BAB I
PENDAHULUAN
Pajak adalah iuran yang dibayarkan oleh warga negara kepada negara tanpa mendapatkan
imbalan langsung. Konsep pajak sendiri telah ada sejak zaman kuno. Di Mesir
kuno, misalnya, pajak dikenakan dalam bentuk hasil panen atau tenaga kerja. Di Romawi
kuno, ada sistem yang disebut «tributum» yang mirip dengan pajak penghasilan modern.
Selain itu, ada juga «Inkomstenbelasting» yang merupakan cikal bakal dari Pajak
Penghasilan modern. 12 Tahun 1951 tentang Perubahan dan Penambahan Atas Beberapa Undang-
Undang tentang Pajak. UU ini menjadi landasan hukum perpajakan di Indonesia hingga tahun
1983. 6, 7, dan 8 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Pajak
Pertambahan Nilai serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Salah satu langkah besar adalah peluncuran program pengampunan pajak atau tax
amnesty pada tahun 2016. Sejarah pajak di Indonesia mencerminkan bagaimana peran pajak terus
berkembang seiring dengan perkembangan ekonomi dan sosial Negara.
Jenis-jenis pajak
Tujuan dari pajak ini adalah untuk memungut sebagian dari penghasilan warga negara yang
kemudian digunakan untuk pendanaan berbagai program pemerintah. PPN adalah pajak yang
dikenakan pada setiap penambahan nilai barang dan jasa. Pajak ini dikenakan pada barang-barang
tertentu yang dianggap mewah, seperti mobil mewah, perhiasan, dan barang elektronik high-
end. Tujuan dari pajak ini adalah untuk mengurangi konsumsi barang-barang mewah dan
mendorong konsumsi barang-barang lokal.
PBB adalah pajak yang dikenakan pada pemilik atau pengguna tanah dan/atau bangunan. Tujuan
dari pajak ini adalah untuk mengatur pemanfaatan tanah dan bangunan serta sebagai sumber
pendapatan daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
Pajak penghasilan
1. Pengertian pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak
Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/13064158/makalah_pajak_penghasilan
https://www.academia.edu/9173153/Makalah_Pajak_Pertambahan_Nilai
https://www.academia.edu/78796785/Makalah_Pajak_Penjualan_Barang_Mewah_PPnBM_
https://id.scribd.com/document/515319244/Makalah-Pajak-Bumi-dan-Bangunan
Ringkasan materi kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
PAJAK LANGSUNG
1. Pengertian Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pungutan yang dibebankan kepada wajib pajak dan harus
dibayarkan secara pribadi atau langsung oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak
dapat dibebankan kepada pihak yang lain. Pajak langsung melekat pada pribadi wajib
pajak, sehingga hak dan kewajibannya tidak dapat dialihkan ke pihak lain. Pajak langsung
memiliki sifat pungutan yang teratur dan pembayarannya dilakukan secara berkala.
MACAM MACAM PAJAK LANGSUNG
2. Macam-macam pajak langsung yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pajak Penghasilan (PPh): Pajak ini dikenakan terhadap setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima oleh wajib pajak, baik orang pribadi atau badan, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan. PPh
dibebankan kepada subjek pajak atas penghasilan yang diterima dalam satu tahun pajak.
2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB): Pajak ini merupakan kebendaan yang dikenakan atas
tanah dan bangunan yang berdiri di atasnya. Besar pajaknya ditentukan oleh luas dan
ukuran tanah dan bangunannya.
3. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB): Pajak ini adalah pajak yang dikenakan atas
kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor baik roda dua atau lebih.
Pajak Tidak Langsung merupakan pajak yang pemungutannya dibebankan kepada pihak
lain. Konsekuensinya, orang yang bertanggung jawab atas administrasi pajak dan pembayar
pajak adalah orang yang berbeda.Pajak tidak langsung juga dapat didefinisikan sebagai
perpajakan pada individu atau entitas yang akhirnya dibayarkan oleh orang lain.
PPN adalah pajak yang dikenakan pada barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat.
PPN merupakan pajak yang dikenakan pada setiap tahap peredaran barang dan jasa, mulai
dari produsen hingga konsumen akhir.
2. Bea Cukai
Bea Cukai adalah pajak yang dikenakan pada barang impor maupun ekspor. Pajak ini
dikenakan berdasarkan nilai barang atau volume yang diimpor atau diekspor. Contoh bea
cukai adalah bea masuk, bea keluar, atau minuman beralkohol.
5. Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak yang dikenakan pada penginapan di hotel atau akomodasi lainnya.
Tarif pajak ini berbeda-beda tergantung pada kelas hotel atau jenis akomodasi yang
digunakan.
6. Pajak Restoran
Pajak restoran adalah pajak yang dikenakan pada makanan dan minuman yang disajikan di
restoran atau tempat makan. Pajak ini biasanya ditambahkan ke dalam harga makanan atau
minuman yang dibeli oleh konsumen.
7. Pajak Parkir
Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan pada penggunaan fasilitas parkir, baik di area
umum maupun di tempat parkir yang dimiliki oleh pihak swasta. Pajak ini biasanya
ditetapkan berdasarkan waktu parkir atau lokasi parkir yang digunakan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Pajak langsung dan pajak tidak langsung adalah dua jenis pajak yang berbeda berdasarkan
cara pemungutannya. Pajak langsung harus dibayarkan secara pribadi atau langsung oleh
wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dibebankan kepada pihak lain. Pajak tidak
langsung dapat dipindahkan beban pajaknya kepada pihak lain, seperti konsumen akhir.
2. Pajak langsung dan pajak tidak langsung memiliki pengertian, karakteristik, unsur, dan fungsi
yang perlu diketahui oleh wajib pajak. Pajak langsung bersifat progresif, yaitu semakin besar
kemampuan ekonomis wajib pajak, semakin besar pula tarif pajak yang dikenakan. Pajak
tidak langsung bersifat regresif, yaitu semakin rendah kemampuan ekonomis wajib pajak,
semakin besar pula beban pajak yang ditanggung.
3. Pajak langsung dan pajak tidak langsung memiliki beberapa macam, antara lain pajak
penghasilan, pajak bumi dan bangunan, dan pajak kendaraan bermotor untuk pajak
langsung, dan pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, pajak
konsumsi, dan bea masuk untuk pajak tidak langsung. Setiap macam pajak memiliki tarif,
objek, dan mekanisme yang berbeda-beda.
SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak merupakan bagian terpenting dari denyut nadi perekonomian Indonesia. Dengan
pemungutan pajak negara dapat membiayai pengeluaran-pengeluaran baik yang bersifat rutin
maupun pembangunan. Permasalahannya selama ini adalah pajak masih diandalkan sebagai
pendapatan negara yang paling utama.
Pajak merupakan instrumen pemerintah yang berperan dalam sistem perekonomian karena
sumber penerimaan terbesar negara adalah dari sektor pajak. Pajak berperan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan memperluas kegiatan ekonomi di berbagai sektor. Melalui pajak,
pemerintah dapat memanfaatkan sumber daya ekonomi untuk menyelesaikan berbagai masalah
perekonomian.
Peranan pajak terhadap Pendapatan Negara dapat dikatakan sangat dominan. Hal Ini terjadi
karena pajak adalah sumber yang pasti dalam memberikan kontribusi dana kepada Negara karena
merupakan cerminan dari partisipasi masyarakat dalam pembiayaan Negara yang diatur oleh
perundangundangan. Pajak memiliki kontribusi yang besar tidak hanya bagi Negara namun juga bagi
Daerah.
Pajak menurut pasal 1 Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain
itu, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat
dipaksakan dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).
