Anda di halaman 1dari 9

PROBLEMATIKA PERSIAPAN BAHAN TANAM BAWANG MERAH DI LAHAN PASIR PANTAI

Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman

Disusun Oleh : Kelompok 8 1. Burhan Arif Gunawan 2. Nadia Dwi Larasati 3. Raden Ilham Wicaksana R S 4. Fail Sajid 5. Shofiyah Robiatul Adawiyah 20120210095 20120210102 20120210107 20120210116 20120210117

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

I. PENDAHULUAN Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang banyak diusahakan oleh petani di Indonesia. Hal ini mengingat banyaknya manfaat yang dimiliki bawang merah dan juga bawang merah memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik. Salah satu manfaat bawang merah yakni sebagai bahan penyedap makanan yang berguna menambah citarasa dan kenikmatan makanan. Pembudidayaan bawang merah ini meluas hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan kondisi wilayah yang sesuai dengan syarat tumbuh bawang merah. Salah satu faktor penting dalam hal budidaya ini yaitu bahan tanamnya. Bahan tanam menjadi sangat penting dalam hal produksi mengingat produksi yang akan dihasilkan akan bergantung pada mutu bahan tanam yang digunakan. Apabila sejak awal mutu bahan tanam buruk, maka akan berdampak pada hasil produksinya pula. Budidaya bawang merah memerlukan air yang cukup terutama saat pembentukan umbi. Tanaman bawang merah yang kekurangan air pada fase pembentukan umbi dapat mengakibatkan penurunan produksi secara signifikan. Hal utama dalam budidaya bawang merah adalah menjaga tanah dalam keadaan cukup lembab. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah merupakan jenis tanaman semusim (berumur pendek) dan berbentuk rumpun. Tinggi tanaman berkisar antara 15-25 cm, berbatang semu, berakar serabut pendek yang berkembang di sekitar permukaan tanah dan perakarannya dangkal, sehingga bawang merah tidak tahan terhadap kekeringan. Bunga bawang merah berbentuk bongkol pada ujung tangkai panjang yang berlubang di dalamnya. Bawang merah berbunga sempurna dengan ukuran buah yang kecil berbentuk kubah dengan tiga ruangan dan tidak berdaging. Tiap ruangan terdapat dua biji yang agak lunak dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Daunnya berwarna hijau berbentuk bulat memanjang seperti pipa dan bagian ujungnya meruncing. Daun yang baru bertunas belum tampak lubang di dalamnya dan akan terlihat setelah tumbuh

membesar. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis. Oleh karena itu, bawang merah disebut umbi lapis (Samadi, 1996). Bagian pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram tumbuh akar-akar serabut. Di bagian atas cakram yakni di antara lapisan daun yang membengkak terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru yang disebut tunas lateral. Sedang di bagian tengah cakram terdapat mata tunas utama (inti tunas) yang kelak akan tumbuh bunga yang dinamakan tunas apikal (Rahayu, 1995). Pada lingkungan yang sesuai tunas-tunas lateral akan membentuk cakram baru, sehingga terbentuk umbi lapis. Sedang pada tunas utama (tunas apikal) yang tumbuh lebih dulu, kelak akan menjadi bakal bunga (primordia bunga). Keadaan ini menunjukkan bahwa tanaman bawang merah bersifat merumpun. Setiap umbi yang tumbuh dapat menghasilkan sebanyak 2-20 tunas baru dan akan tumbuh berkembang menjadi anakan yang masingmasing juga akan menghasilkan umbi. a. Penyediaan Bahan Tanam Bawang Merah Bawang merah dapat diperbanyak dengan menggunakan dua cara yakni perbanyakan dengan menggunakan biji botani (True Shallot Seed = TSS) dan umbi bibit. Apabila menggunakan umbi bibit maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Diambil dari umbi berukuran sedang (berdiameter 1,5-2 cm atau memiliki berat 2,5-7,5 g). Umbi berukuran kecil apabila ditanam mudah membusuk dan bila tumbuh akan menghasilkan tanaman yang lemah dan produksinya rendah. Sedang apabila menggunakan umbi besar merupakan pemborosan, karena umbi ukuran besar harganya mahal dan akan memiliki hasil yang sama dengan umbi berukuran sedang. 2. Dipillih dari umbi yang telah melalui masa dormansi paling sedikit 2-4 bulan. Bibit yang baik adalah umbi yang telah disimpan selama 6-8 bulan dan akar muda pada pangkal umbi telah keluar.

