Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

Oleh :

1. AHMAD SUFILLAH ZAENI (1754211016)


2. ZEMY MAHENDRA LEO SANDI (1754211006)
3. LADEN TIYUS NJAU (1754211017)
4. NUR ROHMAT A.Q (1754211015)
5. TITIS ARIANTO (1754211067)

FAKULTAS PERTANIAN

UNUVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM

SAMARINDA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga laporan akhir praktikum
Botani ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan laporan
ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Botani.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun sadar laporan ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semua pihak.

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
ACARA I. FOTOSINTESIS ........................................................................... 4
ACARA II.STOMATA ................................................................................. 19
ACARA III.PERTUMBUHAN BIJI PADA TEMPAT GELAP
DAN TERANG .............................................................................................. 29
ACARA IV FOTOTROPI DAN GEOTROPI ............................................... 41
ACARA V.PERBEDAAN TANAMAN C3 DENGAN TANAMAN C4 ..... 50

3
ACARA I
FOTOSINTESIS

4
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk mengetahui ada atau tidaknya amilum yang terdapat dalam proses
fotosintesis dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, diantaranya dengan
memberikan perlakuan varian cahaya matahari yang berbeda pada daun tumbuhan
dan mengujinya dengan larutan JKJ untuk memperoleh hasil dan data yang
bervariasi antara daun tumbuhan sampel (Ellis, 1986)

1.2 Tujuan Praktikum

Membuktikan terjadinya fotosintesis pada daun dengan adanya amilum

5
II. DASAR TEORI

Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang
berarti penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan dari zat organik
H2O dan CO2menjadi senyawa organik yang kompleks yang memerlukan cahaya.
Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu
pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari. (Kimball, 2002)

Fotosintesis adalah suatu proses Biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga,


dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan
memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi
yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting
bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar
oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi
melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis
merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas
dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara
lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah
melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.

Menurut Stone (2004), reaksi fotosintesis dapat diartikan bahwa enam


molekul karobondioksida dan enam molekul air bereaksi dengan bantuan energi
cahaya matahari untuk dirubah menjadi satu molekul glukosa dan enam molekul
oksigen. Glukosa adalah molekul yang dibentuk sebagai hasil dari proses
fotosintesis yang di dalamnya tersimpan hasil konversi energi cahaya matahari
dalam bentuk ikatan-ikatan kimia penyusun molekul tersebut. Glukosa merupakan
senyawa karbon yang nantinya digunakan bersama elemen-elemen lain di dalam
sel untuk membentuk senyawa kimia lain yang sangat penting bagi organisme
tersebut, seperti DNA, protein, gula dan lemak. Selain itu, organisme dapat
memanfaatkan energi kimia yang tersimpan dalam ikatan kimia di antara atom-
atom penyusun glukosa sebagai sumber energi dalam proses-proses di dalam tubuh.

6
Seperti organisme lainnya, tanaman tersusun atas sel-sel sebagai unit dasar
penyusun kehidupan tanaman. Sel-sel tanaman mengandung struktur yang disebut
kloroplas (Chloroplast) yang merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Kloroplas
adalah organel khusus yang dimiliki oleh tanaman, berbentuk oval dan
mengandung klorofil (chlorophyll) yang dikenal dengan zat hijau daun. Seluruh
bagian tumbuhan yang merupakan struktur berwarna hijau, termasuk batang dan
buah memiliki kloroplas dalam setiap sel penyusunnya. Namun secara umum
aktifitas fotosintesis terjadi di dalam daun. Michael W. Davidson dalam websetnya
menyatakan bahwa kepadatan kloroplas di permukaan daun suatu tanaman rata-rata
sekitar satu setengah juta per milimeter persegi.

Fotosintesis memiliki dua macam reaksi, yaitu reaksi terang dan reaksi
gelap. Selama reaksi terang, klorofil bersama dengan pigmen-pigmen lain di dalam
kloroplas menyerap energi cahaya matahari dan mengkonversinya menjadi energi
kimia yang disimpan dalam ikatan kimia penyusun glukosa. Energi yang diserap
merupakan energi kaya elektron yang nantinya akan terlibat dalam serangkaian
rantai reaksi yang disebut transpot elektron. Menurut Stone (2004), air melalui
reaksi terang akan dipecah (fotolisis) menjadi proton, elektron dan O2. Proton dan
elektron yang dihasilkan dari pemecahan ini bergabung dengan senyawa aseptor
elektron NADP+ (nikotinamide adenosine dinucleotide phosphate) membentuk
NADPH. Beberapa proton bergerak melalui membran kloroplas , dan energi yang
dibentuk berupa ATP (Adenosine triphospat). NADPH dan ATP adalah komponen
yang masuk ke dalam reaksi gelap (siklus Calvin), yang merubah molekul
CO2 menjadi molekul gula berantai karobon tiga. energi kimia hasil konversi dari
energi cahaya matahari tersimpan dalam senyawa karbon tersebut.

Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai


molekul yang kompleks dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya
seperti sukrosa, monosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat
yang paling sederhana. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk
membentuk dimer, trimer dan lain-lain. Dimer merupakan gabungan antara dua
monosakarida dan trimer terdiri dari tiga monosakarida (Kimball, 2002).

7
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan
sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus
melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi
dibagian daun satu tumbuhan yang memiliki klorofil, dengan menggunakan cahaya
matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan
untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu
melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan klorofil yang berada didalam
daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena klorofil hanya akan
berfungsi bila ada cahaya matahari.(Dwidjoseputro,1986)

Pada tahun 1860, Sachs membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan


amilum. Dalam percobaannya tersebut ia menggunakan daun segar yang sebagian
dibungkus dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus, dimasukkan
kedalam alkoholdan ditetesi dengan iodium. Ia menyimpulkan bahwa warna biru
kehitaman pada daun yang tidak ditutupi kertas timah menandakan adanya amilum.
(Malcome, 1990)

Organisasi dan fungsi suatu sel hidup bergantung pada persediaan energi
yang tak henti-hentinya. Sumber energi ini tersimpan dalam molekul-molekul
organik seperti karbohidrat. Untuk tujuan praktis, satu-satunya sumber molekul
bahan bakar yang menjadi tempat begantung seluruh kehidupan adalah fotosintesis.
Fotosintesis merupakan salah satu reaksi yang tergolong ke dalam reaksi
anabolisme. Fotosintesis adalah proses pembentukan bahan makanan (glukosa)
yang berbahan baku karbondioksida dan air.

Fotosintesis hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan dan ganggang hijau yang
bersifat autotrof. Artinya keduanya mampu menangkap energi matahari untuk
menyintesis molekul-molekul organik kaya energi dari precursor organik H2O dan
CO2. Sementara itu, hewan dan manusia tergolong heterotrof, yaitu memerlukan
suplay senyawa-senyawa organik dari lingkungan (tumbuhan) karena hewan dan
manusia tidak dapat menyintesis karbohidrat. Karena itu, hewan dan manusia
bergantung pada organisme autotrof. (http://metabolismelink.freehostia.com)

8
Fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas merupakan organel
plastid yang mengandung pigmen hijau daun (klorofil). Sel yang mengandung
kloroplas terdapat pada mesofil daun tanaman, yaitu sel-sel jaringan tiang
(palisade) dan sel-sel jaringan bunga karang (spons). Di dalam kloroplas terdapat
klorofil pada protein integral membrane tilakoid. Klorofil dapat dibedakan menjadi
klorofil a dan klorofil b. klorofil a merupakan hijau rumput (green grass pigment)
yang mampu menyerap cahaya merah dan biru-keunguan. Klorofil a ini sangat
berperan dalam reaksi gelap fotosintesis. Klorofil b merupakan pigmen hijau-
kebiruan yang mampu menyerap cahaya biru dan merah kejinggaan. Klorofil b
banyak terdapat pada tumbuhan, ganggang hijau dan beberapa bakteri autotrof.