Berlakunya sistem Self Assessment System di Indonesia menunjang besarnya peranan wajib pajak
dalam menentukan besarnya penerimaan negara dari sektor pajak yang didukung oleh kepatuhan
pajak (tax cimpliance). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepatuhan wajib pajak merupakan
pelaksanaan atas kewajiban untuk menyetor dan melaporkan pajak yang terutang sesuai dengan
peraturan perpajakan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penawaran tenaga kerja. Peningkatan
pajak pada tenaga kerja dapat mempengaruhi insentif bagi individu atau perusahaan untuk
menawarkan atau mengambil pekerjaan. Pajak yang tinggi dapat mengurangi imbalan finansial yang
diterima individu dari pekerjaan mereka, sehingga mengurangi motivasi untuk bekerja. Pajak dapat
mempengaruhi penawaran tenaga kerja dengan beberapa cara. Pajak penghasilan dan pajak sosial
seperti Jaminan Sosial dapat memotong pendapatan yang diterima pekerja, menyebabkan
berkurangnya motivasi untuk bekerja atau mengejar pekerjaan tambahan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pajak perseorangan adalah adalah pajak yang harus dibayarkan oleh pemilik PT
perseorangan kepada pemerintah. Sebagai badan hukum, tentunya pemilik PT perseorangan wajib
membayar pajak. Karena PT perseorangan ini berbeda dengan PT biasa, maka pemerintah
memberikan ketentuan khusus mengenai berbagai pajak yang harus dibayarkan oleh pemilik badan
usaha ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Kebijakan Fiskal
Secara konvensional kebijakan fiskal dimaksudkan sebagai alat rekayasa pemerintah dalam
perekonomian yang menganut mekanisme pasar bebas yang diharapkan dapat mempengaruhi
jalannya aktvitas perekonomian suatu negara.Kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi
dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah atau merupakan tindakan yang diambil
oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi
jalannya perekonomian. Dapat di artikan kebijakan fiskal adalah penyesuaian dalam
pendapatan dan pengeluaran pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam anggaran pendapatan
dan belanja negara yang disingkat APBN untuk mencapai kestabilan ekonomi yang dikehendaki
pada umumnya ditetapkan dalam rencana pembangunan.
Politik Anggaran
politik anggaran adalah penetapan kebijakan-kebijakan tentang proses anggaran yang
meliputi berbagai pertanyaan, seperti bagaimana pemerintah membiayai kegiatannya;
bagaimana uang publik didapatkan, dikelola dan didistribusikan; siapa yang diuntungkan; dan
peluang yang tersedia, baik untuk penyimpangan negatif maupun untuk meningkatkan
pelayanan publik. Secara umum, politik anggaran dapat diartikan sebagai proses politik yang
terjadi dalam penentuan dan pengalokasian anggaran publik
Dampak Pajak Terhadap Pendapatan dan Konsumsi
Pajak adalah iuran wajib yang harus dibayar oleh seluruh masyarakat suatu negara yang telah
memenuhi syarat sebagai wajib pajak. Pajak menjadi sumber penerimaan negara yang digunakan
pemerintah untuk membiayai APBN. APBN yang dibiayai dari pajak dapat bermanfaat untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, oleh sebab itu, pajak mempunyai banyak fungsi, dan sebagai
wajib pajak yang mendukung pemerintah dalam pembangunan ekonomi, maka kita wajib membayar
pajak.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) adalah rencana keuangan pemerintah
yang mencakup estimasi pendapatan dan alokasi belanja untuk satu tahun anggaran. APBN
merupakan instrumen penting dalam pengelolaan keuangan negara dan digunakan untuk mencapai
tujuan ekonomi, sosial, dan politik negara.
APBN terdiri dari dua komponen utama, yaitu pendapatan dan belanja negara. Pendapatan
negara berasal dari berbagai sumber, seperti pajak, penerimaan dari sektor publik, pinjaman, dan
sumber pendapatan lainnya. Pendapatan ini digunakan untuk membiayai belanja negara.
kebijakan fiskal adalah penyesuaian dalam pendapatan dan pengeluaran pemerintah
sebagaimana ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara yang disingkat APBN
untuk mencapai kestabilan ekonomi yang dikehendaki pada umumnya ditetapkan dalam
rencana pembangunan.
. Dasar hukum dari politik anggaran adalah Pasal 23 UUD 1945. Pasal tersebut berbunyi, “(1)
Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Semakin besar pajak yang
dikenakan atas konsumsi misalnya pembelian barang-barang mewah yang dikenai pajak, maka akan
semakin menurun tingkat seseorang untuk mengkonsumsi produksi tersebut. Begitu juga sebaliknya,
semakin kecil pajak yang dikenakan atas barang-barang konsumsi maka akan semakin meningkat
konsumsi masyarakat tersebut.
Saran
Dalam rangka pengembangan dan optimalisasi APBN, terdapat beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, antara lain kebijakan, politik, dan pengaruh pajak. Kebijakan fiskal yang tepat
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta pemerataan yang berkeadilan.
Kesimpulan
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan
ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan
moneter yang merupakan mitra kebijakan fiskal dalam mengendalikan
stabilitas ekonomi dan mengemudi pertumbuhan ekonomi.
Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami
tentang kebijakan fiskal dan moneter, mengetahui pengaruh kebijakan fiskal
terhadap perekonomian, definisi dan instumen kebijakan moneter dan juga juga
mengetahui efektifitas kebijakan fiskal. Penulis menyadari makalah ini banyak
sekali memiliki kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang mengenai pembahasan
makalah diatas agar penulis terus berusaha memperbaiki makalah dengan
mengacu kepada sumber yangbisa dipertanggung jawabkan nanti nya
PENDAHULUAN
Keuangan negara merupakan salah satu unsur pokok dalam pembangunan negara dan
penyelenggaraan pemerintahan negara serta mempunyai manfaat yang sangat penting guna
mewujudkan tujuan negara untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Pencapaian tujuan negara itu selalu terkait dengan keuangan negara, sebagai bentuk
pembiayaan terhadap penyelenggaraan penyelenggaraan pemerintahan negara yang dilakukan oleh
penyelenggara negara.
Badan hukum publik dan badan hukum privat memiliki perbedaan secara prinsipil dalam pengelolaan
keuangannya. Badan hukum publik mengelola keuangannya tunduk pada hukum publik dan badan
hukum privat mengelola keuangannya tunduk pada hukum privat. Negara sebagai badan hukum
publik dalam mengelola keuangan tunduk pada peraturan yang terkait dengan keuangan negara.
Sedangkan badan usaha milik negara sebagai persero dalam mengelola keuangannya tunduk pada
hukum privat yang terkait dengan harta kekayaan yang dimilikinya.
Keuangan Negara ialah seluruh hak dan kewajiban negara yang ditaksir dengan uang, dan
merupakan segala sesuatu yang berwujud uang atau produk yang dapat dijadikan milik negara
sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban tersebut (Sugijtanto dkk., 1995). Hak-hak
negara adalah setiap hak atau usaha yang dilakukan oleh suatu pemerintah untuk mengisi
perbendaharaannya. Misalnya, hak suatu pemerintah untuk mengisi perbendaharaannya.
Contohnya saja hak untuk mencetak uang serta mengambil pinjaman serta memungut pajak
dan denda. Tugas negara ialah tugas pemerintah agar melaksanakan tugas negara, yang tertuang
pada RPJP UUD 1945, RPJM dan RKP. UU APBN pada prinsipnya ialah untuk kesejahteraan
rakyat serta melayani masyarakat umum dan bertindak sebagai agen pembanguanan. Sektor
keuangan negara dapat dikelola oleh pemerintah dan dipisahkan dari dewan manajemen.
Pendanaan negara yang dikelola oleh pemerintah pusat adalah komponen keuangan negara,
yang memperkirakan seluruh set negara. Sementara dana pemerintah dikelola langsung dari
pemerintah daerah, anggaran dan pengeluaran pendapatan di wilayah tersebut di rumah tangga
regional dan inventaris daerah terdaftar. Pendanaan negara dipisahkan oleh manajemen.
PEMBAHASAN
6. Pengawasan dan Audit: Mengatur mekanisme pengawasan dan audit keuangan negara
untuk memastikan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan dana publik.
7. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1 Tahun 2020: Perpu ini
mengatur mengenai kebijakan keuangan negara dan kebijakan stabilitas sistem keuangan
dalam rangka penanganan COVID-19 dan/atau menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan. Perpu ini
mencakup kebijakan pendapatan negara, kebijakan belanja negara, kebijakan
pembiayaan, dan kebijakan stabilitas sistem keuangan
8. Undang-Undang Dasar Tahun 1945: Undang-Undang Dasar Tahun 1945 memberikan
dasar hukum bagi pengelolaan keuangan negara. Pasal 33 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyebutkan tentang keuangan negara dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan
9. Kewenangan Pemerintah: Pemerintah memiliki kewenangan dalam penetapan arah,
kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Kewenangan ini meliputi penetapan pedoman pelaksanaan dan
pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan rencana kerja
kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman
pengelolaan Penerimaan Negara
10. Sanksi: Terdapat sanksi yang diberikan kepada perorangan atau korporasi yang dengan
sengaja mengabaikan, tidak memenuhi, tidak melaksanakan, atau menghambat
pelaksanaan kewenangan lembaga yang telah ditunjuk oleh pemerintah dalam
pengelolaan keuangan negara
2.3 Transformasi hukum keuangan negara
Transformasi sistem demokrasi turut mengubah paradigma pemerintahan yang semula
berkarakter birokratik, sentralisme, dan top down oriented menjadi karakter partisipatif,
desentralistik dengan penguatan kapasitas lokal (local capacity) dan bottom up oriented
berbasis kerakyatan. Hal tersebut dinilai berimplikasi terhadap dilakukannya penataan
kelembagaan (institutional arrangement), reformasi aparat birokrasi (civil servant reform)
dan pembaruan sistem pengelolaan keuangan negara (the new financial management
reform).
