ACARA
FAKULTAS PERTANIAN
I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Index Vigor dankoefisien perkecambahan suatu benih
2. Membiasakan dengan konsep matematis Index Vigor benih
A. Jagung lama
B. Jagung baru
C. Kedelai lama
Ul/ke Jumlah Biji Berkecambah norma pada hari ke-
CG IV
1 2 3 4 5 6 7
l
1 0 20 1 3 0 0 1 40,32 11,19
2 3 3 4 5 2 0 0 33,33 7,48
3 0 4 11 7 5 1 0 28 8,57
4 0 10 0 20 0 0 0 30 10
Rata-rata 32,91 9,32
D. Kedelai baru
F. Padi baru
G. PERHITUNGAN
1. Jagung lama
0 21 0 2 3 0 0
Ulangan pertama IV = + + + + + +
1 2 3 4 5 6 7
100(26)
CG =
65
2600
CG = =40
65
Ulangan Kedua
100 ( 4+8+ 3+7+6+ 0+0 } 4 8 3 7 6 0 0
CG = IV = + + + + + +
( 4 x 1 ) + ( 8 x 2 ) + ( 3 x 3 ) + ( 7 x 4 ) + ( 6 x 5 ) + ( 0 x 6 )+ ( 0 x 7 ) 1 2 3 4 5 6 7
100(28)
CG = IV = 11,95
87
2800
CG = =32,18
87
Ulangan Ketiga
100(30)
CG = IV = 10,82
89
3000
CG = = 33,70
89
Ulangan Keempat
100(30)
CG = IV = 13
74
3000
CG = =40,54
74
Jagung Baru
Ulangan pertama
100(30)
CG = IV = 11,58
81
3000
CG = =37,03
81
Ulangan kedua
100 ( 28 )
CG = IV = 9
88
2800
CG = =31,81
88
Ulangan ketiga
100(30)
CG = IV = 12,6
74
3000
CG = =40,54
74
Ulangan keempat
100(25)
CG = IV = 11,5
56
2500
CG = =44,64
56
Kedelai lama
Ulangan pertama
100 ( 0+ 20+1+3+0+0+ 1 ) 0 20 1 3 0 0 1
CG = IV = + + + + + +
( 0 x 1 ) + ( 20 x 2 ) + ( 1 x 3 ) + ( 3 x 4 ) + ( 0 x 5 )+ ( 0 x 6 ) + ( 1 x 7 ) 1 2 3 4 5 6 7
100(25)
CG = IV = 11,23
62
2500
CG = =¿40,32
62
Ulangan kedua
¿
CG = 100(17)¿ 51 IV = 7,48
1700
CG¿ =33,33
51
Ulangan ketiga
100(0+ 4 +11+7+5+1+ 0) 0 4 11 7
CG = ( 0 x 1 ) + ( 4 x 2 ) + ( 11 x 3 ) + ( 7 x 4 )+ (5 x 5 ) +(1 x 6)+(0 x 7) IV = 1 + 2 + 3 + 4 +
5 1 0
5 + 6 + 7
100(28)
CG = IV = 8,57
100
2800
CG = 100
= 28
Ulangan keempat
100(0+10+0+20+0+0+0 0 10 0 20 0
CG = (0×1 )+(10×2)+(0×3 )+(20×4 )+(0×5 )+(0×6)+(0×7 ) IV = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 +
0 0
6 + 7
100(30)
CG = = 10
100
3000
CG = 100
= 30
Kedelai baru
Ulangan pertama
CG=
100(0+19+7+2+0+1+0 ) 0 19 7 2 0 1 0
+ + + + + +
(0×1 )+(19×2)+(7×3 )+(2×4 )+(0×5)+(1×6 )+(0×7 ) IV = 1 2 3 4 5 6 7
100(29)
CG = IV = 12,46
73
= 39,72
Ulangan kedua
100(0+4+20+4+0+0+0 0 4 20 4 0
