Anda di halaman 1dari 28

BAJAK GARU DAN PENGOLAHAN

TANAH
A. PENGERTIAN BAJAK DAN GARU

• Bajak adalah alat yang digunakan dalam pertanian awal


untuk budidaya di tanah dalam rangka persiapan
penanaman bibit atau tanaman.

• Garu merupakan alat pertanian yang digunakan untuk


menghancurkan dan meratakan permukaan tanah
B. SEJARAH BAJAK DAN GARU

• Bajak merupakan alat pertanian yang paling tua, telah


digunakan sejak 6000 SM di Mesir. Pada mulanya bajak
sepenuhnya ditarik oleh hewan seperti kerbau, kuda, dan
sapi. Karena hasil pengolahan dengan bajak dihasilkan
bongkahan tanah yang besar, maka muncullah alat yang
digunakan untuk menghancurkan bongkahan tanah yang
besar tersebut yang sekarang disebut dengan garu.
C. MACAM-MACAM BAJAK DAN GARU
Berdasarkan bentuk dan
kegunaannya, secara garis besar Macam-macam garu yang
bajak dibedakan atas beberapa jenis, digunakan untuk pengolahan tanah
yaitu: yaitu:
1. Bajak Singkal 1. Garu piringan (disk harrow)
2. Bajak Rotary 2. bergigi paku (spikes tooth harrow)
3. garu bergigi per (springs tooth harrow)
3. Bajak Piringan
4. garu-garu untuk pekerjaan khusus
4. Bajak Pahat (special harrow).
5. Bajak Tanah Bawah
A. MACAM BAJAK
1. Bajak singkal (mold board plow)

Bajak singkal termasuk jenis bajak yang paling tua. Di Indonesia jenis bajak singkal
inilah yang paling umum digunakan oleh petani untuk melakukan pengolahan tanah
mereka, dengan menggunakan tenaga ternak sapi atau kerbau, sebagai sumber daya
penariknya. Sering dijumpai beberapa bentuk rancangan bajak singkal, hal ini
dimaksudkan untuk dapat memperoleh penyesuaian antara kondisi tanah dengan tujuan
pembajakan.
2. Bajak rotari atau bajak putar (rotary plow)

Bajak putar/bajak rotary dapat digunakan untuk pengolahan tanah kering ataupun tanah
sawah. Kadang-kadang bajak putar ini digunakan untuk mengerjakan tanah kedua dan
juga dapat digunakan untuk melakukan penyiangan ataupun pendangiran. Untuk
mengatasi lengketnya tanah pada pisau dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah pisau
dan mempercepat putaran dari rotor dan memperlambat gerakan maju. Makin cepat
perputaran rotor akan lebih banyak daya yang digunakan tetapi diperoleh hasil
penggemburan yang lebih halus.
3. Bajak piringan (disk plow)

Adanya kelemahan-kelemahan bajak singkal maka orang menciptakan bajak piringan. Bajak
piringan cocok untuk bekerja pada : tanah yang lengket, tidak mengikis dan kering dimana
bajak singkal tidak dapat masuk; tanah berbatu, atau banyak sisa-sisa akar; tanah gambut;
serta untuk pembajakan tanah yang berat. Namun penggunaan bajak piringan ini untuk
pengolahan tanah ada juga kelemahannya antara lain: tidak dapat menutup seresah dengan
baik; bekas pembajakan tidak dapat betul-betul rata; hasil pengolahan tanahnya masih
berbongkah-bongkah, tetapi untuk lahan yang erosinya besar hal ini justru dianggap
menguntungkan.
4. Bajak pahat (chisel plow)

Dalam pengerjaan tanah, bajak pahat dipergunakan untuk merobek dan menembus tanah dengan
menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung skop sempit yang disebut mata pahat atau
chisel point. Mata pahat ini terletak pada ujung dari tangkai atau batang yang biasa disebut bar.
5. Bajak tanah bawah (sub soil plow) 

