Anda di halaman 1dari 9

BUDIDAYA KACANG TUNGGAK Teknik budidaya tanaman kacang tunggak meliputi beberapa kegiatan pokok seperti berikut : A.

Penyiapan Benih Tanaman kacang tunggak diperbanyak secara generatif dengan biji (benih). Benih kacang tunggak yang baik dan bermutu harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1.Berasal dari varietas unggul 2.Tampilan biji bernas (tidak keriput) dan tidak berlubang karena gigitan hama gudang 3.Daya kecambahnya tinggi, diatas 90% 4.Tidak mengandung wabah infeksi hama dan penyakit.

Benih kacang tunggak dapat diperoleh dengan menbeli dari toko pertanian, atau dapat pula diperoleh dari pertanaman sebelumnya. Cara memproduksi benih kacang tunggak adalah sebagai berikut : 1.Polong dipanen pada stadium masak fisiologis, yaitu setelah polong kering atau berumur 80-100 hari setelah tanam. 2.Polong dijemur di lapang hingga kering, kemudian kulit polongnya dilepas secara manual dengan cara diinjak-injak dalam karung, atau dengan menggunakan alat bantu mesin perontok. 3.Biji kacang tunggak dibersihkan dari kulit polong dan kotoran-kotoran yang tercampur. 4.Biji harus segera dijemur ulang hingga kering dengan kadar air biji berkisar antara 10%-12%. 5.Biji dikemas dalam kantung atau kertas aluminium foil berkapasitas 1 kg/bungkus. Kemudian disimpan dalam ruang pendingin bersuhu dibawah 100C yang dilengkapi dengan sarana pengatur kelembaban udara (humidity meter) dan pengatur temperatur (thermometer). Apabila biji tidak sempet dikemas dapat disimpan sementara dalam kaleng-kaleng bekas minyak tanah atau drum plastik yang bagian bawahnya diberikan kapur tohor (CaO). Kebutuhan benih kacang tunggak per satuan luas lahan sangat ditentukan oleh jarak tanam, sistem tanam, dan jumlah benih per lubang tanam. Pedoman umum kebutuhan benih kacang tunggak berkisar antara 20kg-30kg/ha. Daya kecambah benih kacang tunggak cepat menurun, sehingga sebelum benih ditanam sebaiknya daya kecambahnya diuji terlebih dahulu. B. Penyiapan Lahan Penyiapan lahan bagi kacang tunggak dapat dilakukan tanpa pengolahan tanah. Penyiapan lahan tanpa pengolahan tanah ini biasanya dipraktekkan pada lahan swah tudah hujan bekas tanaman padi. Hasil penelitian Balittan malang menunjukkan bahwa penanaman kacang tunggak dengan tanpa pengolahan tanah dapat memberikan hasil yang cukup tinggi apabila diikuti dengan perbaikan teknologi budidaya, misalnya pembuatan drainase, pemberian mulsa jerami 5 ton/ha, penanaman dengan cara tugal, penyiangan dua kali, pengairan dua kali, dan pemupka berimbang. Tata cara penyiapan lahan tanpa pengolahan tanah adalah sebagai berikut : 1.Lahan dibersihkan dari jerami dan rumput-rumput liar. 2.Dibuat saluran keliling (drainase) selebar 20-30 cm. 3.Dibuat petakan-petakan ukuran 4 m x 5 m atau disesuaikan dengan keadaan lahan, tanpa mengolah atau menggemburkan tanah. Namun, hasil penelitian Balittan Malang menunjukkan bahwa pengolahan tanah tetap merupakan komponen yang penting pada budidaya kacang tunggak untuk dapat meningkatkan hasil panen. Tata cara penyiapan lahan dengan pengolahan tanah adalah sebagai berikut : 1.Lahan dibersihkan dari rumput-rumput liar dan pepohonan lain. 2.Tanah diolah dengan cangkul sedalam 20 cm 30 cm. Kemudian sambil diratakan, dibuat petakanpetakan berukuran 6 m x 5 m atau bedengan-bedengna selebar 120 150 cm dengan panjang disesuaikan keadaan lahan. Dibuat pula parit atau saluran antarpetakan atau antar bedengan selebar 30 40 cm.