CG = (0×1 )+( 4×2)+(20×3)+(4×4 )+(0×5)+(0×6 )+(0×7 ) IV = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 +
0 0
6 + 7
2800
= 84 = 9,66
= 33,33
Ulangan ketiga
100(0+30+0+0+0+ 0+0 ) 0 30 0 0 0
CG = (0×1 )+(30×2)+( 0×3 )+(0×4 )+(0×5 )+(0×6 )+(0×7) IV = 1 + 2 + 3 + 4 + 5
0 0
+ 6 + 7
3000
= 60 = 15
= 50
Ulangan keempat
100(0+18+7+0+0+ 0+0 ) 0 18 7 0 0 0 0
+ + + + + +
CG = (0×1 )+(18×2)+(7×3 )+(0×4 )+( 0×5 )+(0×6 )+(0×7) IV = 1 2 3 4 5 6 7
2500
= 57 = 11,3
= 43,85
Padi lama
Ulangan pertama
100(0+0+3+30+0+0+6) 0 0 3 30 0
CG = (0×1 )+(0×2)+(3×3 )+(30×4 )+(0×5 )+(0×6)+(6×7 ) IV = 1 + 2 + 3 + 4 + 5
0 6
+ 6 + 7
3900
CG = 171 = 9,35
= 22,80
Ulangan kedua
100(0+1+1+9+11+4 +0 ) 0 1 1 9 11
CG = (0×1 )+(1×2 )+(1×3 )+( 9×4 )+(11×5)+( 4×6 )+(0×7) IV = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 +
4 0
6 + 7
2600
CG = 20 = 5,85
= 21,67
Ulangan ketiga
100(0+0+1+12+11 +6+0 ) 0 0 1 12
CG = (0×1 )+(0×2)+(1×3 )+(12×4 )+(11×5 )+(6×6 )+(0×7 ) IV = 1 + 2 + 3 + 4 +
11 6 0
5 + 6 + 7
3000
CG = 142 = 6,53
= 21,12
Ulangan keempat
100(0+2+9+24+0+0+0 ) 0 2 9 24
CG = (0×1 )+(2×2)+(9×3 )+(24×4 )+(0×5 )+(0×6 )+(0×7) IV = 1 + 2 + 3 + 4 +
0 0 0
5 + 6 + 7
3500
= 127 = 10
= 27,55
Padi baru
Ulangan pertama
100(0+14 +11+24+1+0+0 ) 0 14 11 24
CG = (0×1 )+(14×2)+(11×3 )+(24×4 )+(1×5 )+(0×6 )+(0×7) IV = 1 + 2 + 3 + 4 +
1 0 0
5 + 6 _ 7
5000
= 162
= 16,86
= 30,86
Ulangn kedua
100(0+0+ 8+20+12+7+0) 0 0 8 20
CG = ( 0×1 )+(0×2)+(8×3 )+(20×4 )+(12×5)+(7×6 )+(0×7 ) IV = 1 + 2 + 3 + 4 +
12 7 0
5 + 6 + 7
4700
= 206 = 11,22
= 22,81
Ulangan ketiga
100(0+11+37+2+0+0+0) 0 11 37 2
CG = (0×1 )+(11×2)+(37×3 )+(2×4 )+(0×5 )+(0×6)+(0×7 ) IV = 1 + 2 + 3 + 4 +
0 0 0
5 + 6 + 7
= 18,33
5000
= 141
= 35,46
Ulangan keempat
100(0+25+10+5+0+0+0) 0 25 10 5
CG = (0×1 )+(25×2)+(10×3 )+(5×4 )+(0×5)+(0×6)+(0×7 ) IV = 1 + 2 + 3 + 4
0 0 0
+ 5 + 6 + 7
= 17,08
4000
= 100
= 10
H. PEMBAHASAN
Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan
lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor
genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah
vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara
lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan
penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test (Sutopo, 1993).