3. Diambil dari tanaman yang sehat dan telah berumur 60-80 hari, agar didapat umbi yang cukup tua dengan memilih umbi yang terlihat padat dan tidak terasa lunak. 4. Umbi harus bebas penyakit. Umbi yang sehat berwarna cerah dan tidak terdapat bercak hitam, yang merupakan tanda terserang penyakit cendawan. 5. Umbi utuh dan tidak cacat. 6. Benih dari jenis unggul dan murni (tidak tercampur dengan varietas lain). Sedang apabila bahan tanam yang digunakan berasal dari benih atau biji yang disebut True Shallot Seed (TSS). Teknologi pembijian bawang merah telah banyak dikembangkan oleh pakar-pakar di dalam negeri. tanaman bawang merah yang berasal dari biji sering terjadi pemecahan sifat dan harus disemai dulu selma 5-6 minggu. Sebetulnya teknologi pembibitan dan budidaya bawang merah dari biji sudah banyak diteliti oleh balai penelitian sayuran lembang. Benih disemai dulu pada bedengan bersungkup plastik bening seperti menyemai benih kubis atau sayuran dataran tinggi lainnya. Pada umur 5-7 minggu sejak disemai, bibit dicabut untuk segera dipotong sebgaian daun-daunnya dan akar dibersihkan, kemudian direndam dulu dalam larutan fungisida. b. Syarat Tumbuh Bawang Merah Bawang merah dapat ditanam dan tumbuh dengan baik bila tanahnya subur, banyak humus (gembur), tidak tergenang air, beriklim kering dengan suhu agak panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam dan aerasinya (peredaran oksigen) baik. Jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman bawang merah yaitu tanah lempung berpasir atau lempung berdebu. Namun, dapat juga tumbuh pada tanah sawah atau tegalan dengan tekstur sedang sampai liat. Selain itu, dapat tumbuh mulai dari ketinggian 0-1000 meter dpl, namun akan optimum pertumbuhannya pada ketinggian 10-200 m dpl dengan curah hujan 3002500 mm/th. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol dengan pH tanah antara 5,6-6,5. Apabila pH-nya terlalu asam (lebih rendah dari 5,5), garam alumunium (Al) akan larut dalam tanah, garam tersebut akan bersifat racun terhadap tanaman bawang sehingga tumbuhnya menjadi kerdil. Jika pH-nya lebih

dari 6,5 (netral sampai basa), unsur mangan (Mn) tidak dapat dimanfaatkan sehingga umbi-umbinya menjadi kecil karena tanaman bawang tidak dapat menyerap unsur hara Mn. Kelembaban yang sesuai untuk tanaman bawang merah yaitu 50 -70 % dengan suhu udara yang ideal yaitu 25-32 0C. B. Masa Dormansi Benih Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan atau memperpendek dormansi benih sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan.

III. IDENTIFIKASI MASALAH Beberapa permasalahan yang dihadapi pada kasus ini yakni seorang petani bawang merah di lahan pasir pantai yang mengeluh karena pertanaman bawang merahnya tidak dapat tumbuh baik dan hasilnya rendah. Bahan tanam yang digunakan yaitu berasal dari hasil panen tetangganya yang dipanen 3 minggu sebelumnya. Pertumbuhan bawang merah tidak serentak dan banyak gangguan hama dan penyakit meskipun pemeliharaannya telah sesuai dengan GAP budidaya bawang merah. IV. ANALISIS MASALAH Berdasar pada identifikasi masalah diatas, maka dapat dianalisis permasalahan dihadapi oleh petani bawang merah ini berasal dari bahan tanam atau benih bawang merah yang digunakan yaitu :

