Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

Pemuliaan Tanaman Kacang Tanah

Oleh:

FENNI ASTRIA PUTRI R.

(D1B116200)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kendari, April 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemuliaan tanaman adalah kegiatan mengubah susunan genetik individu


maupun populasi tanaman untuk suatu tujuan. Seringkali pemuliaan tanaman
disamakan dengan penangkaran tanaman yang mana kegiatan memelihara
tanaman untuk memperbanyak dan menjaga kemurnian. Padahal kegiatan
penangkaran adalah sebagian dari pemuliaan.
Melalui kegiatan pemuliaan, diharapkan dapat dihasilkan beragam kultivar
unggul baru, selain memiliki produktivitas yang tinggi, juga memiliki beberapa
karakter lain yang mendukung upaya peningkatan kualitas dan daya
saing. Pemuliaan tanaman sendiri didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan
penelitian dan pengembangan genetik tanaman (modifikasi gen ataupun
kromosom) untuk merakit kultivar/varietas unggul yang berguna bagi kehidupan
manusia. Tujuan umum dalam pemuliaan tanaman yaitu, peningkatan kepastian
terhadap hasil yang tinggi dan perbaikan kualitas produk yang dihasilkan.
Peningkatan kepastian terhadap hasil biasanya diarahkan pada peningkatan daya
hasil, cepat dipanen, ketahanan terhadap organisme pengganggu atau kondisi alam
yang kurang baik bagi usaha tani, serta kesesuaian terhadap perkembangan
teknologi pertanian yang lain. Hasil yang tinggi menjamin terjaganya persediaan
bahan mentah untuk diolah lebih lanjut.
Kacang tanah adalah biji dari buah polong-polongan yang tumbuh di
dalam tanah. Polong atau kulit kacang tanah berwarna kecoklatan dan memiliki
corak garis-garis kasar, kulit ini biasa digunakan untuk makanan ternak.
Sedangkan isinya, yakni kacang tanah berbentuk kecil seperti kerikil, bulat-bulat,
keras dan memiliki kulit tipis di luar daging buahnya. Rasa dari kacang tanah agak
sedikit manis namun masih keras ketika mentah atau belum diolah.
Peningkatan produksi kacang tanah menggunakan varietas unggul dengan
potensi hasil tinggi, toleran terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik,
disertai dengan karakter spesifik sesuai preferensi petani dan pasar menghendaki
dukungan ketersediaan sumber daya genetik untuk sifat tersebut. Dalam kaitan
itulah pengelolaan sumber daya genetik semakin dituntut untuk memenuhi
beragam kebutuhan, dan melalui pemanfatan gen-gen unggul yang dimiliki dalam
membentuk varietas unggul yang diinginkan antara lain produksi tinggi, kualitas
baik, tahan terhadap penyakit utama (layu dan penyakit daun), toleran cekaman
abiotik (kekeringan, kemasaman), umur genjah dan mutu hasil tinggi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik kacang tanah ?
2. Bagaimana sumber daya genetik kacang tanah ?
3. Seperti apa perkembangan pemuliaan kacang tanah ?

1.3. Tujuan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar-dasar


pemuliaan tanaman, juga untuk menambah pengetahuan kita mengenai pemuliaan
kacang tanah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Karakteristik Kacang Tanah

Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari Amerika


Selatan, diperkirakan dikawasan sekitar Bolivia, Brasil dan Peru. Tanaman kacang
tanah telah dibudidayakan sejak tahun 1500 sebelum masehi, terutama oleh orang
Indian di Amerika Selatan.
Kacang tanah, kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang
tuban, kacang kole, kacang banggala (bahasa Yunani: Arachis hypogaea L.,
bahasa Inggris: peanut, groundnut) merupakan tanaman polong-polongan atau
legum dari famili Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Kacang
tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30
hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dan mengeluarkan daun-daun kecil. Tanaman
ini adalah satu di antara dua jenis tanaman budidaya selain kacang bogor,
Voandziea subterranea yang buahnya mengalami pemasakan di bawah permukaan
tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses pematangan biji
terganggu.
Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan tepatnya adalah Brazillia,
namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau
subtropis Masuknya kacang tanah ke Indonesia pada abad ke-17 diperkirakan
karena dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol,Cina,atau Portugis sewaktu
melakukan pelayarannya dari Meksiko ke Maluku setelah tahun 1597 Pada tahun
1863 Holle memasukkan Kacang Tanah dari Inggris dan pada tahun 1864
Scheffer memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir Republik Rakyat Cina dan
India kini merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia. Di Indonesia, kacang
tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi dan kini telah ditanam di
seluruh Indonesia. Tanaman Kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk makanan
ternak, sedang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati , minyak dan
lain-lain.
Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang
kaya protein dan lemak. Biji ini dapat dimakan mentah, direbus (di dalam
polongnya), digoreng, atau disangrai. Di Amerika Serikat, biji kacang tanah
diproses menjadi semacam selai dan merupakan industri pangan yang
menguntungkan. Produksi minyak kacang tanah mencapai sekitar 10% pasaran
minyak masak dunia pada tahun 2003 menurut FAO. elain dipanen biji atau
polongnya, kacang tanah juga dipanen hijauannya (daun dan batang) untuk
makanan ternak atau merupakan pupuk hijau.
Kacang tanah termasuk famili Papilionidae dan merupakan tanaman
allotetraploid (2n=40) dengan dua genom A dan B. Kacang tanah yang
dibudidayakan dibagi menjadi dua subspesies, yakni fastigiata dan hypogaea.
Subsp. fastigiata secara botani dibagi menjadi empat varietas, yakni fastigiata,
peruviana, aequatoriana, dan vulgaris, sedangkan subsp. hypogaea meliputi
varietas hypogaea dan hirsuta (Krapovickas dan Gregory 1994 dalam Holbrook
2003). Empat kelompok utama yang paling populer adalah tipe Spanish, Runner,
Virginia, dan Valencia. Menurut Rajgopal et al (1997), terdapat empat tipe
komersial kacang tanah untuk budidaya di India: Valensia (subsp. fastigiata var.
fastigiata), Spanish (subsp. Fastigiata var. vulgaris), Virginia bunch dan Virginia
runner (subsp. hypogaea var. hypogaea).
Kacang tanah yang berkembang di Indonesia secara umum dapat
dibedakan ke dalam dua tipe, yakni Spanish dan Valensia. Kedua tipe kacang
tanah tersebut mudah dikenali dari jumlah biji/polong. Kacang tanah tipe Spanish
memiliki dua biji per polong dengan bentuk biji bulat atau lonjong, sedangkan
tipe Valensia memiliki 3–5 biji/polong dengan bentuk pipih atau bulat dengan
umur panen yang lebih dalam.

2.2. Sumber Daya Genetik Kacang Tanah

Sumber daya genetik tanaman merupakan bahan baku dasar yang paling
berharga dan penting dalam memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan
terutama pada program perbaikan tanaman. Koleksi plasma nutfah dapat dianggap
sebagai populasi dasar, yang perlu memiliki keragaman genetik yang luas untuk
sifat-sifat yang diperbaiki. Plasma nutfah yang beragam dapat ditimbulkan dari
koleksi varietas liar, varietas lokal, introduksi, varietas unggul lama atau baru,
mutan, galur-galur homosigot hasil persilangan, dan genus-genus yang sama.
Koleksi plasma nutfah ini pada dasarnya dimaksudkan untuk mendukung program
pemuliaan, sehingga sifat koleksi lebih sebagai ‘Koleksi material kerja’ (working
collection). Koleksi plasma nutfah kacang tanah disimpan di beberapa bank gen di
dunia. Jumlah koleksi plasma nutfah kacang tanah dunia yang ada di ICRISAT
sebanyak 15.419 akses. (Upadhyaya et al. 2008). Koleksi plasma nutfah kacang
tanah juga disimpan di USDA Amerika Serikat terdiri dari 9.142 aksesi dan 611
aksesi dari spesies Arachis. Pemanfaatan koleksi plasma nutfah dapat ditingkatkan
dengan pengembangan teknik evaluasi yang lebih efisien. Salah satunya adalah
dengan mengembangkan dan menggunakan koleksi inti (core collection)
sebagaimana yang telah dikembangkan pada koleksi plasma nutfah kacang tanah
di ICRISAT (India) maupun di Amerika Serikat (Holbrook dan Dong 2005;
Upadhyaya et al. 2009). Koleksi inti mewakili keragaman genetik suatu spesies
dengan duplikasi minimum yang merupakan bagian dari seluruh koleksi yang
mencakup semua karakter yang berguna sehingga identifikasi aksesi yang berguna
menjadi mudah.
Pengelolaan sumber daya genetik memiliki dua aspek penting, yakni
konservasi dan pemanfaatannya dalam perbaikan varietas. Konservasi benih
memiliki peran penting dalam pelestarian keragaman genetik dan menjaga
stabilitas genetik selama jangka waktu lama. Ada beberapa kegiatan dalam
pengelolaan sumber daya genetik secara ex-situ: diantaranya adalah, konservasi,
koleksi, karakterisasi, rejuvenasi, distribusi, dokumentasi, dan pemuliaan
tanaman.

