PESTISIDA
(PNA 2650)
ACARA II
PEMBUATAN PESTISIDA
Oleh :
Muhammad Azka Fardani
NIM. A1L014153
karena akses terhadap pangan dan gizi yang berkualitas untuk dikonsumsi. Upaya
kendala, terutama akibat gangguan hama dan penyakit. Adanya serangan hama
dan penyakit yang menyebabkan gagal panen atau minimal berkurangnya hasil
pestisida sintetik.
Namun di sisi lain pemakaian pestisida yang berlebihan dan dilakukan secara
pestisida kimia tersebut, salah satu alternatif teknologi pengendalian OPT adalah
penggunaan pestisida nabati yang lebih alami. Oleh sebab itu, pengetahuan
B. Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu membuat pestisida nabati, fungisida bubur
Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik (mikroba)
dan virus yang digunakan untuk membunuh dan atau menghambat perkembangan
setidaknya ada 3 jenis pestisida yang digunakan untuk pengendalian OPT, yaitu
tertentu untuk menghasilkan bahan aktif atau active ingridient. Bahan aktif ini
sasaran (OPT) (Sudarmo, 1991). Pestisida sintetis yang dipasarkan terdiri atas
bahan pokok yang disebut bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan
yang berfungsi sebagai bahan perata dan perekat serta pembau dan pewarna
mencampurkan bahan kimia tertentu. Contoh pestisida yang dapat dibuat sendiri
adalah fungisida bubur bordo yang dibuat dari terusi dan kapur tohor.
larutan bubur bordo yang dibuat sediri oleh petani, telah dicoba diaplikasikan di
kebun kopi petani dan terbukti dapat menekan serangan penyakit karat daun setara
dengan penggunaan fungisida kimia sintetik dengan bahan aktif tembaga
konvensional. Komposisi Bordeaux ini terdiri dari terusi (CuSO 4), kapur tohor
Bubur California atau lime sulfur adalah fungisida sederhana dengan bahan
utama belerang dan kapur yang telah dikenal sejak abad 18. Fungisida ini telah
citrophtora pada tanaman jeruk. Bahan bubur California adalah serbuk belerang,
Bahan aktif pestisida nabati berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok
terpenoid, fenolik, dan zat – zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif
reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan OPT
(Setiawati et al., 2008). Ekstraksi bahan aktif dari tanaman bukan hanya
menggunakan air, tetapi zat pelarut organik seperti etanol, eter dan heksan.
Beberapa tanaman umum digunakan sebagai sumber pestisida nabati antara lain:
ajeran (Bidens pilosa L.), nimba (Azadirachta indica), maja (Aegle marmelos),
tuba (Derris eliptica), lengkuas (Alpinia galanga), temu-temuan (Curcuma spp),
residu pada tanaman, dan kompatibel digabung dengan cara pengendalian lainnya.
jasad sasaran secara langsung ,tidak tahan terhadap sinar matahari ,tidak dapat
tanaman, antara lain Gliocladium sp, Trichoderma spp, Bacillus subtilis, dan
nimbi, lengkuas, sereh, air, serbuk terusi, kapur tohor, serbuk belerang, air sabun.
kompor, panci.
B. Prosedur Kerja
a. Bahan (daun mimba, lengkuas, sereh air) dan alat (mortal, kain saring)
disiapkan.
e. Daun mimba, lengkuas dan sereh yang sudah halus dimasukkan dalam satu
wadah.
f. Sebanyak 1 liter air dimasukkan dalam bahan yang sudah ditumbuk halus.
g. Bahan yang sudah dicampur air diremas-remas sampai air berwarna hijau
a. Alat (penggerus mortal, elenmeyer) dan bahan (terusi, kapur tohor, dan air
36 gram.
d. Kapur tohor dimasukkan dalam 150 ml air dan diaduk sampai homogen.
e. Terusi dimasukkan dalam 150 ml air dan diaduk sampai semuanya larut.
f. Larutan terusi dimasukkan dalam larutan kapur tohor sambil diaduk hingga
homogen.
g. Bubur bordo sudah homogen dan siap digunakan bila (pH > 7) jika belum
direbus lagi.