1. Umur benih Benih yang digunakan oleh petani merupakan hasil panen dari tetangganya yang didapat 3 minggu sebelumnya. Benih tersebut belum memenuhi umur benih yang sesuai untuk dibudidayakan, karena benih yang baik untuk kegiatan budidaya setidaknya telah mengalami penyimpanan selama 2-4 bulan. Umur benih ini akan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman bawang merah nantinya, sehingga umur benih menjadi penting diperhatikan sebelum melakukan kegiatan budidaya agar mendapat hasil yang maksimal. 2. Masa dormansi benih Benih bawang merah yang digunakan oleh petani yaitu benih yang berumur 3 minggu setelah panen, dimana dimungkinkan benih tersebut masih berada dalam masa dormansinya. Masa dormansi merupakan saat dimana benih atau bahan tanam sedang berada dalam masa istirahat (dorman) yang diperlukan calon benih untuk menjadi benih yang siap tanam. 3. Daya tumbuh benih Pada kasus ini, tanaman bawang merah yang ditanam tidak tumbuh secara serempak, yang dimungkinkan karena daya tumbuh benihnya rendah. Daya tumbuh yang rendah ini disebabkan oleh umur benih yang belum sesuai dan juga belum diadakan pengujian daya tumbuh terhadap benih yang digunakan. Daya tumbuh benih akan tinggi atau bagus apabila umur benihnya telah mengalami lama penyimpanan yang sesuai. 4. Varietas benih Varietas benih menjadi satu hal yang penting dalam penyiapan bahan tanam dalam kegiatan budidaya tanaman, dalam hal ini budidaya tanaman bawang merah. Bawang merah memiliki beberapa varietas, diantaranya Kuning (Rimpeg, Berawa, Sidapurna, dan Tablet), Bangkok Warso, Bima Timor, Bima Sawo, Bima Brebes, Engkel, Bangkok, Philippines dan Thailand. Setiap varietas memiliki perlakuan khusus yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhannya agar mampu tumbuh dan berproduksi secara maksimal. Pada kasus ini tidak diketahui varietas bawang merah yang digunakan tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan tidak diketahuinya perlakuan khusus yang perlu diberikan pada tanaman bawang merah yang

ditanam. Tidak diketahuinya varietas ini juga menyebabkan tidak diketahuinya mutu bahan tanam yang digunakan.

V. RUMUSAN PEMECAHAN MASALAH Berdasar pada analisis permasalahan, maka dapat ditentukan beberapa solusi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh petani bawang merah tersebut, yakni sebagai berikut : 1. Penggunaan benih dengan umur simpan setidaknya 2-4 bulan. Hal ini dikarenakan benih dengan umur tersebut telah mampu menjadi bahan tanam yang sesuai dengan kriteria. Selain menggunakan benih dengan umur simpan tersebut, benih (umbi) juga harus sesuai dengan syarat-syarat benih yang akan dijadikan bahan tanam bawang merah, seperti : Diambil dari umbi berukuran sedang (berdiameter 1,5-2 cm atau memiliki berat 2,5-7,5 g). Umbi harus bebas penyakit. Umbi utuh dan tidak cacat. Benih dari jenis unggul dan murni (tidak tercampur dengan varietas lain). 2. Pemilihan varietas bawang merah yang sesuai dengan kondisi lahan dan iklim di lahan pasir pantai. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan produktivitas bawang merah yang dibudidayakan. Varietas yang cocok ditanam di lahan pasir pantai yakni diantaranya varietas Tiron, bawang merah biru atau biru samas dan varietas tup-tup. Varietas-varietas tersebut merupakan varietas yang telah dikembangkan di lahan pasir pantai di beberapa daerah yang di Indonesia, seperti di daerah Purworejo dan pantai Samas, Yogyakarta. 3. Benih yang digunakan dalam kasus ini baru berumur 3 minggu setelah panen dan pada saat itu benih sedang mengalami masa dormansi. Masa dormansi ini akan menghambat pertumbuhan tanaman karena tanaman sedang mengalami masa istirahat. Untuk itu benih perlu mendapat perlakuan khusus sehingga dapat memperpendek masa dormansi benih bawang merah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

memperpendek masa dormansi benih yakni dengan memotong 1/3 1/4 bagian ujung umbinya dengan hati-hati untuk menghindari terpotongnya tunas yang telah tumbuh di dalam umbi. Tujuan dilakukan pemotongan adalah untuk merangsang tumbuhnya tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman, umbi tumbuh merata, merangsang tumbuhnya umbi samping, dan mendorong terbentuknya anakan. Pemotongan dilakukan sehari sebelum penanaman, kemudian umbi yang telah dipotong dimasukkan ke dalam larutan atonik yang telah diencerkan dalam air (dosis sesuai anjuran) selama 5-10 menit, dan ditiriskan di tempat yang kering (dikering-anginkan) terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya

pembusukan atau serangan penyakit pada bekas potongan tadi.

VI. PENUTUP/ KESIMPULAN 1. Umbi bawang merah yang sesuai untuk dijadikan benih/bahan tanam yaitu benih yang telah disimpan selama setidaknya 2-4 bulan dan memenuhi syarat yang sesuai. 2. Varietas bawang merah yang cocok untuk ditanam di lahan pasir pantai yaitu Tiron, bawang merah biru atau biru samas dan varietas tup-tup. 3. Masa dormansi bawang merah dapat diperpendek salah satu caranya yaitu dengan cara memotong 1/3 1/4 bagian ujung umbinya dan memasukkan umbi ke dalam larutan atonik sehari sebelum penanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2013. Dormansi. http://id.wikipedia.org/wiki/Dormansi . Diakses tanggal 20 Oktober 2013 Anonim. 2013. Budidaya Bawang Merah. http://katanewss.wordpress.com/2013/ 03/23/budidaya-bawang-merah/ . Diakses tanggal 17 Oktober 2013 Anonim. 2013. Teknologi Budidaya Bawang Merah. http://supertani.blogspot.com/2013/06/teknologi-budidaya-bawangmerah.html#.UmFDCnAXHKo . Diakses tanggal 17 Oktober 2013 2013. Petani Purworejo Panen Bawang Pantai. http://www.promojateng-pemprovjateng.com/detailnews.php?id=10863 . Diakses tanggal 20 Oktober 2013 2010. Dormansi Biji. http://biologigonz.blogspot.com/2010/03/ dormancy-biji.html . Diakses tanggal 20 Oktober 2013

Anonim.

Anonim.

Anonim. 2012. Budidaya Bawang Merah dan Cara Menanam Bawang Merah. http://bestbudidayatanaman.blogspot.com/2012/12/Budidaya-BawangMerah-dan-Cara-Menanam-Bawang-Merah.html . Diakses tanggal 20 Oktober 2013 Maryati dan Wiryatmi. 1996. Budidaya Bawang Merah di Yogyakarta. Departemen Pertanian. Yoyakarta. 32 hal. Rahayu, E dan Nur B. V. A. 1995. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta. 94 hal. Reki. 2011. Penampilan Agronomis Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum) di Lahan Pasir Pantai Kulon Progo Yogyakarta. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/penampilan-agronomis-tanamanbawang-merah-allium-ascalonicum-di-lahan-pasir-pantai-kulon-pr . Diakses tanggal 20 Oktober 2013 Saddam. 2012. Budidaya Bawang Merah (Allium cepa). http://budidayabawangmerah-saddam.blogspot.com/ . Diakses tanggal 17 Oktober 2013

Samadi, B. dan Bambang C. 1996. Intensifikasi Budidaya Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta. 74 hal. Sugiarto. 2008. Petani di Bantul Ubah Lahan Pasir Jadi Lahan Subur. http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/news/2008/08/30/12796 . Diakses tanggal 20 Oktober 2013 Sunarjono, H dan Prasodjo S. 1989. Budidaya Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Sinar Baru. Bandung. 67 hal.

Anda mungkin juga menyukai