Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PESTISIDA
(PNA 2650)

ACARA II
PEMBUATAN PESTISIDA

Oleh :
Muhammad Azka Fardani
NIM. A1L014153

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional

karena akses terhadap pangan dan gizi yang berkualitas untuk dikonsumsi. Upaya

peningkatan kualitas dan kuantitas produk pertanian kerap kali menghadapi

kendala, terutama akibat gangguan hama dan penyakit. Adanya serangan hama

dan penyakit yang menyebabkan gagal panen atau minimal berkurangnya hasil

panen yang diharapkan. Untuk mengatasi serangan hama penyakit dilakukan

berbagai alternatif pengendalian dan yang paling sering digunakan adalah

pestisida sintetik.

Aplikasi pestisida pada suatu lahan diharapkan dapat membantu

meningkatkan produktivitas, membuat pertanian lebih efisien dan ekonomis.

Namun di sisi lain pemakaian pestisida yang berlebihan dan dilakukan secara

terus-menerus pada setiap musim tanam akan berpotensi menyebabkan kerugian.

Residu pestisida akan terakumulasi dalam produk-produk pertanian, pencemaran

pada lingkungan pertanian dan perairan, penurunan produktivitas serta keracunan

pada manusia dan hewan. Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan

pestisida kimia tersebut, salah satu alternatif teknologi pengendalian OPT adalah

penggunaan pestisida nabati yang lebih alami. Oleh sebab itu, pengetahuan

tentang bagaimana mendapatkan bahan aktif dalam pembuatan pestisida nabati

penting untuk dilakukan.

B. Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu membuat pestisida nabati, fungisida bubur

bordo, dan bubur California.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik (mikroba)

dan virus yang digunakan untuk membunuh dan atau menghambat perkembangan

jasad atau organisme pengganggu tanaman (OPT). Berdasarkan pengertian di atas

setidaknya ada 3 jenis pestisida yang digunakan untuk pengendalian OPT, yaitu

pestisida sintesis (synthetic pesticides), pestisida nabati (botanical pesticides) dan

pestisida hayati atau biopestisida (biological pesticides) (Deptan, 2000).

Pestisida sintesis adalah pestisida yang dihasilkan melalui proses kimia

tertentu untuk menghasilkan bahan aktif atau active ingridient. Bahan aktif ini

merupakan senjata utama dalam mematikan atau menghambat pertumbuhan

sasaran (OPT) (Sudarmo, 1991). Pestisida sintetis yang dipasarkan terdiri atas

bahan pokok yang disebut bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan

utama pembunuh organisme pengganggu dan bahan pembawa (inert ingredient)

yang berfungsi sebagai bahan perata dan perekat serta pembau dan pewarna

(Wudianto, 2007). Pestisida sintesis juga dapat dihasilkan dengan cara

mencampurkan bahan kimia tertentu. Contoh pestisida yang dapat dibuat sendiri

adalah fungisida bubur bordo yang dibuat dari terusi dan kapur tohor.

Fungisida untuk mengendalikan karat daun biasanya berbahan aktif

tembaga, seperti tembaga oksida, tembaga oksokhlorida, tembaga hidroksida atau

tembaga sulfat yang di buat bubur bordo (Rivillas et al.,1999). Penggunaan

larutan bubur bordo yang dibuat sediri oleh petani, telah dicoba diaplikasikan di

kebun kopi petani dan terbukti dapat menekan serangan penyakit karat daun setara
dengan penggunaan fungisida kimia sintetik dengan bahan aktif tembaga

hidroksida (Rosmahani et al., 1999). Bubur bordeaux dapat digunakan sebagai

alternatif untuk mengendalikan jamur Phytophthora nicotianae secara

konvensional. Komposisi Bordeaux ini terdiri dari terusi (CuSO 4), kapur tohor

(CaCO3) dan air (Semangun, 2000).