A. Hasil
Terlampir
B. Pembahasan
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Menurut US EPA (2002), pestisida nabati
biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami dapat
sehingga tidak mencemari lingkungan. Pestisida ini juga relatif aman bagi
manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang (BPTP, 2014).
sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan
bahan bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder
(2002), melaporkan ada 1800 jenis tanaman yang mengandung pestisida nabati
yang dapat digunakan untuk pengendalian hama. Menurut Kardinan, (2002) untuk
pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta; (2)
rendaman untuk mendapatkan ekstrak; (3) rebusan bagian tanaman atau tumbuhan
tanaman antara lain : umbi lengkuas, daun/batang sereh, daun nimba masing-
masing sebanyak 500 gram. Ketiga bahan tersebut diekstraksi senyawa metabolit
sekundernya dengan cara ditumbuk hingga halus, kemudian direndam dalam 1,5
disimpan pada botol plastik dan dijauhkan dari sinar matahari langsung.
bahan aktif yang terkandung di dalamnya. Kandungan zat aktif dalam tanaman
terdapat dalam biji dan daun tanaman nimba tersebut (Rukmana, 2002). Menurut
Sudarmadji, (2006) cara kerja bahan aktif pada nimba Azadirachta indica yaitu :
zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang
pada proses perubahan dari telur menjadi larva, atau larva menjadi
oleh karena itu, dalam penggunaan insektisida alami dari mimba, seringkali
beberapa hari untuk mati, biasanya sekitar 4-5 hari, namun hama yang telah
sakit.
takut mendekati zat tersebut. Satu kasus terjadi ketika belalang schistocerca
diserang oleh belalang, kecuali satu jenis tanaman yaitu mimba. Mimbapun
OPT yang menjadi sasaran dari nimba adalah jenis hama menggigit
mengunyah dan hama menusuk menghisap, nematoda serta jamur. Berikut spesies
pinen, galangin, galanganol dan beberapa senyawa flavonoid. OPT yang dapat
albicans. Tumbuhan ini juga dapat untuk mengendalikan belalang, kutudaun dan
trips. Sulingan minyak lengkuas dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat
Minyak atsiri serai terdiri dari senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena,
nerol, farnesol methil heptenol dan dipentena. Kandungan yang paling besar
adalah sitronela yaitu sebesar 35% dan graniol sebesar 35 - 40%. Cara kerja dari
karena kehilangan cairan terus menerus. Serangga yang terkena racun ini
2. Penolak (repellent)
Pestisida kimia yang dibuat pada praktikum ini adalah fungisida bubur
dan terusi 15 gram. Keduanya dilarutkan dalam air yang berbeda sebanyak 150 ml
setiap larutan dan diaduk hingga homogen. Setelah itu, larutan terusi dimasukkan
ke dalam larutan kapur tohor sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen.
bubur bordo sebaiknya pH>7. pH yang kurang dari 7 dapat ditambahkan dengan
kapur tohor sampai pH nya mencapai 7. Bubur bordeaux dapat digunakan sebagai
konvensional. Komposisi Bordeaux ini terdiri dari terusi (CuSO4), kapur tohor
(CaCO3) dan air (Semangun, 2000). Berikut adalah tahapan pembuatan fungisida
Gambar 1. Tahap pembuatan bubur bordo. (1) terusi dan kapur tohor, (2)
terusi yang telah dilarutkan, (3) kabur tohor yang telah dilarutkan, (4) bubur bordo
Bubur California atau lime sulfur adalah fungisida sederhana dengan bahan
Sebagai fungisida pada daun, larutan bubur California yang dipakai adalah
larutan bagian atas (supernatan) yang berwarna merah bening. Larutan tersebut
digunakan sebagai bahan aktif untuk penyemprtan. Dosis yang dianjurkan adalah
mengendalikan patogen tidak hanya pada titik infeksi, diduga belerang lebih
menggunakan bahan baku yang mudah di dapat dan merupakan pestisida alternatif
yang dapat di gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama dan penyakit
1. 1 kg belerang
2. 2 kg kapur tohor
3. 10 liter air
menerus.
jirigen.