Berdasarkan hasil penelitian, kadar air yang tinggi menurunkan viabilitas dan vigor
benih padi selama penyimpanan. Menurut Sutopo (2002), kadar air benih yang tinggi selama
penyimpanan menyebabkan meningkatnya reaksi enzimatis yang memacu ke arah perombakan
senyawa makro terutama karbohidrat. Akibatnya perombakan cadangan makanan dalam benih
pada awal perkecambahan menjadi semakin besar, sehingga terjadi degradasi karbohidrat. Benih
yang kekurangan karbohidrat akan kehilangan energi untuk berkecambah. Kadar air 20% dapat
dinyatakan bahwa kadar air tersebut berat dan kadar air 20% tidak tahan terhadap hama dan
penyakit (Kastanja, 2007). Perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian perubahan-
perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Copeland & Mc. Donald (2001) menyatakan bahwa
perkecambahan benih, secara fisiologis adalah muncul dan berkembangnya struktur-struktur
penting dari embrio benih sampai dengan akar menembus kulit benih. Benih padi merupakan
material yang higroskopis artinya mudah menyerap air. Kadar air di dalam benih padi sangat
tergantung pada kelembaban dan temperatur udara di dalam ruang penyimpanan. Jika tekanan
uap air di dalam benih padi lebih besar daripada tekanan uap air yang ada diudara, maka uap air
akan menerobos keluar dari benih padi dan sebaliknya. Kadar air yang terlalu tinggi selama
penyimpanan menyebabkan terkurasnya bahan cadangan makanan di dalam benih padi akibat
aktivitas respirasi yang terus meningkat (Mugnisjah, 1990). Kadar air yang terlalu rendah akan
menyebabkan kerusakan pada embrio (Mugnisjah, 1990).
Menurut Agrawal (1980), benih ortodoks seperti padi yang disimpan pada kadar air
12-14% viabilitas benih menurun dengan cepat, disamping itu cendawan juga tumbuh dan
berkembang serta merusak benih dengan pesat. Kadar air awal penyimpanan meskipun rendah,
penyimpanan terbuka menyebabkan kerusakan benih yang tinggi, menurunkan daya kecambah,
dan daya simpan benih tidak bisa lama. Penyimpanan benih terbuka hanya dapat dilakukan untuk
benih yang segera akan digunakan. Penyimpanan kedap udara selain menghambat kegiatan
biologis benih, juga berfungsi menekan pengaruh kondisi lingkungan seperti suhu dan
kelembapan, serta mengurangi tersedianya oksigen, kontaminasi hama, kutu, jamur, bakteri, dan
kotoran. Kadar air awal sangat berpengaruh dalam mempertahankan kadar air benih selama
penyimpanan karena semakin tinggi kadar air benih semakin tinggi pula laju deteriorasi benih
(Kartono, 2004; Kuswanto, 2003).
Periode simpan benih padi yang dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih padi
berdasarkan hasil penelitian ini adalah periode simpan 3 bulan. Benih padi yang baru dipanen
pada umumnya mengalami dormansi walaupun embrio telah terbentuk sempurna dan kondisi
lingkungan mendukung untuk berkecambah. Dormansi tersebut dapat dipecah jika benih
mengalami penyimpanan kering yang disebut dengan after-ripening (Sutopo, 2002). Fenomena
after ripening yaitu dormansi yang terjadi pada benih padi dimana benih padi tidak mampu
berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat berkecambah setelah melewati periode
penyimpanan kering. Fenomena after ripening pada perkecambahan padi menyebabkan masalah
tersendiri. Jika jangka waktu benih berkecambah cukup lama maka akan mengganggu proses
pertumbuhan padi. Hasil penelitian Rahayu dan Widajati (2007) menunjukkan bahwa benih
caisin pecah dormansinya setelah disimpan lebih dari 15 minggu. Wahyuni et al. (2004)
menyatakan bahwa dormansi pada padi merupakan mekanisme alami untuk melindungi gabah
dari berkecambah di lapangan sebelum tanaman dipanen pada kondisi basah atau tanaman rebah.
Pada praktikum kali acara indeks vigor perkecambahan, yang bertujuan untuk
mengetahui Index Vigor dan koefisien perkecambahan suatu benih dan membiasakan dengan
konsep matematis Index Vigor benih, alat yang digunakan yaitu, bak berkecambahan dan label,
sementara bahan Benih Kedelai, Padi atau Jagung yang baru dan lama, pasir dan air, setelah alat
dan bahan sudah terkumpul lengkap. Maka praktikum dapat dimulai yaitu dengan meletakan
benih pada media pasir dengan perbandingan tanam 30 untuk benih jagung, 50 untuk benih padi,
dan 30 untuk benih kedelai, kemudian labeli bak perkecambahan, tutup benih menggunakan
pasir, selanjutnya simpan pada suhu ruang, amati selama 7 hari.
