Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH MEKANISASI PERTANIAN

PENGOLAHAN LAHAN MAKSIMUM

Oleh :

KELOMPOK III

1. AHMAD SUFILLAH ZAENI (1754211016)


2. VIRANTI MONIKA CITRA (1754211019)
3. LADEN TIYUS NJAU (1754211017)
4. EVANDER DAVIDSON (1754211013)
5. ROKI (1754211031)
6. NUR ROHMAT A.Q (1754211015)
7. BARTHOLOMEUS B.LAJAR (1754211009)

FAKULTAS PERTANIAN

UNUVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM

SAMARINDA

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan


produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan
ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan
mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia
menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan
penataan lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan
teknologi biologis, dan teknologi kimia.

Proses pengolahan lahan berfungsi untuk menggemburkan tanah,


menghilangkan kotoran, sampah dan gulma pada tanah. Proses pegolahan lahan
meliputi tahap pembajakan dan penggaruan. Pengolahan tanah awalnya dilakukan
secara konvensioal atau secara tradisional, dengan menggunakan tenaga hewan
ternak (sapi, kerbau, dan kuda). Seiring dengan perkembangan zaman, pengolahan
tanah konvensional diganti dengan pengolahan secara modern menggunakan
teknologi yang canggih. Alat-alat sederhana yang umumnya digunakan untuk
mengolah tanah seperti cangkul, parang, sabit dan lain-lain, sekarang diganti
dengan bajak dan garu yang di modifikasi dengan traktor. penggunaan pengolah
tanah dengan menggunakan tenaga mesin lebih efisien dan efektif.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis dan fungsi alat pertanian modern ?.


2. Kekurangan dan kelebihan masing-masing alat pertanian modern ?.
1.3. Tujuan

- Mengetahui apa saja jenis dan fungsi alat pertanian modern


- Mengetahui Kekurangan dan kelebihan masing-masing alat pertanian modern

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat dan Mesin Pertanian

Alat dan mesin pertanian dalam perkembangannya dapat dikelompokan


dalam beberapa kelompok, diantaranya :
1. Alat dan mesin pengolahan tanah
2. Alat dan mesin penanaman
3. Alat dan mesin pemeliharaan tanaman
4. Alat dan mesin  panen
5. Alat dan mesin pasca panen.

2.1 Alat Mesin Pengolahan Tanah

Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan


untuk menciptakan kondisi fisik; kima dan biologis tanah yang lebih baik sampai
kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di samping itu
pengolahan tanah bertujuan pula untuk : membunuh gulma dan tanaman yang
tidak diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang
sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju erosi;
meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan; mempersatukan
pupuk dengan tanah; serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam
pengaturan air.

Berdasarkan atas tahapan kegiatan, hasil kerja dan dalamnya tanah yang
menerima perlakuan pengolahan tanah, kegiatan pengolahan tanah dibedakan
menjadi dua macam, yaitu pengolahan tanah pertama atau awal (primary tillage)
dan pengolahan tanah kedua (secondary tillage).

Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong kemudian diangkat terus


dibalik agar sisa-sisa tanaman yang ada dipermukaan tanah dapat terbenam di
dalam tanah. Kedalaman pemotongan dan pembalikan umumnya di atas 15 cm.
Pada umumnya hasil pengolahan tanah masih berupa bongkah-bongkah. tanah

3
yang cukup besar, karena pada tahap pengolahan tanah ini penggemburan tanah
belum dapat dilakukan dengan efektif. Dalam pengolahan tanah kedua, bongkah-
bongkah tanah dan sisa-sisa tanaman yang telah terpotong pada pengolahan tanah
pertama akan dihancurkan menjadi lebih halus dan sekaligus mencampurnya
dengan tanah.

Sesuai dengan macam dan cara pengolahan tanah yang telah diterangkan di atas,
secara garis besar alat dan mesin pengolahan tanah juga dibedakan menjadi dua
macam:

1. Alat dan mesin pengolahan tanah pertama (primary tillage equipment),


yang digunakan untuk melakukan kegiatan pengolahan tanah pertama.
Peralatan pengolahan tanah ini biasanya berupa bajak (plow), dengan
segala jenisnya.

2. Alat dan mesin pengolahan tanah kedua (secondary tillage equipment),


yang digunakan untuk melakukan pengolahan tanah kedua. Peralatan
pengolahan tanah ini biasanya berupa garu (harrow) dengan segala
jenisnya.

2.2 Alat Mesin Penanaman

Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam tanah


pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji diatas permukaan tanah atau
menanamkan tanah didalam tanah. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
perkecambahan serta pertumbuhan biji yang baik. Penanaman dapat dilakukan
dengan menggunakan tangan saja, dengan bantuan alat-alat sederhana
ataupun dengan bantuan mesin-mesin penanam.

Dalam perkembangan alat dan mesin penanam ini dikenal dari bentuk
tradisional sampai dalam bentuk yang modern. Pada umumnya bahwa prinsip
dasar kerja dari alat tanam adalah sama, baik jenis yang didorong/ditarik
tenaga manusia, ditarik hewan atau traktor. Prinsip kerjanya antara lain

4
pembukaan alur atau lubang, mekanisme penjatuhan benih, dan penutupan alur
atau lubang.

Menurut Popof (1986) alat penanaman dengan sumber tenaga dari traktor
dapat digolongkan menjadi 3 golongan., yaitu alat penanaman system baris lebar,
baris sempit dan sistem sebar.

2.3 Alat Mesin Pemeliharaan Tanaman

Pekerjaan pemeliharaan tanaman meliputi semua pekerjaan yang


dilakukan untuk memelihara tanaman sejak setelah penanaman sampai panen.
Pekerjaan pemeliharaan tanaman antara lain : penjarangan, pendangiran,
penyiangan gulma, pemberantasan hama dan penyakit, pemberian air irigasi,
pemangkasan dan pemupukan.

