Anda di halaman 1dari 3

TEKNIK BUDIDAYA TEBU 1. Syarat Tumbuh Tebu (Saccarum officinarum) Tumbuh di daerah dataran rendah yang kering.

ng. Iklim panas yang lembab dengan suhu antara 25C-28C Curah hujan kurang dari 100 mm/tahun Tanah tidak terlalu masam, pH diatas 6,4. Ketinggian kurang dari 500 m dpl.

2. Persiapan Bibit Penentuan Komposisi Bibit secara umum dikaitkan dengan Tingkat Kemasakannya, Masa Tanam, Iklim, Kondisi Lahan serta Lamanya Musim Giling. Bibit-bibit yang ditanam diharapkan mempunyai kriteria : Mempunyai Potensi Kwintal Tebu dan Rendemen tinggi. Mempunyai Tingkat Kemurnian tinggi ( > 90 % ). Bebas dari Hama dan Penyakit. Mempunyai Daya Kecambah tinggi. Tahan terhadap kekeringan dan tidak mudah roboh. 3. Persiapan Lahan Kegiatan pengolahan tanah secara umum yaitu : a) b) c) d) Pembajakan Penggaruan Pengumpulan akar Pembuatan alur tanaman

4. Penanaman Pada saat penanaman tebu, kondisi tanah yang dikehendaki lembab tapi tidak terlalu basah dan cuaca cerah. Untuk saat ini tanam tebu lahan kering yang paling tepat adalah masa pancaroba yaitu akhir musim kemarau sampai awal musim hujan atau sebaliknya. Cara penanaman tebu bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut : bibit yang telah diangkut menggunakan keranjang diecer pada guludan agar mudah dalam mengambilnya, kemudian bibit ditanam merata pada juringan/kairan dan ditutup dengan tanah setebal bibit itu sendiri, untuk tanaman pertama pada lahan kering biasanya cenderung anakannya sedikit berkurang dibandingkan tanah sawah (reynoso), sehingga jumlah bibit tiap juringan diusahakan lebih apabila dibandingkan dengan lahan sawah ( 80 ku), dan apabila pada saat tanam curah hujan terlalu tinggi, diusahakan tanam dengan cara glatimong up (bibit sedikit terlihat). 5. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman tebu dilahan kering hampir sama macamnya dengan tebu lahan sawah yaitu terdiri dari penyulaman, pemberian tanah, klentek, pemupukan, pemeliharaan saluran

drainase dan penyiangan gulma. Pemeliharaan saluran drainase terutama perlu dilakukan selama musim hujan untuk menjaga kelancaran pengeluaran air yang berlebih. Penyulaman Penyulaman merupakan kegiatan penanaman untuk menggantikan bibit tebu yang tidak tumbuh, baik pada tanaman baru ataupun tanaman keprasan agar diperoleh populasi tebu yang optimal. Pengendalian Gulma Dalam pelaksanaannya, pengendalian gulma dibagi menjadi pengendalian secara kimia, mekanis dan manual. Untuk sistem reynoso, pengendalian lebih dominan dilakukan secara manual. Sementara itu di lahan kering lebih umum pengendalian gulma secara kimia. Gulma dominan yang dapat merugikan pada lahan tebu diantaranya adalah gulma daun lebar dan merambat, gulma daun sempit dan teki-tekian. Pembumbunan dan Penggemburan Pembumbunan bertujuan untuk menutup tanaman dan menguatkan batang sehingga pertumbuhan anakan dan pertumbuhan batang lebih kokoh. Di lahan sawah pembumbunan dilakukan tiga kali selama umur tanaman. Pelaksanaan pembumbunan dilakukan secara manual atau dengan semi mekanis. Di lahan kering pembumbunan sekaligus dilakukan dengan penggemburan yang merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengendalikan gulma, menggemburkan dan meratakan tanah, memutuskan perakaran tebu khususnya tanaman tebu ratoon dan membantu aerasi pada daerah perakaran. Klentek Klentek adalah suatu kegiatan membuang daun tua pada tanaman tebu yang dilakukan secara manual. Tujuan klentek adalah untuk merangsang pertumbuhan batang, memperkeras kulit batang, mencegah tebu roboh, dan mencegah kebakaran. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit pada budidaya tanaman tebu bertujuan untuk mencegah semakin meluasnya serangan hama/penyakit pada areal perkebunan tebu. Hal ini sangat berkaitan erat dengan salah satu upaya peningkatan produktivitas tebu. Beberapa hama yang umum menyerang antara lain: hama penggerek pucuk tebu (Triporyza vinella F), penggerek batang tebu (Chilo oirocilius dan Chilo sachariphagus), dan uret (Lepidieta stigma F). Pemupukan Sebagaimana pada lahan sawah, pemupukan bagi tanaman tebu di lahan kering tidak diberikan sekaligus tetapi bertahap disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan untuk mencegah kehilangan pupuk. Dosis umum disesuaikan dengan kondisi tanah setempat.

Pedoman umum dari P3GI (1988): untuk tanaman pertama, pupuk pertama yang terdiri dari ZA dan TSP (untuk daerah dengan musim kemarau panjang) atau ZA+TSP+KCl (untuk daerah dengan musim kemarau pendek), diberikan sesaat sebelum tanam, ditaburkan pada dasar juringan. Sedangkan pupuk yang kedua terdiri dari ZA dan KCl diberikan pada umur 1,5-2 bulan dengan cara ditaburkan dalam larikan kemudian ditutup dengan pemberian tanah pertama. Aplikasi pupuk dilakukan dengan mengalurkan ditepi tanaman kemudian ditutup dengan tanah. Pengaplikasian pupuk dengan bantuan traktor tangan sudah dikembangkan terutama untuk pembukaan dan penutupan alur sekaligus pembumbunan. 6. Pemanenan Panen dilaksanakan pada musim kering yaitu sekitar bulan April sampai Oktober. Hal tersebut berkaitan dengan masalah kemudahan transportasi tebu dari areal ke pabrik serta tingkat kemasakan tebu akan mencapai optimum pada musim kering. Cara Panen : a) Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm. b) Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang. c) Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar. d) Pucuk dibuang. e) Batang tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk segera digiling Panen dilakukan satu kali di akhir musim tanam. 7. Pascapanen A. Pengumpulan hasil panen dilakukan dengan cara diikat untuk dibawa ke pengolahan. B. Penyortiran dan penggolongan syarat batang tebu siap giling supaya rendeman baik : o Tidak mengandung pucuk tebu o Bersih dari daduk-daduk (pelepah daun yang mengering) o Berumur maksimum 36 jam setelah tebang.

REFERENSI : http://epetani.deptan.go.id/berita/budidaya-tebu-7825

Anda mungkin juga menyukai