ACARA
FAKULTAS PERTANIAN
I. TUJUAN
1.Mengetahui pengaruh pengeringan dan kadar air benih terhadap umur simpan benih
2.Mengetahui pengaruh pengemasan dan ruang simpan terhadap umur simpan benih.
Total biji
Ul/ke Jumlah Biji Berkecambah norma pada hari ke- DK IV
berkecambah
l
1 2 3 4 5 6 7
1 - - - 67 27 - - 94 94% 22,15
2 - - 76 21 - - - 97 97% 30,58
3 - 11 78 7 1 - - 97 97% 33,41
4 - 9 74 13 - - - 96 96% 32,45
B. Padi Kadar air 15% (sebelum disimpan)
Total biji DK IV
Ul/ke Jumlah Biji Berkecambah norma pada hari ke-
berkecambah (%)
l
1 2 3 4 5 6 7
1 - - - 62 32 - - 94 94% 21,9
2 - 60 - - - 36 1 97 97% 36,14
3 - 10 80 8 - - - 98 98% 33,6
4 - - - 54 41 - - 95 95% 21,7
D. Padi kadar air 11 % (setelah disimpan 1 bulan pada ruang ber AC)
Total biji DK IV
Kemasa Jumlah Biji Berkecambah norma pada hari ke-
berkecambah (%)
n
1 2 3 4 5 6 7
K.Kertas - - 46 52 - 1 - 99 99% 28,46
K.Plastik - - 53 42 - 2 - 97 97% 28,53
Toples - - 54 43 - - - 97 97% 28,75
F. Padi kadar air 15 % (Setelah disimpan 1 bulan pada ruang ber AC)
V. PERHITUNGAN
A. Rerata daya kecambah (DK) dan index Vigor pada kadar air yang berbeda
B. Rerata daya kecambah (DK) dan Index Vigor pada ruang sipan yang
berbeda
Variabel R.Simpan 0 bln 1 bln
AC - 93,5%
IV Non AC - 30,10
AC - 30,68
C. Rerata daya kecambah (DK) dan Index Vigor dengan kemasan yang
berbeda
K. Plastik - 92,25%
Toples - 94,56%
IV K.Kertas - 31,615
K. Plastik - 28,57
Toples - 30,99
PERHITUNGAN:
Viabilitas benih:
jumlahkecambahnormal
DK = X 100 %
jumlahbenihyangdikecambahkan
G1 G2 G3 Gn
IV = = + + + ….+
D1 D2 D3 Dn
94 67 27
1. Dk = X 100% = 94% IV = + = 22,15
100 4 5
97 76 21
2. Dk = X 100% = 97% IV = + = 30,55
100 3 4
97 11 78 7 1
3. Dk = X 100% = 97% IV = + + + = 33,45
100 2 3 4 5
96 9 74 13
4. Dk = X 100% = 96% IV= + + = 32,35
100 2 3 4
94 6 2 32
1. Dk = X 100% = 94% IV = + = 21,9
100 4 5
97 60 36 1
2. Dk = X 100% = 97% IV = + + = 36,14
100 2 6 7
98 10 80 8
3. Dk = X 100% = 98% IV = + + = 33,7
100 2 3 4
95 54 41
4. Dk = X 100% = 95% IV= + = 21,7
100 4 5
C. Padi Kadar air 11% (Setelah disimpan 1 bulan pada suhu kamar)
100 48 43 8 1
Kertas Dk = X 100% = 100% IV = + + + = 28,5
100 3 4 5 7
100 4 0 50 6 4
Plastik Dk = X 100% = 100% IV = + + + = 27,37
100 3 4 6 7
96 48 46 2
Toples Dk = X 100% = 96% IV = + + = 27,83
100 3 4 6
90 51 36 2 1
Kertas Dk = X 100% = 90% IV = + + + = 26,57
100 3 4 5 6
98 48 34 4 12
Plastik Dk = X 100% = 98% IV = + + + = 27,3
100 3 4 5 6
96 57 36 3
Toples Dk = X 100% = 96% IV = + + = 28,5
100 3 4 6
E. Padi kadar air 15% ( setelah disimpan 1 bulan pada suhu kamar)
99 46 52 1
Kertas Dk = X 100% = 99% IV = + + = 28,46
100 3 4 6
97 53 42 2
Plastik Dk = X 100% = 97% IV = + + = 28,53
100 3 4 6
97 54 43
Toples Dk = X 100% = 97% IV = + = 28,75
100 3 4
F. Padi kadar air 15% (setelah disimpan 1 bulan pada ruangan ber-ac)
97 33 62 2
Kertas Dk = X 100% = 97% IV = + + = 26,83
100 3 4 6
99 56 43
Plastik Dk = X 100% = 99% IV = + = 29,45
100 3 4
99 44 55
Toples Dk = X 100% = 99% IV = + = 28,35
100 3 4
VI. PEMBAHASAN
Benih memiliki arti dan pengertian yang bermacam-macam, tergantung dari segi mana
meninjaunya. Meskipun biji dan benih memiliki jumlah, bentuk, ukuran, warna, bahan yang
dikandungnya dan hal-hal lainnya berbeda antara satu dengan lainnya, namun sesungguhnya
secara alamiah merupakan alat utama untuk mempertahankan/menjamin kelangsungan hidup
suatu spesies dialam. Secara fungsional biji dengan benih memiliki pengertian yang berbeda. Biji
adalah hasil tanaman yang digunakan untuk tujuan konsumsi atau diolah sebagai bahan baku
industri.
Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian pada panen/pemungutan hasil tanaman; pertama
cara pungut, dan kedua saat panen yang tepat. Kedua faktor ini akan berpengaruh pada hasil dan
kualitas benih. Hasil yang dipungut dengan cara dan pada waktu yang tepat akan tinggi kuantitas
dan kualitasnya. Sedangkan proses pengeringan merupakan salah satu proses yang dapat
mempengaruhi mutu/kualitas benih yang dihasilkan. Pada prinsipnya pengeringan merupakan
proses penurunan kadar air calon benih sampai nilai yang dikehendaki sehingga diperoleh benih
yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Aspek Pemanenan Benih dapat ditunjukan dengan berbagai faktor yaitu : Perubahan-
perubahan selama proses pematangan benih, perubahan-perubahan yang terjadi selama proses
pematangan benih adalah kadar air benih (seed moisture content), daya kecambah benih (seed
viability), daya tumbuh benih (seed vigor), ukuran besar biji (seed size) dan berat kering benih
(seed dry weight). Selanjutnya aspek Indikator Kematangan Benih dapat ditunjukkan pada
kriteria dengan melihat warna buah, bau, kekerasan kulit, rontoknya buah dan pecahnya buah.
Cara ini seringkali kurang obyektif untuk menentukan masak fisiologis pada biji. Cara yang lebih
obyektif untuk menentukan benih telah masak (masak fisiologis adalah berdasarkan kadar air
benih, berat kering maksimum, homogenitas benih ketika masak, dan waktu yang diperlukan
(hari/umur benih) setelah anthesis.
Aspek selanjutnya yaitu cara panen, diusahakan agar saat panen/pemungutan hasil sedikit
mungkin mengalami kerusakan mekanis yang dapat menurunkan viabilitas, vigor, dan daya
simpannya. Untuk menghindari kerusakan mekanis pada benih, seringkali digunakan cara pungut
yang agak berbeda dari biasanya. Kalau dimungkinkan pemungutan dilakukan dengan tangan,
yaitu oleh tenaga manusia. Meskipun dengan cara ini memakan banyak waktu dan biaya, namun
cara ini menjamin bahwa benih yang diperoleh keadaannya masih baik. Bila benih terpaksa harus
dipungut dengan mesin, maka alat pada mesinharus diatur begitu rupa sehingga sedikit mungkin
mengakibatkan kerusakan mekanis pada benih. Pemungutan hasil dengan tangan selain untuk
menghindari terjadinya kerusakan mekanis, juga mencegah tercampurnya benih dengan biji
tanaman lain, sehingga kemurnian fisik dan kemurnian varietas benih terjamin.
Perontokan benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara tradisional dan dengan cara
menggunakan mesin perontok (thresher). Pada padi, perontokan malai biasanya dilakukan
langsung di sawah. Malai padi dipukul-pukulkan pada papan perontokan yang terbuat dari kayu.
Selain itu, dapat pula malai dipukul-pukul dengan penggebuk yang terbuat dari kayu sambil
dibalik-balik sehingga perontokan dapat sempurna. Perontokan secara tradisional biasanya
dilakukan dengan menginjak-injak malai padi sehingga bulir padi rontok. Perontokan dengan
menggunakan alat perontok (thresher) sangat dianjurkan karena akan mempercepat penanganan
dan pengolahan hasil. Penggunaan mesin perontok juga bermanfaat dalam menekan jumlah
kehilangan benih (post harvest losses).