Penyiapan lahan biasanya dilakukan minimal 2 minggu sebelum benih kacang tunggak ditanam, yaitu pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau. C. Penanaman Penanaman benih kacang tunggak dapat dilakukan dengan cara disebar atau ditugal. Hasil penelitian Balittan Malang menunjukkna bahwa penanaman dengan cara ditugal memberikan hasil panen kacang tunggak yang lebih tinggi daripada penanaman cara disebar. Tata cara penanaman benih kacang tunggak sistem tugal adalah, mula-mula dibuat lubang tanam dengan alat bantu tugal pada jarak 40 cm x 20 cm. Kemudian, tiap lubang tanam diisi dengan 1-2 butir benih sambil ditutup dengan tanah tipis. Hasil penelitian Balittan Malang menunjukkan pula bahwa untuk meningkatkan populasi tanaman per satuan satuan luas lahan, jarak tanam dapat divariasi, misalnya 25 cm x 15 cm, diisi 1-2 butir benih/lubang, atau 25 cm x 10 cm, diisi 1 butir benih/ lubang. Selain sistem tanam secara tunggal (monokultur), kacang tunggak juga dapat ditumpangsarikan dengan jagung, ubi kayu, sorgum, kapas, dan tanaman lain yang tidak sefamili. Misalnya, pada sistem tumpangsari ubi kayu dengan kacang tunggak, dapat digunakan jarak tanam 80 cm x 60 cm bagi ubi kayu dan 40 cm x 20 cm bagi kacang tunggak. Bersamaan dengna penanaman benih, dilakukan pemupukan dasar. Dosis dan jenis pupuk dasar yang digunakan adalah 100 kg TSP (SP-36) + 50 kg KCl per ha. Pemupukan dilakukan dengan memasukkan pupuk pupuk ke dalam lubang pupuk yang telah dibuat terlebih dahulu dengan bantuan tugal. Lubang pupuk dibuat kurang lebih 5 cm di kiri kanan lubang tanah. Setelah pupuk dimasukkan, lubang pupuk ditutup dengan tanah tipis. D. Pemeliharaan Tanaman Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pengairan, pemulsaan, penyiangan, pemupukan susulan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. 1. Penyulaman Penyulaman dilakaukan seawal mungkin, maksiamal 15 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan mula-mula dengan membuat lubang tanam yang baru pada bekas lubang yang sama. Kemudian memasukkan 1-2 butir benih kacang tunggak pada lubang tanam tersebut sambil menutupnya dengan tanah tipis. 2. Pengairan Meski tanaman kacang tunggak tahan terhadap kondisi kering, tetapi pada stadium pertumbuhan awal dan fase pertumbuhan vegetatif, tetap membutuhkan air tanah yang cukup. Apabila tidak turun hujan, sebaiknya dilakukan pengairan minimal 2 kali selama pertanaman. Pengairan dapat dilakukan sistem di-leb atau dengan menyiram tanahnya hingga cukup basah (lembab). 3. Pemulsaan Jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah (mulsa) pada pertanaman kacang tunggak. Mulsa selain dapat menekan pertumbuhan gulma, juga dapat menjaga kelembaban tanah, dan kegemburan tanah, menekan penguapan air tanah, serta menjadi bahan organik penyubur tanah. Mulsa jerami dipasang dengan cara dihamparkan merata setebal 5 cm pada permukaan tanah. Pemasangan mulsa jerami sebaiknya dilakukan segera setelah tanam. 4. Pemupukan Susulan Respon tanaman kacang tunggak terhadap pupuk Nitrogen (N) sangat tinggi. Pemberian pupuk N yang berlebihan terutama pada tanah yang subur dapat menyebabkan bakteri Rhizobium yang pada mulanya bersifat simbiosis mutualistik, berubah menjadi simbiosis parasitis sehingga menyebabkan produksi kacang tunggak menurun. Untuk meningkatkan kesuburan tanaman kacang tunggak diperlukan pupuk tambahan. Dosis dan jenis pupuk dasar yang diberikan adalah Urea 50kg/hektar. Pupuk urea diberikan dua kali, yaitu 2