Klorofil terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas. Pada umumnya


kloroplas itu berbentuk oval, bahan dasarnya disebut stroma, sedang butir-butir
yang terkandung di dalamnya disebut grana. Pada tanaman tinggi ada dua macam
klorofil, yaitu:

klorofil-a : C55H72O5N4Mg, berwarna hijau tua

klorofil-b : C55H70O6N4Mg, berwarna hijau muda

Rumus bangunnya berupa suatu cincin yang terdiri atas 4 pirol dengan Mg
sebagai inti. Rumus bangun ini hamper serupa dengan rumus bangun haemin (zat
darah), di mana intinya bukan Mg melainkan Fe. Pada klorofil; terdapat suatu
rangkaian yang disebut fitil yang dapat terlepas menjadi fitol C2H39OH, jika kena
air (hidrolisis) dan pengaruh enzim klorofilase. Fitol itu lipofil (suka asam lemak),
sedangkan biasanya disebut rangka porfin, sifatnya hidrofil (suka akan air).
(Dwidjoseputro, 1994:18)

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan klorofil:

1. Faktor pembawaan. Pembentukan klorofil dibawakan oleh gen tertentu di


dalam kromosom.

2. Cahaya. Terlalu banyak sinar berpengaruh buruk kepada klorofil. Larutan


yang dihadapkan kepada sinar kuat tampak berkurang hijaunya. Hal ini juag dapat

9
kita lihat pada daun-daun yang terus terkena kena sinar langsung warna mereka
menjadi hijau kekuning-kuningan.

3. Oksigen

4. Karbohidrat. Dengan tiada pemberian gula, daun-daun tersebut tak mampu


menghasilkan klorofil, meskipun faktor-faktor lain cukup.

5. Nitrogen Magnesium. Besi yang menjadi bahan pembentuk klorofil


merupakan suatu condition sinc qua non(kehausan). Kekurangan akan salah satu
dari zat-zat tersebut mengakibatkan klorosis kepada tumbuhan.

6. Air. Air merupakan faktor keharusan pula, kekurangan air mengakibatkan


desintegrasi dari klorofil seperti terjadi pada rumput dan pohon-pohonan di musim
kering.

7. Unsur-unsur Mn, Cu, Zn, meskipun hanya di dalam jumlah yang sedikit
sekali, membantu pembentukan klorofil. Dengan tiada unsur-unsur itu, tanaman
akan mengalami klorosis juga.

8. Temperatur antara 3o-48oC merupakan suatu kondisi yang baik untuk


pembentukan klorofil pada kebanyakan tanaman, akan tetapi yang paling baik
ialah antara 26o-30oC.

Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis:

Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.

Konsentrasi karbon dioksida


Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapt
digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.

Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada

10
suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.

Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat
penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.

Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)


Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik.
Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan
berkurang.

Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan
yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin
dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan
makanan untuk tumbuh.

Pada umumnya sel fotosintesis mengandung satu atau lebih pigmen klorofil yang
berwarna hijau. Berbagai sel fotosintesis lainnya seperti pada ganggang dan
bacteria, berwarna coklat, merah dan ungu. Hal ini disebabkan oleh adanya
pigmen lain di samping klorofil, yaitu pigmen pelengkap, seperti karotenoid yang
berwarna kuning, merah atau ungu dan fikobilin yang berwarna biru atau merah
(Muhammad Wirahadikusumah, 1985: 99)

Pada percobaaan Sachs, A daun yang sebagian tertutup x, terkena sinar sepanjang
hari. B daun tersebut setelah dipetik, direbus, direndam dalam alcohol untuk
melarutkan klorofilnya dan setelah itu dicelup dalam larutan lugol. Bagian yang
tertutup tampak putih (berarti tanpa amilum), sedang daerah sekitarnya berwarna
hitam yang menunjukkan adanya amilum.

Jan Ingenhousz merupakan orang yang pertama kali melakukan penelitian tentang
fotosintesis adalah Jan Ingenhousz (1730-1799). Ingenhousz memasukkan
tumbuhan air Hydrilla verticillata ke dalam bejana yang diisi air. Bejana gelas itu

11
ditutup denagn corong terbalik dan diatasnya di beri tabung reaksi yang diisi air
hingga penuh. Bejana itu diletakkan di terik matahari. Tak lama kemudian muncul
gelembung udara dari tumbuhan air tersebut. Gelembung udara tersebut
menandakan adanya gas. Setelah diuji ternyata adalah oksigen. Ingenhousz
menyimpulkan fotosintesis menghasilkan oksigen.

Fotosintesis terjadi hanya di bagian hijau tanaman. Untuk efisiensi fotosintesis


harus daun tipis dan memiliki luas permukaan besar. Ini membantu dalam
penyerapan cahaya dan difusi gas, dan sarana untuk mencegah kehilangan air yang
berlebihan melalui stomata dan epidermis. Jumlah besar kloroplas dalam sel-sel
mesofil palisade menyediakan jaringan fotosintetik utama. Ruang antara spons
berbentuk tidak teratur di dalam sel-sel mesofil daun izin difusi gas gratis. Turgor
sel penjaga berubah menjadi gas mengizinkan pertukaran dengan atmosfer.
Kutikula pada berlapis tunggal transparan epidermis atas dan bawah melindungi
daun dari pengeringan dan infeksi.

12
II. METODE PRAKTIKLM

3.1 Waktu Dan Tempat


Praktikum berlangsung pada hari kamis, pukul 14:00 di laboratorium
Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Mahakam Samarinda (sesuai
dengan daftar hadir dosen)

3.2 Alat Dan Bahan

Alat
a) Gunting
b) Kertas karbon
c) Beaker glass
d) Paper clips

Bahan
1. Larutan Yodium
2. Larutan Alkohol
3. Air mendidih

3.3 Prosedur Kerja

1. Pilihlah 5 helai daun dari spesies yang berbeda yang berwarna hijau, baik
dan sehat, kemudian bungkus masing masing bagian dengan kertas
karbon (yaitu bagian tengah) kemudian beri paper clips pinggirannya dan
biarkan selama 24 jam.
2. Daun yang menjadi medium percobaan pada saat waktunya dipetik
3. Praktikum baru dimulai setelah alat dan bahan siap
4. Praktikum segera mulai :
5. Pertama celupkan daun kedalam air mendidih +/- 10 menit.
6. Setelah itu segera dicelupkan ke dalam larutan alkohol selama 10 menit.
7. Celupkan lagi ke dalam larutan KI, kemudian amati perubahan yang
terjadi.

13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Hasil Uji Iod Hasil Pengamatan

Gejala pada
Gejala pada
bagian daun
bagian daun Keterangan
yang tidak
yang ditutup
ditutup

Bagian yang berwarna biru


kehitaman menunjukkan adanya
Berwarna
Berwarna amilum, sedangkan yang
1 biru
lebih pucat berwarna putih pucat
kehitaman
menunjukkan tidak adanya
amilum.