Pengeringan benih dilakukan selain untuk membatasi respirasi dan timbulnya “hot spot”
selama penyimpanan (tempat-tempat panas dalam massa benih), dan mencegah serangan
mikroorganisme. Dasar pengeringan benih ialah evaporasi dari air. Benih itu material yang
higroskopis, dengan struktur yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang
fundamental, didapatkan di mana-mana dalam benih karena higroskopis kadar airnya tergantung
pada kelembaban dan suhu udara. Pengeringan benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
secara alami dan secara buatan. Pengeringan secara alami dapat dilakukan dengan cara
penjemuran dibawah sinar matahari (sun drying), dan ventilasi secara alami. Pengeringan benih
dengan buatan dapat menggunakan alat – alat tertentu yang terbagi menjadi 3 pengaturan suhu
rendah, sedang, dan tinggi.
Penyimpanan merupakan salah satu mata rantai penting dalam kegiatan per- benihan kedelai.
Karakteristik benih (komposisi kimia, struktur, dan morfologi biji), kondisi lapang sebelum
benih dipanen, dan penyimpanan berpengaruh terhadap mutu benih kedelai. Menurut Justice dan
Bass (1994), mutu benih kedelai dikata- kan menurun jika sudah mengalami kemunduran
(deteriorasi), dengan ciri-ciri:
• Terjadi perubahan fisik, seperti kulit keriput dan berwarna kusam,
• Terjadinya perubahan fisiologis, seperti daya berkecambah turun dan kecambah abnormal
meningkat,
• Terjadinya perubahan kimiawi, yaitu perubahan aktivitas enzim, laju respirasi meningkat,
perubahan kromosom, dan padaakhirnya mengarah pada kematian benih. Benih kedelai yang
mengalami kemunduran dapat diamati dari menurunnya kadar fosfolipid, protein membrane,
fosfor anorganik mitokondria, aktivitas spesifik suksinat dehidrogenase, sitokrom oksidase dan
laju respirasi.
• Terjadi kerusakan membran sel. Tingkat integritas membran sel mitokondria dapat dilihat
dari nilai daya hantar listrik (dhl). Makin tinggi nilai dhl berarti integritas membran mitokondria
makin turun, yang berarti viabilitas benih turun. Mengukur DHL benih merupakan alternatif cara
cepat mengetahui viabilitas benih.
Fluktuasi kelembaban udara relatif di daerah tropis sangat tinggi (65-100%), dan
berpengaruh negatif terhadap viabilitas benih selama periode penyimpanan. Suhu ruang simpan
berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama pe- nyimpanan. Pada suhu rendah,
aktivitas enzim tertekan dan laju respirasi lebih lambat dibanding pada suhu tinggi sehingga
viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama (Danapriatna 2007). Proses respirasi
meningkatkan suhu secara perlahan. Pada kondisi lembab,
peningkatan suhu tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada benih yang di- simpan (Justice
dan Bass 1994). Karena respirasi merupakan proses oksidasi, maka semakin lama berlangsung
akan semakin banyak pula cadangan makanan benih yang digunakan (Justice dan Bass 1994).
Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama penyimpanan
menyebabkan habisnya cadangan makanan pada jaringan meristem sehingga embrio kekurangan
ma- kanan (Krisnawati et al. 2003). Hal inilah yang menyebabkan keserempakan tumbuh atau
vigor benih kedelai menurun.(Sucahyono, 2013)
VII. KESIMPULAN
Teknik pengeringan terbaik adalah benih dijemur di bawah sinar matahari selama 6
jam yang menghasilkan daya berkecambah sebesar 97% . Kondisi ideal yang dapat
memperpanjang masa simpan benih kedelai adalah panen kedelai setelah mencapai
masak fisiologis, kadar air awal benih 9-10%, benih bersih dari kotoran dan biji
pecah/rusak, kelembaban ruang simpan rendah, menggunakan kemasan yang kedap
(misalnya dengan plastik dengan ketebalan 0,88 mm, aluminium foil, kaleng) dan
dimasukkan karung goni.
DAFTAR PUSTAKA
Sutopo, L. 1993. Teknologi benih Fakultas Pertanian UNIBRAW, Rajawali Pers, Jakarta.
Suita, & Syamsuwida. (2016). Pengaruh pengeringan terhadap viabilitas benih malapari (. Jurnal
Perbenihan Tanaman Hutan, 4(1), 9–16.