minggu dan 4 minggu setelah tanam. Pemupukan dilakukan mula-mula dengan membuat parit-parit dangkal di antara barisan tanaman kacang tunggak, kemudian menyebarkan pupuk secara merata ke dalam parit-parit tersebut, dan menutupnya kembali dengan tanah tipis. 5. Penyiangan Rumput-rumput liar (gulma) yang tumbuh di areal (lahan) kacang tunggak akan menjadi pesaing dalam mendapatkan unsur hara, air, dan sinar matahari. Rumput liar harus disiangi dengan cara mencabutnya dengan tangan atau dengan kored, kemudian menimbunnya dalam lubang tanah atau membuangnya ke tempat penampungan limbah. Selama pertanaman dilakukan dua kali penyiangan, yaitu saat tanaman berumur 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam. Kegiatan penyiangan biasanya dilakukan bersamaan dengan pemupukan. 6. Perlindungan Tanaman Perlindungan (proteksi) tanaman diarahkan pada pengendalian hama dan penyakit. Prinsip perlindungan tanaman adalah mempraktekkan pengendalian secara terpadu. Komponen pengendalian terpadu adalah sebagai berikut : a.Perlakuan benih sebelum tanam dengan pestisida selektif. b.Perbaikan drainase tanah dengan membuat parit atau saluran antarbedengan atau antarpetakan. c.Pemberian mulsa jerami. d.Pemupukan berimbang sesuai dengan dosis anjuran. e.Pemantauan (monitoring) tanaman secara kontinu (berkala). f.Penyemprotan pestisida bila ditemukan serangan hama dan penyakit di atas ambang ekonomi atau ambang kendali E. Paket Teknologi Budidaya Perbaikan budidaya kacang tunggak diarahkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Paket teknologi budidaya kacang tunggak berdasarkan hasil penelitian Balittan Malang dapat dilihat pada Tabel berikut :

. DAFTAR PUSTAKA Davis, 1991. Dalam Proposal Penelitian 1 Universitas Padjajaran Bandung dengan Universitas Nusa Cendana Kupang , 2007.F i t t e r , A . H . d a n R . K . M . H a y. 1 9 9 4 . Fisiologi Lingkungan Tanaman . GadjahMada University Press, yogyakarta.G a r d n e r , P . F r a n k l i m , P e a r c e B . R , M i c h e l l L. R . 1 9 9 1 . Fisiologi Tanaman Budidaya . Universitas Indonesia, Jakarta.31

G o l d s w o r t h y, P . R . d a n N . M . F i s h e r , 1 9 9 6 . Fisiologis Tanaman BudidayaTropik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Hakim, N., M. Lubis, S. G. Nugroho, dan M. R. Diha. 1986.

Dasar-Dasar IlmuTanah . Universitas Lampung, Lampung.Hanum, F. 1997. Plant Resources of South East Asia . Prosea, Bogor Harjadi, S. S. M. M., 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.Haryati, 2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman . Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.I s m a l , G . 1 9 7 9 . Ekologi Tumbuh-tumbuhan dan Tanaman Pertanian .Universitas Andalas, Padang.Jumin, H. B., 1988. Dasar-Dasar Agronomi. Rajawali, Jakarta.Liubana, S. 2008. Uji Daya Hasil Beberapa Aksesi Kacang Tunggak Lokal Asal M a u m e r e Y a n g D i t u m p a n g s a r i k a n D e n g a n J a g u n g D i T a r u s Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang . S k r i p s i F a p e r t a Undana, Kupang.Lu b i s , K . 2 0 0 0 . Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air . MakalahSeminar. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.Pitojo, S. 2005. Bertanam Tomat . Penebar Swadaya, Jakarta.R i t a , I , R . 1 9 9 8 . P e n g a r u h J u m l a h C a b a n g U t a m a T e r h a d a p E f i s i e n s i Penggunaan Air pada Tanaman Tomat Selama Fase Vegetatif . SkripsiFaperta Undana, Kupang.R u k m a n a , R . d a n Y . Y . O e s m a n . 2 0 0 0 . K a c a n g T u n g g a k , B u d i D a y a d a n Prospek Usaha Tani . Kanisius . Yogyakarta.Soemartono, 1990. Genetika Kuantitaif dan Biologi Molekuler. PAU-UGM.Yogyakarta.Sutoro, Iskandar, S. dan Susanto, T. 1989. Pengaruh Cekaman Air dan Reaksi Pemulihan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) dan Sorgum (Shorgumbicolor L. ) pada Fase Pertumbuhan Vegetatif. Penelitian PertanianVolume 9 No. 4. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.32

Van der Maesen, L, J, G. dan Somaatmadja S. 1993.

Sumber Daya Nabati AsiaTenggara I. Kacang-Kacangan , P R O S E A . G r a m e d i a P u s t a k a U t a m a . Jakarta.Yitnosumarno. 1993. Perancangan Percobaan, Analisis Interpretasi . Gramedia,Jakarta

DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. John Wiley and Sons, Inc. Canada. Arshad, M. and W.T. Frankenberger Jr, 1991. Microbial Production of Plant Hormones. Plant and Soil 133:1-8. Kluwer Academic Publishers. Netherland.
Atlas, R. M. 1993. Microbial Ecology: Fundamentals and Aplications 3rd Ed. P.39-43.