14
4.2 Pembahasan
Pada uji amilum ini bertujuan melakukan uji apakah tanpa cahaya daun
tidak berfotosintesis. Adapun alat dan bahan yang digunakan diantaranya adalah
beker gelas 500 ml, beker gelas 250 ml, pinset, pemanas, penjepit kertas (klip),
etanol 70%, air/aquades, Yod KI/lugol, tanaman berdaun lebar (daun singkong),
dan kertas timah. Pada pagi hari sebelum praktikum, sebagian daun tanaman yang
sehat ditutup dengan kertas timah, dan dijepit dengan sebuah klip. Setelah terkena
cahaya matahari selama 48 jam, daun itu kemudian dipetik. Kemudian daun
dimasukkan dalam pada beker gelas yang berisi larutan etanol 70% yang
dipanaskan di alat pemanas di sekitar air yang mendidih selama beberapa saat
(5menit). Daun dimasukkan dalam alcohol agar klorofil larut sehingga daun
menjadi pucat. Daun yang digunakan kelompok untuk percobaan sulit larut
klorofilnya. Hal ini disebabkan ketebalan daun dan larutan yang digunakan hanya
alcohol yang kadarnya kurang keras untuk dapat melarutkan klorofil pada daun
yang tebal. Data percobaan menggunakan data kelas, karena hanya ada satu
kelompok yang berhasil dalam percobaan ini. Daun yang digunakan kelompok
tersebut adalah daun tanaman singkong. Setelah beberapa menit, daun tersebut
ditiriskan dan ditempatkan pada sebuah cawan. Daun tersebut lalu ditetesi dengan
larutan Yod-KI atau lugol sehingga terjadi perubahan warna.

Pada percobaan digunakan larutan lugol yang bertujuan untuk mengetahui


ada tidaknya amilum pada daun tersebut. Jika terdapat amilum maka pada bagian
daun yang ditetesi lugol akan berubah warna menjadi biru kehitaman. Pada saat
daun ditetesi dengan iodin bagian yang sebelumnya tertutup oleh kertas timah tetap
pucat, sedangkan yang tidak tertutup warnanya menjadi biru kehitaman. Sehingga
dapat dikatakan bahwa pada bagian daun yang tidak ditutupi kertas timah terdapat
amilum, sedangkan pada bagian daun yang ditutupi kertas timah tidak terdapat
amilum.

Amilum merupakan salah satu hasil dari proses fotosintesis, yang berarti
pada bagian daun yang terkena cahaya matahari terjadi proses fotosintesis,
sedangkan pada daun yang tidak terkena cahaya matahari tidak terjadi proses
fotosintesis. Hal ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan oleh Sachs pada
tahun 1860. Sachs membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum. Dalam
percobaannya tersebut ia menggunakan daun segar yang sebagian dibungkus
dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus, lalu dimasukkan kedalam
alkohol dan ditetesi dengan iodium. Ia menyimpulkan bahwa warna biru kehitaman
pada daun yang tidak ditutupi kertas timah menandakan adanya amilum (Malcome,
1990).

15
Fotosintesis adalah proses sintesis untuk menghasilkan makanan yang
dilakukan oleh tumbuhan hijau dengan bantuan cahaya matahari. Dari percobaan
ini juga dibuktikan bahwa hanya pada daun yang berklorofil dan terkena cahaya
yang dapat melakukan ”memasak” atau fotosintesis. Hal ini sesuai dengan literatur
tentang fotosintesis oleh Dwidjoseputro(1986) : bahwa tumbuhan terutama
tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan pokoknya
agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang
dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan
yang memiliki klorofil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari
merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa
adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses
fotosintesis, hal ini disebabkan klorofil yang berada didalam daun tidak dapat
menggunakan cahaya matahari karena klorofil hanya akan berfungsi bila ada
cahaya matahari. (Dwidjoseputro, 1986)

16
V. KESIMPULAN
Pada kegiatan uji amilum, jika tanpa cahaya daun tidak melakukan
fotosintesis. Hal ini ditandai dengan bagian daun yang ditutup tidak mengandung
zat karbohidrat. Zat karbohidrat hanya dihasilkan pada bagian daun yang terkena
cahaya matahari karena bagian daun yang terkena cahaya matahari dapat
melakukan fotosintesis.

17
DAFTAR PUSTAKA

Camphell,Neil A.2000.Biologogi Edisi Kelima-Jilid 1.Jakarta:Erlangga

Dwidjoseputro.1994.Pengantar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta:Gramedia Pustaka


Utama

Jumin, Hasan Basri.1992.Ekologi Tanaman.Jakarta:Rajawali Press

Kimball, John W.1998.Biologi Jilid 1.Jakarta:Erlangga

Wirahadikusumah, Muhammad.1985.Biokimia Metabolisme Energi Karbohidrat


dan Lipid.Bandung:ITB Bandung

18
ACARA II
STOMATA

19
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stomata adalah bukaan pada epidermis yang sebagian besar terdapat pada
bawah daun dan meregulasi pertukaran gas. Stomata dibentuk oleh dua sel
epidermis yang terspesialisasi yang disebut sel penjaga yang meregulasi besarnya
diameter stomata. Stomata juga terdistribusi secara spesisfik berdasarkan spesies
(Ana, 2009).

1.2 Tujuan
Untuk mengamati bentuk stomata pada daun jagung dan daun kacang

20
II. DASAR TEORI

Stomata daun adalah sarana utama pertukaran gas pada tumbuhan. Stomata
berbentuk pori-pori kecil, biasanya di sisi bawah daun, yang dibuka atau ditutup di
bawah kendali sepasang sel berbentuk pisang yang disebut sel penjaga. Ketika
terbuka, stomata memungkinkan CO2 untuk memasuk ke daun untuk melakukan
sintesis glukosa, dan juga memungkinkan untuk air (H2O) dan oksigen bebas
(O2) untuk keluar. Selain membuka dan menutup stomata (perilaku stomata),
tanaman menggunakan kontrol atas pertukar gas mereka dengan memvariasikan
kepadatan stomata dalam daun ketika mereka baru diproduksi (seperti pada musim
semi atau musim panas). Stomata per satuan luas (kepadatan stomata) bisa
mengambil banyak O2, dan semakin banyak air yang dapat dilepaskan. Jadi, lebih
tinggi kerapatan stomata dapat sangat memperkuat potensi untuk kontrol perilaku
atas kehilangan kadar air dan penyerapan CO2
(Mulyani, 2010).
Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel penutup yang dikelilingi oleh
beberapa sel tetangga. Mekanisme menutup dan membuka-nya stomata tergantung
dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena perubahan konsentrasi karbondioksida,
berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat. Stomata berperan penting sebagai
alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan. Pada kondisi cekaman
kekeringan maka stomata akan menutup sebagai upaya untuk menahan laju
transpirasi. Senyawa yang banyak berperan dalam membuka dan menutupnya
stomata adalah asam absisat. Mekanisme membuka dan menutup stomata pada
tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan sangat efektif sehingga
jaringan tanaman dapat menghindari kehilangan air melalui penguapan. Tipe
stomata yang berbeda dipengaruhi olek kondisi lingkungan, habitat tanaman
tersebut dan anatomi tanaman itu sendiri.Tanaman dengan kondisi kekurangan air
memiliki stomata dengan kerapatan rendah serta memiliki sel buliform berukuran

21
besar dengan kerapatan relative besar Sedangkan pada kondisi kelebihan air
memiliki stomata dengan kerapatan tinggi (Saktiono, 2004).
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa karakter daun yang baik menyerap
debu yaitu permukaan daun licin, mengkilap, berambut, tepi daun bergelombang.
Tipe stomata yang diperoleh adalah parasitik (pterocarpus) indicus willd.,
Swietenia macrophylla king., filicium decipiens (waight & arn) Thwaities dan
polyalthia longifolia bent. & Hook var. pendula) dan anisositik. (Mimusops elengi
L., dengan. Wodyetia bifurcata Ivrine dan Bambus vulgaris Schrad var
(Elis et al., 2011).
Pembukaan stomata sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan,
antara lain intensitas cahaya, temperatur dan air. Faktor-faktor lingkungan tersebut
menangalami perubahan harian (diurnal) seiring dengan bergantinya waktu
pagi,siang dan sore hari. Pada pagi hari stomata akan mulai membuka lebar karena
intensitas cahaya dan temperatur yang tidak terlalu tinggi serta kelembaban yang
cukup menyebabkan turgor sel penjaga meningkat (Taiz et al., 2004)
Distribusi stomata sangat berhubungan dengan kecepatan dan intensitas
transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain dengan jarak tertentu.
Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat penguapan. Jika
lubang-lubang terlalu berdekatan maka penguapan dari lubang yang satu akan
menghambat penguapan lubang dekatnya (Hariyanti,2010).

