,
pemanfaatan dan atau penguasaan atas tanah dan atau bangunan. Objek Pajak Bumi dan Bangunan
adalah bumi dan atau bangunan, di mana pengertian bumi dan atau bangunan dijelaskan sebagai
berikut.

“Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah
Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik
yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan“.

Sektor pajak PBB dikategorikan dalam 5 kelompok diantaranya Sektor Pedesaan, Perkotaan,
Perkebunan, Pertambangan dan Perhutanan. Namun, ada perubahan pada kategori sektor tersebut,
berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)
mulai 1 Januari 2014, PBB Perdesaan dan Perkotaan (Sektor P2) telah masuk ke dalam kategori Pajak
Daerah. Sedangkan untuk PBB Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan (Sektor P3) masih tetap
merupakan Pajak Pusat.

E. Pajak Daerah

Pajak daerah dibagi menjadi 2 jenis yaitu pajak yang dikelola oleh pemerintah provinsi dan oleh
kabupaten/kota. Adapun, pengelola pajak tersebut dilaksanakan oleh Dinas atau Badan Pendapatan
Daerah. Umumnya, setiap daerah memiliki nama yang berbeda atas dinas atau Badan Pendapatan
Daerah tersebut. Berikut jenis-jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah.

a. Pajak Propinsi

b. Pajak Kendaraan Bermotor

c. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

d. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor

e. Pajak Air Permukaan

f. Pajak Rokok

g. Pajak Kabupaten/Kota

h. Pajak Hotel

i. Pajak Restoran
j. Pajak Hiburan

k. Pajak Reklame

l. Pajak Penerangan Jalan

m. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

n. Pajak Parkir

o. Pajak Air Tanah

p. Pajak Sarang Burung Walet

q. Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan

r. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB)

s. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan

2. CARA MENGHITUNG PAJAK

Perhitungan pajak penghasilan dikenakan pada penghasilan bersih yang diterima seseorang
dalam satu tahun. Sebelum perhitungan pajak penghasilan, Anda perlu mengetahui lebih dulu
jumlah penghasilan bersih yang diterima dari tempat Anda bekerja selama satu tahun.

Penghasilan bersih dihitung dari penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan. Di dalamnya termasuk biaya pensiun, hutang, dan kredit
bank.

Setelah Anda menghitung besaran penghasilan bersih selama satu tahun, langkah selanjutnya
yang perlu dilakukan dalam perhitungan pajak penghasilan adalah mengetahui Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP). Perhitungan ini digunakan untuk mencari Penghasilan Kena Pajak (PKP).

PTKP adalah jumlah penghasilan yang tidak dikenai pajak penghasilan, sehingga para wajib
pajak yang penghasilannya sebesar PTKP atau di bawah batas PTKP tak perlu membayar pajak
penghasilan. Berikut tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru yang harus diketahui sebagai
berikut:

a. Rp54.000.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi.

b. Rp4.500.000 tambahan untuk wajib pajak yang telah menikah.

c. Rp54.000.000 untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.


d. Rp4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga

-Tantangan pemungutan pajak

Tantangan Pemungutan Pajak

Menetapkan pajak yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Penetapan pajak haruslah disesuaikan oleh kebutuhan negara yang berbeda-beda termasuk pula
memberikan pendanaan pada setiap daerah. Daerah juga harus paham benar dan memprakirakan
hal terburuk sekalipun untuk mencegah pemberian dana berlebihan ke satu daerah saja.

Banyaknya metode dalam melakukan bisnis yang mampu menghindarkan aktivitas perusahaan dari
pajak.

Tidak sedikit pula perusahaan yang berusaha untuk menghindari pajak dengan melakukan metode
tertentu dalam berbisnis. Hal ini tidak sepatutnya dilakukan karena hasil pajak adalah untuk
kepentingan bersama.

Rumitnya aturan-aturan dalam pajak sehingga sulit untuk ditetapkan nominal sepantasnya.

Rumitnya aturan-aturan dalam pajak mengakibatkan sulitnya mematok nominal pajak. Di sisi lain
aturan ini juga dipergunakan untuk meminimalisir bahkan menghilangkan praktik KKN dalam pajak
itu sendiri.

Banyaknya mafia-mafia pajak yang melakukan KKN dalam pemungutan pajak.

KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) merupakan praktik berbahayabyang memiliki dampak buruk
bagi negara. Hal ini disebabkan setiap orang dapat saja melakukan KKN termasuk mafia pajak yan
sangat merugikan negara.

Anda mungkin juga menyukai