Contoh alat dan mesin untuk pemeliharaan tanaman adalah: sabit, cangkul, mesin
penyiang gulma, mesin penabur pupuk, penyemprot, dan sebagainya.

2.4 Alat dan Mesin Panen

Mesin pemanen (reaper) dipakai untuk memanen tanaman biji-bijian


seperti: Padi, Gandum, Sorgum dan sebagainya. Prinsip kerjanya mirip dengan
cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan
menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan
tanaman tersebut kearah samping (mesin REAPER) dan ada pula yang mengikat
tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar (mesin
REAPER BINDER). Hasil panen yang direbahkan menggunakan mesin reaper ini
selanjutnya akan dirontok menggunakan perkakas atau mesin tertentu (misalnya
thresher).

2.5 Alat dan Mesin Pasca Panen

Penanganan pasca panen merupakan kegiatan yang dikakukan untuk


mengurangi susutan, kehilangan hasil panen, dan mempertahankan kualitas hasil

5
panen dapat dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin pasca penen untuk
mengurangi tingkat kehilangan. Mesin pasca penen memiliki banyak macam dan
fungsi pada tiap mesinnya. Mesin pasca panen dilengkapi dengan mesin
penggerak yang berupa mesin diesel yang digabungkan dengan mesin tersebut
supaya mesin pasca panen dapat bergerak dan berfungsi.

Mesin pasca panen memiliki banyak jenis antara lain mesin penggiling
padi, mesin penepung, mesin pengupas kulit kopi, mesin penyangrai kopi, mesin
pengering biji, dan mesin-mesin lainnya. Mesin pasca penen memiliki banyak
fungsi yang dapat memudahkan pekerjaan manusia dan meningkatkan serta lebih
efektif dan efisien. Oleh karena itu, dilakukan praktikum “Mesin Pasca Panen”
untuk mengenalkan macam-macam dan mengetahui masing-masing fungsi yang
dimiliki oleh mesin-mesin pasca panen yang ada di Indonesia.

BAB III

ISI

3.1 Alat dan Mesin Pengolahan Lahan

A. Pengolahan Lahan Primer

Alat pengolahan tanah pertama adalah alat-alat yang pertama sekali


digunakan yaitu untuk memotong, memecah dan membalik tanah.

1. bajak singkal (moldboard plow)

Bajak singkal ini dapat digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan
sangat baik untuk membalik tanah. Bagian dari bajak singkal yang memotong dan
membalik tanah disebut bottom. Suatu bajak dapat terdiri dari satu bottom atau
lebih. Bottom ini dibangun dari bagian-bagian utama, yaitu : 1) singkal
(moldboard), 2) pisau (share), dan 3) penahan samping (landside). Ketiga bagian
utama tersebut diikat pada bagian yang disebut pernyatu (frog).

6
7
Pada saat bajak bergerak maju, maka pisau (share) memotong tanah dan.
mengarahkan potongan/keratan tanah (furrow slice) tersebut ke bagian singkal.

Singkal akan menerima potongan tanah, dan karena kelengkungannya maka


potongan tanah akan dibalik dan pecah. Kelengkungan singkal ini berbeda untuk
kondisi dan jenis tanah yang berbeda agar diperoleh pembalikan dan pemecahan
tanah yang baik.

Penahan samping adalah bagian yang berfungsi untuk menahan tekanan


samping dari keratan tanah pada singkal, disamping sekaligus menjaga kestabilan
jalannya bajak sewaktu bekerja. Bagian yang paling banyak bersinggungan

8
dengan tanah dari bagian ini adalah bagian belakang yang disebut tumit (heel).
Untuk menjaga keausan karena gesekan dengan tanah, bagian tumit ini dalam
pembuatannya diperkeras.

Selain dari bagian-bagian diatas, bajak singkal diperlengkapi dengan alat


yang disebut pisau pemotong (coulter). Bagian ini berfungsi untuk membelah
tanah atau tumbuhan atau sampah-sampah yang ada diatas tanah sebelum pisau
bajak memotong tanah. Dengan demikian sisa-sisa tumbuhan diatas tanah dapat
dibalik dengan baik dan memperingan pekerjaan pisau bajak. Ada dua bentuk
pisau pemotong, yaitu pisau pemotong stasioner (stationary knife) dan pisau
pemotong berputar (rolling coulter)

a. Stationary knife b. Rolling coulter

Ukuran bajak adalah lebar bajak, dinyatakan dalam satuan panjang. Ukuran dari
satu bajak adalah dengan mengukur jarak dari sayap (wing) sampai penahan samping.
Secara teoritis ukuran ini dapat dianggap sebagai lebar pembajakan atau lebar
pemotong tanah. Bajak singkal apabila dilihat dari atas atau samping akan terlihat suatu
rongga atau hisapan (suction). Suction ini perlu untuk mencapai kedalaman atau lebar
potongan bajak. Besarnya suction ini beragam dari 1/8 sampai 3/16 inci. Ukuran ini
disebut juga celah (clearance). Tempat dari suction ini berbeda untuk bajak yang
mempunyai roda belakang (real furrow wheel) dan tanpa roda belakang. Disamping
untuk pemotongan tanah, hisapan (suction) ini berperan juga dalam menstabilkan
jalannya bajak.

Hisapan Kebawah (Down suction) atau celah vertikal (vertical clearance) beragam
dari 1/8 sampai 3/16 inci pada bajak tanpa roda belakang tergantung dari jenis alat dan

9
jenis tanah. Pada bajak dengan roda belakang, hisapan kebawah (down suction) sebesar
1/4 sampai 1/2 inci.