22
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum berlangsung pada hari kamis, pukul 14:00 di laboratorium


Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Mahakam Samarinda (sesuai
dengan daftar hadir dosen)

3.2 Alat Dan Bahan

Alat

1. Mikroskop
2. Pisau silet

Bahan
1. Daun Jagung
2. Daun Kacang
3. Air

3.3 Prosedur Kerja

1. Pada preparat pertama ambil penampang membujur daun jagung


2. Kemudian amati bentuk stomata pada penampang tersebut dengan
mikroskop
3. Pada preparat kedua ambil penampang membujur daun kacang
4. Kemudian amati bentuk stomata pada penampang tersebut dengan
mikroskop

23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Kacang

Jagung

4.2 Pembahasan
Daun kacang (Arachis hypogea)
Pada pengamatan daun kacang (Arachis hypogea) dapat terlihat epidermis
atas, epidermis bawah, klorofil, stomata, trikoma berbentuk bintang, mesofil daun,
jaringan spons (bunga karang) dan jaringan palisade (tiang).

24
Di bawah epidermis terdapat jaringan palisade, pada jaringan palisade
tampak warna hijau karena pada jaringan ini terdapat banyak klorofil. Di bawah
jaringan palisade terdapat jaringan pengangkut yang akan membawa hasil
fotosintesis dari daun menuju keseluruh tubuh tumbuhan. Jaringan spons terdapat
di bawah jaringan pengangkut dan di bawahnya terdapat epidermis bawah (Sutrian,
2004).
Jaringan epidermis pada daun mempunyai derivat berupa stomata. Stomata
adalah berupa suatu pintu yang mempunyai dua sel penutup di kedua samping
kanan dan kirinya. Stomata biasa berada pada bagian atas atau bawah daun. Stomata
dapat berfungsi sebagai pintu masuk udara yang digunakan untuk fotosintesis dan
udara yang dikeluarkan dari hasil fotosintesis. Stomata juga berfungsi dalam
evaporasi untuk menjaga kestabilan air dalam tubuh tumbuhan (Hidayat, 1995).
Pada sekitar tulang daunnya, terdapat bagian yang menonjol, bagian yang menonjol
ini adalah tulang daun yang berfungsi sebagai penopang helaian daun dan sebagai
tempat jaringan angkut. Susunan anatomi jaringan daun setelah epidermis terdapat
jaringan mesofil daun yang tersusun atas jaringan palisade, jaringan spons dan
jaringan pembuluh. Jaringan pembuluh tersusun atas floem dalam, xylem, kambium
dan floem luar (Fahn, 1991).
Daun jagung (Zea mays)
Pada pengamatan daun jagung (Zea mays) dapat terlihat epidermis atas,
epidermis bawah, klorofil, stomata, sel kipas, mesofil daun, jaringan spons (bunga
karang), jaringan pembuluh dan jaringan palisade (tiang). Disini stomata, jaringan
spons (bunga karang), jaringan palisade (tiang) dan jaringan pembuluh tidak
tampak karena preparat yang di amati terlalu kecil.
Sistem jaringan pengangkut pada daun terletak didalam tulang daun beserta
vena-venanya, pada penampang melintang daun, berkas pengangkut ini terdiri dari
1 ikatan pembuluh, yang xylemnya terletak menghadap ke permukaan atas daun
dan floemnya ke permukaaan bawah daun (Savitri, 2008).
Jaringan setelah epidermis terdapat jaringan mesofil daun yang tersusun
atas jaringan palisade (tiang), jaringan spons (bunga karang) dan jaringan pembuluh
(xylem dan floem). Pada epidermis bawah daun terdapat sel-sel kipas. Sel-sel kipas

25
terletak sejajar dengan permukaan epidermis luar, ukuran sel-sel kipas tidak sama
panjangnya, karena itulah sel-sel ini disebut sel kipas seperti bentuknya yang
menyerupai kipas. Jaringan epidermis pada daun monokotil sel-sel epidermis di
lindungi oleh lapisan kutikula yang menyebabkan daun menjadi kaku, stomata
sering tersusun dalam deretan memanjang yang sejajar dengan sumbu daun
(Hidayat, 1995).)
Fungsi jaringan penyusun mesofil tidak lain secara besar untuk membantu
proses fotosintesis. Sel-sel jaringan palisade terdapat banyak sekali kloroplas yang
disebut sebagai warna fotosintesis. Rongga-rongga antara sel-sel jaringan palisade
dan spons juga membantu memperlancar proses pertukaran udara yaitu oksigen dan
karbondioksida. Hasil fotosintesis akan diedarkan oleh jaringan pengangkut yaitu
floem sedangkan zat hara mineral untuk bahan fotosintesis dibawa oleh xylem dan
semua saling bekerja sama (Loveless, 1987).

26
V. KESIMPULAN

1. Pada daun kacang (Arachis hypogea)dapat terlihat epidermis atas, epidermis


bawah, klorofil, stomata, trikoma berbentuk bintang, mesofil daun, jaringan spons
(bunga karang) dan jaringan palisade (tiang).
2. Pada daun jagung (Zea mays) dapat terlihat epidermis atas, epidermis bawah,
klorofil, stomata, sel kipas, mesofil daun, jaringan spons (bunga karang), jaringan
pembuluh dan jaringan palisade (tiang). Disini stomata, jaringan spons (bunga
karang), jaringan palisade (tiang) dan jaringan pembuluh tidak tampak karena
preparat yang di amati terlalu kecil.

27
DAFTAR PUSTAKA

Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta : UGM Press

Hidayat, Estiti B. 1995. AnatomiTumbuhan Berbiji. Bandung : ITB


Iserep, Sumardi. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung :
ITB

Kimball, John W. 1994. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. jakarta : Erlangga

Loveless A. R. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik


Jilid I. Jakarta : PT Gramedia Utama
Savitri, sandi, Evika, MP. 2008. Petunjuk Praktikum Struktur Perkembangan
Tumbuhan (Anatomi Tumbuhan). Malang : UIN Press

Sutrian, Yayan Drs. 2004. PengantarAnatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel


dan Jaringan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Tjitrosoepomo, Gembong. 1993. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM
Press

28
ACARA III
PERTUMBUHAN BIJI DI
TEMPAT GELAP DAN
TERANG

29
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling berhubungan. Ada


banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor
eksteral. Faktor internal merupakan faktor yang meliputi faktor genetis (hereditas)
dan faktor fisiologis, sedangkan faktor eksternal atau faktor lingkungan merupakan
faktor yang berasal dari luar tubuh tumbuhan tersebut yaitu dari lingkungan atau
ekosistem. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan adalah cahaya matahari.
Cahaya matahari merupakan sumber kehidupan karena cahaya dapat
memberikan kita banyak manfaat juga sebagai bintang berdekatan dengan bumi
dengan jarak 149.680.000 (Km). Cahaya matahari sangat dibutuhkan oleh
tumbuhan hijau karena cahayanya dapat menghambat pertumbuhan dan juga
cahaya dapat menguraikan auksin (suatu hormon pada tumbuhan). Hal ini dapat
kita lihat pada tumbuhan yang berada pada tempat gelap akan lebih cepat tinggi dan
daunnya tidak terlalu hijau dari pada tmbuhan di tempat terang. Pertumbuhan yang
cepat di tempat gelap disebut etiolasi.
Cahaya yang dibutuhkan tumbuhan tidak selalu sama pada setiap tanaman.
Ada jenis-jenis tumbuhan yang memerlukan cahaya penuh dan ada pula yang
memerlukan remang-remang untuk pertumbuhannya. Banyak sekali teori yang
menjelaskan tentang pegaruh cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan.