448, cenderung mempermudah pembelokan pertanggungjawaban keuangan negara, yang
sebenarnya mengandung dimensi tindak pidana korupsi, menjadi sekedar permasalahan
administratif. Pasal 34 UU tentang Keuangan Negara dengan tegas mengklasifikasikan
penyimpangan kebijakan dan kegiatan anggaran negara dalam APBN/D sebagai bentuk
tindak pidana. Melalui UU tindak pidana korupsi kasus-kasus penyimpangan kebijakan dan
anggaran yang bernuansa pidana dapat ditingkatkan kualifikasinya sebagai suatu extra
ordinary crime. Penyusunan RAPBN juga lebih mengarah pada prinsip transparansi,
demokratis dan measurable, karena diawali dengan skenario penyusunan pokok-pokok
kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, yang diajukan oleh Pemerintah dan dibahas
bersama-sama dengan DPR.
Menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran menyusun Rencana Kerja dan
Anggaran berbasis kinerja. Hal itu, akan menstimulasi kinerja kelembagaan pemerintah
dengan keharusan dilakukannya penguatan kapasitas , guna memenuhi target kinerja yang
diharuskan untuk dicapai dalam pengukuran kinerja pemanfaatan anggaran. Pergeseran
model anggaran line-item menjadi anggaran berbasis akuntabilitas kinerja menjadi suatu
keharusan. Implikasi berikutnya adalah peningkatan kualitas kinerja pemerintahan yang
berorientasi pada pelayanan publik.
Sehubungan dengan fungsi anggaran Negara, dikatakan oleh Hughes. " Bahwa "Ada dua
fungsi utama untuk anggaran pemerintah dalam arti keseluruhan, fungsi ekonomi dan
keuangan fungsi. Fungsi ekonomi menyangkut bagaimana pemerintah, melalui anggaran,
mempengaruhi seluruh perekonomian. Yang pertama adalah fungsi akuntansi murni untuk
menetapkan perkiraan penerimaan dan pengeluaran.
Yang kedua adalah bagian penting dari sistem akuntabilitas’’. Konsep anggaran berbasis
kinerja akan mengubah paradigma pemerintah menjadi lebih responsif terhadap
masyarakat , dengan pendanaan program pada kinerja dan produksi. Hal tersebut mengubah
konsep "anggaran berimbang" yang membawa pada "akuntabilitas semu", karena fungsi
stabilisasi anggaran sangat bertumpu pada ekspansi hutang luar negeri yang "tidak bebas
kepentingan". Sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi mewujudkan
pertumbuhan, stabilitas perekonomian, dan pemerataan pendapatan dalam rangka
mencapai tujuan bernegara.
Fungsi kontrol parlemen yang efektif sangat penting untuk mendukung akuntabilitas
anggaran, dan menjaga konsistensi implementasi dari tujuan dan fungsi anggaran. Dalam
hukum keuangan negara yang baru, hal itu tercermin dari akuntabilitas atas outcomes dari
realisasi anggaran Negara. Penyusunan Renja-KL sendiri berpedoman pada Rencana Strategis
Kementerian Negara/Lembaga dan mengacu pada prioritas pembangunan nasional, indikatif
serta memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan, baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah, maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat. Eliminasi terhadap bias paradigma dalam pengelolaan keuangan negara,
sebenarnya merupakan deklarasi kedaulatan negara di bidang keuangan negara yang selama
ini diniscayakan.
