Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan penting di
Indonesia yang permintaannya terus meningkat sejalan dengan perkembangan
industri pangan. Permintaan jagung yang tinggi membutuhkan suatu usaha
agar Indonesia dapat memenuhi kebutuhan jagung yang tinggi tersebut yaitu
dengan cara peningkatan produksi jagung. Salah satu upaya peningkatan
produksi jagung di Indonesia dapat dilakukan diantaranya melalui
intensifikasi yaitu penggunaan varietas unggul baru, memperbanyak populasi
tanaman per hektar serta penggunaan pupuk yang efektif dan efisien, serta
ekstensifikasi dengan memperluas lahan pertanian jagung.
Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk ke dalam tanah
untuk mencapai status semua hara esensial seimbang sesuai kebutuhan
tanaman dan optimum untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil,
meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan tanah serta
menghindari pencemaran lingkungan. Jadi pemupukan berimbang
merupakan pemenuhan hara yang berimbang dalam tanah, bukan berimbang
dalam bentuk dan jenis pupuk. Pemupukan diberikan bagi hara yang kurang
dalam tanah, yang sudah cukup diberikan hanya untuk memelihara hara tanah
supaya tidak berkurang. Dalam penerapannya pemupukan berimbang dapat
menggunakan pupuk tunggal seperti urea, SP-36, TSP, dan KCl, pupuk
majemuk ditambah pupuk tunggal atau campuran pupuk tunggal. Agar sesuai
dengan takaran pemupukan berimbang yang spesifik lokasi, komposisi pupuk
harus bervariasi sesuai kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman.( Suharjo ,
2006)
Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang
diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih
banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg,
dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara
primer dan sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo,
dan Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur
C, H, dan O diperoleh dari air dan udara.(Djaharja,2001)
Penggunaan pupuk yang berlebihan pada tanaman dapat menyebabkan
residu di dalam tanah yang besar. Oleh sebab itu pengaturan pemberian
pupuk harus dilakukan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman antara lain adalah
total pasokan hara,kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik
maupun kimia tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap
unsur hara.
Perbaikan budidaya tanaman meliputi penyiapan lahan, penggunaan
bibit unggul, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama,
pengendalian penyakit, pemanenan, dan pasca panen. Penambahan pupuk
NPK pada budidaya jagung dapat meningkatkan produksi pada dosis yang
optimal. Hara N, P, dan K merupakan hara esensial bagi tanaman.

1
Peningkatan dosis pemupukan N di dalam tanah secara langsung dapat
meningkatkan kadar protein (N) dan produksi tanaman jagung, tetapi
pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan tanaman mudah
rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya kualitas
produksi (Rauf et al., 2000).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan organik dan
pemberian pupuk anorganik dapat meningkatkan pH tanah, N-total, P-tersedia
dan K-tersedia di dalam tanah, kadar dan serapan hara N, P, dan K tanaman,
dan meningkatkan produksi tanaman jagung (Sutoro et al., 1988).
Tersedianya pupuk majemuk NPK diharapkan dapat membantu para petani
untuk menggunakan pupuk sesuaikebutuhan tanaman karena komposisi N, P
dan K dapat diformulasi berdasarkan uji tanah. Anjuran teknik budidaya
jagung ini juga menjadi suatu syarat dalam setiap pelepasan varietas baru.
Kegiatan perakitan varietas unggul jagung telah dilakukan di laboratorium
pemuliaan tanaman dan telah dihasilkan nomor-nomor seleksi (selanjutnya
disebut aksesi) melalui tahap metode seleksi modifikasi daur ulang fenotipa
resiprokal dan siap dilakukan uji pendahuluan. Setiap upaya pelepasan
varietas baru harus disertai dengan teknologi budidaya sertaan yang berupa
teknik budidaya baku. Salah satunya yaitu pemberian dosis pupuk yang tepat
untuk tanaman jagung, Sehingga dalam hal ini perlu dilakukan pengujian
terhadap penambahan dosis pemupukan khususnya pupuk NPK dalam suatu
budidaya tanaman jagung. Aksesi terpilih yang memiliki penampilan sifat
agronomi yang baik dan lebih tinggi dari varietas budidaya yang
dikembangkan oleh petani, dapat digunakan untuk membuat varietas baru
Open Pollinated (OP). (Hartatik, 2007).
Dengan demikian, percobaan ini bertujuan untuk mengetahui interaksi
setiap aksesi tanaman jagung dengan penambahan dosis pupuk NPK yang
diberikan, menentukan beberapa dosis pupuk NPK yang tepat
sehinggamemberikan hasil produksi terbaik dari setiap aksesi tanaman jagung
yang diujikan, mengetahui kandungan protein setiap aksesi tanaman jagung
yang diujikan dengan penentuan dosis pupuk NPK yang diberikan.
Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya
mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun
mikro) terutama N, P,dan K (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Kelebihan
pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup
beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan
dengan pupuk tunggal (Hardjowigeno,2003). Pupuk majemuk NPK yang
digunakan dalam penelitian ini mempunyai yang memiliki kandungan N,
P2O5, dan K2O masing-masing 18%, 12% dan 8%.
Mekanisme penyerapan hara kebanyakan diserap akar tanaman dalam
bentuk an organik. Setelah mencapai akar, ion hara diangkut sampai ke
bagian daun melalui serangkaian tahapan, yaitu penyerapan pasif (passive
root uptake), penyerapan aktif (activ root uptake), alih tempat (translocation).
Setiap syarat tumbuh dapat membatasi hasil. Aturan minimum dari
Liebeg berlaku unsur hara, tetapi dapat pula diterapkan bagi syarat tumbuh
yang lainnya. Pertumbuhan tanaman dibatasi oleh keberadaan hara yang
paling terbatas jumlahnya, tanpa memperhatikan besarnya kesediaan hara
yang lainnya. Tugas petani adalah mengidentifikasi semua faktor pembatas

2
hasil, dan menghilangkan atau meminimalkannya sehingga usahanya
menguntungkan.
Faktor penentu pertumbuhan tanaman dapat dipastikan menjadi 2
bagian, yaitu Genetik (dakhili = internal) dan Lingkungan (khariji =
eksternal). Perbaikan genetik dengan munculnya hibrida, varietas atau galur
telah menunjukkan adanya peningkatan hasil panen pada tanaman jagung,
gandum atau komoditas lainnya. Yang termasuk dalam faktor lingkungan
adalah temperatur, lengas, sinar matahari, susunan udara, struktur tanah,
reaksi tanah, biotik, penyediaan hara, dan senyawa penghambat pertumbuhan.
Pada daerah iklim tropis basah, pengasaman tanah adalah proses alamih
(natural). Kemsaman tanah merupakan salah satu masalah utama bagi
pertumbuhan tanaman.pada tanah bereaksi atau pH sangat masam, yaitu pH
lebih rendah dari 4,5, maka dalam sistem tanah akan terjadi perubahan kimia
sebagai berikut :
a. Aluminium menjadi lebih larut dan beracun untuk tanaman.
b. Sebagian besar hara tanaman menjadi kurang tersedia bagi tanaman,
sedangkan beberapa hara mikro menjadi lebih larut dan beracun.
Masalah-masalah ini tersebar luas di daerah tropis basah yang telah
mengalami pelapukan lanjut. Menurut Shancez dan Logan (1992), bahwa
sepertiga dari daerah tropis, atau 1,7 miliar ha, adalah tanah bereaksi asam
dengan tingkat kelarutan aluminium yang cukup tinggi sehingga menjadi
racun bagi tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah merupakan ukuran
kemasaman tanah atau kebasaan tanah.
Tanah ber pH 7 adalah tanah bereaksi netral, tanah ber pH > 7 adalah
tanah bereaksi basa dan tanah ber pH < dari 7 merupakan tanah bereaksi asam
atau yang dikenal sebagai tanah masam (acid soils). Salah satu faktor
penghambat meningkatnya produksi tanaman adalah karena adanya masalah
keasaman tanah. Tanah asam memberikan pengaruh yang buruk pada
pertumbuhan tanaman hingga hasil yang dicapai rendah. Untuk mengatasi
keasaman tanah perlu dilakukan usaha pemberian kapur ke dalam
tanah.pengapuran dapat merangsang proses terjadinya struktur tanah yang
remah, mempercepat pelapukan bahan organik menjadi humus, merangsang
perkembangan akar, hingga akar lebih mudah menyerap zat makanan dan
dalam tanah yang membuat tanaman tumbuh lebih sehat dan mampu
memberikan hasil yang tinggi. Pada tanaman kedelai, pengapuran mendorong
pembentukan bintil akar untuk mengikat nitrogen.
Kapur yang digunakan untuk pengapuran tanah adalah kapur pertanian
yang berupa bahan ilmiah yang mengandung senyawa Kalsium (Ca) atau
Magnesium (Mg). Disebut KALSIT bila bahan ilmiah kapur sedikit
mengandung Magnesium disebut DOLOMIT jika jumlah Magnesiumnya
meningkat.kapur pertanian dapat berupa kapur tohor, kapur tembok, kapur
karbonat (kapur dolomit), kulit kerang, dan terak baja.