6. Diamkan selama satu malam dalm botol atau jiregen maka akan terpisah
air jernih pada bagian atas dan endapan pada bagian bawah yang berarti
Aplikasi bubur california dapat di lakukan dengan dua (2) cara yaitu :
di goyang terlebih dahulu agar endapan dapat bercampur dengan air dan
2. Penyemprotan
bagian atas bubur California dengan air bersih. Untuk satu buah tangki
terhadap hama dan penyakit dapat dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun
A. Kesimpulan
diperlukan seperti daun nimba, lengkuas dan sereh masing-masing 500 gram.
Hasil tumbukan selanjutnya dimasukkan air sebanyak 1,5 liter dan diremas-remas
sampai air berwarna hijau. Langkah terakhir pisahkan bahan-bahan dan air hasil
(CaOH2) dan terusi dengan komposisi kapur 35 gram dan terusi 15 gram.
Keduanya dilarutkan dalam air yang berbeda sebanyak 150 ml setiap larutan dan
diaduk hingga homogen. Setelah itu, larutan disatukan dan diaduk hingga
homgen. Pembuatan bubur California dilakukan dengan merebus air sebanyak 200
ml. Setelah agak mendidih 2/3 air diambil dan diberi belerang sebanyak 40 gram.
1/3 bagian yang lain masih direbus. Hasil larutan belerang dimasukkan dalam 1/3
air yang masih direbus dengan perlahan sambil diaduk. Setelah semua belerang
masuk, tambahkan kapur tohor 20 gram dan aduk sampai homogen. Masak kedua
B. Saran
Asmaliyah, Etik Erna Wati H., Sri Utami, Kusdi Mulyadi dan Fitri W. S. 2010.
Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati Dan Pemanfaatannya
Secara Tradisional. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan.
Kementerian Kehutanan.
Astuti, Umi Pudji, Tri Wahyuni dan Bunaiyah Honorita. 2013. Pembuatan
Pestisida Nabati Mendukung pengembangan Kawasan Rumah Pangan
Lestari di Provinsi Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Bengkulu. Bengkulu.
Rivillas, C.A., Leguizamon, J.E. and L.F. Gil. 1999. Recomendaciones Para El
Manejo De La Roya Del Cafeto En Colombia. Boletin Tecnico Cenicafe.
19:7-36
Rosmahani, L., D. Rachmawati, Sarwono, E. Korlina, M. Soleh dan A. Suryadi.
1999. Uji Aplikasi Dan Pengembangan Rakitan Teknologi PHT Tanaman
Kopi. Laporan Hasil Penelitian. Bag Pro PHT Perkebunan Rakyat. BPTP
Karangploso. 15 hal.
Rukmana, R. 2002. Nimba Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Kanisius.
Yogyakarta.
Semangun, H., 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.
Gadjah Mada University -Press, Yogyakarta.
Setiawati, W., Rini Murtiningsih, Neni Gunaeni, dan Tati Rubiati. 2008.
Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya Untuk
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Balai
Penelitian Sayuran. Bandung.
Soenandar, M. Aeni, M.N. dan Raharjo, A. 2010. ”Petunjuk Praktis Membuat
Pestisida Organik”. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Sudarmadji, D., 2006. Mimba, insektisida alami. Trubus. Thn IV, no. 44, hal 20-
21.
Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Kanisius. Yogyakarta.
Suprapto. 1993. Toksisitas mimba dan bengkuang terhadap pengisap buah lada.
Prosiding seminar hasil penelitian dalam rangka pemanfaatan pestisida
nabati. Balitro. hal 216-221.
BIODATA PRAKTIKAN