2.3. Perkembangan Pemuliaan Kacang Tanah

Kacang tanah merupakan komoditas kacangan kedua yang ditanam secara


luas di Indonesia setelah kedelai. Permintaan kacang tanah di Indonesia terus
meningkat dari tahun ketahun. Disayangkan kenaikan permintaan tersebut tidak
dapat dipenuhi seluruhnya oleh produksi dalam negeri, sehingga harus
mengimpor.
Dalam upaya meningkatkan produktivitas, penggunaan kultivar tahan atau
toleran terhadap lingkungan bercekaman merupakan tindakan yang mudah, aman,
dan murah. Oleh karena itu perakitan kultivar yang tahan atau toleran terhadap
lingkungan bercekaman dengan tetap mempertahankan daya hasil yang tinggi
menjadi salah satu target dalam pemuliaan kacang tanah.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam peningkatan produktivitas adalah
kurang efisiennya proses biologi kultivar kacang tanah yang ditanam di Indonesia.
Hal tersebut terlihat dari rendahnya partisi asimilat ke bagian yang dimanfaatkan
atau dipanen yang ditunjukkan oleh persentase polong cipo yang cukup tinggi
atau polong terisi tidak maksimum sehingga mengakibatkan produktivitasnya
tetap dibawah 2,5 ton/ha.

2.3.1. Ketahanan Terhadap Penyakit Bercak Daun


Penyakit bercak daun tersebar luas di tiap tempat kacang tanah ditanam.
Dari kegiatan pemuliaan untuk mendapatkan kacang tanah tahan penyakit bercak
daun yang telah dilakukan selama beberapa tahun, diketahui bahwa sifat tahan
berasosiasi dengan daya hasil rendah dan umur dalam (Norden et al., 1982).
Oleh karena itu dalam pemuliaan untuk memperoleh genotipe berdaya
hasil tinggi, genotipe yang tahan terhadap penyakit bercak daun selalu akan
tereleminir. Akibatnya semua kultivar kacang tanah yang dibudidayakan secara
luas rentan terhadap kedua jenis patogen bercak daun (Porter et al., 1982).
Kusumo (1991) mendapatkan variabilitas ketahanan terhadap penyakit
bercak daun pada genotipe-genotipe kacang tanah berupa galur harapan dan
kultivar lokal yang dipelajarinya. Serangan patogen bercak daun yang berakibat
defoliasi bahkan keringnya tajuk tanaman, tercermin pada sangat bervariasinya
bobot brangkasan basah antar genotipe yang diuji. Persentase panjang batang
utama bebas penyakit bercak daun merupakan peubah yang diajukan untuk
menilai secara kuantitatif tingkat ketahanan genotipe kacang tanah terhadap
bercak daun. Evaluasi tingkat ketahanan genotipe acak menggunakan karakter
tersebut menunjukkan korelasi genotipik dan fenotipik negatif nyata dengan daya
hasil (Yudiwanti et al., 1998). Selanjutnya Yudiwanti (2006) mengemukakan
bahwa korelasi negatif tersebut adalah karena peran antagonis stomata terhadap
daya hasil dan terhadap tingkat ketahanan terhadap penyakit bercak daun. Stomata
yang membuka sempit dengan kerapatan rendah mendukung tingkat ketahanan
terhadap penyakit bercak daun karena dapat menurunkan peluang penetrasi
patogen melalui stomata, akan tetapi karakter yang sama mengurangi difusi
karbondioksida ke dalam daun sehingga kapasitas fotosintesis berkurang dan
akibatnya daya hasilnya lebih rendah. Tiga karakter utama sebagai kriteria seleksi
untuk mengembangkan kultivar kacang tanah tahan penyakit bercak daun dengan
daya hasil yang tinggi adalah persen panjang batang utama yang dedaunannya
'hijau' sebagai karakter tingkat ketahanan berdasarkan gejala visual, intensitas
warna hijau daun sebagai kriteria seleksi tak langsung untuk ketahanan terhadap
penyakit bercak daun, serta jumlah polong total sebagai karakter kriteria seleksi
tak langsung untuk hasil dengan peubah bobot biji. Karakter persen panjang
batang utama yang dedaunannya 'hijau' prospektif diterapkan sebagai peubah
tingkat ketahanan visual di lapangan. Peubah ini praktis diterapkan di lapangan
dan obyektivitasnya mudah dijaga. Peubah ini juga memiliki nilai duga
heritabilitas arti luas yang tinggi, yaitu mencapai 80.77%, yang menunjukkan
bahwa keragaman peubah tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor genetik
(Yudiwanti et al., 2006).
Intensitas warna hijau sebagai kriteria seleksi praktis diterapkan di
lapangan. Pengkelasan intensitas warna hijau ke dalam 'biasa, agak hijau, hijau,
dan lebih hijau', mudah diaplikasikan dan perbedaan antar kelas tersebut cukup
mudah diamati. Untuk menghindari subyektivitas dalam menetapkan warna hijau
daun, kadar klorofil total daun dapat digunakan sebagai peubah pendamping.
Penentuan kadar klorofil total relatif mudah dilakukan dan biayanya cukup murah.
Karakter ini juga memiliki nilai duga heritabilitas arti luas yang tinggi (72.98%;
Yudiwanti et al., 2006), oleh karena itu potensial digunakan sebagai kriteria
seleksi.
2.3.2. Ketahanan Terhadap Penyakit Busuk Batang Sklerotium
Penyakit busuk batang pada kacang tanah yang disebabkan oleh cendawan
nekrotropik Sclerotium rolfsii Sacc. merupakan salah satu penyakit penting pada
kacang tanah yang seringkali menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi.
Penggunaan kultivar resisten merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi
penyakit ini. Pada kacang tanah, perakitan kultivar tahan penyakit tertentu
biasanya dilakukan dengan hibridisasi dan seleksi, jika tersedia donor gen
resisten. Masalahnya adalah, di Indonesia belum ditemukan plasma nutfah yang
resisten terhadap infeksi S. rolsii. Induksi variasi somaklonal melalui kultur in
vitro somatik embrio disertai dengan seleksi in vitro dengan agens penyeleksi
berupa filtrat kultur cendawan patogen merupakan alternative yang telah banyak
dilaporkan efektif untuk mendapatkan varian somaklonal yang resisten terhadap
patogen yang bersangkutan.
Yusnita (2005) mengembangkan teknik seleksi in vitro embrio somatik
(ES)
kacang tanah kultivar Kelinci yaitu dengan agens penyeleksi berupa penambahan
30 % filtrat kultur (FK) S. rolfsii selama tiga periode pengulturan, masing-masing
selama satu bulan. Media selektif tersebut juga dapat digunakan untuk
mengulturkan tunas RO sebagai metode identifikasi dini respons somaklon
terhadap infeksi S. rolfsii. Dari evaluasi respons populasi somaklon Rl dan R2
terhadap infeksi S. rolfsii di rumah plastik didapatkan sejumlah galur somaklon
kacang tanah yang resisten terhadap penyakit busuk batang Sclerotium, yang juga
mampu menghasilkan polong bernas dalam jumlah sama atau lebih banyak
daripada tanaman awal yang tidak diinokulasi cendawan
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kacang tanah merupakan komoditas kacangan kedua yang ditanam secara


luas di Indonesia setelah kedelai. Permintaan kacang tanah di Indonesia terus
meningkat dari tahun ketahun. Disayangkan kenaikan permintaan tersebut tidak
dapat dipenuhi seluruhnya oleh produksi dalam negeri, sehingga harus
mengimpor.
Tujuan umum dalam pemuliaan tanaman yaitu, peningkatan kepastian
terhadap hasil yang tinggi dan perbaikan kualitas produk yang dihasilkan.
Peningkatan kepastian terhadap hasil biasanya diarahkan pada peningkatan daya
hasil, cepat dipanen, ketahanan terhadap organisme pengganggu atau kondisi alam
yang kurang baik bagi usaha tani, serta kesesuaian terhadap perkembangan
teknologi pertanian yang lain. Hasil yang tinggi menjamin terjaganya persediaan
bahan mentah untuk diolah lebih lanjut.

3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat memperluas wawasan bagi penulis maupun
pembaca. Diharapkan kritik dan saran atas makalah ini karena penulis sadar
makalah ini masih penuh dengan kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA

Hapsoro, D. 2005. Resistensi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Transgenik


terhadap PStV: Identitas, Jumlah Integrasi, Ekspresi, dan Stabilitas
Transgen cp PStV. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
141 hal.

Hemon, A.F. 2006. Efektivitas Seleksi in vitro Berulang untuk


MendapatkanPlasma Nutfah Kacang Tanah Toleran terhadap Cekaman
Kekeringan dan Resisten terhadap Penyakit Busuk Batang Sclerotium
rolfsii. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. 183 hal.

Kasno, A. 2005. Profil dan perkembangan teknik produksi kacang tanah di


Indonesia. Seminar Rutin Puslitbang Tanaman Pangan Bogor.

Snyder, F.W. and G.E. Carlson. 1983. Selecting for partitioning of photosynthetic
products in crops. Advances in Agronomy vol. 37: 47 – 69.

Soenarsih, S. 2005. Heritabilitas dan Aksi Gen Toleransi terhadap Cekaman


Kekeringan pada Persilangan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Tesis
Magister Sains. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. 244 hal.

Anda mungkin juga menyukai