Hisapan (Suction) pada Bajak Singkal yang mempunyai Roda Belakang (Rear Furrow
Wheel). Kiri (Down), Kanan (Side)

Hisapan (Suction) pada Bajak Singkal yang tidak Mempunyai Roda Belakang. Kiri
(Down), Kanan (Side)

Bila bajak singkal bekerja memotong dan membalik tanah maka akan terbentuk alur
yang disebut furrow. Bagian tanah yang diangkat dan diletakkan kesamping, disebut
keratan tanah (furrow slice). Bila pekerjaan dimulai dari tengah areal secara bolak-balik
dan arah perputaran ke kanan, maka akan berbentuk alur balik (Back furrow). Bila
pekerjaan bolak balik dimulai dari tengah dan arah perputaran ke kiri, maka akan
terbentuk alur mati (Dead furrow). Pembalikan tanah umumnya kekanan.

Dalam operasional bajak dapat digolongkan atas bajak tarik (trailing moldboard
plow) dan bajak yang dapat diangkat secara hidrolik (mounted moldboard plow). Dilihat
dari hasil kerjanya dapat digolongkan atas bajak satu arah (one way) dan bajak dua arah

10
(two way). Menggunakan bajak dua arah memberikan keuntungan dalam menghindari
terbentuknya alur balik (back furrow).

2. Bajak piring (disk plow)

Piringan dari bajak ini diikat pada batang penarik melalui bantalan
(bearing), sehingga pada saat beroperasi ditarik oleh traktor maka piringannya
dapat berputar. Dengan berputaraya piringan, maka diharapkan dapat mengurangi
gesekan dan tahanan tanah (draft) yang terjadi. Piringan bajak dapat berada
disamping rangka atau berada di bawah rangka.

Setiap piringan dari bajak piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk


(scraper) yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada
piringan, juga membantu dalam pembalikan potongan tanah. Untuk menahan
tekanan samping yang terjadi saat bajak memotong tanah, bajak piring dilengkapi
dengan roda alur belakang (rear furrow wheel).

11
Beberapa keuntungan menggunakan bajak ini adalah :

a. Dapat bekerja ditanah keras dan kering

b. Dapat untuk tanah-tanah yang lengket

c. Dapat untuk tanah-tanah yang berbatu

d. Dapat untuk tanah-tanah berakar

e. Dapat untuk tanah-tanah yang memerlukan pengerjaan yang dalam.

Ada tiga jenis bajak piring yang ditarik dengan traktor, yaitu ; tipe tarik
(trailing), tipe hubungan langsung (direct-connected), dan tipe diangkat
sepenuhnya (integral mounted).

Tipe tarik dapat dibagi lagi atas biasa (reguler) dan satu arah (oneway).
Reguler trailing disk plow ditarik di belakang traktor. Alat ini dilengkapi dengan
roda yaitu 2 buah roda alur (furrow wheel) dan satu buah roda lahan (land wheel).
Kedua roda alur (furrow wheel),berperan untuk menstabilkan jalannya bajak. Pada
tanah-tanah berat digunakan heavy way disk plow untuk mendapatkan pengolahan
yang dalam. One way disk plow adalah piring bajak yang di susun dalam satu
gang melalui suatu poros. Jarak antara piringan adalah 8 sampai 10 inci. Jumlah
piringan dapat beragam dari 2 sampai 35 buah dengan ukuran diameter piring dari
20 sampai 26 inci.

12
Tipe hubungan langsung atau disebut juga semi mounted disk plow di
bagian depannya dapat diangkat menggunakan sistem hidrolik traktor sehingga
memudahkan alat sewaktu berputar. Alat ini dapat berputar pada areal yang
sempit dan juga dapat mundur.

Tipe diangkat sepenuhnya ditarik dibelakang traktor dipasang pada tiga titik
gandeng dan keseluruhannya dapat diangkat menggunakan sistem hidrolik traktor,
sehingga sangat mudah dalam transportasi. Tipe one way disk plow yang kecil
dapat juga termasuk Integral mounted., bila dapat diangkat keseluruhannya
dengan hidrolik traktor.

3. Bajak pisau berputar (rotary plow)

Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar.
Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka bajak
ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu
poros yang berputar karena digerakan oleh suatu motor. Bajak ini banyak ditemui
pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi.

Ada tiga jenis bajak rotari yang biasa dipergunakam. Jenis pertama yang disebut
dengan tipe tarik dengan mesin tambahan (pull auxiliary rotary engine). Pada jenis
ini terdapat motor khusus untuk menggerakkan bajak, sedangkan gerak majunya
ditarik oleh traktor.

Jenis kedua adalah tipe tarik dengan penggerak PTO (pull power take off driven
rotary plow). Alat ini digandengkan dengan traktor melalui tiga titik gandeng
(three point hitch). Untuk memutar bajak ini digunakan daya dari as PTO traktor .

13
Jenis ketiga adalah bajak rotari tipe kebun berpenggerak sendiri (self propelled
garden type rotary plow). Alat ini terdapat pada traktor-traktor roda 2. Bajak rotari
digerakkan oleh daya penggerak traktor melalui rantai atau sabuk. Dapat juga
langsung dipasang pada as roda, sehingga disamping mengolah tanah bajak ini
juga berfungsi sebagai penggerak.

4. bajak chisel (chisel plow)

Alat ini berbentuk tajak yang disusun pada suatu rangka. Digunakann untuk
memecah tanah yang keras sampai kedalaman sekitar 18 inci. Diperlengkapi
dengan 2 buah roda yang berguna untuk transportasi dan mengatur kedalaman
pemecah tanah. Jarak antara tajak dapat beragam dari 1 sampai 2 inci. Alat ini,
tidak membalik tanah seperti bajak yang lain, tapi hanya memecah tanah dan
sering digunakan sebelum pembajakan tanah dimulai

14
5. bajak subsoil (subsoil plow)

Alat ini hampir sama dengan bajak chisel hanya bentuknya lebih besar dan
digunakan untuk pengolahan tanah yang lebih dalam. Menggunakan alat ini dapat
memecahkan tanah pada kedalaman 20 sampai 36 inci. Alat ini sering juga
digunakan untuk memecahkan lapisan keras didalam tanah (hardpan), atau untuk
memperbaiki drainase tanah

6. Bajak raksasa (giant plow)

Alat ini sesuai dengan namanya, berbentuk sangat besar dan digunakan
untuk membalik tanah pada kedalaman 100 sampai 180 cm. Dengan
menggunakan alat ini tanah subur yang ada di dalam tanah dap at diangkat keatas
permukaan tanah. Dapat berbentuk bajak singkal atau bajak piringan.

15
B. Pengolahan Lahan Sekunder

Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan


tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman
dan tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas,
kadang-kadang diberilcan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin
juga dibuat guludaa atau alur untuk pertanaman.

Alat pengolah tanah kedua yang menggunakau daya traktor antara lain: 1)
garu (harrow), 2) perata dan penggembur (land roller dan pulverizer), dan 3) alat-
alat lainnya.

1. Garu

Beberapa jenis garu yang dipakai pada pengolahan tanah kedua adalah : a) garu
piring (disk harrow), b) garu palcu (splice tooth harrow), c) garu pegas (spring
tooth harrow), d) garu rotari, dan e) garu khusus (special harrow).

a. Garu Piring.

Garu ini dapat digunakan sebelum pembajakan untuk memotong rumput-


rumput pada permukaan tanah, untuk rnenghancurkan permukaan tanah sehingga
keratan tanah ( furrow slice) lebih berhubungan dengan tanah dasar. Juga dapat
digunakan untuk penyiangan, atau untuk menutup biji-bijian yang ditanam secara
sebar. Secara umum garu piring dibagi atas : 1) garu piring tipe tarik (trailing disk
harrow), dan 2) garu piring tipe angiat (mounted disk harrow). Garu piring dapat
mempunyai aksi tunggal (single action) apabila pada saat memotong tanah hanya
melempar tanah ke satu arah saja. Juga dapat mempunyai aksi ganda (double
action ) apabila piringan yang di depan berlawanan arah dengan yang di belakang
dalam melempar tanah.

Apabila posisi garu piring dalam penggandengannya dengan traktor


menyamping, maka garu tersebut disebut garu offset. Bagian-bagian dari garu
piring adalah : piringan (disk), as (gang/arbor bolt), rangka (frame), bantalan
(bearing), bumper, kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper). Piringan dapat

16
bersisi rata atau bergerigi. Piringan yang bergerigi biasanya digunakan pada lahan
yang mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum berkisar antara 45
sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas berat (heavy duty) antara 65 sampai 70 cm.

Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi dengan jarak antara
15 sampai 22 cm, atau 25 sampai 30 untuk tugas berat dan masing-maing
dipisahkan oleh gelondong (spool). Masing-masing as (gang) diikat ke rangka
melalui standar yang berdiri pada bantalan. Untuk garu yang ringan satu as
mempunyai dua bantalan, sedangkan yang berat lebih dari dua bantalan. Pada
ujung as di bagian cembung piringan ditempatkan bumber berupa besi tuang yang
eukup berat untuk menambah tekanan ke samp ing. Apabila garu piring tidak
cukup berat untuk memecah tanah, maka dapat ditambah beban yang ditempatkan
pada kotak pemberat. Untuk membersihkan tanah yang melekat pada piringan,
biasanya setiap piringan dilengkapi dengan pengeruk tanah (scraper) yang diikat
pada rangka.

b. Garu paku

Garu ini mempunyai gigi yang bentuknya seperti paku terdiri dari beberapa
baris gigi yang diikatkan pada rangka. Garu ini digunakan untuk menghaluskan

17
dan meratakan tanah setelah pembajakan. Juga dapat digunakan untuk penyiangan
pada tanainan yang baru tumbuh.

c. Garu Pegas

Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan yang mempunyai
banyak batu atau akar-akar, karena gigi-giginya yang dapat indenting (memegas)
apabila mengenai gangguan. Kegunaan garu ini sama dengan garu paku, bahkan
untuk penyiangan garu ini lebih baik, karena dapat masuk ke dalam tanah lebih
dalam.

d. Garu Rotari

Garu rotari ada dua macam, yaitu : garu rotari cangkul (rotary hoe harrow) dan
garu rotari silang (rotary cross harrow). Garu rotari cangkul merupakan susunan
roda yang dikelilingi oleh gigi-gigi berbentuk pisau yang dipasangkan pada as

18
dengan jarak tertentu dan berputar vertikal. Putaran roda garu ini disebabkan oleh
tarikan traktor.

Garu Rotari Cangkul (Rotary Hoe Harrow)

Garu Rotari Silang (Rotary Cross Harrow)

e. Garu Khusus

Yang termasuk kedalam garu khusus adalah weeder-mulche dan soil


surgeon. Weeder-mulche adalah alat yang digunakan untuk penyiangan,
pembuatan mulsa dan pemecahan tanah di bagian permukaan. soil surgeon adalah
alat yang merupakan susunan pisau berbentuk U dipasang pada suatu rangka dari
pelat. Alat ini digunakan untuk memecah bongkah-bongkah tanah di permukaan
dan untuk meratakan tanah.

2. Land Rollers dan Pulverizers

Alat ini menyerupai piring-piring atau roda-roda yang disusun rapat pada
satu as. Puingan piring dapat tajam atau bergerigi. Digunakan untuk

19
penyelesaian dari proses pengolahan tanah untuk persemaian. Alat ini dapat
digolongkan atas dua jenis yaitu ;

a. Surface packer terdiri dari macam-macam bentuk, antara lain :

1) V Shaped roller pulverizers,

2) kombinasi T shaped dan Sprocket Wheel pulverizers,

3) Flexible sprocket wheelpulverizes.

b. Subsurface packer, terdiri dari 2 macam, yaitu

1) V Shaped packer dan

2) Crowfoot roller.