Bajak tanah bawah termasuk di dalam jenis bajak pahat tetapi dengan konstruksi yang lebih
berat. Fungsi bajak ini tidak banyak berbeda dengan bajak pahat, namun dipergunakan untuk
pengerjaan tanah dengan kedalaman yang lebih dalam, yaitu mencapai kedalaman sekitar (50 –
90) cm. Untuk jenis standart tunggal biasanya dipergunakan untuk mengerjakan tanah dengan
kedalaman sampai 90 cm, sedang penarikannya menggunakan traktor dengan daya (60 – 85)
HP. Kemudian untuk bajak tanah bawah jenis standart dua atau lebih, biasanya dipergunakan
untuk pekerjaan yang lebih dangkal.
B.MACAM GARU
1. Garu Piringan

Garu ini pada umumnya seperti bajak piringan


Garu piringan mempunyai ukuran dan kecekungan piringan
yang kecil dibandingkan dengan bajak piringan, hal ini disebabkan
pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak diperlukan
pembalikan tanah yang efektif seperti pengolahan tanah pertama
2. Garu bergigi paku

Garu ini biasa disebut juga dengan garu sisir, yang


merupakan jenis garu yang biasa digunakan di Indonesia.
Pemasangan gigi pada batang penempatan disusun
berselang-seling antara penempatan batang yang satu
dengan yang lainnya.
3. Garu bergigi per

Garu bergigi per ini secara keseluruhan konstruksinya hampir


menyerupai garu bergigi paku, hanya gigi-giginya terbuat dari per
atau pegas. Juga digunakan untuk meratakan dan menghaluskan
tanah sesudah pembajakan. Alat ini juga lebih sesuai digunakan
untuk tanah yang mudah dihancurkan. Cocok untuk memberantas
gulma yang mempunyai perakaran yang cukup kuat dan dalam. 
4. garu-garu untuk pekerjaan
khusus (special harrow).

penggunaan garu khusus biasanya digunakan setelah pengolahan


tanah pertama dan pengolahan tanah kedua. Macam-macam garu
khusus antara lain adalah : pencacah gulma atau seresah (weeder
mulcher); garu potong putar (rotary cross harrow); penggemburan
tanah (soilsurgeon).
D. Pengertian Pengolahan Tanah
Menurut Herawati (2012), pengolahan tanah adalah setiap kegiatan mekanik yang
dilakukan terhadap tanah dengan tujuan untuk memudahkan penanaman, menciptakan keadaan
tanah yang gembur bagi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman sekaligus merupakan
upaya pemberantasan gulma.
Kegiatan pengolahan tanah dibagi ke dalam dua tahap, yaitu:
2.Pengolahan tanah kedua (penggaruan)
Pengolahan tanah kedua, bertujuan
1.Pengolahan tanah pertama (pembajakan)
menghancurkan bongkah tanah hasil
Dalam pengolahan tanah pertama,
pengolahan tanah pertama yang besar
tanah dipotong, kemudian dibalik agar sisa
menjad lebih kecil dan sisa tanaman dan
tanaman dan gulma yang ada di permukaan
gulma yang terbenam dipotong lagi
tanah terpotong dan terbenam. Kedalaman
menjadi lebih halus sehingga akan
pemotongan dan pembalikan tanah
mempercepat proses pembusukan
umumnya antara 15 sampai 20 cm.
Macam-macam Sistem Pengolahan Tanah

1. Pengolahan Tanah secara mekanis (traktor) 2. Pengolahan Tanah Minimum (untuk tanah
Pengolahan lahan secara sempurna yaitu
gembur + mulsa)
pengolahan lahan yang meliputi seluruh kegiatan
pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan Pegolahan lahan dengan olah tanah
lahan hingga lahan siap untuk ditanami, meliputi minimum hanya meliputi pembajakan( tanah
pembajakan, pemupukan dan rotary. diolah, dibalik, kemudian tanah diratakan).
Pada pengolahan tanah ini biasanya banyak
dilakukan untuk lahan persawahan.
3. Pengolahan Tanah Konservasi (Olah tanah minimum dan Tanpa olah
tanah)
Pengolahan lahan pada system ini hanya meliputi penyemprotan guna
membunuh atau menghilangkan gulma pada lahan, kemudian ditunggu
hingga gulma mati dan lahan siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan ini
biasanya digunakan sisi tajuk dalam proses penanamannya.
Olah tanah konservasi dilakukan dengan cara:
1. Pengolahan tanah dalam bentuk larikan memotong lereng atau dengan mencangkul sepanjang
larikan untuk memudahkan penanaman.
2. Tanpa olah tanah adalah sistem di mana permukaan tanah hanya dibersihkan dari gulma baik
secara manual maupun dengan menggunakan herbisida. Sesudah pembersihan, tanaman
langsung ditugalkan. Jika penugalan sulit dilakukan, dapat digunakan cangkul untuk
memudahkan penanaman.

Keuntungan olah tanah konservasi adalah sebagai berikut :


a. Menghemat tenaga kerja dan biaya
b. Memperbaiki struktur tanah melalui peningkatan pori makro. Proses ini terjadi karena dengan
tanpa olah tanah, fauna (hewan) tanah seperti cacing menjadi lebih aktif (Herawati, 2012).
Langkah-Langkah Pengolahan Lahan

Klarifikasi mengenai tahapan pengolahan tanah akan dijelaskan sebagai berikut :


1. Land Clearing (Membersihkan Areal)
Pembersihan dilakukan terhadap pepohoyang, semak-semak, alang-alang atau
tumbuhan lainnya yang berpotensi menganggu tumbuhnya tanaman yang akan
dibudidayakan
2. Pembajakan
Pembajakan merupakan proses pengolahan tanah pada masa tanam. Pembajakan tanah
berfungsi mengembalikan kesuburan tanah setelah masa panen.
3. Penggaruan
Penggaruan dan pembajakan tanah sebenarnya dua kegiatan yang memiliki kaitan erat.
Penggaruan atau penggemburan dilakukan dua tahap. Termin pertama dengan cara
menghancurkan gumpalan tanah menjadi struktur remah. Penggaruan termin dua bertujuan
buat melumatkan tanah, sehingga semua tanah melumpur dan tanah menjadi halus.
Olah tanah konservasi dilakukan dengan cara:
1. Pengolahan tanah dalam bentuk larikan memotong lereng atau dengan
mencangkul sepanjang larikan untuk memudahkan penanaman.
2. Tanpa olah tanah adalah sistem di mana permukaan tanah hanya
dibersihkan dari gulma baik secara manual maupun dengan menggunakan
herbisida. Sesudah pembersihan, tanaman langsung ditugalkan. Jika
penugalan sulit dilakukan, dapat digunakan cangkul untuk memudahkan
penanaman.
Keuntungan olah tanah konservasi adalah sebagai berikut :
a. Menghemat tenaga kerja dan biaya
b. Memperbaiki struktur tanah melalui peningkatan pori
makro. Proses ini terjadi karena dengan tanpa olah
tanah, fauna (hewan) tanah seperti cacing menjadi lebih
aktif (Herawati, 2012).
Tujuan khusus dari pengolahan tanah adalah sebagai berikut (Kepner, et al, 1972) :

1. Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian atau tempat


tumbuh benih. Tanah yang padat diolah sampai menjadi gembur sehingga
mempercepat infiltrasi a-h, berkemampuan baik menahan curah hujan
memperbaiki aerasi dan memudahkan perkembangan akar.
2. Peningkatan kecepatan infiltrasi akan menurunkan run off dan mengurangi
bahaya erosi.
3. Menghambat atau mematikan tumbuhan pengganggu.
4. Membenamkan tumbuhan-tumbuhan atau sampah-sampah yang ada diatas
tanah kedalam tanah, sehingga menambah kesuburan tanah.
5. Membunuh serangga, larva, atau telur-telur serangga melalui perubahan
tempat tinggal dan terik matahari.
Pola - Pola dalam Pengelolaan Tanah
Mengolah tanah adalah membalik dan menggemburkan struktur tanah agar menjadi
gembur, sehingga memudahkan  akar tanaman menyerap unsur hara. Kegiatan pengolahan tanah
akan sangat mempengaruhi proses budidaya selanjutnya. Pengolahan tanah tetap sangat penting
artinya, sehingga wajar bila inovasi dalam kegiatan ini terus dilakukan agar didapatkan hasil
yang lebih  baik. Tujuan dari pola pengolahan tanah ini adalah :
1.  Lebih efisien, dengan menggunakan pola yang sesuai, diharapkan :
• Waktu yang  terbuang pada saat pengolahan tanah (pada saat implemen pengolahan tanah
diangkat) sesedikit mungkin
• Lahan yang diolah tidak diolah lagi, sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih
efisien.
2.  Lebih efektif
     Hasil pengolahan tanah (khususnya untuk pembajakan) bisa merata. Bagian lahan yang
diangkat tanahnya akan ditimbun kembali dari alur berikutnya. Sehingga diharapkan pekerjaan
pengolahan tanah bisa lebih efektif.
1) Pola Tengah