Dalam praktikum yang telah di lakukan untuk melihat adanya respon


pertumbuhan tanaman jagung pada lahan percobaan yang tidak kami beri
pupuk sama sekali dan juga membandingkan respon pertumbuhan dengan
tanaman jagung pada lahan yang diberi pemupukan satu jenis pupuk tunggal

3
yaitu N ( Urea ) P (TSP) dan K ( KCL) dan juga menggunakan perlakuan
dengan pupuk organik, yaitu Kompos.

1.2 Tujuan
Praktikum bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman ditinjau dari aspek media tumbuh
(tanah mineral, gambut, pasir) dan ketersediaan unsur hara bagi tanaman.

4
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum dilaksanakan pada :
- Hari Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 07.15 WIB selesai.
- Hari Kamis, 3 November 2016 pukul 07.15 WIB selesai.
- Hari Kamis, 10 November 2016 pukul 07.15 WIB selesai.
- Hari Kamis, 17 November 2016 pukul 07.15 WIB selesai.
- Hari Kamis, 24 November 2016 pukul 07.15 WIB selesai.
- Hari Kamis, 1 Desember 2016 pukul 07.15 WIB selesai.
Bertempat di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura.

2.2. Alat dan Bahan


Alat :
- Plastik polybag ukuran 40 50 cm
- Timbangan
- Cangkul
- Ayakan
- Karung
- pHmeter
- Shaker

Bahan :
- Tanah Mineral, Gambut, Pasir
- Kapur
- Pupuk Urea (N), TSP (P), KCl (K), Kompos
- Benih jagung

2.3. Metode Perlakuan


1) Siapkan media tanam berupa tanah mineral, gambut, dan pasir yang telah
dihaluskan (diayak), (kecuali pasir) masing-masing sebarat 10 kg.
2) Timbang pupuk Urea, TSP, dan KCl sesuai dengan dosis yang telah
ditetapkan.
3) Timbang kapur sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.
4) Campurkan media tumbuh dengan kapur yang telah ditimbang sesuai
dengan dosis yang telah ditetapkan, lalu ditutup.
5) Biarkan media tersebut kurang lebih satu minggu untuk dilakukan
inkubasi.
6) Setelah dilakukan inkubasi, campurkan media tumbuh yang telah
tercampur dengan kapur (cara ke-4) tersebut dengan pupuk yang telah
ditimbang dengan dosis yang telah ditetapkan.

5
7) Setelah itu, media yang telah siap dimasukkan kembali ke dalam polybag
dan disiram sampai keadaan kapasitas lapangan (lembab).
8) Tutup kembali media tumbuh, biarkan sampai keesokan harinya untuk
dilakukan penanaman benih.
9) Tanam benih jagung pada masing-masing polybag sebanyak 3 benih
dengan pola sejajar (usahakan ada benih yang ditanam pada posisi di
tengah polybag) dengan kedalaman 5-7 cm.
10) Tutup kembali lubang tanam dengan media yang agak ringan agar tidak
menghambat keluarnya bakal tunas/kecambah dari dalam tanah.
11) Setelah kurang lebih satu minggu tanaman mulai tumbuh, usahakan
tanaman terkena matahari agar tidak terjadi etiolasi pada tanaman.
12) Amati dan ukur tinggi dan jumlah daun pada tanaman.
13) Apabila terdapat tanaman yang mati dilakukan penyulaman pada umur
tanaman kurang dari 2 minggu.
14) Setelah berumur sekitar 3 minggu pilih salah satu tanaman yang
tumbuhnya baik untuk dijadikan sebagai obyek utama pengukuran.
15) Lakukan pengukuran tinggi tanaman setiap harinya sekalian dilakukan
penyiraman dan perawatan.