Pulverizer

3. Alat-alat Lainnya ( Sub Surface Tillage Tools and Field Cultivation).

Alat ini digunakan untuk mengolah tanah tanpa merubah tanah dibagian
permukaan dan juga sekaligus dapat untuk penyiangan. Keuntungan
menggunakan alat ini adalah :

20
1) Meningkatkan kemampuan tanah dalam hal menyerap air,

2) Mengurangi aliran permukaan (run off),

3) Mengurangi erosi air atau angin,

4) Mengurangi tingkat penguapan air dari permukaan tanah.

Alat ini ada 2 jenis, yaitu :

1) Subsurface tillage sweeps, yaitu alat yang menggunakan sweep.

2) Subsurface tillage Rod Weeders.

3.2 Alat dan Mesin Penanaman

1. Alat penanaman sistem baris lebar

Alat baris penanaman sistem baris lebar ini telah dirancang untuk
menempatkan benih-benih dalam tanah dengan jarak baris tanam satu dengan
yang lain cukup lebar, sehingga akan mungkin dilakukan penyiangan dan
meningkatkan efisiensi pemanenan. Alat penanam seperti ini banyak digunakan
untuk tanaman seperti: jagung, kapas, sorgum, serta kacang-kacangan.

Berdasarkan cara penempatan benih dalam tanah, maka alat penanam sistem baris
lebar dapat dibagi 3 tipe yaitu : drill, hill-drop dan checkrow. Sedangkan untuk
penempatan alat pananam pada traktor dapat dibagi 2 golongan, yaitu: trailing dan
mounted.

21
2. Alat penanam sistem baris sempit

Alat penanam tipe ini adalah dirancang khusus untuk menanam benih-
benih kecil atau rumput-rumputan dalam baris dan alur yang sempit serta
kedalaman yang seragam. Karena inilah, maka pengoperasian alat-alat mekanis
dalam baris kecil sekali kemungkinannya. Alat penanam sistem baris yang sempit
ada yang mempunyai corong pemasukan yang hanya untuk benih saja dan adapula
yang mempunyai corong yang cukup luas namun terbagi menjadi dua bagian, satu
bagian menjadi tempat benih dan bagian lain menjadi tempat pupuk.

Bagian-bagian utama dari alat penanam sistem baris sempit ini adalah :

22
1. Kerangka

2. Roda-roda

3. Kotak benih dan pupuk

4. Pengatur pengeluaran benih

5. Saluran benih

6. Pembuka alur

7. Pengatur kedalaman

8. Penutup dan penekan alur

3. Alat penanam sistem sebar

Penanaman sistem sebar merupakan cara penanaman yang paling lama dan
sederhana. Penebaran benih dengan mengunakan mesin lebih teliti dan cepat bila
dibandingkan penebaran dengan tangan. Penanaman sistem sebar ini memerlukan
adanya pembuka alur, maka dari itu harus disiapkan dengan pengolahan tanah
yang menggunakan peralatan seperti garu piring. Dan juga sistem ini tidak
memerlukan penutupan. Penutupan kemudian dapat dilakukan dengan garu paku
atau yang lainnya.

Alat penanaman sistem sebar terdapat 3 sistem alat, yaitu :

23
1. Tipe sentrifugal atau endgate

2. Tipe pesawat terbang

3. Penebar rumput-rumputan

3. Alat penanam berdasarkan bahan tanaman yang ditanam

Alat tanam sistem sebar tipe sentrifugal

24
Alat tanam sistem sebar tipe pesawat terbang

1. Transplanter

Transplanter merupakan alat penanam bibit dengan jumlah, kedalaman, jarak dan
kondisi penanaman yang seragam. Pada penanaman padi, dapat dibedakan
berdasarkan cara penyemaian dan persiapan bibit padinya. Yang pertama, yaitu
mesin yang memakai bibit yang ditanam/disemai di lahan (washed root seedling).
Mesin ini memiliki kelebihan yaitu dapat dipergunakan tanpa harus mengubah
cara persemaian bibit yang biasa dilakukan secara tradisional sebelumnya. Namun
demikian waktu yang dibutuhkan untuk mengambil bibit cukup lama, sehingga
kapasitas kerja total mesin menjadi kecil. Yang kedua adalah mesin tanam yang
memakai bibit yang secara khusus disemai pada kotak khusus. Mesin jenis ini
mensyaratkan perubahan total dalam pembuatan bibit. Persemaian harus
dilakukan pada kotak persemaian bermedia tanah, dan bibit dipelihara dengan
penyiraman, pemupukan hingga pengaturan suhu.

Bila dilhat dari jenis sumber tenaga untuk menggerakkan mesin, terdapat tiga
jenis mesin tanam bibit yaitu alat tanam yang dioperasikan secara manual, mesin
tanam yang digerakkan oleh traktor dan mesin tanam yang memiliki sumber
tenaga atau enjin sendiri.

Berdasarkan sistem pendukungnya, mesin ini dapat dibedakan menjadi yang


bergerak dengan roda, dan yang bergerak dengan roda dan dilengkapai dengan
papan pengapung.

25
Jenis mesin yang manapun dipergunakan, permukaan lahan sawah harus datar dan
rata, kedalam air harus rata, demikian juga kekerasan tanah juga harus sama,
karena hal ini akan memberikan kestabilan operasi. Jika tidak, akan banyak terjadi
kegagala penancapan bibit, sehingga akan butuh waktu yang cukup lama untuk
penyulaman secara manual.

2. Seeder

Alat penanam (seeder) berfungsi untuk meletakkan benih yang akan ditanam pada
kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi. Sebagian
besar alat penanam dilengkapi dengan alat penutup tanah.

