I. IDENTITAS MAHASISWA
Nama : wulandari
No. Mahasiswa : 20180210157
Hari/Tanggal : 23 januari 2021
II. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh jenis pestisida terhadap perkembangan penyakit hawar daun
kentang (Phytophthora infestans)
Rumus
A. ln (1/(1-x)
B. ln{x/(1- x)
C. {-ln(-ln x)}
Masukan hasil R
square(pemodelan), KTG,
dan X variabel (laju
infeksi)pada tabel
Hitung AUDPC
Data Penyakit Hawar menggunakan rumus
Daun Membuat grafik
trapesium
Jumlahkan kesuluruhan
nilai AUDPC
V. HASIL PENGAMATAN
A. Analisis perkembangan Penyakit – Model dan Laju Infeksi
Tabel 1
1 2 3 4 5
A 1 10 14 30 62 73
2 9 10 24 96 60
3 1 19 28 82 70
B 1 8 5 25 61 71
2 3 16 36 38 60
3 1 7 16 93 59
C 1 10 16 13 64 84
2 3 17 24 76 56
3 2 6 36 70 97
Tabel 2
Perlakuan Pestisida Sintetik
Monomolekular Logistik Gompertz
R2 0,695752598 0,860892959 0,794556379
KTG 0,188107533 0,526032929 0,314185988
Laju Infeksi 0,17961711 0,494125331 0,30188398
Rumus Y = 0,1796X-0,5999 Y=0,4941x-4,11018 Y= 0,30188x-
Pendugaan 2,00736
Perlakuan Pestisida Nabati
R2 0,864230961 0,945825123 0,92537472
KTG 0,042493459 0,202481257 0,083566556
Laju Infeksi 0,142431553 0,514907839 0,278780704
Rumus Y=0,1424x-0,5049 Y=0,5149x-4,6829 Y=0,0835x-2,1013
Pendugaan
Perlakuan Pestisida Hayati
R2 0,880755943 0,969225124 0,93961005
KTG 0,075250248 0,134836141 0,099897576
Laju Infeksi 0,204170982 0,56434927 0,341428366
Rumus Y=-0,2041x-0,7823 Y=0,5643x-4,7119 Y=0,3414x-2,3260
Pendugaan
Lakukan Analisis perkembangan penyakit untuk Area dibawah kurva penyakit. Masukan
hasil analisis dalam table berikut
Tabel 3 :
VI. PEMBAHASAN
1. Analisis Model Penyakit
Model perkembangan penyakit pada kentang di lapangan diuji dengan tiga model
yang umum digunakan, yaitu model monomolekuler, logistik, dan Gompertz (Xu2006).
Data insidensi penyakit (x) terlebih dahulu ditransformasi dengan ln(1/(1-x)) untuk model
monomolekuler, ln(x/(1-x))untuk model logistik, dan -ln(-ln(x)) untuk model Gompertz.
Selanjutnya, data hasil transformasi diregresikan dengan regresilinear sederhana terhadap
waktu pengamatan penyakit (t). Model perkembangan penyakit terbaik ialah model yang
memberikan nilai koefisien determinasi (R2) terbesar. Jika didapatkan nilai R2sama, maka
diambil model yang memberikan nilai kuadrat tengah galat (KTG) terkecil (Xu 2006).
berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa nilai R2 yang terbaik ada pada model logistic.
Hal ini dikarenakan nilai R2 pada model logistic paling besar dibanding dua model lainnya,
nilai R2 pada pada perlakuan pestisida yaitu 0.860892959, pada perlakuan pestisida nabati
yaitu 0.945825123, dan pada pestisida hayati sebesar 0,969225124.
2. Laju Infeksi
Nilai laju infeksi merupakan nilai koefesien regresi dari model perkembangan
penyakit terpilih. Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai laju infeksi pada perlakuan
pestisida sintetik sebesar 0,58428, lalu laju infeksi pada pestisida nabati 0,5149, dan yang
terakhir laju infeksi pada perlakuan pestisida hayati 0,56434927. laju infeksi tertinggi ada
pada pestisida nabati. Menurut Zadok dan Schein (1979), semakin tinggi laju infeksi maka
semakin pendek periode perkembangan penyakit yang berarti semakin cepat terjadi
epidemi penyakit. Hal ini berarti pestisida nabati mudah terserang penyakit akan tetapi
periode perkembangan penyakit dikatakan singkat atau pendek. Hal yang mendukung hal
ini terjadi adalah kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang mendukung yaitu kondisi
tanah Vertisol dan cuaca musim hujan
3. Analisis AUDPC
Berdasarkan analisis data AUDPC pada tabel 3 diketahui bahwa nilai AUDPC
pestisida sintetik sebesar 76,49%, nilai AUDPC pestisida nabati sebesar 2,61%, sedangkan
nilai AUDPC pestisida hayati sebesar 63,15%. Apabila angka audpc semakin rendah,
maka perlakuan tersebut semakin efektif dalam mengendalikan patogen, dan sebaliknya
(Viljanen-Rollinson , 2001). hal ini berarti yang paling efektif ada pada pestisida nabati
yaitu sebesar 2,61%.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan data diatas dapat disimpulkan bahwa yang
mempunyai keefektifan paling tinggi dalam mengendalikan penyakit hawar daun pada
kentang adalah pestisida hayati.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005. Phythopthora infestans.
http://www.extento.hawaii.edu/kbase/crop/Type/pinfest.htm
Jeger, M.J., and S.L.H. Viljanen-Rollinson. 2001. The Use of the Area Under Disease-Progress
Curve (AUDPC) to Assess Quantitative Disease Resistance in Crop Cultivars.Theor.
Appl. Genet. 102:32-40.
Pracaya, 2004. Hama dan Penyakit Tanaman. Swadaya, Jakarta
Sengooba, T. and J.J. Hakiza. 1999. The currentstatus of late blight caused by
Phytophthorainfestans in Africa with empasis on Eastern andSouthern Africa. In Late
Blight a Threat toGlobal Food Initiative on Late BlightConference, March 16-19, 1999.
QuitoEquador.
Sudarma, I.M. 1989. Epidemi Penyakit Embun Palsu (Plasmopara viticola) Pada Tanam- an
Anggur (Vitis yin Vera) Di Tangguwisia, Buleleng. Program Pasca Sarjana Univer- sitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Xu X. 2006. Modelling and interpreting disease progress in time. Di dalam: Cooke BM, Jones
DG, Kaye B, editor. The Epidemiology of plant diseases. 2nd ed. Amsterdam (NED):
Springer-Verlag. Hlm 215–238. DOI: https://doi.org/10.1007/1-4020-4581-6_8
Zadoks, J.C dan R.D. Schein. 1979. Epidemiology and Plant Disease Management. Oxford
University Press: New York.