Bubur California atau lime sulfur adalah fungisida sederhana dengan bahan

utama belerang dan kapur yang telah dikenal sejak abad 18. Fungisida ini telah

terbukti dapat mengendalikan jamur Phytophthora parasitca Dast., Phytophthora

citrophtora pada tanaman jeruk. Bahan bubur California adalah serbuk belerang,

kapur hidup (CaO), dan air.

Pestisida nabati adalah pestisida yang dihasilkan melalui kegiatan ekstraksi

bagian-bagian tanaman yang memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder.

Bahan aktif pestisida nabati berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok

metabolit sekunder yang mengandung ribuan senyawa bioaktif seperti alkaloid,

terpenoid, fenolik, dan zat – zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif

tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi OPT, tidak berpengaruh

terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis tanaman lainnya,

namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan hormone,

reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan OPT

(Setiawati et al., 2008). Ekstraksi bahan aktif dari tanaman bukan hanya

menggunakan air, tetapi zat pelarut organik seperti etanol, eter dan heksan.

Beberapa tanaman umum digunakan sebagai sumber pestisida nabati antara lain:

ajeran (Bidens pilosa L.), nimba (Azadirachta indica), maja (Aegle marmelos),
tuba (Derris eliptica), lengkuas (Alpinia galanga), temu-temuan (Curcuma spp),

sereh (Andropogon nardus) dan lain-lain (Astuti et al., 2013).

Menurut Sudarmo (2005), keunggulan pestisida nabati adalah : murah dan

mudah dibuat petani , relatif aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan

resistensi hama,tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, tidak meninggalkan

residu pada tanaman, dan kompatibel digabung dengan cara pengendalian lainnya.

Sementara kelemahannya adalah : daya kerja relatif lambat ,tidak membunuh

jasad sasaran secara langsung ,tidak tahan terhadap sinar matahari ,tidak dapat

disimpan lama jadi harus sering disemprotkan berulang-ulang.

Pestisida hayati adalah pestisida yang dihasilkan melalui kegiatan eksplorasi

dan perbanyakan mikroba antagonis atau entomopatogen serta memformulasikan

mikroba tersebut untuk digunakan di lapangan. Banyak jenis mikroba antagonis

telah dimanfaatkan sebagai agens pengendali patogen penyebab penyakit

tanaman, antara lain Gliocladium sp, Trichoderma spp, Bacillus subtilis, dan

Pseudomonas fluorescens (Soesanto, 2008).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan pestisida meliputi : daun

nimbi, lengkuas, sereh, air, serbuk terusi, kapur tohor, serbuk belerang, air sabun.

Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan pestisida meliputi : kasa

saringan, timbangan, lumpang, gunting, toples/wadah, beaker glass, sendok,

kompor, panci.

B. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Pestisida Nabati

a. Bahan (daun mimba, lengkuas, sereh air) dan alat (mortal, kain saring)

disiapkan.

b. Lengkuas, daun mimba, dan sereh ditimbang masing-masing 100 gram.

c. Daun nimbadan sereh dipotong kecil-kecil agar mudah untuk dihaluskan.

d. Daun mimba, lengkuas dan sereh ditumbuh sampai halus.

e. Daun mimba, lengkuas dan sereh yang sudah halus dimasukkan dalam satu

wadah.

f. Sebanyak 1 liter air dimasukkan dalam bahan yang sudah ditumbuk halus.

g. Bahan yang sudah dicampur air diremas-remas sampai air berwarna hijau

dan disaring untuk diambil airnya.


h. Pestisida nabati sudah siap digunakan dan disimpan dalam botol serta

dijauhkan dari sinar matahari.

2. Pembuatan Bubur Bordo

a. Alat (penggerus mortal, elenmeyer) dan bahan (terusi, kapur tohor, dan air

150 ml) disiapkan.

b. Terusi ditimbang sebanyak 15 gram dan kapur tohor ditimbang sebanyak

36 gram.

c. Terusi ditumbuk sampai halus.

d. Kapur tohor dimasukkan dalam 150 ml air dan diaduk sampai homogen.

e. Terusi dimasukkan dalam 150 ml air dan diaduk sampai semuanya larut.

f. Larutan terusi dimasukkan dalam larutan kapur tohor sambil diaduk hingga

homogen.

g. Bubur bordo sudah homogen dan siap digunakan bila (pH > 7) jika belum

dapat ditambah kapur tohor kembali.