2.4. Parameter Pengamatan


Parameter pengamatan yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah
daun, dan pH tanah. Jumlah anakan dihitung berdasarkan jumlah daun yang
terbentuk pada tiap tanaman.

6
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
- Pengukuran pH Tanah Sebelum Diinkubasi
pH
Jenis Tanah Perlakuan
20-10-2017 27-10-2016 24-11-2016
P0 5,06 6,72 6,00
P1 5,72 6,00 5,00
PMK P2 4,58 6,78 6,50
P3 4,61 6,00 8,00
P4 5,27 7,00 8,00
P0 6,57 8,60 7,00
P1 6,80 7,57 7,00
Pasir P2 6,34 6,50 7,50
P3 7,38 7,00 7,00
P4 7,29 6,50 7,00
P0 3,55 4,50 6,00
P1 3,07 5,00 6,00
Gambut P2 3,42 3,66 5,00
P3 3,54 5,00 7,00
P4 3,37 4,10 5,00
Tabel 1. pH Tanah Sebelum Diinkubasi

pH Tanah Sebelum Diinkubasi


10
9
8
7 20/10/2016
6 27/10/2016
pH 5
24/11/2016
4
3
2
1
0

Perlakuan

7
- Pengukuran pH Setelah Praktikum

Kelembaban Temperatur
Jenis Tanah Perlakuan pH
(%) (oC)
P0 6 99 25
P1 6,5 80,92 27
PMK P2 6,5 92 26
P3 6 77,91 25
P4 6 82,9 26
P0 6,5 91 25
P1 7 99 26
Pasir P2 7 80,91 26
P3 6,5 82,89 26
P4 7,5 82,92 27
P0 5,5 82,9 27
P1 5 75,92 25
Gambut P2 6 97 24
P3 5 82,8 26
P4 5,5 89 25
Tabel 2. pH Tanah Setelah Praktikum

Pengukuran pH Setelah Inkubasi


120
10099 99 97
92 91 89
80 80.92 77.9182.9 80.9182.8982.9282.975.92 82.8

60
40
27 26 26 26 26 26 27 27 26
2025 25 25 25 24 25
15
8 11 12
10 5.5
9 7.5 13 14
6 6.5
2 6.5
3 6
4 5
6 6
6.5 7 7 6.5 5 6 5 5.5
01

Perlakuan Tanah

pH Kelembaban (%)
Temperatur (oC)

8
- Data Kelompok Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Tanaman Jagung pada
Minggu ke-2
Tinggi Rata-
Jenis Perlaku Minggu ke-2
dan rata
Tanah an
Daun J S M S S R K
Tinggi 30,6 30,7 31,6 31,7 31,9 32,8 32,9 31,74
P0
Daun
Tinggi 33,1 33,2 33,8 34 35 35,1 35,2 34,2
P1
Daun 3
Tinggi 18 20 21 22,4 23,7 25 27,8 22,55
M P2
Daun 4
Tinggi 12 12,5 12,8 13,2 13,9 14,1 14,9 13,34
P3
Daun 4
Tinggi 3,0 3,0 3,1 3,3 3,9 3,9 4,0 3,46
P4
Daun 7
Tinggi 3,9 4,9 5,0 8,25 9,75 10,0 10,5 7,47
P0
Daun 6
Tinggi 11,5 12,2 12,5 12,9 13,5 14,0 14,6 13,02
P1
Daun 6
Tinggi 29,5 30,1 30,2 32,0 33,3 34,0 35,0 26,6
G P2
Daun
Tinggi 26,6 27,7 28,7 29,7 29,8 30,9 31,9 29,33
P3
Daun 6
Tinggi 22,0 23,0 25,0 26,5 27,7 29,9 32,1 26,6
P4
Daun 6
Tinggi 20,5 21,8 23,0 24,8 26,2 27,3 29,5 24,72
P0
Daun 4
Tinggi 7,0 13,0 13,3 14,5 16,0 18,5 22,7 15,0
P1
Daun
Tinggi 5,5 6,0 6,2 6,7 7,4 7,8 8,34 6,84
P P2
Daun 6
Tinggi 4,0 4,27 5,0 6,5 6,8 7,0 7,5 5,86
P3
Daun 5
Tinggi 20,3 20,8 21,4 21,7 21,9 22,8 23,2 21,73
P4
Daun 3
Tabel 3. Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Tanaman
Jagung pada Minggu ke-2

9
Tinggi Tanaman Minggu ke-2
40
30

Tinggi Tanman 20
10
0
J S M S S R K Rata-rata

Hari

M P0 Tinggi M P1 Tinggi M P2 Tinggi M P3 Tinggi M P4 Tinggi


G P0 Tinggi G P1 Tinggi G P2 Tinggi G P3 Tinggi G P4 Tinggi
P P0 Tinggi P P1 Tinggi P P2 Tinggi P P3 Tinggi P P4 Tinggi

Jumlah Daun Minggu ke-2


8
7
6
5
Rata-rata Jumlah Daun 4
3
2
1
0

Perlakuan Tanah

10
- Data Kelompok Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Tanaman Jagung pada
Minggu ke-3
Tinggi Rata-
Jenis Perlaku Minggu ke-3
dan rata
Tanah an
Daun J S M S S R K
Tinggi 23,0 24,0 24,3 25,6 27,0 27,8 28,4 25,73
P0
Daun 3
Tinggi 33,1 33,2 33,8 34,0 35,0 35,1 35,2 34,2
P1
Daun 3
Tinggi 28,7 29,4 30,1 30,3 30,5 30,6 31,0 30,09
M P2
Daun 4
Tinggi 26,0 27,0 27,7 28,0 28,9 29,0 29,5 28,01
P3
Daun 3
Tinggi 8,9 12,2 17,0 20,2 24,0 28,3 30,0 20,08
P4
Daun 3
Tinggi 12,8 16,0 20,1 25,0 30,1 37,2 42,8 26,28
P0
Daun 7
Tinggi 30,0 30,0 32,0 34,0 37,0 40,0 43,0 35,14
P1
Daun 5
Tinggi 34,7 36,0 37,1 38,3 40,9 42,5 44,0 39,07
G P2
Daun 6
Tinggi 32,0 32,1 32,5 34,5 36,5 37,2 38,5 34,76
P3
Daun 6
Tinggi 33,6 34,2 34,9 35,5 36,8 37,0 37,2 31,28
P4
Daun 6
Tinggi 30,5 31,1 32,4 33,0 34,4 35,5 36,7 33,37
P0
Daun 4
Tinggi 30,0 32,0 32,6 34,8 37,4 38,1 38,7 34,8
P1
Daun 4
Tinggi 26,3 27,5 29,0 30,0 31,0 33,0 35,7 30,35
P P2
Daun 4
Tinggi 10,2 14,9 19,8 24,0 27,1 29,0 32,0 22,43
P3
Daun 3
Tinggi 22,5 23,8 24,6 24,8 25,8 26,0 26,6 25,01
P4
Daun 3
Tabel 4. Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Tanaman Jagung pada
Minggu ke-3

11
Tinggi Tanaman Minggu ke-3
50
40
30
Tinggi Tanaman 20
10
0
J S M S S R K Rata-rata

Hari

M P0 Tinggi M P1 Tinggi M P2 Tinggi M P3 Tinggi M P4 Tinggi


G P0 Tinggi G P1 Tinggi G P2 Tinggi G P3 Tinggi G P4 Tinggi
P P0 Tinggi P P1 Tinggi P P2 Tinggi P P3 Tinggi P P4 Tinggi

Jumlah Daun Minggu ke-3


8
7
6
5
Jumlah Daun 4
3
2
1
0

Perlakuan Tanah

12
- Data Kelompok Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Tanaman Jagung pada
Minggu ke-4
Tinggi Rata-
Jenis Perlaku Minggu ke-4
dan rata
Tanah an
Daun J S M S S R K
Tinggi 28,7 28,5 29,2 29,8 30,0 28,2 28,8 29
P0
Daun 3
Tinggi 26,0 26,7 27,3 281 29,0 29,1 31,0 28,17
P1
Daun mati
Tinggi 29,4 26,0 26,4 26,0 25,7 26,0 26,4 26,56
M P2
Daun 2
Tinggi 30,0 28,7 28,7 0 0 0 0 29,13
P3
Daun mati
Tinggi 28,0 28,2 28,5 0 0 0 0 12,1
P4
Daun 3
Tinggi 62,0 63,0 64,0 64,5 66,0 68,0 69,0 65,21
P0
Daun 8
Tinggi 43,5 44,0 44,3 44,3 45,0 45,0 46,0 44,58
P1
Daun 5
Tinggi 44,4 45,0 45,9 46,2 46,5 46,8 47,2 45,58
G P2
Daun 7
Tinggi 33,0 33,3 36,5 36,8 37,1 37,6 39,0 36,18
P3
Daun 4
Tinggi 37,4 37,0 36,9 36,5 36,5 36,6 36,7 36,8
P4
Daun 5
Tinggi 34,2 35,0 35,4 35,4 35,6 35,8 37,5 35,36
P0
Daun 3
Tinggi 39,1 41,0 41,2 41,3 41,6 42,6 43,2 35,3
P1
Daun 4
Tinggi 33,0 33,5 34,0 34,0 34,8 35,0 35,6 34,27
P P2
Daun 2
Tinggi 31,0 31,0 31,0 31,5 32,0 32,0 32,0 31,5
P3
Daun 3
Tinggi 24,0 24,6 25,5 26,7 27,4 28,8 29,1 26,6
P4
Daun 3
Tabel 5. Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Tanaman Jagung pada
Minggu ke-4

13
Tinggi Tanaman Minggu ke-4
80

60

Tinggi Tanaman 40
20

0
J S M S S R K Rata-rata

Hari

M P0 Tinggi M P1 Tinggi M P2 Tinggi M P3 Tinggi M P4 Tinggi


G P0 Tinggi G P1 Tinggi G P2 Tinggi G P3 Tinggi G P4 Tinggi
P P0 Tinggi P P1 Tinggi P P2 Tinggi P P3 Tinggi P P4 Tinggi

Jumlah Daun Minggu ke-4


9
8
7
6
5
Jumlah Daun
4
3
2
1
0

Perlakuan Tanah

14
3.2. Pembahasan
Didasari atas hasil pengamatan yang telah dilakukan, ternyata ada
perbedaan kecepatan tumbuh dan jumlah daun pada tanaman jagung.
Ternyata, pada media tanam tanah gambut pertumbuhan tanaman lebih cepat
dibandingkan dengan media tanam tanah mineral dan pasir. Hal ini
disebabkan oleh kondisi lembab yang menyebabkan banyak air diserap
tumbuhan dan lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi tersebut mendukung
aktivitas pemanjangan sel-sel. Dengan demikian,sel-sel akan lebih cepat
mencapai ukuran maksimum sehingga tumbuhan akan bertambah besar.
- Pengukuran Tanaman pada Minggu ke-1
Pada pengamatan tanaman jagung di minggu pertama ini, kami
mendapatkan hasil tinggi tanaman dan jumlah daun setiap harinya
terhitung dari tanggal 11 November 2016 17 November 2016. Pada
tanah gambut dengan perlakuan P4 didapatkan hasil :
Jumat, 11 November 2016 = tinggi tanaman 22 cm.
Sabtu, 12 November 2016 = tinggi tanaman 23 cm.
Minggu, 13 November 2016 = tinggi tanaman 25 cm.
Senin, 14 November 2016 = tinggi tanaman 26,5 cm.
Selasa, 15 November 2016 = tinggi tanaman 27,7 cm.
Rabu, 16 November 2016 = tinggi tanaman 29,9 cm.
Kamis, 17 November 2016 = tinggi tanaman 32,1 cm.
Untuk hasil rata-rata tinggi tanaman adalah 26,6 cm dan jumlah daun
pada minggu pertama ini adalah 6 helai.

