(DWC)
NUROHMAD A.Q
LADEN TYUS NJAU
Hidroponik
Metode ini disebut Deep Water Culture (DWC) karena dua alasan.
Alasan pertama adalah tanaman biasanya tumbuh diatas reservoir
(tandon/penampungan) yang dapat menampung air dalam jumlah
yang layak. Lebih banyak air yang digunakan maka Ph,PPM, dan suhu
dari larutan nutrisi menjadi lebih stabil, yang berarti bisa
mengurangi waktu dari perawatan tanaman.
Alasan kedua adalah karena massa akar yang terendam di dalam air
cukup banyak. Dalam sistem DWC, sebagian besar sistem akar
tanaman terendam di dalam air selama 24 jam setiap harinya.
3 Poin penting
Pertumbuhan yang dipercepat berkat penyerapan nutrisi dan oksigen yang unggul
dari larutan nutrisi. Misalnya, Anda bisa menanam selada dan memanen dalam 30
hari, sementara jika ditanam secara konvensional membutuhkan 50 hari.
Aerasi akar meningkatkan penyerapan tanaman dan meningkatkan tingkat
pertumbuhan sel dalam tanaman
Karena tanaman selalu terendam dalam nutrisi, maka kebutuhan nutrisi selalu
tersedia setiap saat.
Perawatan yang dilakukan lebih sedikit karena nutrisi menjadi lebih stabil dalam
jumlah besar.
Sistem yang paling sederhana dibandingkan dengan sistem hidroponik lainnya
sepert NFT,DFT, Ebb Flow, dll.
Tanaman Yang Cocok
Pada sistem DWC tanpa sirkulasi nutrisi akan cepat panas sehingga
mengurangi kadar oksigen terlarut di dalam nutrisi menyebabkan
kebusukan pada akar tanaman.
Pada sistem DWC dengan skala kecil, kadar Ph dan PPM larutan
nutrisi mudah sekali terfluktuasi karena dipengaruh oleh suhu
larutan yang mudah berubah.
Pada sistem DWC tanpa sirkulasi pengecekan nutrisi menjadi lebih
lama karena sistem tidak terintergrasi dan harus dicek per wadah
satu per satu.
Peralatan dan Bahan sistem DWC
Airator
Sistem rakit apung merupakan salah satu variasi sistem DWC yang paling
banyak digunakan di dunia dan juga di Indonesia. Di Indonesia sendiri rakit
apung mengalami beberapa perkembangan mulai dari generasi pertama yang
masih sangat sederhana sampai dengan yang terbaru yaitu generasi
keempat.