Bila benih dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan
mempengaruhi penempatan benih di dalam tanam, yaitu berpengaruh pada
kedalaman tanam, jumlah benih tiap lubang, jarak antar lubang dalam baris, dan
jarak antar baris. Di samping itu ada kemungkinan kerusakan benih dalam proses
aliran benih dalam alat tanam. Benih tanaman yang berupa biji-bijian ada
bermacam-macam, seperti kacang tanah, jagung, kedelai, kacang hijau, dll, yang

26
masing-masing memiki bentuk, ukuran, kekuatan agronomis yang berbeda-beda.
Untuk itu diperlukan alat tanam yang memiliki kekuatan tanam yang berbeda
pula. Beberapa sifat fisis benih yang mempengaruhi alat tanam, yaitu ukuran,
bentuk, keseragaman bentukdan ukuran, density per satuan volume, dan tekanan
terhadap tekanan dan gesekan. Penebaran benih dan pola pertanaman dengan alat
penanam (seeder) ini dapat digolongkan menjadi 5 macam diantaranya :

a) Broadcasting (benih disebar pada permukaan tanah)

b) Drill seedling (benih dijatuhkan secara random dan diletakkan pada


kedalaman tertentu dalam alur sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu).

c) Pesicion drilling (benih ditanam secara tunggal dengan interval yang sama
dengan alur)

d) Hill dropping (kelompok benih dijatuhkan secara random dengan interval


yang hampir sama dengan alur)

e) Chezktow planting (benih diletakkan pada tempat tertentu sehingga


diperoleh lajur tanaman dengan dua arah yang sama)

27
Macam-macam tipe seeder :

a) Mesin tanam sebar (broadcast seeder)

Pada alat ini penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel (variable
orifice). Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut untuk
mencegah macet karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga agar
aliran benih dapat kontinyu.

Kadang-kadang suatu roda bercoak (fluted wheel) digunakan sebagai penjatah


benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan yang
berputar. Karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dan
dilempar mendatar karena adanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada
diameter piringan, bentuk penghalang, dan desitas dari benih. Dua buah disk
berputar dengan arah putaran yang berlawanan (counter disk spinning) dapat
dipergunakan agar jangkauan sebaran lebih lebar.

Laju benih dikontrol dari ukuran bukaan, kecepatan maju traktor, lebar sebaran.
Centrifugal spreader merupakan alat yang cukup fleksibel karena dapat
dipergunakan untuk menyebar benih, pupuk, pestisida dan material lain yang
berupa butiran. Setelah operasi tanam sebar kemudian dilakukan operasi
pengolahan tanah kedua untuk menutup benih dengan tanah.

b) Mesin tanam acak dalam lajur (drill seeder)

Mesin tanam benih secara acak dalam lajur, biasanya pada setiap alur tanam,
benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder bercoak yang digerakkan dengan roda
tanah (ground wheel). Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol
melalui lebar bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur

28
benih jatuh secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa
berupa disk atau bentuk lain.

Umumnya jarak antar benih berkisar antara 150 – 400 mm. Metoda penutupan
benih dapat dilakukan dengan rantai tarik, yang ditempatkan dibelakang pembuka
alur (furrow opener). Setelah benih tertutup tanah, maka tanah diatas dan
disamping benih tersebut akan diperkeras menggunakan roda tekan. Jenis-jenis
pembuka alur dan roda tekan.

c) Mesin tanam presisi dalam lajur (precision seeder)

Mesin tanam presisi (memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada
interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering
juga disebut jarak antar barisan, umumnya dibuat cukup lebar untuk keperluan
penyiangan. Mesin tanam presisi tersedia dalam bermacam-macam variasi.
Dimana sumber tenaga tarik yang digunakan dapat menggunakan orang, hewan,
traktor roda-2 maupun trator 4-roda. Secara umum ada 4 bagian utama yang selalu
ada dalam alat tanam presisi, yaitu 1) pembuka alur (furrow opener) untuk
mengontrol kedalaman tanam, 2) penjatah benih (metering seed) untuk menjaga

29
interval jarak benih dalam alur dapat seragam, 3) penutup alur, untuk menutup
alur tanam, dan 4) roda tekan (pressing wheel), untuk memadatkan tanah disekitar
benih agar kontak antara benih dan tanah cukup baik.

1. Tanah yang sudah dibedakan berdasarkan kedalamannya diambil


secukupnya yang kemudian dicocokkan dengan buku munsell soil
colour chart.
2. Apabila sudah ditemukan warna yang sama dengan warna tanah
lanjutkan dengan mencatat nama kode warna tanah yang dimulai dari
hue, value dan terakhir chroma.
3. Tulis warna tanah dengan mencari warna tanah pada kartu nama tanah.
4. Lanjutkan cara yang sama untuk mengecek warna tanah pada
kedalaman yang berbeda pada sampel tanah yang sudah dipisahkan
sebelumnya.

30
b. Penetapan Tekstur Tanah

1. Ambil segenggam contoh tanah kering atau lembab dibasahi.


2. Piridlah contoh tanah yang telah dibahasi diantara ibu jari dan telunjuk
sehingga membentuk  pita lembab, sambil dirasakan adanya rasa kasar,
licin dan lengket.
3. Berdasarkan rasa kasar, licin, gejala piridan, gulungan dan
kelekatannya dapat ditentukan klas teksturnya.
4. Cocokkan gejala-gejala dengan tabel perasaan di lapang untuk
menentukan klas tekstur tanah.

c. Penetapan pH Tanah

1. Larutkan sampel tanah didalam gelas hingga airnya berubah warna.


2. Masukan pH stik ke dalam gelas tersebut.
3. Bacalah jarum penunjuk pada pH stik yang menunjukkan besarnya pH
larutan tanah tersebut, kemudian catat.

