Anda di halaman 1dari 7

TUGAS BUDIDAYA TANAMAN TANPA TANAH

MUHAMAD ERMAWAN DESKOVA SLAMET


NIM. D1B122036
AGT-B

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
Mencari teknik-teknik sederhana pembuatan hidroponik menggunakan limbah-
limbah organik / anorganik
Jawab:
1. Teknik Hidroponik Sistem Drip System

Sistem irigasi atau bisa di kenal dengan drip sistem merupakan sistem
hidroponik yang memungkinkan petani untuk menghemat air dalam jumlah
banyak karena memungkinkan untuk meneteskan air dan pupuk langsung ke akar
tanaman sehingga air tidak terbuang begitu saja, selain itu dalam sistem ini air
akan menetes kembali ke penampungan dan bisa di gunakan kembali dengan
model sirkulasi seperti pada sistem NFT namun dalam penerapannya
membutuhkan rangkaian konsep yang jauh berbeda.
 Rotating Drip System (Sistem Irigasi Berputar)
Pada intinya sistem ini memungkinkan petani untuk menghemat nutrisi
dan air karena air yang di alirkan ke tanama aka di alirkan kedalam pipa yang
terhubung pada tandon atau bak penampungan air yang kemudian di sirkulasikan
kembali secara terus menerus. Dalam sistem drip tersirkulasi ini kita harus rutin
mengecek nutrisi dan ph air karena nutrisi dan ph akan berubah serinng
berjalannya waktu setelah terjadi kontak dengan media tanam secara terus
menerus.
 Static Drip System (Sistem Irigasi Satu Arah)
Hidroponik dengan sistem ini memiliki prinsip kerja yang yang sama
dengan sistem rotasi, namun dalam sistem irigasi satu arah ini nutrisi yang di
teteskan pada tanaman tidak akan di kembalikan ke bak penampungan dan di
biarkan begitu saja. Kelemahan dalam sistem drip statis ini nutrisi dan air menjadi
boros karena terbuang setelah dialirkan pada tanaman.

2. Sistem Hidroponik EBB dan Flow System


Teknik Ebb and Flow (pasang surut) merupakan salah satu teknik
hidroponik yang banyak digunakan. Sistem ini bekerja dengan memenuhi media
pertumbuhan dengan larutan nutrisi dan larutan nutrisi yang tidak terserap
kembali ke bak penampung (Karsono, 2013).
Disebut sistem hidroponik pasang surut karena dalam cara kerja sistem ini
memiliki 2 fase yaitu fase saat tanaman oleh larutan nutrisi hingga banjir (fase
pasang) dan kemudian fase penyurutan larutan nutrisi (fase surut). Sistem ini
termasuk sistem yang menggunakan sirkulasi. Artinya air dan nutrisi yang
diberikan ke tanaman digunakan secara berulang. Hanya saja sirkulasi tidak
dilakukan terus menerus dan menggunakan mekanisme pasang surut pada
irigasinya.
Sistem ini tidak terlalu tergantung dengan listrik. Penggunaan pompa
dalam sistem ini tidak dinyalakan terus menerus. Jadi cukup aman jika daerah kita
sering terjadi pemadaman listrik. Walau begitu, agak sulit untuk menjumpai
contoh langsung sistem hidroponik ebb flow di Indonesia karena jarang orang
yang menggunakan sistem ini. Mungkin dikarenakan sistem ini terlihat seperti
sistem yang cukup kompleks bagi orang-orang.

3. Sistem Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT)


Nutrient film engineering (NFT) adalah salah satu jenis hidroponik khusus
yang pertama kali di kembangkan oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse Crops
Research Institute, Littlehampton, Inggris. Pada akhir 1960-an dan di kembangkan
secara komersial pada awal 1970-an. Konsep dasar sistem NFT Hidroponik adalah
suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman yang tumbuh di dangkal
dan bersirkulasi lapisan hara, sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air,
unsur hara dan oksigen.
Pada dasarnya, prinsip kerja sistem hidroponik NFT adalah air dan nutrisi
yang digunakan secara berulang setelah melewati tanaman. Dengan cara ini air
dan nutrisi yang digunakan menjadi lebih hemat. Sudah banyak petani berskala
rumahan dan skala industri yang menggunakan sistem hidroponik NFT karena
hemat, efisien dan praktis. Adapun pompa yang digunakan untuk mengalirkan air
dan nutrisi dari bak penampung menuju tempat penanaman tidak mengambil
listrik dari rumah warga, melainkan memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber
energi listrik bagi pompa. Didukung dengan bantuan baterai aki, maka tanaman
dapat memperoleh nutrisi selama 24 jam ataupun ketika cuaca sedang mendung,
dimana ketika malam hari atau cuaca mendung maka baterai aki akan menyuplai
energi listrik ke pompa, sedangkan ketika pagi atau cuaca cerah maka panel surya
akan menyuplai energi listrik ke pompa sekaligus mengecas baterai aki sehingga
dapat digunakan kembali ketika dibutuhkan.

