Anda di halaman 1dari 11

KULTUR JARINGAN PERKEBUNAN AKLIMATISASI VANILI

(Vanilla planifolia A.)


LAPORAN

Disusun Oleh :

ZAINI : A32202566 / GOLONGAN B

DOSEN PENGAMPU :

DYAH NUNING ERAWATI, S.P., M.P

TEKNISI:

EKO HADI CAHYONO, S.P., MP

RIANI NINGSIH , S.ST

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai


bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan
suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti
induknya (Agustina, 2004). Kultur jaringan akan lebih besar presentase
keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem.

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman


secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman
dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta
menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik
yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan
bergenerasi menjadi tanaman. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan
adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman
menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Metode kultur
jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif.
Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan,
antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat
diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan
tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam
waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan
tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan
konvensional (Lingga, 2013).

Dalam pengembangannya untuk meningkatkan volume dan nilai


produksi tanaman vanili dapat menggunakan metode kultur jaringan. Metode
tersebut dapat dikembangkan untuk menghasilkan bibit unggul dalam waktu
yang relatif singkat. Akan tetapi dalam perbanyakan ini terdapat salah satu
tahapan yang perlu dilakukan yaitu aklimatisasi. Aklimatisasi yaitu masa
adaptasi bibit tanaman vanili dari kondisi lingkungan yang terkendali (in
vitro) ke lingkungan in vivo sebelum ditanam di lapangan. Aklimatisasi harus
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari tahapan
tersebut, antara lain kelembaban (kondisi lingkungan), intensitas cahaya,
media tanam serta zat untuk merangsang pertumbuhan tanaman.

Tahap terakhir pada teknik kultur jaringan adalah aklimatisasi.


Aklimatisasi adalah upaya mengondisikan planlet hasil perbanyakan melalui
kultur In vitro ke lingkungan In vivo yang septik (Yusnita, 2003). Aklimatisasi
merupakan masa yang kritis karena planlet yang diregenerasikan dari
kultur in vitro menunjukan beberapa sifat yang kurang menguntungkan,
seperti lapisan lilin yang tidak berkembang dengan baik, kurangnya
lignifikasi batang (penebalan pada dinding selulosa batang tanaman),
jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang, dan stomata
seringkali tidak berfungsi (Zulkarnain, 2011).

Medium tumbuh pada tahap aklimatisasi memiliki peranan yang


cukup penting khususnya bila planlet yang diaklimatisasi belum membentuk
sistem perakaran yang baik (Zulkarnain, 2011), karena kondisi lapangan
berbeda dengan didalam botol.

Masa aklimatisasi merupakan masa yang kritis karena pucuk atau


planlet yang diregenerasikan dari kultur in vitro menunjukan beberapa sifat
yang kurang menguntungkan. Medium tumbuh pada tahap aklimatisasi
memiliki peranan yang cukup penting khususnya bila pucuk-pucuk mikro
yang diaklimatisasi belum membentuk sistem perakaran yang baik
(Zulkarnain, 2011). Tahap aklimatisasi ini merupakan tahap yang kritis
karena kondisi iklim mikro diluar lapangan berbeda dengan didalam botol.
Media yang dibutuhkan pada proses aklimatisasi adalah media yang dapat
menyerap air dan unsur hara, tidak mudah melapuk, tersedia udara yang
cukup bagi perakaran, mudah didapat dan relatif murah harganya.

1.2 Tujuan

a. Mengetahui perkembangan vanili tahap aklimatisasi


b. Mengetahui proses aklimatisasi pada tanaman vanili
BAB 2. TINJAUAN TEORI

Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari


ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan
bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk
melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit
hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan
udara luar.

Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka


secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan
dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. Keunggulan
inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha
kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan
yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah
vanili. Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di beberapa areal
menunjukkan pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur jaringan yang
sering disebut dengan jati emas dapat dipanen dalam jangka waktu yang
relatif lebih pendek dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari
benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum teruji di
Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan pengusaha karena akan
memperoleh hasil yang lebih cepat (Komaryanti, 1994).
BAB 3. METEDOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Pratikum dilakukan di laboratorium kultur jaringan yakni


pengambilan tanaman vanili dalam botol dan green house tempat
aklimatisasi.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah media tanam aklimatisasi,


vanili yang sip aklimatisasi, larutan fungisida, tajar, tali polibag dan
kertas sungkup.

3.3 Cara Kerja

1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2) Membuat media steril aklimatisasi yaitu cocopeat kemudian
mengisi media ¾ bagian ke dalam polibag
3) Setelah media tanam dibuat, menyiapkan planlet yang akan di
aklimatisasi.
4) Melakukan seleksi planlet dengan kriteria planlet yang sehat,
segar, normal dengan akar dan daun sempurna.
5) Mengeluarkan planlet dari dalam botol dengan menggunakan
pinset secara hati – hati.
6) Mencuci bersih sisa agar – agar dibawah air yang mengalir
sampai planlet bersih.
7) Mentiriskan planlet pada tissue, lalu di angin – anginkan.
8) Merendam akar planlet dalam larutan fungisida selama 5
menit.
9) Menanam planlet dalam media tanam yang steril.
10)menyimpan di green house.
11)Mengamati perkembangan vanili
BAB 4. PEMBAHASAN