Pada tanah PMK dengan perlakuan P2 didapatkan hasil :


Jum,at, 11 November 2016 = tinggi tanaman 18 cm.
Sabtu, 12 November 2016 = tinggi tanaman 20 cm.
Minggu, 13 November 2016 = tinggi tanaman 21 cm.
Senin, 14 November 2016 = tinggi tanaman 22,4 cm.
Selasa, 15 November 2016 = tinggi tanaman 23,7 cm
Rabu, 16 November 2016 = tinggi tanaman 25 cm.
Kamis, 17 November 2016 = tinggi tanaman 27,8 cm.
Untuk hasil rata-rata tinggi tanaman adalah 22,55 cm dan jumlah daun
sebanyak 4 helai.

Pada pasir dengan perlakuan P0 didapatkan hasil :


Jumat, 11 November 2016 = tinggi tanaman 20,5 cm.
Sabtu, 12 November 2016 = tinggi tanaman 21,8 cm.
Minggu, 13 November 2016 = tinggi tanaman 23 cm.
Senin, 14 November 2016 = tinggi tanaman 24,8 cm.
Selasa, 15 November 2016 = tinggi tanaman 26,2 cm.
Rabu, 16 November 2016 = tinggi tanaman 27,3 cm.

15
Kamis, 17 November 2016 = tinggi tanaman 29,5 cm.
Untuk hasil rata-rata tinggi tanaman adalah 24,72 cm dan jumlah daun
pada minggu pertama ini adalah 4 helai. Pada tinggi tanamannya
tanaman di tanah pasir tidak begitu pesat dikarenakan karena tanah
pasir untuk porositasnya sangat tinggi sehingga untuk unsur hara yang
dibutuhkan tanaman tidak bisa terlarut oleh air.

- Pengukuran Tanaman pada Minggu ke-2


Pada pengamatan tanaman jagung di minggu kedua ini, kami
mendapatkan hasil tinggi tanaman dan jumlah daun setiap harinya
terhitung dari tanggal 18 November 2016 24 November 2016. Pada
tanah gambut dengan perlakuan P4 didapatkan hasil :
Jumat, 18 November 2016 = tinggi tanaman 33,6 cm.
Sabtu, 19 November 2016 = tinggi tanaman 34,2 cm.
Minggu, 20 November 2016 = tinggi tanaman 34,9 cm.
Senin, 21 November 2016 = tinggi tanaman 35,5 cm.
Selasa, 22 November 2016 = tinggi tanaman 36,8 cm.
Rabu, 23 November 2016 = tinggi tanaman 37 cm.
Kamis, 24 November 2016 = tinggi tanaman 37,2 cm.
Untuk hasil rata-rata tinggi tanaman adalah 31,28 cm dan jumlah daun
pada minggu kedua ini adalah 6 helai.

Pada tanah PMK dengan perlakuan P2 didapatkan hasil :


Jumat, 18 November 2016 = tinggi tanaman 28,7 cm.
Sabtu, 19 November 2016 = tinggi tanaman 29,4 cm.
Minggu, 20 November 2016 = tinggi tanaman 30,1 cm.
Senin, 21 November 2016 = tinggi tanaman 30,3 cm.
Selasa, 22 November 2016 = tinggi tanaman 30,5 cm.
Rabu, 23 November 2016 = tinggi tanaman 30,6 cm.
Kamis, 24 November 2016 = tinggi tanaman 31 cm.
Untuk hasil rata-rata tinggi tanaman adalah 30,09 cm dan jumlah daun
pada minggu kedua ini adalah 4 helai.

Pada tanah pasir dengan perlakuan P0 didapatkan hasil :


Jumat, 18 November 2016 = tinggi tanaman 30,5 cm.
Sabtu, 19 November 2016 = tinggi tanaman 31,1 cm.
Minggu, 20 November 2016 = tinggi tanaman 32,4 cm.
Senin, 21 November 2016 = tinggi tanaman 33 cm.
Selasa, 22 November 2016 = tinggi tanaman 34,4 cm.
Rabu, 23 November 2016 = tinggi tanaman 35,5 cm.
Kamis, 24 November 2016 = tinggi tanaman 36,7 cm.
Untuk hasil rata-rata tinggi tanaman adalah 33,37 cm dan jumlah daun
pada minggu kedua ini adalah 4 helai. Dari perlakuan tersebut
pertumbuhan tanaman jagung pada tanah Pasir agak sedikit lambat dari
pertumbuhan jagung pada tanah PMK dan tanah gambut.

16
- Pengukuran Tanaman pada Minggu ke-3
Pada pengamatan tanaman jagung di minggu kedua ini, kami
mendapatkan hasil tinggi tanaman dan jumlah daun setiap harinya
terhitung dari tanggal 25 November 2016 1 Desember 2016. Pada tanah
gambut dengan perlakuan P4 didapatkan hasil :
Jumat, 25 November 2016 = tinggi tanaman 37,4 cm.
Sabtu, 26 November 2016 = tinggi tanaman 37 cm.
Minggu, 27 November 2016 = tinggi tanaman 36,9 cm.
Senin, 28 November 2016 = tinggi tanaman 36,5 cm.
Selasa, 29 November 2016 = tinggi tanaman 36,5 cm.
Rabu, 30 November 2016 = tinggi tanaman 36,6 cm.
Kamis, 1 Desember 2016 = tinggi tanaman 36,7 cm.
Untuk hasil rata-rata tinggi tanaman adalah 36,8 cm dan jumlah daun
pada minggu kedua ini adalah 5 helai.

Pada tanah PMK dengan perlakuan P2 didapatkan hasil :


Jumat, 25 November 2016 = tinggi tanaman 29,4 cm.
Sabtu, 26 November 2016 = tinggi tanaman 26 cm.
Minggu, 27 November 2016 = tinggi tanaman 26,4 cm.
Senin, 28 November 2016 = tinggi tanaman 26 cm.
Selasa, 29 November 2016 = tinggi tanaman 25,7 cm.
Rabu, 30 November 2016 = tinggi tanaman 26 cm.
Kamis, 1 Desember 2016 = tinggi tanaman 26,4 cm.
Untuk hasil rata-rata tinggi tanaman adalah 26,56 cm dan jumlah daun
pada minggu kedua ini adalah 2 helai.

Pada pasir dengan perlakuan P0 didapatkan hasil :


Jumat, 25 November 2016 = tinggi tanaman 34,2 cm.
Sabtu, 26 November 2016 = tinggi tanaman 35 cm.
Minggu, 27 November 2016 = tinggi tanaman 35,4 cm.
Senin, 28 November 2016 = tinggi tanaman 35,4 cm.
Selasa, 29 November 2016 = tinggi tanaman 35,6 cm.
Rabu, 30 November 2016 = tinggi tanaman 35,8 cm.
Kamis, 1 Desember 2016 = tinggi tanaman 37,5 cm.
Untuk hasil rata-rata tinggi tanaman adalah 35,56 cm dan jumlah daun
pada minggu kedua ini adalah 3 helai.

BAB IV
PENUTUP

17
4.1. Kesimpulan
Kemampuan tanah menyerap hara untuk pertumbuhan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya adalah ketersediaan hara pada media tumbuh
yang keberadaannya sesuai dengan waktu dan periode pertumbuhan. Pada
tanaman yang tumbuh secara optimal penggunaan hara biasanya lebih efektif
agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.
Unsur yang di dapatkan dari udara bebas dan juga dari air, misalnya
penyiraman. Selain itu penyiraman juga berfungsi untuk melarutkan pupuk
buatan yang diberikan kepada tanaman, apabila tanama tidak diberi air maka
pupuk tidak akan larut dan tidak akan dapat diserap oleh akar tanaman agar
mendapatkan hasil produktivitas yang lebih baik lagi.

4.2. Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan bisa berjalan lebih lancar maka
alat-alat di dalam laboratorium sebaiknya langsung disimpan di dalam rak
yang telah disediakan. Penyiraman pada tanaman jagung seharusnya dilakukan
secara teratur agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Rauf, A., Shepard B.M, and Jhonson MW. 2000. Leaminers in vegetales,
ornamental plants and weeds in Indonesia survey of host crops, species
composition and parasitoid. Int J Pest Marag. 44 : 275 266.

18
Sunarjono, H. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Bogor.

Sutoro, Y., Soelaeman, Iskandar. 1988. Jagung. Puslitbang Tanaman Pangan.


Bogor.

Hartatik, W. 2007. Tithonia diversifolia Sumber Pupuk Hijau. Warta Penelitian


dan Pengembangan Pertanian Vol.29, No.5, Bogor.

LAMPIRAN

19

Anda mungkin juga menyukai