1.2 Tujuan
- Mengetahui adanya pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan benih padi.
- Mengetahui adanya pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman kacang
hijau.

30
II. DASAR TEORI

Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap


lingkungan dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat
mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini
dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai
mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan reproduktif,
namun ini mengimplikasikan tidka adanya perencanaan yang disengaja pada bagian
dari tumbuhan tersebut (Campbell, dkk., 2002).

Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak


dapat balik) karena adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel; dapat pula
disebabkan oleh keduanya. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara
kuantitatif (Anonim, 2012).

Tumbuhan bertambah tinggi dan besar disebabkan oleh dua hal. Pertama,
pertambahan jumlah sel sebagai hasil pembelahan mitosis pada meristem (titik
tumbuh) di titik tumbuh primer dan sekunder. Kedua, pertambahan komponen-
komponen seluler dan adanya diferensiasi sel. Misalnya penyerapan air ke dalam
vakuola yang menyebabkan sel membesar serta terbentuknya jaringan, organ, dan
individu melalui proses diferensiasi sel dan atau / spesialisasi (Anonim, 2012).

Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dimulai dengan


perkecambahan biji. Kemudian kecambah berkembang menjadi tumbuhan kecil
yang sempurna, yang kemudian tumbuh membesar (Anonim, 2012).

Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka
pertumbuhannya akan lambat karena jika auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi
tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat
karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung
tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut
dengan fototropisme. Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon yang
banyak atau sedikit qita harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada
tanaman sehingga kita lebih mudah untuk mengetahuinya. sedangkan untuk
tanaman yang diletakkan ditempat yang terang dan gelap diantaranya (Anonim,
2012).

Tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan tanamannya


sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung warnanya
pucat kekuningan.hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat

31
oleh sinar matahari. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang
terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman
yang diletakkan ditempat gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga
warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat
oleh sinar matahari (Anonim, 2012).

Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan di antaranya adalah faktor


genetik untuk internal dan faktor eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu,
air, dan hormon. Untuk proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor
cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut
leteratur perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auxin , jika melakukan
perkecambahan di tempat yang gelap maka akan tumbuh lebih cepat namun
bengkok, hal itu disebabkan karena hormon auxin sangat peka terhadap cahaya, jika
pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan di tempat yang perkecambahan akan
terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di sebabkan pengaruh hormon auxin yang aktif
secara merata ketika terkena cahaya. Sehingga di hasilkan tumbuhan yang normal
atau lurus menjulur ke atas (Soerga, 2009).

Istilah auksin berasal dari bahasa yunani yaitu auxien yang berarti
meningkatkan. Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa
pascasarjana di negeri belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu
senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan
koleoptil oat kerah cahaya. Fenomena pembengkokan ini dikenal dengan istilah
fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan Went didaerah koleoptil. Aktifitas
auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya
pemanjangan pada sisi yang tidak terkena cahaya matahari (Salisbury dan Ross,
1995).

Auksin yang ditemukan Went, kini diketahui sebagai Asam Indole Asetat
(IAA) dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakannya dengan auksin. Namun
tumbuhan mengandung 3 senyawa lain yang struktrurnya mirip dengan IAA dan
menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut
dapat dianggap sebagai auksin. Senyawa-senyawa tersebut adalah asam 4-
kloroindol asetat, asam fenilasetat (PAA) dan asam Indolbutirat (IBA)
(Dwidjoseputro, 1992).

Para ahli fisiologi telah meneliti pengaruh auksin dalam proses


pembentukan akar lazim, yang membantu mengimbangkan pertumbuhan sistem
akar dan system tajuk. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa auksin dari
batang sangat berpengaruh pada awal pertumbuhan akar. Bila daun muda dan
kuncup, yang mengandung banyak auksin, dipangkas maka jumlah pembentukan
akar sampling akan berkurang. Bila hilangnya organ tersebut diganti dengan auksin,

32
maka kemampan membentuk akar sering terjadi kembali (Salisbury dan Ross,
1995).

Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies
berkayu, misalnya tanaman apel (Pyrus malus), telah membentuk primordia akar
liar terlebih dahulu pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa waktu
lamanya, dan akan tumbuh apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini sering
terdapat di nodus atau bagian bawah cabang diantara nodus. Pada daerah tersebut,
pada batang apel, masing-masing mengandung sampai 100 primordia akar. Bahkan,
batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu menghasilkan akar liar dari
pembelahan lapisan floem bagian luar (Salisbury dan Ross, 1995).

Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan


intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan
fotoperiodisitas (panjang hari) (Elisa, 2006). Cahaya dengan intensitas tinggi dapat
meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang positively photoblastic
(perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran intensitas tinggi ini
diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang
bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya) (Elisa,
2006).

33
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum berlangsung pada hari kamis, pukul 14:00 di laboratorium


Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Mahakam Samarinda (sesuai
dengan daftar hadir dosen)

3.2 Alat Dan Bahan

Bahan

1. Biji kacang hijau


2. Kapas
3. Aquadest

Alat

1. Nampan plastik
2. Pinset
3. Tisu
4. Label

3.3 Prosedur Kerja

1. Pertama-tama, siapkan benih padi dan biji kacang hijau masing-masing 50 biji
kemudian direndam di dalam air.

2. Sambil menunggu benih dan biji direndam, siapkan pula nampan plastik
sebanyak 2 buah.

3. Masing-masing nampan diberi alas tisu didalamnya, kemudian diberi aquadest


sekiranya basah.

4. Susun biji dan benih satu persatu ke dalam nampan.

5. Kemudian beri label pada nampan (gelap dan terang).

34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hari Gelap Terang

35
3

36
5

37
7

4.2 Pembahasan

Tanaman yang tumbuh di tempat gelap dan terang sama-sama tumbuh dan
berkecambah pada hari ke- 2 dan mulai tumbuh batang padaa hari selanjutnya.
Tetapi, pada tanaman kacang hijau yang tumbuh ditempat yang gelap, lebih tinggi
daripada kacang hijau yang tumbuh di tempat terang.

Pada hari ke-7 ketinggiantanaman yang tumbuh di tempat gelap tumbuh


lebih Panjang daripada tanaman yang tumbuh di tempat gelap. Perbedaan lain juga
terjadi pada warna daun yang muncul pada masing-masing tanaman, pada tanaman
yang tumbuh di tempat gelap warna daunnya kuning seperti tanaman yang layu.
Sedangkan pada tanaman yang ditempatkan pada tempat yang terkena sinar
matahari penuh mempunyai daun berwarna hijau segar.

38
V. KESIMPULAN
Intensitas cahaya berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya pertumbuhan
yang dialami oleh tanaman kacang hijau adalah benar. Hal itu terlihat dari kacang
hijau yang di tanam di tempat gelap yang mempunyai pertumbuhan lebih cepat
dibandingkan dengan tanaman kacang hijau yang ditempatkan pada tempat terang.
Hal ini disebabkan karena hormon auksin sangat cepat berkembang di tempat
gelap. Namun bentuk tanaman yang tumbuh di tempat gelap terlihat kurang kokoh
daripada tanaman yang tumbuh di tempat terang begitu juga daun tanaman yang
tumbuh di tempat gelap terlihat tidak berkembang dengan bagus.

39
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.

Campbell, N. A, J. B. Reece and L. G. Mitchell, 2002, Biologi jilid 2, Erlangga,


Jakarta.

Latunra, A.I., 2012, Penuntun Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan II,


Universitas Hasanuddin, Makassar.

Salisbury, F.B. dan Cleon W. Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB
Press, Bandung.

40
ACARA IV
FOTOTROPI DAN GEOTROPI

41
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arah pertumbuhan (pergerakan) tanaman sangat dipengaruhi oleh


stimulus lingkungan yang diterima oleh tanaman, seperti cahaya matahari,
sentuhan, ketersediaan air. Stimulus yang ada akan diterima oleh tanaman melalui
sensor-sensor yang dimilki tanaman sehingga tanaman dapat merespon stimulus
yang datang. Sebagai conyoh, pada pucuk tanaman sensor yang ada akan merespon
datangnya cahaya, sehingga pucuk tanaman akan tumbuh ke arah cahaya, yang
dikenal dengan fototropisme. Di ujung akar tanaman terdapat sensor yang
memungkinkan tanaman merespon adanya gravitasi bumi, yang karenanya arah
pertumbuhan akar membelok ke arah pusat bumi. Gerakan tanaman ini disebut
geotropisme.

1.2 Tujuan

Membuktikan adanya geotropi dan fototropi

42
II. DASAR TEORI

Geotropisme adalah gerak yang menuju pusat bumi, gerak ini dilakukan
oleh akar. Gerak ujung akar kepala itu sutau geotropi yang positif. Sedang jurusan
yang ditempuh oleh cabang-cabang akar yang agak mendatar itu disebut
diogeotropik atau transversal-geotropik. Sebaliknya, jurusan yang ditempuh oleh
ujung batang itu disebut geotropi yang negatife.

Teori cholodny went tentang geotropisme mengajukan dugaan bahwa


auksin dipindahkan dari belahan atas batang kebelahan bawah bila batang diubah
dari posisi vertikal keposisi horizontal. Sebagian geotropisme diarahkan pada akar.
Pada awalnya bahwa sisi penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Darwin (1980)
Lentil (lens) memberikan respon terhadap garvitasi bila pucuk akarnya dipotong,
sampai meristem akar dan tudung akar terbentuk kembali. Bila tudung akar jagung
atau spesies lain dihilangkan dengan menggunakan teknik bedah menghambat
pertumbuhan akar, tidak terjadi respon gravitropik sampai tudung yang sama atau
tudung lain diganti atau tudung baru tumbuh kembali. Seperti halnya makhluk
hidup lainnya, tumbuhan juga melakukan gerak. Namun gerak tumbuhan tidak
seperti gerak pada makhluk hidup lain berupa perpindahan tempat. Tumbuhan
tinggi hanya bergerak pada bagian – bagian tertentu dari tubuhnya, seperti
bengkoknya batang, dahan dan akar, melipatnya daun. Secara garis besar, gerak
dibagi menjadi gerak Autonom atau Endonom yaitu gerak yang terjadi secara
spontan tanpa rangsangan dan gerak Etionom akibat adanya rangsangan.

Geotropi adalah gerak yang menuju pusat bumi, gerak ini dilakukan oleh
akar. Gerak ujung akar kepala itu sutau geotropi yang positif. Sedang jurusan yang
ditempuh oleh cabang-cabang akar yang agak mendatar itu disebut diogeotropik
atau transversal-geotropik. Sebaliknya, jurusan yang ditempuh oleh ujung batang
itu disebut geotropi yang negatife. Gravitropisme dibagi menjadi dua, yaitu
gravitropisme positif (gerakan pertumbuhan akar menuju arah gravitasi bumi dan
gravitropisme negatif (gerakan pertumbuhan akar menjauhi gravitasi bumi. Namun
pada umumnya akar bersifat gravitropisme positif. (Dwidjoseputro, D. 1985)

Pembengkokan batang utama dan akar. Pada awalnya bahwa sisi


penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Seperti halnya pada fototropisme,
disebabkan oleh pertumbuhan diferensiasi pada daerah perpanjangan dibelakang
ujung. Pada batang atau koleoptil yang diletakkan horizontal pemanjangan terjadi
lebih besar pada posisi bawah dari pada sisi atas, sedangkan pada akar terjadi
sebaliknya, jadi berturut-turut mengakibatkan bengkokan keatas dan bengkokan
kebawah. (Heddy, S. 1996)

43
Jika kita letakkan suatu pot berisi kecambah dalam posisi mendatar, maka ujung
kar akan membelok ke pusat bumi (geotropi yang positif), sedang ujung batang
akan membelok keatas (geotropi yang negatif). Kejadian ini ada hubungannya
dengan distribusi auksin juga. Kesimpulannya adalah kadar auksin yang tinggi
menggiatkan pengembangan sel-sel batang, akan tetapi menghambat sel-sel akar.
Pembengkokan batang utama dan akar. Pada awalnya bahwa sisi penerimaan
gravitasi adalah tudung akar. Seperti halnya pada fototropisme, disebabkan oleh
pertumbuhan diferensiasi pada daerah perpanjangan dibelakang ujung. Pada batang
atau koleoptil yang diletakkan horizontal pemanjangan terjadi lebih besar pada
posisi bawah dari pada sisi atas, sedangkan pada akar terjadi sebaliknya, jadi
berturut-turut mengakibatkan bengkokan keatas dan bengkokan kebawah.

Gaya berat berpengaruh terhadap arah pertumbuhan akar dan batang. Hal
in dapat terlihat dengan meletakkan kecambah tanaman secara horizontal. Setelah
beberapa lama, akar akan melengkung ke bawah. Sedangkan ujung batang akan
bengkok ke atas (Sutarmi, 1985). Batang utama atau batang tanaman biasanya
tumbuh 180 o dari pusat gravitasi bumi. Sedangkan cabang, tangkai dauun, rimpang
dan stolon biasanya lebih mendatar. Perbedaan arah tumbuh tersebut menyebabkan
tumbuhan dapat mengisi ruang sehingga dapat menyerap CO2 dan cahaya sangat
efektif. Hal ini merupakan suatu bentuk respon tanaman terhadap kondisi
lingkungan (Salisburry and Ross, 1995).

44
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum berlangsung pada hari kamis, pukul 14:00 di laboratorium


Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Mahakam Samarinda (sesuai
dengan daftar hadir dosen)

3.2 Alat Dan Bahan

Bahan
1. Tanaman kacang kacangan
Alat
1. Polybag dan tanah
2. Sekat kayu
3. Erlenmeyer
3.3 Prosedur Kerja

A. Fotropi
1. Disiapkan 4 pot dengan tanaman yang berumur 1 minggu, yang berisi dua
tanaman
2. 2 pot diletakkan pada suatu tempat dimana sumber cahaya datang dari berbagai
arah
3. 2 pot dilteakkkan pada suatu tempat dimana sumber cahaya hanya datang pada
satu arah
4. Setelah 7 hari amati perubahan perubahan yang terjadi

B. Geotropi
1.Disiapkan 4 pot dengan tanaman yang berumur 1 minggu
2. 2 pot diletakkan tegak lurus
3. 2 pot diletakkan miring (berbaring)
4. Setelah 7 hari diamati perubahan perubahan yang terjadi

45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.2 Pembahasan

-Fototropi

Gerakan tumbuh yang diakibatkan seluruhnya oleh pasangan eksternal


disebut tropisme.Rangsangan yang menghasilkan respon tropik jelas dapat
diketahui dan peran spesifik dari faktor tumbuh yang diketahui. Tropisme dapat
dibedakan berdasarkan pada rangasangannya yait fototropisme disebabkan oleh
cahaya, geotropisme denga rangsangan berupa gaya tarik bumi (Heddy, S. 1986).

Teori Chlodny-Went tentang fotoropisme menetapkan bahwa penyinaran


secara sepihak merangsang penyebaran yang berbeda (diferensial). IAA dalam
batang sisi batang yang disinari, sehingga batang akan membengkak keatas sumber
cahaya(Heddy, S. 1986).Hal ini sesuai dengan hasil penyebarang yang telah
dilakukan dan hasil pengamatan yang derajat pembelokannya berbeda-beda. Hasil
ini juga mendukung pendapat bahwapenyinaran sepihak mendorong transport letak
dar IAA dari ujung koleptil ke belahan keloptil yang terang.

46
-Geotropi

Pengamatan geotropisme juga dilaukan dengan menggunakan dua jalur


yaitu jalur atas dan alur bawah dengan mengamati akar kecambah.Dari hasil
pengamatan dapat disimpulkan bahwa pembengkokannya merupakan geotropisme
positif karena seua akarnya menuju ke bawah (gravitasi bumi) sebagai sumber
rangsangan. Derajat pembengkokkan jalur atas lebih kecil dari jalur bawah dengan
selisih 15,84 dan setiap tanaman mempunyai derajat pembengkokan yang berbeda-
beda antara 10-150. Pembengkokan ini terjadi karena berdasarkan hasil
pengamatan fototropisme dan geotropisme memiliki perbedaan, baik arah
pebengkokannya, maupun derajat pembengkokannya.Hal in dijelaskan oleh
(Heddy, S. 1986) bahwa bila respon akar dan batang tumbuhan yang diletakkan
horizontal diperbandingkan. Akar akan bereaksi geotropik positif, sedang batang
geotropik negatif. Pada kedua keadaan tersebut posisi horizontal menyebabkan
perpindahan IAA dibelahan bawah akar menghambat pemanjangan sel, sedangkan
konsentrasi IAA dibelahan atas mendorong pemanjangan sel. Hasil akhir dari kedua
pengaruh ini, akar membengkok ke bawah.Keadaan sebaliknya terjadi pada
batang.Konsentrasi IAA yang tinggi pada belahan bawah mendorong pemanjangan
sel dan konsentrasi rendah pada belahan atas menurunkan pemanjangan sel.

Selain perbedaan diatas, Dwijoseputro (1984) juga ada perbedaan antara


sensitifitas akar dan batang terhadap IAA bahwa proporsi zat-zat tumbuh yang
berbeda-beda mungkin merupakan penyeab inisiasi respon tumbuh yang berbeda
pada akar, batang, dan organ-organ lainnya. IAA adalah sekitr 10-5M, konsentrasi
yang sangat mendorong pemanjangan sel. Konsentrasi IAA dibelah atas batang
mungkin menurun menjadi10-6-10-7M, konsentrasi yang berkurang mendorong
pemanjangan sel. Pada keadaan tersebut belahan bawah bang tumbuh lebih cepat
dari belahan atas, sehingga batang tumbuh ke atas. Ia menegaskan bahwa
geotropisme dan fototropisme tidak hanyadisebabkan oleh IAA saja, telah terbukti
pada beberapa jenis jaringan dan tumbuhan, bahwa auksin pada konsentrasi etilen
menghambat pemanjangan sel adalah pada jangka konsentrasi yang terbukti ada
jaringan tumbuh yang mengandung IAA lebih tinggi dari optimum. IAA dalam sel-
sel tersut mendorong pemanjangan sel, sehingga ujung batang membengkok ke
atas.

47
V. KESIMPULAN

1. Tropisme adalah gerakan tumbuh yang diakibatka seluruhnya oleh pasangan


eksternal rangsangan yang menghasilkan respon tropik jelas dapat diketahui dan
peran spesifik dari faktor tumbuh dapat diketahui. (Heddy, S. 1986).

2. Terjadi perbedaan derajat pembelokan karena perbedaan cahaya yang diterima


oleh tanaman.

3. Geotropisme dan fototropisme tidak hanya disebabkan oleh IAA saja, selain itu
auksin pada konsentrasi tinggi juga mendorong sintesa etiln.

4. Konsentrasi IAA yang tinggi pada belahan bawah mendorong pemanjangan sel
dan konsentrasi yang rendah pada belahan atas menurunkan pemanjangan sel.

48
DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro, W. 1984.Pengantar Fisiologi Tumbuhan.PT. Graedia. Jakarta.

Heddy, SUwasono. 1986. Hormon Tumbuhan. CV Rajawali. Jakarta.

Prawirohartono, S. dkk. 1991. Biologi. Erlangga. Jakarta.

49
ACARA V
PERBEDAAN TANAMAN C3
DENGAN TANAMAN C4

50
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kaitannya dengan proses fotosintesis, tumbuhan dibagi menjadi


tumbuhan C3, C4, dan CAM. Masing-masing mempuyai cara tersendiri untuk
mengelola kebutuhan dasar fotosintetis, yaitu karbondioksida dan air. Perbedaan
cara mengelola kebutuhan tersebut terletak pada perbedaan morfologi dan
fisiologi kelompok tumbuhan tersebut. Morfologi dan fisiologi merupakan bentuk
adaptasi suatu organisme untuk bertahan hidup. Tumbuhan CAM meruoakan
contoh tumbuhan dengan morfologi yang khusus, daun tebal, kecil, duri, batang
berair, agar dapat bertahan hidup di iklim yang ekstrim.

Dalam pertanian, ketiga kelompol tanaman ini memiliki caa yang berbeda
dalam budidayanya karena memiliki cara metabolisme yang berbeda. Tanaman
CAM, nanas, harus mendapatkan tempat di daerah yang kering, penyinaran
matahari terik dan kelembaban rendah agar optimal, akan berbeda dengan padi
sawah, C3, butuh air yang cukup banyak. Selain itu, jagung dan tebu. C4
membutuhkan iklimkering hampir seperti tanaman CAM

1.2 Tujuan Praktikum

- Untuk membedakan tanaman C3 dan C4 berdasarkan perbedaan anatominya.

51
II. DASAR TEORI

A. Pengertian Tanaman C3
Tanaman C3 adalah tanaman yang mempunyai lintasan atau siklus PCR
(Photosynthetic Carbon Reduction) atau sering disebut siklus calvin yang dapat
menghasilkan asam organik yang mengandung 3 atom C dan jaringan yang terlibat
dalam proses fotosintesis adalah jaringan mesofil. Litasan itu dimulai dari
pengikatan CO2 dengan RBP dan RuBP (Sitompul, 1995).
Tanaman C3 adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan senyawa
phospo gliseric acid yang memiliki 3 atom C pada proses fiksasi CO2 oleh ribolusa
diphosphat (Budiarti, 2008).

B. Pengertian Tanaman C4
Tanaman C4 adalah kelompok tumbuhan yang melakukan persiapan reaksi
gelap fotosintesis melalui jalur 4 karbon / 4C (jalur hatch-slack) sebelum memasuki
siklus calvin, untuk meminimalkan keperluan fotorespirasi (Budiarti, 2008)
Tanaman C4 adalah tanaman dengan hasil pertama dalam fotosintesis di
mesofil berupa suatu molekul dengan 4 atom C (Gardner, 1991).
C. Pengertian Tumbuhan CAM
Tanaman CAM adalah tanaman yang dapat berubah seperti tanaman C3
pada saat pagi hari (suhu rendah) dan dapat berubah seperti tanaman C4 pada siang
hari dan malam hari (Gardner, 1991).
Tanaman CAM adalah tanaman yang membuka padamalam hari dam
menutup pada siang hari, memiliki lau fotosintesis yang rendah bila diandingkan
dengan tanaman C3 dan C4 (Lakitan, 1995).
D. Perbedaan Tumbuhan C3, C4, dan CAM
Potongan melintang daun C3 menunjukkan mayoritas sel yang
mengganggung kloroplas, meofil. Sebaliknya C4 memiliki dua tipe sel yang