Azcon, R, 1993. Growth and Nutrition of Nodulated Mycorrhizal and non Mycorrhizal hedysarum coronarium as Result of Treatment with Fractions from a Plant Growth Promoting Rhizobacteria. Soil Biology. Biochem. 25 : 1037 1042. Bowen. G. D, and A. D. Rovira, 1981. The Effect of Microorganisms on Plant Growth 1. Development of Root Hairs in Sand and Agar. Plant Soil, 15 : 166 186. Burr, T. J, M. N. Schroth, and T. W. Suslow, 1978. Increased Potato Yield by Treatment of Seedpieces with Specific Strain of Pseudomonas fluorescens and P. putida. Phytopathol. 68 : 1377 1383. Catala, C. , J. K.Rose, and A. B. Bennett. 2000. Auxin Regulated Genes Eenconding Cell Wall Modifying Proteins are Expressed During Early Tomato Fruit Growth Plant. Physiol 122 : 527 534. Coyne, M.S., 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. Delmar Publisher. New York. Darnell, J. , H. Lodish, H. Baltimore, 1986. Molecular Cell Biology. Scientific American Books, Inc.New York. Dwidjosepoetra, D., 1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Jakarta. Fiechter, A. 1990. Plastics from Bacteria and for Bacteria: Poly (BHydroxyalkanoates) as Natural, Biocompatible, and Biodegradable Polyester. Springer-Verlag. New York. p. 77-93. Gardner, F. P. , R. B. Pearce, dan Roger L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah Herawati Susilo dan Pendamping Subiyanto. Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Giller, K. E. , M.H. Beare, P. Lavelle, A. M. N. Izac and M. J. Swift. 1997. Agricultural Intensification, Soil Biodifersity and Agroecosystem Funtion. Applied soil ecology 6 : 3 16. Gremida, J .J. and F. L. Walley. 1996. Plant Growth Promoting Rhizobacteria Alter Rooting Patterns and Abuscular mycorrhizal Fungi Colonization of Field Grown Spring Wheat. Biol. Fertil. Soils. 23 : 113 120. Gunarto, L. 2000. Mikrobia Rhizosfer dan Manfaatnya. Jurnal Litbang Pertanian 19(2). Hakim, N. M., Y. Nyakpa, dan H. Bailey. 1996. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Heddy, 1986. Hormon Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya Malang. Rajawali Jakarta. Hartmans, S. Biodegradation of Chlorinated and Unsaturated Hydrocarbons in Relation to Biological Waste-gas Treatment. 1993. Diakses pada 07-Oct-2004 dari http://www.bib.wau.nl/wda/abstracts/ab1599.html Husen, E. 2003. Screening of Soil Bacteria for Plant Growth Promotion Activities in Vitro. Indonesian Journal of Agricultural Science 4(1): 2731. Ikhwan, Ali., 1998. Kajian Bakteri Toleran logam Berat dari Beberapa Limbah Industri. PUSBITAN UMM. Malang. Ikhwan, A. 2000. Pengaruh Inokulasi Bakteri Limbah Industri dan Konsentrasi Limbah Oli Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabe Besar (Capsicum annum L.) Fakultas Pertanian UMM. Malang. Ikhwan, Ali., 2002. Kajian dan Potensi Bakteri Perombak Plastik. Laporan Penelitian DPP UMM. Malang. Jutono, 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Kloepper, V. W. 1993. Plant Growth Promoting Rhizobacteria Biological Control Agents. P. 225 274. In. F. B. Metting Jr. (eds). Soil Microbial Ecology. Application in Agricultural and Enviromental Management. Marel Decker Inc. New York. Lalande, R., N. Bissonnette, D. Couletlee, dan H. Antoun. 1989. Identification of Rhizobacteria from Maize and Determinant of their Plant-Growth Promoting Potential. Plant and Soil 113:7-11. Kluwer Academic Publishers. Netherland. Lal, R. 1995. Sustainable Management of Soil Resources in Humid Tropics. United Nation University Press. Tokyo New York Paris. p.146.