31
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

1. Tempat dan waktu

 Kecamatan: Sungai Pinang


 Desa/Kelurahan: Mugirejo
 Lokasi/Area: Jalan Gerilia
 Tanggal: Sabtu, 17 November 2018

2. Informasi lokasi pengamatan

 Elevasi (ketinggian tempat): 29 meter


 Fisiografi
o Mikro relief: lereng
o Makro relief: perbukitan
 Lereng/slope (%): 60%
 Vegetasi: singkong
 Keadaan erosi: tinggi
 Genangan/Banjir: tidak ada

3. Informasi umum keadaan tanah

 Bahan induk: sedikit


 Kedalaman tanah efektif: 110cm
 Drainase: 255
 Kedalaman air tanah: tidak ada
 Klasifikasi tanah tentative: -

4. Faktor pembatas lahan

 Kedalaman efektif: 110cm


 Drainase: 25%

32
 Bebatuan: 10%
 Gambut: 30%
 Genangan/Banjir: tidak ada
 Erosi: tinggi
 Salinitas: tidak ada
 pH: 5,6 – 4,5
 Lain lain: -

5. Deskripsi Profil Tanah

A. Horizon penciri

Lapisan pertama adalah horizon O.

Lapisan kedua adalah horizon A.

Lapisan ketiga adalah horizon BC.

Lapisan keempat adalah horizon C.

B. Horizon peralihan

Horizon peralihan terlihat pada lapisan ketiga yang memilik sifat dari horizon
B dan sifar dari horizon C

C. Batas horizon

Batas antara lapisan antara horizon terlihat cukup jelas dengan ditandai
perbedaan warna yang membentuk garis pembatas di tiap lapisannya

D. Warna tanah

Dalam pengamatan hasil praktikum ditemukan tanah

lapisan pertama warna tanah Hue = 10 YR, Value/chroma= 2/2 (very dark
brown).

lapisan kedua warna tanah HUE = 7,5 YR, Value/chroma = 6/8 (redish
yellow).

33
lapisan ketiga warna tanah HUE = 10 YR, Value/Chroma = 7/8 (Yellow)

Lapisan keempat warna tanah HUE = 10 YR, Value/Chroma = 7/2 (light


gray)

E. pH tanah

Pada lapisan pertama 5,6 pH (asam)

Pada lapisan kedua pH 4,5 (sangat asam)

Pada lapisan ke tiga pH 4,5 (sangat asam)

Pada lapisan ke empat pH 4,6 (sangat asam)

C. Tekstur tanah

Lapisan pertama: Lempung berpasir (sandy loam).

Lapisan kedua: Lempung berpasir (sandy loam).

Lapisan ketiga: Lempung berpasir (sandy loam).

Lapisan ke empat : Lempung berdebu (silt loam).

D. Struktur tanah

Lapisan pertama: Granular berbidang banyak

Lapisan kedua: Gumpal (blocky) bersudut

Lapisan ketiga: Gumpal (blocky) bersudut

Lapisan keempat: Lempeng (platy)

E. Konsistensi

Konsistensi saat basah :

Lapisan pertama,kedua,ketiga dan keempat memiliki konsitensi agak lekat.

Konsistensi saat kering :

Lapisan pertama, kedua dan ketiga memiliki konsistensi lunak.

34
Lapisan keempat konsistensi keras.

F. Perakaran

Perakaran efektif : 110 cm

Kelas jumlah perakaran: sedikit, 0 sampai 1 per satuan luas

Kelas ukuran perakaran: Kasar, 5-10 mm

G. Lereng topografi

Bentuk wilayah berbukit agak bergunung dengan lereng >30% dan perbedaan
tinggi (m) 50-120 m.

4.2 Pembahasan

Pada kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan di Jl. Gerliya,


Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang. Tanah tersebut memiliki
empat lapisan yaitu lapisan O,A,BC dan C. Lapisan pertama adalah horizon
O, lapisan tanah didonimasi oleh bahan organic. Lapisan kedua adalah
horizon A, lapisan tanah memiliki sifat sifat yang merupakan akibat dari
pengolahan tanah, pengembalaan ternak atau gangguan lain yang serupa.
Lapisan ketiga adalah horizon BC, lapisan tanah terletetak di bawah horizon
A dan masih memperliatkan sebagian kecil dari bahan pembentuknya.
Lapisan keempat adalah horizon C, lapisan tanah di dominasi oleh bahan
bahan mineral dan juga bahan induk yang sedang atau telah mengalami
perubahan

Pada pengamatan warna tanah pada lapisan pertama yang berupa


organik (top soil) warna Hue = 10 YR, Value/chroma= 2/2 (very dark
brown/coklat kehitaman). Lapisan kedua yang berupa pasir berlempung,
warna tanah HUE = 7,5 YR, Value/chroma = 6/8 (redish yellow/kuning
kemerahan). Lapisan ketiga burapa pasir berlempung bercampur dengan
bahan induk berwarna kelabu yang belum hancur sempurna, warna tanah
HUE = 10 YR, Value/Chroma = 7/8 (Yellow/kuning) Lapisan keempat

35
didominasi pelapukan bahan induk berwarna kelabu, warna tanah HUE = 10
YR, Value/Chroma = 7/2 (light gray/kelabu terang).

Pada pengamatan pH tanah pada lapisan pertama 5,6 pH (asam).


Lapisan kedua pH 4,5 (sangat asam). Lapisan ke tiga pH 4,5 (sangat asam).
Lapisan ke empat pH 4,6 (sangat asam)

Pada pengamatan tekstur tanah pada lapisan pertama, kedua dan


ketiga memiliki tekstur lempung berpasir, memilik tekstur lempung berpasir,
rasa licin agak kasar ketika dipegang, membentuk bola dalam keadaan
kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat sekali. Sementara pada
lapisan keempat memiliki struktur lempung berdebu, terasa lebih licin ketika
dipegang, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah
digulung serta melekat sekali.

Pada percobaan struktur tanah pada Lapisan pertama memilik


struktur granular berbidang banyak. Lapisan kedua dan ketiga memiliki
struktur gumpal (blocky) bersudut. Lapisan keempat memiliki struktur
lempeng (platy).