52
mengandung kloroplas, mesofil, dan bundle shealh (Taiz, 2002). Tumbuhan C4
cenderug memiliki suhu optimum lebih tinggi (30-45oC) dibandingkan tumbuhan
C3 (20-25oC). Tidak seperti tumbuhan C3, fotosintesis pada C4 tidak terhambat
oleh oksigen dan memiliki CO2 yang lebih rendah adalah banyaknya konsentrasi
CO2 yang diambil untuk fotosintesis dengan CO2 yang digunaka untuk respirasi.
C3 berkisar antara 20 hingga 100 µl CO2 per liter sedangkan C4 berkisar 0 hingga
5 µl l-1 (Hopkins, 2008).
Jaringan parenkim fotosintetik C3 tersusun dari dua jenis jaringan, palisade dan
bunga karang yang memiliki rongga daun yang lebar. Daun C4, umumnya lebih
tipis dari C3, pembuluh vaskuler lebih rapat dan rongga daun lebih sempit. Contoh
adalah Poa sp. (a grass). Contoh tumbuhan C4 tebu (Saccharum officinarum),
sorghum (Sorghum bicolor), jagung (Zea mays). Contoh tumbuhan CAM antara
lain bangsa kaktus dan nanas, euphorbiaceae.
Anatomi C4 memungkinkan penangkapan CO2 secara terpisah berbeda dengan C3,
sedangkan ada CAM semuanya, Calvin dan Fotosistem, terjadi pada sel yang sama
dan terjadi pada waktu yang berbeda. Pada CAM, tidak ada siklus tertutup seperti
pada C4, dan pada kondisi air yang cukup serta suhu tidak terlalu tinggi, CAM akan
berlaku seperti C3, kemampuan ini berkenaan dengan rasio transpirasi untuk CAM
berkisar antara 50-100, dimana lebih rendah dari C3 dan C4, yang memungkinkan
untuk hidup di lingkungan ekstrim. Rasio transpirasi C4 secara umum 200-350
sedangkan C3 500-1000. (Hopkins, 2008).
E. Siklus Metabolisme Tumbuhan C3, C4, dan CAM
Pada tanaman C3, enzim yang menyatukan CO2 dengan RuBP (RuBP Substrat
untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis) dalam proses awal
assimilasi, juga dapat mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses
fotorespirasi (fotorespirasi adalah respirasi,proses pembongkaran karbohidrat
untuk menghasilkan energi dan hasil samping, yang terjadi pada siang hari) . Jika
konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara CO2 dan
O2 akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan assimilasi
akan bertambah besar.

53
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman C4)
yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2.
Lokasi terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel
yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO2 yang
sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel "bundle sheath" (sekelompok
sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian pengikatan dengan RuBP
terjadi. Karena tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2
tidak mendapat kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi
sangat kecil and G sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap
CO2, sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat
tinggi. , laju assimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnya
CO2 (Anonym, 2012).
CAM, menutup stomata pada siang hari, berlainan dengan jenis tumbuhan lain.
Menutup stomata membantu tumbuhan ini mengonversi air, tetapi menghalangi
CO2 untuk masuk ke daun. Pada malam hari, CO2 diambil dan disimpan dalam
berbagai asam organic. Sel mesofil menyimpan asam organic yang disimpan dari
malam hari hingga siang hari. Pada siang hari, saat reaksi terang menyuplai ATP
dan NADPH untuk siklus calvin, CO2 dilepas dari asam organic yang telah dibuat
dan digunakan untuk memproduksi gula pada kloroplas (Reece, 2011).
Spesies CAM mengikat CO2 menjadi asam beratom C-4 dengan PEP karboksilase
seperti spesies tumbuhan C4, hanya bedanya terjadi pada malam hari pada saat
stomata terbuka dan energi yang diperlukannya diperoleh melalui proses glikolisis.
Radiasi matahari menyebabkan penutupan stomata dan penyinaran daun: energy
cahaya ini digunakan untuk menjalankan daur Calvin, yaitu dengan mengambil
CO2 dari asam beratom C-4 seperti pada reaksi di dalam sel-sel seludang ikatan
pembuluh spesies C4. Kloroplas tumbuhan CAM lebih mirip dengan kloroplas
spesies C3. Dalam kondisi kelembaban yang menguntungkan, banyak spesies CAM
berubah fungsi stomatanya dan karboksilasinya serupa dengan spesies C3.
(Gardner, 1991).

54
II. METODE PRAKTIKLM

3.1 Waktu Dan Tempat


Praktikum berlangsung pada hari kamis, pukul 14:00 di laboratorium
Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Mahakam Samarinda (sesuai
dengan daftar hadir dosen)

3.2 Alat Dan Bahan

Alat
- Mikroskop
- Cutter
- Pinset
- Gunting
Bahan
- Preparat daun : Jagung (C4)
- Preparat daun : Kacang-kacangan (C3)

3.3 Prosedur Kerja

- Mengamati perbedaananatomi daun tanamn C3 dan C4.

- Membahas perbedaan tanaman C3 dan C4 berdasarkan perbedaan anatominya.

- Pengirisan daun secara melintan dan setipis mungkin agar nampak pada
mikroskop.

55
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Tanaman Hasil Pengamatan

1 Jagung (C4)

Kacang Tanah
2
(C3)

4.2 Pembahasan

- Jagung (C4)

Anatomi daunnya memiliki lapisan epidermis yang lebih tebal daripada tanaman
C3. Selain itu, daun tanaman C4 juga mempunyai mesofil dan jaringan bunga
karang, namun tidak mempunyai parenkim spons. Ikatan pembuluh pada tanaman
C4 juga lebih besar daripada daun tanaman C3. Perbedaan yang penting antara daun
tanaman C3 dan C4 adalah daun tanaman C4 memiliki bundle sheet cell di sekitar
mesofilnya.

Hal ini sesuai dengan literature yang menyebutkan bawa tanaman C4 memiliki
mesofil dan jaringan bunga karang (Bundle sheet), mempunyai enzim dalam sel-sel

56
nya. Kloroplas dalam mesofil tidak menimbun tepung, dengan jumlah kloroplas
dalam sel seludang iklatan pembulu, lebih besar dan mempunyai stroma yang keras.
(Dwijoseputro, 1990).

- Kacang Tanah (C3)

Anatomi daunnya memiliki jaringan spons dan parenkim palidase. Jaringan daun
tanaman C3 juga terdapat epidermis atas dan bawah. Selain itu, tanaman C3
mempunyai mesofil yang memisahkan jaringan spons dengan parenkim palidase.

Hal ini sesuai dengan literature yang menyebutkan bahwa tanaman C3 tidak
mempunyai jaringan bunga karang, tapi mempunyai mesofil. Tidak mempunyai
kloroplas pada sel-sel seludangnya, kloroplas dalam mesofil menimbun tepung
dengan jumlah lebih kecil. Tanaman C3 memiliki enzim RuBP. (Dwijoseputro,
1990).

57
V. KESIMPULAN

1. Tanaman C3 adalah tanaman yang mula-mula meruba CO2 menjadi 3 karbon.

2. Tanaman C4 adalah tanaman yang jalur fiksasi CO2 nya dan pengikat CO2 nya
adalah PEP.

3. Proses pengikat CO2 oleh tanaman C3 terdiri dari :

- Fase karboksilase

- Fase reduksi

- Fase regneresi

- Fase sintesis produk

4. Proses pengikatan CO2 oleh tanaman C4 terdiri dari :

- Asimilasi CO2

- Transportasi asam C4

- Dekarboksilase

- Transportasi asam C4

58
DAFTAR PUSTAKA

Salisburry, Frank B. 1998. Photosynthesis 6th Edition. Cambridge University


Press. London

Sitompul, SM. 1995. Fisiologi Tanaman Tropis. Universitas Mataram. Lombok.

Gardner. Franklin. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta.

Prasetyo.2008. Tanaman Budidaya dan Macamnya. UGM Press Yogyakarta.

59

Anda mungkin juga menyukai