TANAH
A. PENGERTIAN BAJAK DAN GARU
Bajak singkal termasuk jenis bajak yang paling tua. Di Indonesia jenis bajak singkal
inilah yang paling umum digunakan oleh petani untuk melakukan pengolahan tanah
mereka, dengan menggunakan tenaga ternak sapi atau kerbau, sebagai sumber daya
penariknya. Sering dijumpai beberapa bentuk rancangan bajak singkal, hal ini
dimaksudkan untuk dapat memperoleh penyesuaian antara kondisi tanah dengan tujuan
pembajakan.
2. Bajak rotari atau bajak putar (rotary plow)
Bajak putar/bajak rotary dapat digunakan untuk pengolahan tanah kering ataupun tanah
sawah. Kadang-kadang bajak putar ini digunakan untuk mengerjakan tanah kedua dan
juga dapat digunakan untuk melakukan penyiangan ataupun pendangiran. Untuk
mengatasi lengketnya tanah pada pisau dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah pisau
dan mempercepat putaran dari rotor dan memperlambat gerakan maju. Makin cepat
perputaran rotor akan lebih banyak daya yang digunakan tetapi diperoleh hasil
penggemburan yang lebih halus.
3. Bajak piringan (disk plow)
Adanya kelemahan-kelemahan bajak singkal maka orang menciptakan bajak piringan. Bajak
piringan cocok untuk bekerja pada : tanah yang lengket, tidak mengikis dan kering dimana
bajak singkal tidak dapat masuk; tanah berbatu, atau banyak sisa-sisa akar; tanah gambut;
serta untuk pembajakan tanah yang berat. Namun penggunaan bajak piringan ini untuk
pengolahan tanah ada juga kelemahannya antara lain: tidak dapat menutup seresah dengan
baik; bekas pembajakan tidak dapat betul-betul rata; hasil pengolahan tanahnya masih
berbongkah-bongkah, tetapi untuk lahan yang erosinya besar hal ini justru dianggap
menguntungkan.
4. Bajak pahat (chisel plow)
Dalam pengerjaan tanah, bajak pahat dipergunakan untuk merobek dan menembus tanah dengan
menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung skop sempit yang disebut mata pahat atau
chisel point. Mata pahat ini terletak pada ujung dari tangkai atau batang yang biasa disebut bar.
5. Bajak tanah bawah (sub soil plow)
Bajak tanah bawah termasuk di dalam jenis bajak pahat tetapi dengan konstruksi yang lebih
berat. Fungsi bajak ini tidak banyak berbeda dengan bajak pahat, namun dipergunakan untuk
pengerjaan tanah dengan kedalaman yang lebih dalam, yaitu mencapai kedalaman sekitar (50 –
90) cm. Untuk jenis standart tunggal biasanya dipergunakan untuk mengerjakan tanah dengan
kedalaman sampai 90 cm, sedang penarikannya menggunakan traktor dengan daya (60 – 85)
HP. Kemudian untuk bajak tanah bawah jenis standart dua atau lebih, biasanya dipergunakan
untuk pekerjaan yang lebih dangkal.
B.MACAM GARU
1. Garu Piringan
1. Pengolahan Tanah secara mekanis (traktor) 2. Pengolahan Tanah Minimum (untuk tanah
Pengolahan lahan secara sempurna yaitu
gembur + mulsa)
pengolahan lahan yang meliputi seluruh kegiatan
pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan Pegolahan lahan dengan olah tanah
lahan hingga lahan siap untuk ditanami, meliputi minimum hanya meliputi pembajakan( tanah
pembajakan, pemupukan dan rotary. diolah, dibalik, kemudian tanah diratakan).
Pada pengolahan tanah ini biasanya banyak
dilakukan untuk lahan persawahan.
3. Pengolahan Tanah Konservasi (Olah tanah minimum dan Tanpa olah
tanah)
Pengolahan lahan pada system ini hanya meliputi penyemprotan guna
membunuh atau menghilangkan gulma pada lahan, kemudian ditunggu
hingga gulma mati dan lahan siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan ini
biasanya digunakan sisi tajuk dalam proses penanamannya.
Olah tanah konservasi dilakukan dengan cara:
1. Pengolahan tanah dalam bentuk larikan memotong lereng atau dengan mencangkul sepanjang
larikan untuk memudahkan penanaman.
2. Tanpa olah tanah adalah sistem di mana permukaan tanah hanya dibersihkan dari gulma baik
secara manual maupun dengan menggunakan herbisida. Sesudah pembersihan, tanaman
langsung ditugalkan. Jika penugalan sulit dilakukan, dapat digunakan cangkul untuk
memudahkan penanaman.
• Pembajakan dilakukan dari tepi
membujur lahan, lemparan hasil Pola ini cocok untuk lahan
pembajakan ke arah luar lahan. yang memanjang dan sempit.
Pembajakan kedua pada sisi seberang
pembajakan pertama. Traktor diputar
Diperlukan lahan untuk
ke kiri dan membajak dari tepi lahan berbelok (head land) pada
dengan arah sebaliknya. Pembajakan kedua ujung lahan.
berikutnya dengan cara berputar ke
kiri sampai ke tengah lahan.
3) Pola Keliling Tengah
• Pengolahan tanah dilakukan dari titik tengah lahan, berputar sejajar sisi
lahan sampai ke tepi lahan. Lemparan pembajakan ke arah dalam lahan.
Pada awal pengolahan operator akan mengalami kesulitan dalam
membelokkan traktor.
• Pola pengolahan ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar
dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada
kedua diagonal. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara
manual dengan cangkul.
4) Pola Keliling Tepi
– Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut lahan, berputar ke kiri
sejajar sisi lahan sampai ke tepi lahan.Pola pengolahan ini cocok untuk lahan yang
berbentuk bujur sangkar dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk
berbelok pada kedua diagonal lahan.lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak
pada 2 atau 4 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan
cara manual dengan cangkul.
5) Pola Bolak Balik Rapat
Pengolahan dilakukan dari tepi salah
satu sisi lahan dengan arah membujur.
berputar ke kiri sejajar sisi lahan
sampai ke tepi lahan Pembajakan
dilakukan secara bolak balik sampai
sisi lahan
• Pola ini juga cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit, diperlukan
lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Sisa lahan yang
tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual dengan cangkul.
• Pola ini hanya cocok dilakukan untuk bajak yang dapat diubah arah lemparan
pembajakan. Pola ini dapat juga dilakukan untuk pengolahan tanah kedua
dengan mesin rotari, karena hasil dari pengolahannya tidak terlempar ke
samping.
6. Pola Spiral