Lingga, P. dan Marsono, 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Loveless, A.R., 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Terjemahan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Maftuchah dan Idiyah,1994. Buku Petunjuk Praktikum Analisa Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian UMM.Malang. Metting, F.B., 1993, Soil Microbiologi Ecology, Aplication in Agricultural and Environmental Management, Mercell Dekker Inc, New York. Meyer, J. R. and R. G. Liederman. 1986. Selective Influence on Population of Rhizosphere and Rhizoplane Bacteria and Actinomycetes by Micorrhizas Formed by Glomus asciculatum. Soil. Biol. Biochem. 18 : 191 196. Musnawar, E.I. 2004. Pupuk Organik: Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. Pdua, V.L.M., H.P. Masuda, H. M. Alves, K. D. Schwarcz, V.L.D. Baldani, P.C.G. Ferreira, and A.S. Hemerly, 2005. Effect of Endophytic Bacterial Indole Acetic Acid (IAA) on Rice Developmment. Depart. Bioqumica Mdica, ICB/CCS/UFRJ. Rio de Janeiro. Pam, Q.H dan K. Annapurna, 2002. Isolation and Characterization of Endophytic Bacteria in Soybean (Glycine sp.). Diakses pada 14 Maret 2005 dari : http://www.clri.org/en/pub/omonrice12/12-13.htm Rao, N.S.S. 1982. Biofertilizers in Agriculture. Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi. Regenesis Bioremediation Products. Vinyl Chloride and ORC. 1996-1998. Diakses pada 07-Oct-2004 dari: http://www.regenesis.com/Tb2223.html Rismunandar, 1988. Hormon Tumbuhan dan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. Setyamidjaja, 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex, Jakarta. Sitompul, S. M. dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 82 hal. Sri Djayawati, 1993. Pengaruh Penggunaan Air Kelapa Muda dan Hidrasil terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut ( Glacilaria verocosa ). Tesis. Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Muslim Indonesia. Ujung pandang. Suriawira, Unus. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Penerbit Angkasa. Bandung. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Penerbit Kanisius.Yogjakarta.

Sutedjo, 1987. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta. Sutejo dan Kartasapoetra, 1990. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta Jakarta. Vancura, V. 1967. Root Exudates of Plant 1. Analysis of Exudates of Barley and Wheat in Their Initial Phase of Growth. Plant Soil 21 : 231 248. Wilkins, M. B. , 1989. Fisiologi Tanaman. Cetakan Kedua. Bina Aksara, Jakarta Dwidjoseputro, D., 1990, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Penerbit Djambatan. Jakarta. Kloepper, J.W., 1993, Plant Growth Promoting Rhizobakteria as Biological Control Agent, Marcel Dekker Inc. New York. Musnamar, E.I., 2004, Pupuk Organik: Cair & Padat. Pembuatan, Aplikasi, Penebar Swadaya. Bogor. Oktavidiati, Eva., 2002, Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Stress Aluminium, Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pujiyanto., 2001, Pemanfaatan Jasad Mikro Jamur Mikoriza dan Bakteri dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan di Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Falsafah Sains, Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor Ford, D. Hennry., 2000, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, UGM Press. Yogyakarta.

Rhizosfer merupakan daerah yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme tanah yang umumnya didominansi oleh bakteri, aktinomicetes dan jamur (Lee, 1973 dalam Meng, 2007), yang keberadaannya dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi eksudat, kondisi fisikokimia tanah seperti keasaman, kelembaban, konduktifitas serta ketersediaan oksigen (Hojberg, 1993 dalam Meng, 2007). Bakteri yang hidup di daerah rhizosfer disebut rhizobakteria. Rhizobakteria dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : rhizobakteria yang memacu pertumbuhan tanaman atau PGPR (plant growth-promotting rhizobacteria) dan rhizobakteria yang merugikan tanaman atau DRB (deleterious rhizobacteria). PGPR dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman karena dapat memproduksi hormon pertumbuhan, memfiksasi nitrogen dari udara untuk meningkatkan ketersedian nitrogen tanah,

menghasilkan osmoprotektan pada kondisi cekaman kekeringan dan menghasilkan osmolit tertentu yang dapat membunuh patogen tanaman di tanah (Kloepper, 1993 dalam Ikhwan, 2000). Sedangkan DRB merugikan tanaman karena menghambat pertumbuhan akar. Bacillus, Flavobacterium dan Azotobacter adalah bakteri yang dapat ditemukan dalam tanah rhizosfer (Wendling et al., 2005). Secara umum mikroorganisme memainkan peranan penting dalam pertukaran energi pada suatu ekosistem. Mikroorganisme berperan sebagai dekomposer senyawa makro molekul menjadi mikro molekul, dimana senyawa mikro molekul tersebut kemudian dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme atau organisme yang lain (Nybakken, 1988). Studi tentang keanekaragaman jamur pada A. Marina telah dilaporkan oleh Mehdi dan Sifultah (2000) dimana pada daerah tersebut didominansi oleh Aspegillus, Penicillium dan Deuteromycotina. Sedangkan data tentang keanekaragaman bakteri pada A. marina belum pernah dilaporkan. Hal inilah yang menjadi latar belakang untuk mempelajari keanekaragaman rhizobakteria di A. marina dan P. indica.

Anda mungkin juga menyukai