3. Pembuatan Bubur California

a. Air sebanyak 200 ml direbus sampai mendidih.

b. Sebanyak 2/3 bagian dimasukkan ke dalam beaker glass 1/3 lainnya

direbus lagi.

c. Belerang 40 gram dimasukkan ke dalam beaker glass perlahan sambil

diaduk. Tambahkan air sabun untuk mempercepat larutan.

d. Sebanyak 2/3 bagian yang berisi belerang dimasukkan ke dalam air

rebusan sambil diaduk hingga homogen.

e. Kapur tohor 20 gram dimasukkan ke panci dan diaduk hingga homogen.


f. Campuran kedua bahan dipanaskan selama 45 menit sampai kental.

g. Bubur California yang sudah jadi.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Secara umumnya, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang

bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Menurut US EPA (2002), pestisida nabati

dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia karena mengandung

biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami dapat

mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik. Bahan bakunya yang

alami/nabati membuat pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam

sehingga tidak mencemari lingkungan. Pestisida ini juga relatif aman bagi

manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang (BPTP, 2014).

Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan metabolit

sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan

organisme pengganggu (Asmaliyah et al, 2010). Tumbuhan sebenarnya kaya akan

bahan bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder

yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada

tumbuhan dapat melampaui 400.000. Grainge et al., 1984 dalam Sastrosiswojo

(2002), melaporkan ada 1800 jenis tanaman yang mengandung pestisida nabati

yang dapat digunakan untuk pengendalian hama. Menurut Kardinan, (2002) untuk

mendapatkan senyawa metabolit sekunder dari tananaman dapat dilakukan dengan


cara yang sederhana seperti : (1) penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau

pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta; (2)

rendaman untuk mendapatkan ekstrak; (3) rebusan bagian tanaman atau tumbuhan

misalnya akar, batang, umbi, batang, daun, biji, dan buah.

Pestisida nabati yang dibuat pada praktikum ini menggunakan bahan

tanaman antara lain : umbi lengkuas, daun/batang sereh, daun nimba masing-

masing sebanyak 500 gram. Ketiga bahan tersebut diekstraksi senyawa metabolit

sekundernya dengan cara ditumbuk hingga halus, kemudian direndam dalam 1,5

air bersih. Selanjutnya dari rendaman tersebut disaring untuk mendapatkan

senyawa metabolit sekunder dari tanaman tersebut. Pestisida nabati tersebut

disimpan pada botol plastik dan dijauhkan dari sinar matahari langsung.

Pemilihan bahan untuk pestisida nabati dilakukan berdasarkan pertimbangan

bahan aktif yang terkandung di dalamnya. Kandungan zat aktif dalam tanaman

nimba adalah Azadirachtin, Salanin, Meliantriol, dan Nimbin, yang terutama

terdapat dalam biji dan daun tanaman nimba tersebut (Rukmana, 2002). Menurut

Sudarmadji, (2006) cara kerja bahan aktif pada nimba Azadirachta indica yaitu :

1. Azadirachtin yang dikandung nimbaberperan sebagai ecdyson blocker atau

zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang

berfungsi dalam proses metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu

pada proses perubahan dari telur menjadi larva, atau larva menjadi

kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan

dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian.


2. Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan yang mengakibatkan daya

rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati

oleh karena itu, dalam penggunaan insektisida alami dari mimba, seringkali

hamanya tidak mati seketika setelah diaplikasi, namun memerlukan

beberapa hari untuk mati, biasanya sekitar 4-5 hari, namun hama yang telah

terpapar tersebut daya rusaknya sangat menurun, karena dalam keadaan

sakit.

3. Meliantriol berperan sebagai penghalau yang mengakibatkan hama serangga

takut mendekati zat tersebut. Satu kasus terjadi ketika belalang schistocerca

gregaria menyerang tanaman di Afrika, semua jenis tanaman tersebut

diserang oleh belalang, kecuali satu jenis tanaman yaitu mimba. Mimbapun

dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya belalang.

4. Nimbin dan Nimbidin berperan sebagai anti mikroorganisme seperti anti

virus, bakterisida, fungisida dan sangat bermanfaat untuk digunakan dalam

mengendalikan penyakit tanaman.

OPT yang menjadi sasaran dari nimba adalah jenis hama menggigit

mengunyah dan hama menusuk menghisap, nematoda serta jamur. Berikut spesies

yang dapat dikendalikan : Helopeltis sp, Aphis gossypii, Agrotis ipsilon,

Callosobruchus chinensis, Alternaria tenuis, Carpophilus hemipterus, kecoa,

Crysptolestes pusillus, Corcyra cephalonica, Crocidolomia binotalis, Dysdercus

cingulatus, Earias insulana, Epilachna varivestis, Fusarium oxyosporium,

Helycotylenchus sp, Locusta migratoria, Meloidogyne sp, Musca domestica,

Nephotenttix virescens, Nilapavarta lugens, Ophiomya reticulipennisI,


Panonychus citri, Planococcus citri, Pratylenchus sp, Rhizoctonia solani,

Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp, Sogatella furcifera, Spodoptera litura, Tribolium

sp, Tungro pada padi, Tylenchus filiformis (Ditjenbun, 1994).

Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1% minyak essensial terdiri

atas metil–sinamat 48%, sineol 20–30%, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, δ –

pinen, galangin, galanganol dan beberapa senyawa flavonoid. OPT yang dapat

dikendalikan oleh ekstrak rimpang lengkuas antara lain dapat menghambat

pertumbuhan F. oxysporum, R. solanacearum, E. coli, Neurospora, Candida

albicans. Tumbuhan ini juga dapat untuk mengendalikan belalang, kutudaun dan

trips. Sulingan minyak lengkuas dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat

buah dan penyakit antraknose pada cabai (Atuti et al., 2013).

Minyak atsiri serai terdiri dari senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena,

nerol, farnesol methil heptenol dan dipentena. Kandungan yang paling besar

adalah sitronela yaitu sebesar 35% dan graniol sebesar 35 - 40%. Cara kerja dari

senyawa yang terkandung pada serai yaitu:

1. Senyawa sitronela mempunyai sifat racun dehidrasi (desiccant). Racun

tersebut merupakan racun kontak yang dapat mengakibatkan kematian

karena kehilangan cairan terus menerus. Serangga yang terkena racun ini

akan mati karena kekurangan cairan.

2. Penolak (repellent)

3. Bersifat sebagai insektisida, bakterisida, nematisida (Setiawati et al., 2008)

Pestisida kimia yang dibuat pada praktikum ini adalah fungisida bubur

bordo dan bubur california. Pembuatan bubur bordo sebagai fungisida,


memanfaatkan kapur tohor (CaOH2) dan terusi dengan komposisi kapur 35 gram

dan terusi 15 gram. Keduanya dilarutkan dalam air yang berbeda sebanyak 150 ml

setiap larutan dan diaduk hingga homogen. Setelah itu, larutan terusi dimasukkan

ke dalam larutan kapur tohor sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen.

Perhitungan pH sebaiknya juga dilakukan setelah pembuatan agar diketahui pH

bubur bordo sebaiknya pH>7. pH yang kurang dari 7 dapat ditambahkan dengan

kapur tohor sampai pH nya mencapai 7. Bubur bordeaux dapat digunakan sebagai

alternatif untuk mengendalikan jamur Phytophthora nicotianae secara

konvensional. Komposisi Bordeaux ini terdiri dari terusi (CuSO4), kapur tohor

(CaCO3) dan air (Semangun, 2000). Berikut adalah tahapan pembuatan fungisida

bubur bordo (gambar 1).

Gambar 1. Tahap pembuatan bubur bordo. (1) terusi dan kapur tohor, (2)
terusi yang telah dilarutkan, (3) kabur tohor yang telah dilarutkan, (4) bubur bordo

Bubur California atau lime sulfur adalah fungisida sederhana dengan bahan

utama belerang dan kapur yang terbukti dapat mengendalikan jamur

Phytophthora parasitca Dast., Phytophthora citrophtora pada tanaman jeruk.

Sebagai fungisida pada daun, larutan bubur California yang dipakai adalah

larutan bagian atas (supernatan) yang berwarna merah bening. Larutan tersebut
digunakan sebagai bahan aktif untuk penyemprtan. Dosis yang dianjurkan adalah

5-7% atau 50-70 ml per liter air (Semangun, 2000).

Belerang digunakan sebagai pestisida karena fitotoksinnya lebih rendah

dibandingkan logam berat. Belerang telah lama digunakan sebagai pestisida.

Kelebihan dari penggunaan belerang karena kemampuannya untuk

mengendalikan patogen tidak hanya pada titik infeksi, diduga belerang lebih

dahulu mengeluarkan H2S dalam rekasinya. Bubur California berbentuk kuning

karat karena terbentuknya Polisulfur (CaSSx) atau mengandung Tiosulfat kapur

(CaS2O3) (Sugiyatno, et al., 2003).

Bubur California adalah pestisida yang dapat di gunakan sendiri dengan

menggunakan bahan baku yang mudah di dapat dan merupakan pestisida alternatif

yang dapat di gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama dan penyakit

tanaman khusunya tanaman jeruk. Cara pembuatan bubur california, menurut

BP3K (2014) membutuhkan bahan antara lain :

1. 1 kg belerang

2. 2 kg kapur tohor

3. 10 liter air

Cara Pembuatan Bubur California

1. Air di bagi menjadi 2 bagian, kemudian 5 liter air dipanaskan sampai

mendidih kemudian di masukan 1 kg belerang dan di aduk terus

menerus.

2. Air 5 liter dicampur dengan 2 kg kapur kemudian diaduk sampai merata.


3. Setelah belerang sudah mendidih dimasukan air kapur sedikit demi

sedikit sambil terus di aduk sampai mendidih.

4. Setelah mendidih matikan api setelah terbentuk larutan berwarna kuning

kemerahan kemudian dinginkan

5. Setelah dingin bubur California dapat di simpan dalam botol atau

jirigen.

6. Diamkan selama satu malam dalm botol atau jiregen maka akan terpisah

air jernih pada bagian atas dan endapan pada bagian bawah yang berarti

bubur California siap di gunakan

 Aplikasi bubur california dapat di lakukan dengan dua (2) cara yaitu :

1. Penyaputan batang utama dan cabang.

Sebelum dilakukan penyaputan bagian tanaman yang akan disaput

di bersihkan terlebih dahulu dengan cara di sikat. Botol bubur California

di goyang terlebih dahulu agar endapan dapat bercampur dengan air dan

langsung di lakukan penyaputan.

2. Penyemprotan

Penyemprotan di lakukan dengan mencampur larutan yang jernih

bagian atas bubur California dengan air bersih. Untuk satu buah tangki

solo dapat di campurkan satu gelas aqua bubur California. Pencegahan

terhadap hama dan penyakit dapat dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun

yaitu pada awal dan akhir musim hujan.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembuatan pestisida nabati dilakukan dengan menumbuk bahan-bahan yang

diperlukan seperti daun nimba, lengkuas dan sereh masing-masing 500 gram.

Hasil tumbukan selanjutnya dimasukkan air sebanyak 1,5 liter dan diremas-remas

sampai air berwarna hijau. Langkah terakhir pisahkan bahan-bahan dan air hasil

ekstraksi. Pembuatan bubur bordo sebagai fungisida, memanfaatkan kapur tohor

(CaOH2) dan terusi dengan komposisi kapur 35 gram dan terusi 15 gram.