Kertas sungkup yang ada saat proses aklimatisasi bertujuan


untuk mengurangi penguapan hal ini dikarenakan agar tanaman tidak layu
aklimatisasi harus memperhatikan ada tidaknya akar. Aklimatisasi dilakukan
jika sudah terbentuk akar atau sudah muncul primordia akar yang akan
tumbuh normal pada media tanam. Planlet hasil kulturin vitro biasanya
memiliki perakaran yang sedikit dan lemah sehingga sangat rentan dan tidak
berfungsi dalam keadaan in vivo. Akar akan segera mati diganti dengan akar
yang baru untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Perkembangan aklimatisasi berdasarkan pengamatan yang dilakukan sejauh
ini memiliki tanda kehidupan yang bagus pada tanaman vanili, dimana vanili
tidak mengalami kelayuan atau mengering lama – kelamaan menjadi kering
kerontang dan mati. Perkembangan daun baru juga sudah mulai terlihat hal
ini menandakan bahwa akar sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan
sekitar. Dilihat dari perkembangan jumlah daun sudah mula muncul akan
tetapi belum sempurna karena membutuh kan adaptasi yang responsif
terhadap keadaan lingkungan sekitar karena masa aklimatisasi disebut
sebagai masa kritis karena pada masa tersebut planlet masih sangat sensitif
dan mudah sekali mengalami stres lingkungan karena harus beradaptasi
dengan lingkungan makro (luar).

Figure 1 Sampel Minggu Pengamatan 1

Keberhasilan dari akimatisasi adalah sebagai berikut :


1. Harus memperhatikan komposisi jenis media tanam.
2. Ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh planlet.
3. Kondisi suhu dan kelembaban disekitar tempat tumbuh planlet sesuai.
4. Menjaga planlet dari paparan sinar matahari langsung untuk itu vanili
yang di aklimatisasi disimpan dalam green house.

Ke empat cara atau syarat ini telah dipenuhi mulai dari media yaitu pasir,
kompos, dan top soil masing – masing satu, yang didalamnya terdapat unsur
hara makro dan mikro yang berbeda- beda, kondisi suhu juga sesuai hal ini di
kontrol dengan penyungkupan agar suhunya optimal atau pas seperti yang
diperlukan, terakhir disimpan digreen house hal ini berguna dari mencegah
secara langsung paparan sinar matahari agar tidak terjadi translasi secara
berlebihan akibat kekeringan.

Setelah beberapa minggu berlalu, respon tanaman vanili


menunjukkan tanda – tanda yang aneh dengan ciri – ciri seperti gambar
berikut :

Figure 2 Sampel Pengamatan Minggu 2

Berdasarkan gambar respon yang ditunjukkan oleh vanili adalah :

1. Bagian batang bawah sudah kering dan mati.


2. Bagian atas daun dan akar gantungnya masih menunjukkan respon
yang hidup.
Meskipun menunjukkan respon yang agak berlawanan dari bagian bawah
sudah kering dan mati serta bagian atasnya masih hidup tetapi secara
keseluruhan masih menunjukkan respon layaknya tanaman yang hidup.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang


mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Kultur jaringan merupakan teknik
perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti
daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan secara aseptik. Kertas sungkup yang ada saat proses aklimatisasi
bertujuan untuk mengurangi penguapan hal ini dikarenakan agar tanaman
tidak layu aklimatisasi harus memperhatikan ada tidaknya akar. Aklimatisasi
dilakukan jika sudah terbentuk akar atau sudah muncul primordia akar yang
akan tumbuh normal pada media tanam dan memiliki ketersediaan unsur
hara yang dibutuhkan oleh planlet.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, F., & Darwanto, H. (2016). Prospek Dan Tantangan Usahatani


Tembakau Madura. Sepa, 10(September 2013), 63–70.

Husni, A. dan M. Kosmiatin. 2005. Seleksi in vitro tanaman lada untuk


ketahanan penyakit busuk pangkal batang. J. AgroBiogen 1(1): 13-19.

Loedji, H. (2019). 8 Besar Produk Pertanian Indonesia. PortoNews

Pinaria, A. G., Liew, E. C. Y., & Burgess, L. W. (2010). Fusarium species


associated with vanilla stem rot in Indonesia. Australasian Plant
Pathology, 39(2), 176–183.

Pinaria, A. G., Liew, E. C. Y., & Burgess, L. W. (2010). Fusarium species


associated with vanilla stem rot in Indonesia. Australasian Plant
Pathology, 39(2), 176–183.

Retno,Mastuti. 2017. Dasar-Dasar Kultur Jaringan Tumbuhan. Malang. Ub


Press.

Lesar, Helena, B. Hlebec, N. Čeranič, D. Kastelec, Z. Luthar. 2012.


Acclimatization of terrestrial orchid Bletilla striata Rchb.f.
(Orchidaceae) propagated under in vitro conditi

Udarno, L., Hadipoentyanti, E dan Syakir. 2009. Panili budidaya Dan kerabat
liarnya.Pengembangan Tanaman industri. 15(1):27-28. ons. Acta
agriculturae Slovenica, 99 (1): 69 – 75.

Agustina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Lingga, P. Dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi.


Jakarta: Penebar Swadaya

Zulkarnain, 2011. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.


Agromedia Pustaka. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai