Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BENIH

ACARA V

UJI KADAR AIR BENIH

Oleh :

TYAS PURNAMANINGRUM

16011043

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan peningkatan produksi dalam usaha tani sangat dipengaruhi oleh
masukkan berbagai faktor produksi salah satunya adalah penggunaan benih bermutu.
Kesadaran petani untuk menggunakan benih unggul dalam meningkatkan produksi usaha
taninya sudah cukup tinggi, namun dalam pelaksanaannya perlu disertai dengan kesadaran
penggunaan benih unggul yang bermutu tinggi dan benar. Penggunaan benih yang bermutu
diharapkan akan meningkatkan produktivitas per satuan luas, dapat mengurangi serangan
hama penyakit, dan lain-lain
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman, artinya benih
memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi
agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi maksimal. Mutu benih
mencakup tiga aspek yaitu mutu genetik, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan berdasarkan
identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang
dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi
juga fenotipe tanaman, mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas
benih meliputi daya berkecambah/daya tumbuh dan vigor benih, serta mutu fisik, yaitu aspek
mutu benih yang ditunjukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran
maupun bobot, kontaminasi dari benih lain atau gulma, dan kadar air.
Produsen benih umumnya berupaya untuk menghasilkan benih dengan kualitas yang
optimal agar dapat tumbuh dan berproduksi tinggi setelah disimpan beberapa waktu. Benih
dengan daya berkecambah yang sama pada banyak kasus diketahui tidak dapat digunakan
sebagai benih setelah disimpan beberapa bulan. Penanganan benih sebaiknya dimulai dari
penetapan lokasi produksi yang mencakup tingkat kesuburan tanah, kondisi iklim, manajemen
produksi, termasuk isolasi jarak dan waktu, penetapan waktu panen, cara pengeringan/sortasi,
dan penyimpanan.
Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik
untuk tujuan pengolahan maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air
memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada
kadar air tinggi berisiko mempercepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Kadar
air biji atau benih berfungsi untuk menentukan saat panen yang tepat dan saat penyimpanan
benih. Pemanenan harus dilakukan pada tingkat kadar air tertentu pada masing-masing
spesies atau varietas.

1
2

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari dilakukannya praktikum acara uji kadar air ini adalah agar praktikan dapat
melakukan uji kadar air benih dengan metode tungku (oven method)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan
heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam benih,
artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena keadaan yang
higroskopis itu tergantung pada lembab relatif dan temperatur. Lembab relatif dan temperatur
demikian menentukan dalam adanya tekanan uap dalam benih dan dalam udara di sekitarnya.
Tekanan uap dalam benih yang lebih besar daripada tekanan udara di sekitarnya,
menyebabkan uap air akan menerobos dan keluar dari dalam benih. Tekanan uap air di luar
benih yang lebih tinggi, maka uap akan menerobos masuk ke dalam benih. Tekanan uap di
dalam benih sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka dalam keadaan demikian
tidak akan terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan demikian inilah terjadinya kadar air
yang seimbang (Kartasapoetra, 2006).

Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau
metode. Metode pengukuran kadar air yang ditetapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi,
dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan
kelembaban sebanyak mungkin (Kartasapoetra, 2006).

Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi daya simpan
benih. Kadar benih yang terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat
tumbuh (Sutopo, 2010). Kadar air merupakan faktor yang penting dan mempengaruhi
kemunduran benih. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar airnya
(Barton, 1961).

Penurunan kadar air dapat dilakukan dengan pengeringan yang dimaksudkan untuk
mengurangi kadar air benih sehingga benih aman diproses lebih lanjut, terhindar dari serangan
hama dan penyakit serta tidak berkecambah sebelum waktunya. Pengeringan benih perlu
diketahui sifat benih apakah ortodoks atau rekalsitran. Benih ortodoks kadar air saat
pembentukan benih seitar 35-80% dan pada saat tersebut benih belum cukup masak dipanen.
Kadar air 18-40% benih telah mencapai masak fisiologis, laju respirasi benih masih tinggi dan
benih peka terhadap detiorasi, cendawan, hama, dan kerusakan mekanis (Heuver, 2006).

3
4

Semakin tinggi kandungan air benih, makin tidak tahan benih tersebut untuk disimpan
lama. Setiap kenaikan 1% dari kandungan air benih, maka umur benih akan menjadi
setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih antara 5 dan 14%, karena di
bawah 5% kecepatan menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh autoksidasi
lipid di dalam benih. Sedangkan di atas 14% akan terdapat cendawan gudang yang merusak
kapasitas perkecambahan benih (Hong, 2005).

Besarnya kadar air benih mempengaruhi beberapa proses antara lain:

1. Kadar air benih >45-60% : perkecambahan berlangsung.


2. Kadar air benih >18-20% : pemanasan dapat terjadi.
3. Kadar air benih 12-14% : jamur tumbuh pada permukaan dan dalam benih.
4. Kadar air benih 8-9% : sedikit atau tidak ada aktivitas insekta.
5. Kadar air benih 4-8% : penyimpangan tertutup dapat aman (Byrd, 1968).
BAB III

MATERI DAN METODE

A. WAKTU DAN TEMPAT


Praktikum acara Uji Kadar air benih dilaksanakan pada hari Kamis, 13 Desember 2018
pada pukul 14.00-17.00. yang dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Universitas
Mercu Buana Yogyakarta.

B. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Oven
2. Desikator
3. Botol timbang
4. Timbangan digital
b. Bahan
1. Benih tomat

C. CARA KERJA
1. Menimbang botol timbang yang sebelumnya telah dipanasakan (catat sebagai M1
gram )
2. Menimbang botol timbang + benih Tomat (catat sebagai M2 gram )
3. Mengoven botol timbang + contoh benih selama 60 menit pada suhu 130oC ( botol
dalam kondisi terbuka)
4. Mengeluarkan botol timbang+ contoh benih yang selesai di oven dalam kondisi botol
tertutup dan mendinginkan dalam desikator selama 45 menit kemudian menimbangnya
(catat sebagai M3 gram)
5. Menghitung kadar air benih dengan rumus :

(𝑀2 − 𝑀3)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑋 100%
(𝑀2 − 𝑀1)

6. Melakukan dua kali pengulangan untuk setiap kelompok.

5
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Ulangan 1
 Bobot wadah (M1) : 32.61 gram
 Bobot wadah + benih belum di oven (M2) :34.42 gram
 Bobot wadah + benih setelah di oven (M3) : 34.23 gram
(𝑀2−𝑀3)
 Kadar air benih = (𝑀2−𝑀1) 𝑋 100%
(34.42 𝑔𝑟𝑎𝑚 −34.23 𝑔𝑟𝑎𝑚)
= (34.42𝑔𝑟𝑎𝑚−32.61𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑋 100%

0.19 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1.81 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑋 100%

= 10.49%

Ulangan 2
 Bobot wadah (M1) : 30.52 gram
 Bobot wadah + benih belum di oven (M2) :32.23 gram
 Bobot wadah + benih setelah di oven (M3) : 32.14 gram
(𝑀2−𝑀3)
 Kadar air benih = (𝑀2−𝑀1) 𝑋 100%
(32.33 𝑔𝑟𝑎𝑚 −32.14 𝑔𝑟𝑎𝑚)
= (32.33𝑔𝑟𝑎𝑚−30.52 𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑋 100%

0.19 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1.81 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑋 100%

= 10.49%

Rata –rata ulangan : ulangan 1 + ulangan 2


2
: 10.49% + 10.49%
2
: 10.49 %

6
7

B. PEMBAHASAN
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau
metode tertentu. Kadar air benih atau biji berfungsi untuk menentukan menentukan saat panen
yang tepat dan penyimpanan benih. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian
besar benih adalah antara 11% – 13%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
naiknya aktivitas respirasi yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan
dalam benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih
sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam
rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut.

Pengaruh kadar air terhadap kualitas dan daya simpan benih terjadi interaksi antara
kadar air, kemasan dan lama simpan terhadap kadar fosfolipid, kadar protein membran, kadar
fosfor anorganik mitokondria, aktivitas spesifik suksinat dehidrogenase dan sitokrom oksidase,
daya berkecambah dan vigor. Dalam pengujian kadar air benih terdapat beberapa metode
yang dapat digunakan yaitu metode dasar atau yang sering disebut dengan metode tungku
(oven) dan metode praktik. Metode dasar adalah cara pengujian dengan menggunakan alat
oven, sedangkan metode praktik adalah pengujian kadar air dengan cara menggunakan
peralatan praktis. Metode yang sering digunakan adalah metode dasar.

Metode pengeringan oven telah mempertimbangkan bahwa hanya air saja yang
diuapkan selama pengeringan. Senyawa yang mudah menguap mungkin ikut menguap yang
akan menyebabkan hasil pengukuran over estimation. Kadar air yang ditentukan dengan
metode oven mungkin saja tidak merepresentasikan kadar air benih yang sesungguhnya
(Poulsen, 1994).

Dalam praktikum yang dilakuakn kadar air benih tomat yang di dapatkan adalah
10.49% kadar air ini masih dikatakan sanagt tinggi karena kadar ai pada benih tomat harusnya
anatara 5-7% dan menurut dari Byrd,1991 bahwa kadar air benih jika masih di angka 10 adalah
kadar air normal namun untuk tomat 10% terlalu tinggi. Bahwa kandungan air pada buah
dipengaruhi oleh keadaan fisiologis dari tanaman dalam proses pembentukan buah. Dalam
buah memiliki zat-zat yang diperlukan tubuh yang dikemas pada daging buah, kulit buah, benih
buah dan air. Banyaknya air yang terdapat dalam buah mempengaruhi keadaan kulit buah,
dagung buah, sampai dengan benih buah. Dilihat dari jenis benih yang dipakai yaitu benih
buah Tomat dan Jambu Merah yang memiliki selaput pembungkus benih. Selaput ini lah yang
banyak mengandung air sehingga membuat nilai berat basah benih menjadi lebih besar.

Kadar air, dormansi dan perkecambahan memiliki hubungan yang sangat erat. Kadar
air benih mempengaruhi dormansi benih. Kadar air yang tinggi akan memicu terjadinya
respirasi yang lebih cepat. Hal ini disebabkan karena kecepatan respirasi akan segera
8

meningkat setelah dimulainya penyerapan air oleh biji, sehingga akan mematahkan dormansi
biji dan terjadi perkecambahan. Respirasi menyebabkan terbentuknya air dan CO2 yang
menyebabkan kelembaban di sekitar benih meningkat dan suhu bertambah sehingga memacu
perkecambahan dan mematahkan dormansi benih. Kadar air yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam, sedangkan dalam penyimpanan
menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan
cadangan makanan dalam benih dan merangsang perkembangan cendawan patogen di
dalam tempat penyimpanan. Kadar air yang telalu rendah juga akan menyebabkan kerusakan
pada embrio. Kadar air yang tinggi pada benih mampu melunakkan kulit keras biji sehingga
biji mampu berimbibisi. Pengujian kadar air benih dihitung untuk mengetahui seberapa besar
kandungan air yang terkandung di dalam benih tersebut. Pengujian ini tentu tidak lepas dari
kualitas perkecambahan, viabilitas, dan vigor benih saat perkecambahan, karena sebelum
proses imbibisi air ke dalam benih dan sebelum perkecambahan benih, akan ditentukan
terlebih dahulu oleh kandungan awal air yang ada di dalam benih tersebut.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum uji kadar air benih yang telah dilakuakn maka dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut :

1. Kadar air benih atau biji berfungsi untuk menentukan menentukan saat panen yang tepat
dan penyimpanan benih. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih
adalah antara 11% – 13%
2. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum
disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka
mempertahankan viabilitas benih tersebut.
3. Kadar air benih pada tomat yang telah di dapatkan adalah 10.49%

9
DAFTAR PUSTAKA

Barton, L.V. 1961. Seed Preservation and Longevity. Illus, London.

Byrd, H.W. 1968. Pedoman Teknologi Benih. Pembimbing Masa, Jakarta.

Heuver, M. 2006. Introduction to Seed Testing. IAC Wageningen, Netherlands.

Hong, T.D. 2005. A Protocol to Determine Seed Storage Behaviour IPGRI Technical Bulletin.
University of Reading, UK.

Kartasapoetra, A.G. 2006. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina
Aksara, Jakarta.

Poulsen, K.M. 1994. Seed Testing. Danida Forest Seed Centre, Denmark.

Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

10
LAMPIRAN

Gambar 1. Penimbangan benih plus cawan sebelum di oven

Gambar 2. Pengovenan caan plus benih selama 1 jam

Gambar 3. Penimbangan setelah pengovenan dan pendinginan di desikator

11

Anda mungkin juga menyukai