• Pembajakan dilakukan dari tengah membujur lahan, kemudian


pembajakan kedua dilakukan pada sebalah hasil pembajakan
pertama. Traktor diputar ke kanan dan membajak rapat dengan
hasil pembajakan pertama. Pembajakan berikutnya dengan cara
berputar ke kanan sampai ke tepi lahan.

•  Pola ini cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit.


Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung
lahan. Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak 2 atau
3 pembajakan terakhir. Ujung lahan yang tidak terbajak diolah
dengan cara manual (di cangkul)  
2) Pola Tepi

  
• Pembajakan dilakukan dari tepi
membujur lahan, lemparan hasil  Pola ini cocok untuk lahan
pembajakan ke arah luar lahan. yang memanjang dan sempit.
Pembajakan kedua pada sisi seberang
pembajakan pertama. Traktor diputar
Diperlukan lahan untuk
ke kiri dan membajak dari tepi lahan berbelok (head land) pada
dengan arah sebaliknya. Pembajakan kedua ujung lahan.
berikutnya dengan cara berputar ke
kiri sampai ke tengah lahan.  
3) Pola Keliling Tengah

• Pengolahan tanah dilakukan dari titik tengah lahan, berputar sejajar sisi
lahan sampai ke tepi lahan. Lemparan pembajakan ke arah dalam lahan.
Pada awal pengolahan operator akan mengalami kesulitan dalam
membelokkan traktor.  

• Pola pengolahan ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar
dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada
kedua diagonal. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara
manual dengan cangkul.
4) Pola Keliling Tepi

– Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut lahan, berputar ke kiri
sejajar sisi lahan sampai ke tepi lahan.Pola pengolahan ini cocok untuk lahan yang
berbentuk bujur sangkar dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk
berbelok pada kedua diagonal lahan.lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak
pada 2 atau 4 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan
cara manual dengan cangkul.
5) Pola Bolak Balik Rapat
Pengolahan dilakukan dari tepi salah
satu sisi lahan dengan arah membujur.
berputar ke kiri sejajar sisi lahan
sampai ke tepi lahan Pembajakan
dilakukan secara bolak balik sampai
sisi lahan
• Pola ini juga cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit, diperlukan
lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Sisa lahan yang
tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual dengan cangkul.
• Pola ini hanya cocok dilakukan untuk bajak yang dapat diubah arah lemparan
pembajakan. Pola ini dapat juga dilakukan untuk pengolahan tanah kedua
dengan mesin rotari, karena hasil dari pengolahannya tidak terlempar ke
samping.
6. Pola Spiral

Mesin mengolah tanah dari tepi dan berakhir di tepi


secara spiral. kelebihan dari pola ini adalah hasil dari
pengolahannya tidak terlempar ke samping, sedangkan
kekurangannya adalah efesiensinya rendah. Pola ini hanya
cocok dilakukan untuk bajak yang dapat diubah arah
lemparan pembajakan.
7. Pola Alfa
• Pengolahan tanah diawali dari tepi seperti bentuk alfa dan berakhir di
tengah lahan. Hasil pembajakan terlempar keluar, sehingga tidak
menumpuk di dalam lahan. Kekurangan dari pola ini adalah makin banyak
pengakatan alat waktu belok, sehingga efesiensi kerja dari alat akan
berkurang.

Anda mungkin juga menyukai