4. Teknik Hidroponik Deep Water Culture (DWC)


Deep Water Culture (DWC) merupakan salah satu teknik dalam
hidroponik. Cara kerja DWC adalah menggantungkan tanaman pada wadah,
sehingga akar tanaman tersebut terendam dalam air yang telah dicampur dengan
larutan keasaman (pH). Akan tetapi diperlukan pemantaun secara otomatis agar
kadar pH dapat stabil.
Deep Water Culture (DWC) adalah salah satu teknik dalam sistem
hidroponik yang diharapakan dapat mengatasi pemberian nutrisi pada tanaman
dari akar sampai daun dan mengatasi serangan hama pada tajuk tanam. Deep
Water Culture (DWC) menggunakan prinsip penenggelaman, penirisan,
pengapungan tanam/media tanam dengan durasi waktu tertentu. Dalam proses
penenggelaman terjadi pemberian nutrisi dari akar sampai tajuk dan
membersihkan tajuk dari hama. Dalam proses penirisan terjadi pemberian oksigen
dari udara ke akar hingga tajuk dan menghanyutkan hama. Selanjutnya dalam
proses pengapungan terjadi pemberian nutrisi hanya pada akar dan pemberian
oksigen pada tajuk. Efektifitas pemberian nutrisi dalam hidroponik tergantung
dari kualitas nutrisinya. Bila kualitas nutrisi sudah tidak baik, maka nutrisi perlu
diganti. Pergantian nutrisi dapat dilakukan dengan memasukkan nutrisi baru
melalui inlet, dan membuang nutrisi lama melalui outlet.
Mekanisme penenggelaman, penirisan, dan pengapungan tanaman dalam
durasi waktu tertentu, serta mekanisme membuka dan menutupnya inlet-outlet
dapat diatur dengan sistem kontrol Arduino.
5. Teknik Hidroponik Wick System

Wick System merupakan cara menanam hidroponik sederhana yang cocok


untuk pemula. Sistem hirdoponik ini dikenal sebagai sistem pasif. Sebab tidak ada
bagian yang bergerak. Larutan nutrisi ditarik ke media tanam dengan bantuan
sumbu. Biasanya sumbu yang digunakan berasal dari kain flanel atau bahan lain
yang mudah menyerap air. Untuk menanam tanaman dengan sistem ini, bisa
menggunakan media tanam hidroponik seperti rockwool, perlite, bermiculite,
kerikil, hydroton, arang sekam, dan cocopeat.
Prinsip Kerja sistem wick menggunakan prinsip kapilaritas, maksudnya
adalah sumbu sebagai penyambung atau jembatan pengalir air nutrisi dari wadah
penampung air ke akar tanaman. Sumbu yang digunakan dalam sistem ini
biasanya berupa kain flanel atau bahan lain yang dapat menyerap air. Sumbu yang
baik, selain sebagai penyerap cairan yang baik, juga tidak mudah rusak akibat
pembusukan. Sebelumnya, sumbu sebaiknya dicuci terlebih dahulu dengan air
agar dapat meningkatkan kemampuannya untuk menyerap nutrisi.
Jumlah sumbu disesuaikan dengan ukuran tanaman ketika bertumbuh
untuk memastikan nutrisi yang diserap cukup memenuhi kebutuhan tanaman.
Penggunaan pompa udara untuk aerasi sistem ini tidak terlalu dibutuhkan. Akar
akan mampu mendapatkan oksigen dari ruang di dalam sistem, dan juga menyerap
oksigen langsung dari cairan nutrisi.
Sistem sumbu pada dasarnya hanya mengalirkan larutan nutrisi dari
reservoir ke tanaman menggunakan proses aksi kapiler. Artinya air nutrisi dari
wadah reservoir diserap oleh sumbu yang menghubungkan dengan wadah media
tanam. Biasanya sistem sumbu yang baik akan memiliki setidaknya dua atau lebih
sumbu ukuran yang baik untuk memasok cukup air (larutan nutrisi) ke tanaman.
Ember atau wadah dengan tanaman di dalamnya berada tepat di atas wadah yang
digunakan untuk reservoir. Oleh karena itu, air tidak perlu menempuh jarak yang
jauh untuk sampai ke media tanam dengan tanaman.
6. Sistem Hidroponnik Aeroponik

Aeroponik adalah cara menaman tanaman yang digantung di udara dan


tumbuh dalam lingkungan lembap tanpa tanah. Karena akar digantungkan di udara
memungkinkan untuk menanamnya hampir di mana saja pada ruang rubik yang
dapat digunakan (Reyes et al., 2012).
Aeroponik berasa dari kata aero yang berarti udara dan ponus yang berarti
daya. Jadi aeroponik adalah memberdayakan udara. Sebenarnya aeroponik
merupakan suatu tipe hidroponik (memberdayakan air) namun air yang berisi
nutrisi dan larutan hara yang dibutuhkan tanaman disemburkan dalam bentuk
kabut hingga mengenai akar tanaman (Wicaksono et al., 2017).
Sistem aeroponik yaitu tanaman ditumbuhkan pada udara yang lembap
tanpa menggunakan tanah atau medium agregat. Dalam sistem aeroponik tidak
menggunakan wadah untuk menggenangkan larutan nutrisi ataupun dibuatkan
tempat aliran nutrisi agar akar bisa menyerap gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. Sistem ini juga memiliki kekurangan karena ketersediaan
alat yang belum banyak. Dibutuhkan alat penyembur khusus berupa sprinkler
pada sistem aeroponik ini. Komponen penting tersebut kadang kala sulit
ditemukan di kawasan pedesaan atau kota kecil. Ini tentu menjadi satu hambatan
bagi para petani yang mau melakukan cocok tanam dengan sistem aeroponik.

Anda mungkin juga menyukai