Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI PASCA PANEN

ACARA 1
KEHILANGAN BERAT

Nama : Dwi Septi Nur Amaliah


No. Mahasiswa : 20200210192
Kelas / Golongan : Agroteknologi D/ Online
Tanggal : Senin, 25 Oktober 2021
Asisten : Ultra Rizqi Restu Pamungkas

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Untuk mengetahui proses transpirasi dari komoditas atau hilangnya kelembaban dari
waktu ke waktu dan efeknya pada komoditas.
2. Untuk mempelajari penggunaan psychometric chart.

ALAT DAN BAHAN :


Alat : 1. Timbangan analitik
2. Termometer Bola Basah dan Bola Kering
Bahan : 1. Sayur Bayam

LANGKAH KERJA :
HASIL PENGAMATAN :
A. Susut berat

Berat Awal Berat Akhir


Hari
1 2 1 2
I 175,4 gr 236 gr - -
II - - 150, 9 gr 202,8 gr

B. Suhu

Hari Bola basah Bola Kering

I 25 0C 28 0C

II 23 0C 28 0C
PERHITUNGAN :

A. Hari 1
Bola Basah : 25℃
Bola Kering : 28℃
 HR
Alpha (α) : 20
Beta (β) : 18
Jarak alpha dengan batas garis (a) :9
Jarak alpha dengan beta (b) :13

 DP
Alpha (α) : 25
Beta (β) : 20
Jarak alpha dengan batas garis (a) :8
Jarak alpha dengan beta (b) :36

 VP
Alpha (α) : 23
Beta (β) : 22
Jarak alpha dengan batas garis (a) :5
Jarak alpha dengan beta (b) :7

 RH
Alpha (α) : 80
Beta (β) : 70
Jarak alpha dengan batas garis (a) :1
Jarak alpha dengan beta (b) :6

Rumus : ( )

 HR
= ( )
= ( )
= 20 – 1,38
= 18,62 gr/kg
 DP
= ( )
= ( )
= 25 – 1,1
= 23,9 gr/kg
 VP
= ( )
= ( )
= 23 – 0,71
= 22,29 gr/kg
 RH
= ( )
= ( )
= 80 – 1,7
= 78,3 gr/kg
 Nilai SVP = 37,89 hPa
= 28,42 mmHg
 VPD = SVP – VP
= 28,42 – 22,29
= 6,13 mmHg
 Bayam 1 = Berat bayam hari ke 1 – Berat bayam hari ke 2
= 175,4 – 150,9
= 24,5 gr
B. Hari 2
Bola Basah : 23℃
Bola Kering : 28℃
 HR
Alpha (α) : 16
Beta (β) : 14
Jarak alpha dengan batas garis (a) : 2
Jarak alpha dengan beta (b) : 13

 DP
Alpha (α) : 25
Beta (β) : 20
Jarak alpha dengan batas garis (a) : 28
Jarak alpha dengan beta (b) : 34

 VP
Alpha (α) : 19
Beta (β) : 18
Jarak alpha dengan batas garis (a) :2
Jarak alpha dengan beta (b) :6
 RH
Alpha (α) : 70
Beta (β) : 60
Jarak alpha dengan batas garis (a) :3
Jarak alpha dengan beta (b) :7

Rumus : ( )

 HR
= ( )
= ( )
= 16 – 0,3
= 15,7 gr/kg
 DP
= ( )
= ( )
= 25 – 4,1
= 20,9 gr/kg
 VP
= ( )
= ( )
= 19 – 0,33
= 18,67 gr/kg
 RH
= ( )
= ( )
= 70 – 4,2
= 65,8 gr/kg
 Nilai SVP = 37,89 hPa
= 28,42 mmHg
 VPD = SVP – VP
= 28,42 – 18,67
= 9,75 mmHg
 Bayam 2 = Berat bayam hari ke 1 – Berat bayam hari ke 2
= 236 – 202,8
= 33,2 gr
PEMBAHASAN :

Transpirasi ini adalah proses penguapan air dari sel-sel yang hidup di sel tumbuhan. Sel
tumbuhan tersebut berhubungan langsung dengan atmosfer melalui stomata dan lentisel
sehingga, proses transpirasi terjadi melalui kutikula pada daun tumbuh-tumbuhan (Wanggai,
2009 : 91).

Faktor yang mempengaruhi respirasi :

 Faktor Dalam :
a. Penutupan stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif
tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata
tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi
peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan
penambahan lebar stomata Faktor 11 utama yang mempengaruhi pembukaan dan
penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.
b. Jumlah dan ukuran stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan
mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada
pembukaan dan penutupan stomata.
c. Jumlah daun.
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi
 Faktor Luar :
a. Sinar matahari
Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya
stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga
mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar
infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian
menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu
menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi.
b. Temperatur
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi
daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih
sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu
10° -20° F lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh tempratur terhadap
transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut 12 lain, yaitu didalam hubungannya
dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan
tempratur menambah tekanan uap di dalam daun.
c. Kebasahan udara (Kelembaban udara)
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang
demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan
uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang
akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekulmolekul air berdifusi dari
konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun.
Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara
kering melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung
uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari
molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan proses
kebalika transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding
dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara
ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian,
seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya
kelembaban udara
d. Angin
Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin
membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian,
maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk
difusi ke luar . Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling
bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau
cahaya, melalui penyapuan uap air.

Proses –proses Transpirasi :


1. Evaporasi air dari dinding sel ke ruang antar sel yang ada dalam daun. Proses ini akan
terus berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap air. Sel-sel yang
menguapkan air ke rongga antar sel akan kekurangan air sehingga potensial airnya
menurun. Pada tahap inilah air yang diserap oleh akar akan dibawa naik melalui
pembuluh xylem sampai bagian daun.
2. Difusi air dari ruang antar sel ke atmosfer melalui stomata, kutikula ataupun lentisel. Di
samping mengeluarkan air dalam bentuk uap air, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air
dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut gutasi dengan melalui alat yang disebut
hidatoda, yaitu yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita
jumpai pada spesies tumbuhan tertentu.

Pada praktikum kali ini,menggunakan sayur bayam. Berat awal pada bayam 1 yaitu 175,4
kemudian mengalami susut berat sebesar 24,5 gr sehingga berat bayam 1 menjadi 150,9 gr. Pada
bayam 2, berat awal 236 kemudian mengalami susut berat sebesar 33,2 gr sehingga menjadi
202,8 gr. Sayur bayam mengalami susut berat karena kehilangan air yang disebut dengan proses
transpirasi. Susut bobot dapat disebabkan dari tingginya suhu penyimpanan yang meningkatkan
laju transpirasi dan respirasi (Roys, 1995). Kehilangan air dari komoditas, selain dipengaruhi
oleh suhu penyimpanan, dipengaruhi juga oleh kelembaban nisbi lingkungan sekitarnya. Susut
bobot yang berlebihan dari komoditas menyebabkan pelayuan dan pengeriputan sehingga
kesegarannya pun berkurang (Ryall dan Lipton, 1983). Susut bobot yang semakin besar seiring
dengan semakin lamanya penyimpanan,terjadi bukan hanya karena kehilangan air selama proses
transpirasi, tetapi dapat diakibatkan oleh kehilangan karbon selama proses respirasi masih
berlangsung (Soesarsono, 1981).

KESIMPULAN :
1. Proses transpirasi itu dimulai dari absorb air tanah oleh akar tanaman yang di transport
melalui batang menuju ke daun yang dilepaskan menjadi uap air ke atmosfir. Setiap jenis
tanaman berbeda laju transpirasinya. Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan
proses fisika yang terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil
basah yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan.
Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar.
Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui
stomata dibandingkan dengan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian
tumbuhan tersebut akan kehilangan air. Efek secara berlebihan sehingga mengakibatkan
tumbuhan kehilangan banyak air dan lama kelamaan layu sebelum akhirnya mati.
2. Dapat menggunakan psychometric chart untuk menunjukan hubungan antara temperatur,
kelembaban, entalpi dan kandungan uap air pada bayam.
DAFTAR PUSTAKA:
Binsasi, R., Sancayaningsih, R. P., & Murti, S. H. (2016). Evaporasi dan Transpirasi tiga spesies
dominan dalam konservasi air di Daerah Tangkapan Air ( DTA ) mata Air Geger Kabupaten
Bantul Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Biologi, 1(3), 32–34.
Meningkatkan, D. A. N., & Beras, M. (2013). Kesiapan Teknologi Panen Dan Pascapanen Padi
Dalam Menekan Kehilangan Hasil Dan Meningkatkan Mutu Beras. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian, 31(2), 30904. https://doi.org/10.21082/jp3.v31n2.2012.p%p
Murtiwulandari, M., Archery, D. T. M., Haloho, M., Kinasih, R., Tanggara, L. H. S., Hulu, Y.
H., Agaperesa, K., Khristanti, N. W., Kristiyanto, Y., Pamungkas, S. S., Handoko, Y. A., &
Anarki, G. D. Y. (2020). Pengaruh suhu penyimpanan terhadap kualitas hasil panen
komoditas Brassicaceae. Teknologi Pangan : Media Informasi Dan Komunikasi Ilmiah
Teknologi Pertanian, 11(2), 136–143. https://doi.org/10.35891/tp.v11i2.2168
Papuangan, N. N. et al. (2014). Papuangan, N., dkk. (2014). Jumlah dan Distribusi Stomata pada
Tanaman Penghijauan. Jurnal SSIOêduKASI, 3(1), 287–292.
Prijono, S., & Laksamana, M. T. S. (2016). Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan
Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar Serta Pengaruhnya Terhadap
Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. J-Pal, 7(1), 15–24.
Roys, R., Annantheswaran, R. C. & Beelman, R. B. (1995). DOI:
https://doi.org/10.35891/tp.v11i2.2168 mushroom quality asaffected/ modified atmosphere
packaging. Journal of Food Science, 60(2), 334-340.
Ryall, A.L & Lipton, W.A. (1983). Handling, transportation and storage of fruits and vegetables.
Connecticut: AVI Publishing Company Inc., Westport.
Soesarsono. (2003). Melakukan pengemasan secara manual. Jakarta: Erlangga.
Wanggai, Frans. 2009. Manajemen Hutan. Jakarta : Grasindo

Praktikan

(Dwi Septi Nur Amaliah)


LAMPIRAN :

Hari Pertama Hari Kedua

Anda mungkin juga menyukai