2.4 Landasan Hukum Keuangan Negara
Dalam menerapkan hukum tentunya terdapat landasan yang mampu memperkuat
kedudukan hukum tersebut. Landasan hukum keuangan negara tidak hanya terletak di
pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945 tetapi juga di pasal 23A hingga 23E UUD
1945 yang berkaitan dengan keuangan negara. Terdapat beberapa landasan lain yang berasal
dari undang undang (UU). UU yang dimaksud antara lain seperti UU no. 17 tahun 2013
tentang keuangan negara, UU no. 1 tahun 2004 tentang pembendaharaan negara, UU no. 3
tahun 2004 tentang Bank Indonesia dan lain sebagainya.
2.5 Ruang Lingkup Hukum Keuangan Negara
Yang dimaksud dengan keuangan negara yang menjadi sorotan utama hukum keuangan
negara ini adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau tidak
dipisahkan, termasuk di dalamnya segala kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban.
Dalam kata lain keuangan negara berkaitan dengan APBN, APBD, aset dan keuangan negara
di Perjan, Perum, PN-PN dan beberapa perusahaan yang lain. Pengertian ini mengacu pada
UU Tindak Pidana Korupsi. Ruang lingkup ini dikukuhkan dengan pasal 2g UU Keuangan
Negara. Pasal ini mengatur hak dan kewajiban negara. Hak negara adalah memungut pajak,
mengeluarkan dan mengedarkan uang dan melakukan pinjaman. Sedangkan yang dimaksud
dengan kewajiban negara adalah menyediakan layanan dan membayar tagihan pinjaman ke
pihak ketiga. Hasil dari sumber keuangan negara tersebut dikelola dengan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pertanggung jawaban atas keuangan negara.
2.6 Pengawasan Hukum Keuangan Negara
Dengan adanya check and balance tentunya jalannya atau implementasi hukum ini terdapat
lembaga yang mengawasi. Hal ini bertujuan untuk mengawasi pengelolaan dan
pertanggungjawaban pihak-pihak pengelola keuangan negara. Pihak yang mengawasi
keuangan negara dilakukan oleh inspektorat jenderal, inspektorat provinsi, inspektorat
kabupaten/ kota, badan pengawasan keuangan dan pembangunan dan badan pemeriksa
keuangan atau BPK. Badan-badan inilah yang memeriksa adanya keganjilan dan
ketidakberesan dalam mengelola kekayaan negara. Sehingga, tidak terjadi kerugian negara
yang merugikan negara dan masyarakat.
2.7 Pentingnya Mengetahui Hukum Keuangan Negara
Sebagai masyarakat publik atau kaum publik kadang kita dengan mudah menyalahkan negara
atas keputusannya mengadakan pinjaman ke pihak lain dengan jumlah yang tidak sedikit
atau menyalahkan pemerintah karena jumlah warga miskin masih melimpah di negara ini
sedangkan pendapatan negara melimpah.
2.7 Pentingnya Mengetahui Hukum Keuangan Negara
Sebagai masyarakat publik atau kaum publik kadang kita dengan mudah menyalahkan negara
atas keputusannya mengadakan pinjaman ke pihak lain dengan jumlah yang tidak sedikit
atau menyalahkan pemerintah karena jumlah warga miskin masih melimpah di negara ini
sedangkan pendapatan negara melimpah.
Padahal semua itu tentunya tidak diputuskan begitu saja namun melalui beberapa proses
perundingan yang cukup rumit. Dimana hukum keuangan negara juga memiliki pengaruh di
dalamnya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui hal-hal yang terkait dalam hukum
keuangan negara.
2. Penerimaan Pajak: Grafik atau tabel yang memperlihatkan sumbangan pajak dari
berbagai sektor dan jenis pajak, serta perbandingan dengan target penerimaan.
Keuntungan BUMN atau BUMD, Salah satu sumber ekonomi dalam keuangan negara adalah
keuntungan atau laba dari perusahaan BUMN serta BUMD.
Pinjaman, Sumber ekonomi ini termasuk sebagai penerimaan negara yang terjadi akibat kekurangan
dana. Sumber pendapatan negara lainnya adalah sumbangan, hadiah, serta hibah. Di samping itu,
sumber dana ini tergolong jenis penerimaan tidak pasti.
Akan tetapi dalam belanja pembangunan pada repelita dapat dijumpai pos-pos honorarium,
belanja barang , peralatan , perjalanan , dan lain-Lain. Dalam pos terakhir ini dapat pula
dimasukkan seperti borongan untuk mengetik, borongan untuk makanan, dan lain-lain.