Berdasarkan data hasil uji indeks vigor, benih jagung lama mendapatkan rata-rata indeks
vigor sebesar 11,84, dan koefisien perkecambahan menghasilkan rata-rata sebesar 36,605.
Sementara untuk benih jagung baru mendapatkan rata-rata indeks vigor sebesar 11,18, dan
koefisien perkecambahan mendapatkan rata-rata sebesar 38,505. Menurut (Koes & Rahmawati,
2009) hal ini dapat terjadi karena benih jagung baru memiliki rendemen tongkol yang masih
tinggi yaitu mencapai 60-62%, sementara benih jagung lama rendemennya telah menurun,
hanya mencapai 54-58%.
Pada uji kedelai yang telah dilaksanakan, benih kedelai lama mendapatkan rata-rata indeks
vigor sebesar 9,32, dan koefisien perkecambahan menghasilkan rata-rata sebesar 32,91.
Sementara untuk benih kedelai baru mendapatkan rata-rata indeks vigor sebesar 12,10, dan
koefisien perkecambahan mendapatkan rata-rata sebesar 41,72. Hal ini dapat terjadi
kemungkinan karena factor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi, gas, suhu, dan
kelembapan ruang simpan.
Dari uji padi yang telah dilaksanakan, benih padi lama menghasilkan rata-rata indeks vigor
sebesar 7,91, dan koefisien perkecambahan menghasilkan rata-rata sebesar 23,27. Sementara
untuk benih padi baru mendapatkan rata-rata indeks vigor sebesar 15,87, dan koefisien
perkecambahan menghasilkan rata-rata sebesar 24,78. Hal ini dapat terjadi karena Kadar air yang
terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Mugnisjah, 1990). Menurut (Agrawal,
1980) benih ortodoks seperti padi yang disimpan pada kadar air 12-14% viabilitas benih
menurun dengan cepat, disamping itu cendawan juga tumbuh dan berkembang serta merusak
benih dengan pesat.
I. KESIMPULAN
Pada praktikum acara indeks vigor perkecambahan, praktikan dapat mengetahui Index Vigor
dan koefisien perkecambahan suatu benih dengan membiasakan dengan konsep matematis Index
Vigor benih :
1. pada uji jagung lama mendapatkan rata-rata sebesar 11,84 dan koefisian perkecambahan
mendapatkan rata-rata sebesar 36,605, sementara pada benih jagung baru mendapatkan
indeks vigor sebesar 11,18, dan koefisien perkecambahan mendapatkan rata-rata sebesar
38,505.
2. pada uji kedelai lama mendapatkan rata-rata sebesar 9,32 dan koefisian perkecambahan
mendapatkan rata-rata sebesar 32,91, sementara pada benih kedelai baru mendapatkan
indeks vigor sebesar 12,10, dan koefisien perkecambahan mendapatkan rata-rata sebesar
41,72.
3. pada uji padi lama mendapatkan rata-rata sebesar 7,91 dan koefisian perkecambahan
mendapatkan rata-rata sebesar 23,27, sementara pada benih padi baru mendapatkan
indeks vigor sebesar 15,87, dan koefisien perkecambahan mendapatkan rata-rata sebesar
24,78.
DAFTAR PUSTAKA
Tefa, A. (2017). Uji Viabilitas dan Vigor Benih Padi (Oryza sativa L.) selama Penyimpanan pada
Tingkat Kadar Air yang Berbeda. Savana Cendana, 2(03), 48–50.
https://doi.org/10.32938/sc.v2i03.210
Sadjad, S. (1993). Dari Benih Ke Pada Benih. Press; Gresindo : Jakarta.
Wahab, M. K. dan D. R. (2003). Pengaruh Ukuran dan Pencucian Benih Terhadap Viabilitas
Benih. Penelitian Tanaman Industri, 1 (2), 48–41.
Justice, O.L., Bass, L.N. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. PT Raja Grafido
Persada; Jakarta
Hendarto, K. 2005. Dasar-dasar Teknologi dan Sertifikasi Benih. Andi Offset : Yogyakarta.
Assisten Praktikkan