I. TUJUAN
Mengetahui pengaruh tingkat kemasakan buah terhadap mutu benih yang
dihasilkan.
II. ALAT DAN BAHAN
- Cabai (hijau, hijau-merah, & merah)
- Aquadesh
- Petridish
- Kertas saring
- Bak perkecambahan
- Pasir
V. PERHITUNGAN
1. Perlakuan Belum Masak (Hijau)
0
DK = ×100 %=0 %
30
100(0+0+ 0+0+0+ 0+0) 0
CG= = =0
0+ 0+0+0+ 0+0+0 0
Jumlah benihberkecambah ( bak pasir )
Permunculan Bibit = × 100 %
Jumlah benih yang dikecambahkan
0
¿ ×100 %=0 %
30
2. Perlakuan Masak Fisiologis (Hijau-Merah)
0
DK = ×100 %=0 %
30
100(0+0+ 0+0+0+ 0+0) 0
CG= = =0
0+ 0+0+0+ 0+0+0 0
Jumlah benihberkecambah ( bak pasir )
Permunculan Bibit = × 100 %
Jumlah benih yang dikecambahkan
0
¿ ×100 %=0 %
30
VI. PEMBAHASAN
Saat benih masak fisiologi dapat diketahui melalui ciri-ciri dari buah dan
benih. Buah cabai merupakan buah berdaging tipe beri atau buni, hal ini
mengakibatkan ketika benih cabai mencapai masak fisiologi dapat ditandai dari
perubahan warna pada daging buahnya. Warna daging buah cabai biasanya
mengalami perubahan dari warna hijau pada waktu masih muda menjadi hijau tua
coklat dan merah pada waktu masak. Tingkatan cabang tanaman diduga memiliki
pengaruh terhadap lamanya waktu mencapai kemasakan buah dan benih. Peneliti-
an Ibrahim & Oladiran (2011) pada tanaman cabai menunjukkan bahwa, benih-
benih yang diperoleh dari buah yang berada pada posisi cabang lebih tinggi
berkualitas rendah, pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil penelitian dari
Ritonga (2013) yang menunjukkan bahwa buah cabai yang berada pada cabang
yang lebih atas (cabang ke 13-17) memiliki ukuran dan bobot buah yang rendah.
Pada praktikum pengaruh kemasakan buah kali ini menggunakan tiga
macam tingkat kemasakan pada cabai, yaitu belum masak ditandai dengan warna
hijau pada cabai, masak fisiologis yang ditandai dengan warna hijau-merah, dan
lewat masak yang ditandai dengan warna merah. Setelah benih dipisahkan dengan
daging buahnya, kemudian benih ditanam pada media kertas saring yang diletakan
didalam petridish dan juga pada media pasir di bak perkecambahan. Parameter
yang diamati yaitu jumlah benih yang berkecambah setiap harinya selama 7 hari.
Perubahan fisiologi pada proses pemasakan buah cabai akan berdampak
pada hasil dan mutu benih. Cavero et al. (1994) menjelaskan, persentase per-
kecambahan benih dari cabai yang setengah masak lebih rendah dibandingkan
dengan cabai yang telah masak penuh atau lewat masak. Menurut Wijaya (2014),
daya berkecambah tertinggi benih diperoleh dari buah yang merah penuh. Batin
(2011) menyatakan dalam penelitiannya tentang benih jarak pagar (Jatropha
curcas), benih yang diambil dari buah muda (hijau) belum masak, sehingga
menghasilkan perkecambahan yang rendah dan lambat. Menurut Blay et al.
(1999), penentuan waktu panen yang tepat sangat berpengaruh terhadap mutu
suatu benih. Wijaya (2014) menegaskan, perkecambahan akan rendah jika buah
dipanen terlalu muda, dan apabila buah terlambat dipanen, maka benih tidak akan
dapat digunakan, karena viabilitasnya sudah menurun.
VII.KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kemasakan buah
sangat mempengaruhi kualitas serta mutu dari benih yang akan digunakan untuk
perkecambahan. Perkecambahan akan rendah jika buah dipanen terlalu muda,
begitu pun apabila buah terlambat dipanen, maka benih tidak akan dapat
digunakan, karena viabilitasnya sudah menurun.
Kuningan, 19 Juli 2020
Praktikan
(M Luthfi Mudhoffar)
DAFTAR PUSTAKA
Batin, C. B. (2011). Seed germination and seedling performance of Jatropha
Curcas l. Fruit based on color at two different seasons in Northern
Philippines. In International Conference on Environment and BioScience
IPCBEE (Vol. 21, pp. 94-100).
Blay, E. T., Danquah, E. Y., & Ababu, A. (1999). Effect of time of harvest, stage
of fruit ripening, and post-harvest ripening on seed yield and germinability
of local garden egg (Solanum gilo Radii). Ghana Journal of Agricultural
Science, 32(2), 159-167.
Cavero, J., Ortega, R. G., & Zaragoza, C. (1995). Influence of fruit ripeness at the
time of seed extraction on pepper (Capsicum annuum) seed
germination. Scientia horticulturae, 60(3-4), 345-352.
Ibrahim, H., & Oladiran, J. A. (2011). Effect of fruit age and position on mother-
plant on fruit growth and seed quality in okra (Abelmoschus esculentus L.
Moench). IJSN, 2, 587-592.
Ritonga, A. W. (2013). Penyerbukan silang alami beberapa genotipe cabai
(Capsicum annuum L.) dan penentuan metode pemuliaannya (Doctoral
dissertation, Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor).
Suharsi, T. K., Syukur, M., & Wijaya, A. R. (2015). Karakterisasi Buah dan
Penentuan Saat Masak Fisiologi Benih Beberapa Genotipe Cabai (Capsicum
annuum L.). Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of
Agronomy), 43(3), 207-212.
LAMPIRAN
Gambar 14. Pengamatan hari ke-3 Gambar 17. Pengamatan hari ke-5
(lewat masak). (belum masak).
Gambar 15. Pengamatan hari ke-4 Gambar 18. Pengamatan hari ke-5
(belum masak). (masak fisiologis).
Gambar 15. Pengamatan hari ke-4 Gambar 19. Pengamatan hari ke-5
(masak fisiologis). (lewat masak).
Gambar 20. Pengamatan hari ke-6 Gambar 24. Pengamatan hari ke-7
(belum masak). (masak fisiologis).
Gambar 21. Pengamatan hari ke-6 Gambar 25. Pengamatan hari ke-7
(masak fisiologis). (lewat masak).