Pada pengamatan konsistensi tanah pada saat tanah basah, lapisan


pertama,kedua,ketiga dan keempat memiliki konsitensi agak lekat, setelah
tanah ditekan dengan dua jari massa tanah ada yang tetinggal pada kedua
jari. Pada pengamatan tanah tanah kering, pada lapisan pertama, kedua dan
ketiga memiliki konsistensi lunak, tanah mudah hancur menjadi butir kohesi
kecil ketika ditekan dengan jari sedangkan pada lapisan keempat konsistensi
keras, tanah baru hancur ketika ditekan agak kuat.

Dari semua hasil pengamatan yang dilakukan telah menunjukkan


bahwa tanah di Jl. Gerliya, Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang
merupakan jenis tanah ultisol yang memiliki ciri dan sifat yang sesuai
dengan karakteristik tanah ultisol sebagai berikut:

a) Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk


tanahnya.Tanah Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa

36
umumnya mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir (Suharta
dan Prasetyo 1986), sedangkan tanah Ultisol dari batu kapur, batuan
andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti liat
dan liat halus (Subardja 1986; Subagyo et al.1987; Isa et al. 2004;
Prasetyo et al. 2005).
b) Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat, dengan
bentuk gumpal bersudut (Rachim et al. 1997; Isa et al. 2004; Prasetyo et
al. 2005).
c) Pada umumnya Ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah. Pada
klasifikasi lama menurut Soepraptohardjo (1961), Ultisol
diklasifikasikan sebagai Podsolik Merah Kuning (PMK). Warna tanah
pada horizon argilik sangat bervariasi dengan hue dari 10YR hingga
10R, nilai 3−6 dan kroma 4−8 (Subagyo et al. 1986; Suharta dan
Prasetyo 1986; Rachim et al. 1997; Suhardjo dan Prasetyo 1998;
Alkusuma 2000; Isa et al. 2004; Prasetyo et al. 2005).Warna tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan organik yang
menyebabkan warna gelap atau hitam, kandungan mineral primer fraksi
ringan seperti kuarsa dan plagioklas yang memberikan warna putih
keabuan, serta oksida besi seperti goethit dan hematit yang memberikan
warna kecoklatan hingga merah. Makin coklat warna tanah umumnya
makin tinggi kandungan goethit, dan makin merah warna tanah makin
tinggi kandungan hematit (Eswaran dan Sys1970; Allen dan Hajek 1989;
Schwertmanndan Taylor 1989).
d) Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat
kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan
sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang
mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm
dari dari batuan yang utuh (belum melapuk). Tanah-tanah ini kurang
lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dari air tanah
pH meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum (Hakim,dkk.
1986).

37
Dari hasil pengamatan juga disimpulkan klasifikasi tanah tanah di
Jl. Gerliya, Kelurahan Mugirejo adalah Udult, Udult adalah Ultisol yang
memiliki regim

kelembapan yang selalu lembab (tidak pernah kering) disebut Udus,


sehingga digunakan singkatan kata penciri kelembapan yaitu “Ud”. Kata
“Ud” ditambahkan pada Ordo tanah Ultisol yang telah disingkat “Ult”
menjadi kata untuk penamaan kategori Sub-ordo menjadi “Udult”

38
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari semua hasil pengamatan yang dilakukan telah menunjukkan


bahwa tanah di Jl. Gerliya, Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang
merupakan jenis tanah Ultisol dengan katagori sub-ordo Udult.

Lahan kurang cocok untuk digunaka sebagai lah pertanian karena


memiliki pH masam tetapi masih bias diatasi dengan pengolahan tanah
seperti pemberian kapur atau penambahn bahan organik.

5.2 Saran

Praktikum yang dilakukan sudah bagus dimana setiap mahasiswa


dibentuk berkelompok. Akan tetapi lebih baik jika bisa didampingi oleh satu
asisten dosen pembimbing. Agar mahasiswa bisa bertanya jika kebingungan
saat praktikum berlangsung, selain itu mahasiswapun juga lebih mudah
dalam melakukan praktikum.

39
DAFTAR PUSTAKA

Pairunan, Anna K., J. L. Nanere, Arifin, Solo S. R. Samosir, Romualdus


Tangkaisari, J. R. Lalopua, Bachrul Ibrahim, Hariadji Asmadi, 1999. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur:
Makassar.

I Made Mega. 2005. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah.Denpasar.

Ir. A. G. Kartasapoetra, Ir. Mulyani Sutedjo. 1988. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta.
PT  Bina Aksara.

Buckman, H. D. dan N. C. Brady. 1982. The Nature and Properties Of Soil.


Maxwell Matmilin: New York.

Doeswono,1983. Ilmu-Ilmu Terjemahan. Bhtara Karya Aksara: Jakarta.

Fitter, H., 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Madya Universitas


Press: Yokyakarta.

Foth. H. D, 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press:


Yogyakarta.

Gaur. 1981. Soil Clasification in Indonesia. Balai Penjelasan Pertanian: Bogor.

Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin


Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung: Lampung

Hanafiah, Ali Kemas. 2010. Dasar–Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.

Hardjowigeno, H. S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika


Pressindo: Jakarta.

40
Islami, T., 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang
Press:Semarang.

https://www.slideshare.net/jumadiahmad/laporan-akhir-dasar-dasar-ilmu-tanah

https://uphy006stiptolitoli.wordpress.com/2016/06/16/laporan-dasar-dasar-ilmu-
tanah/

https://www.slideshare.net/AbdulMuftiPutra/upload-36897080

http://www.academia.edu/18321685/LAPORAN_PRAKTIKUM_DASAR_-
_DASAR_ILMU_TANAH_PROFIL_TANAH_

41
LAMPIRAN

42
43

Anda mungkin juga menyukai