Keduanya dilarutkan dalam air yang berbeda sebanyak 150 ml setiap larutan dan

diaduk hingga homogen. Setelah itu, larutan disatukan dan diaduk hingga

homgen. Pembuatan bubur California dilakukan dengan merebus air sebanyak 200

ml. Setelah agak mendidih 2/3 air diambil dan diberi belerang sebanyak 40 gram.

1/3 bagian yang lain masih direbus. Hasil larutan belerang dimasukkan dalam 1/3

air yang masih direbus dengan perlahan sambil diaduk. Setelah semua belerang

masuk, tambahkan kapur tohor 20 gram dan aduk sampai homogen. Masak kedua

bahan sampai ada larutan berwarna merah, kemudian angkat.

B. Saran

Sebaiknya pihak laboraturium menyediakan masker dan sarung tangan yang

memadai guna mencegah terjadinya keracunan ketika meramu pestisida.


DAFTAR PUSTAKA

Asmaliyah, Etik Erna Wati H., Sri Utami, Kusdi Mulyadi dan Fitri W. S. 2010.
Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati Dan Pemanfaatannya
Secara Tradisional. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan.
Kementerian Kehutanan.
Astuti, Umi Pudji, Tri Wahyuni dan Bunaiyah Honorita. 2013. Pembuatan
Pestisida Nabati Mendukung pengembangan Kawasan Rumah Pangan
Lestari di Provinsi Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Bengkulu. Bengkulu.

BPTP. 2014. Pestisida Nabati, Pembuatan dan Manfaat. Online.


http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi-mainmenu-
47/teknologi/332-pestisida-nabati-pembuatan-dan-manfaat. Diakses 9 Juni
2016.
Deptan, 2000. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Komisi Pestisida,
Departemen Pertanian RI.

Ditjenbun, 1994. Pedoman Pengenalan Pestisida Botani. Direktorat Bina


Perlindungan Tanaman Perkebunan. Ditjenbun. Departemen Pertanian.
Jakarta.
Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati. Penebar Swadaya Jakarta.

Rivillas, C.A., Leguizamon, J.E. and L.F. Gil. 1999. Recomendaciones Para El
Manejo De La Roya Del Cafeto En Colombia. Boletin Tecnico Cenicafe.
19:7-36
Rosmahani, L., D. Rachmawati, Sarwono, E. Korlina, M. Soleh dan A. Suryadi.
1999. Uji Aplikasi Dan Pengembangan Rakitan Teknologi PHT Tanaman
Kopi. Laporan Hasil Penelitian. Bag Pro PHT Perkebunan Rakyat. BPTP
Karangploso. 15 hal.
Rukmana, R. 2002. Nimba Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Kanisius.
Yogyakarta.
Semangun, H., 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.
Gadjah Mada University -Press, Yogyakarta.
Setiawati, W., Rini Murtiningsih, Neni Gunaeni, dan Tati Rubiati. 2008.
Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya Untuk
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Balai
Penelitian Sayuran. Bandung.
Soenandar, M. Aeni, M.N. dan Raharjo, A. 2010. ”Petunjuk Praktis Membuat
Pestisida Organik”. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Sudarmadji, D., 2006. Mimba, insektisida alami. Trubus. Thn IV, no. 44, hal 20-
21.
Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Kanisius. Yogyakarta.

Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Suprapto. 1993. Toksisitas mimba dan bengkuang terhadap pengisap buah lada.
Prosiding seminar hasil penelitian dalam rangka pemanfaatan pestisida
nabati. Balitro. hal 216-221.
BIODATA PRAKTIKAN

Nama Lengkap : Muhammad Azka Fardani


Nama Panggilan : Dani
Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 26 April 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Golongan Darah : O
Alamat : Jl. Kenanga, RT 4 RW 6 Kel
Grendeng Kec. Purwokerto
Utara Banyumas Indonesia
Agama : Islam
Visi Hidup : Berakhlak mulia dalam Prestasi
Prima
No. Telp/HP : 085-868-178-089
Email : fa.fardany@gmail.com
Facebook : Muhammad Azka Fardani
Instagram : Fa.fardany
BBM : D2FF99FE

Anda mungkin juga menyukai