Pengeluaran ini dimasukkan untuk menampung atau mengatasi jika ada kejadian yang luar
biasa yang tidak dapat diduga sebelumnya , seperti banjir, gunung meletus, kebakaran, dan
lain-lain. Akan tetapi dalam penyusunan pra-dup dapat dimasukkan dalam tiap-tiap pos ,
seperti kemungkinan kenaikan harga, kenaikan upah serta lain-lain pengeluaran yang tidak
terduga dan bahkan apa yang dalam praktik dikenal dengan overhead .
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Aspek hukum dalam penetapan kebijakan keuangan negara Undang-undang keuangan
negara, perinsip-perinsip hukum administrasi negara, aspek pajak, hukum Pengadaan
barang/jasa, ketentuan anti korupsi, Pengawasan dan Audit, Peraturan pemerintah pengganti
undang-undang (perpu) no. 1 tahun 2020, Serta undang-undang dasar tahun 1945,
pengawasan pemerintah, dan juga sanksi. Dimana semua aspek ini bertujuan untuk
menciptakan dasar Hukum yang kuat untuk mengelola kebijakan keuangan negara dengan
baik dan menjaga integrasi sistem keuangan publik.
Selanjutnya terdapat pula pergerakan presentasi keuangan negara yang meliputi: laporan
anggaran, penerimaan pajak, belanja pemerintah, utang pemerintah, pertumbuhan
ekonomi, indikator makroekonomi, perbandingan dengan tahun sebelumnya, serta
proyeksi keuangan.
3.2 Saran
Pentingnya mengetahui hukum kebijakan-kebijakan keuangan negara dan pengeluaran
pemerintah beserta landasan hukumnya agar kita dapat mengetahui bagaimana pemerintah
dapat mengatur keuangan negara. Agar kita tidak menimbulkan anggapan-anggapan yang
menyalahkan pemerintah karena jumlah warga miskin masih melimpah di negara ini
sedangkan pendapatan negara melimpah. Maka dari itu pentingnya mengetahui kebijakan
keuangan negara, pengeluaran negara, serta landasan hukunnya karena pengarunya yang
besar terhadap perekonomian dan perkembangan suatu negara.
RINGKASAN MATERI KELOMPOK 7
PENDAHULUAN
Reformasi kebijakan fiskal merupakan upaya untuk melakukan perubahan dan peningkatan
dalam kebijakan yang terkait dengan pengelolaan keuangan negara. Reformasi ini bertujuan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran serta menciptakan
kebijakan yang lebih adil dan berpihak pada sektor-sektor ekonomi yang penting, seperti
sektor UMKM dan infrastruktur.
Salah satu aspek yang menjadi fokus dalam reformasi kebijakan fiskal adalah
keadilan dalam pembayaran pajak. Hal ini mencakup beban pajak yang harus ditanggung
oleh wajib pajak serta keberpihakan untuk mendukung sektor UMKM yang merupakan
pelaku utama dalam ekonomi nasional.
PEMBAHASAN
2.1 Pengawas pengelolaan negara
seperti yang kita ketahui pemerintah merupakan pelaksana anggaran negara, dan secara
otomatis akan menetukan arah dan kebijakan keuangan negara dengan kontrol dari DPR juga.
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah nantinya akan digunakan oleh pelaksana itu
sendiri, yaitu departemen departemen serta lembaga negara. oleh karena itu untuk mengawasi
jalanya pemakaian keuangan negara dibutuhkanlah yang namanya pengawasan keuangan
negara.
Berdasarkan Objek a)Pengawasan terhadap Penerimaan Negara dari Pajak dan Bea Cukai
dilakukan oleh Kantor Inspeksi Bea dan Cukai. Prinsip-prinsip yang dipakai dalam
pelaksanaan pengeluaran negara adalah pengawasan yang menekankan pada aspek
kesesuaian antara praktik pelaksanaan APBN dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
pengawasan yang menekankan dari segi legalitas praktik APBN. pengawasan yang
menekankan pada pentingnya peranan faktor tolok ukur dalam praktik pelaksanaan APBN.
a)Pengawasan preventif.
Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum dimulainya suatu kegiatan
atau sebelum terjadinya pengeluaran keuangan.
Detektif
Fungsional Adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas fungsional, baik yang
berasal dari internal Pemerintah, maupun dari lingkungan eksternal Pemerintah.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran