Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN

KASUS PENGOLAHAN LAHAN


TANAMAN KELAPA SAWIT

Disusun Oleh ;
Kelompok 3
Khoiri Maldini (20200210171)
Hannan Rizqi Zain (20200210171)
Nurfaiza Az-zahra (20190210177)
Nur Fitriyanti (20190210183)
Dwi Septi Nur Amaliah (20190210192)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
I. PENDAHULUAN
A. Permasalahan
Di Pekanbaru yang merupakan lahan gambut, pertumbuhan beberapa tanaman
perkebunan tidak bisa tegak. Untuk Kelapa Sawit misalnya, pertumbuhannya
miring bahkan cenderung untuk ambruk. Berikan cara pengolahan tanah dan
penyiapan lahan untuk tanaman Kelapa Sawit di lahan gambut tersebut agar
pertumbuhannya baik.
Langkah Penyelesaian:

1. Pelajari tanaman Kelapa Sawit


2. Diskripsikan cara budidaya tanaman khususnya persiapan lahan untuk tanaman
Kelapa Sawit
3. Definisikan permasalahan yng ada
4. Analisis masalah pada kasus tersebut
5. Formulasikan pemecahan masalah/solusi
6. Cari informasi tambahan
7. Uji informasi baru, solusi yang sudah direkomendasikan dapat diperbaiki

B. Identifikasi Masalah
Pertumbuhan tanaman kelapa sawit miring dan cenderung untuk ambruk.
II. PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Botani Tanaman Kelapa Sawit
Dalam botani tanaman kelapa sawit sistematika kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq) diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Klas : Angiospermae
Sub klas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Famili : Palamaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman berumah satu atau monoecious yang
artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, sehingga
penyerbukan dapat terjadi sendiri maupun silang. Tanaman Kelapa Sawit dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan generatif.

2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit


a. Kondisi Iklim
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 270C
dengan suhu maksimum 330C dan suhu minimum 220C sepanjang tahun.
Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan
kelapa sawit adalah 1250-3000mm yang merata sepanjang tahun dengan
jumlah bulan kering kurang dari 3, curah hujan optimal berkisar 1750-2500
mm (Lubis, 2008).
Kelapa sawit lebih toleran dengan hujan yang tinggi (misalnya >3000
mm) dibandingkandengan jenis tanaman lainnya, namun, dalam kriteria
klasifikasi kesesuaian lahan nilai tersebut sudah menjadi faktor pembatas
ringan. Curah hujan <1250 mm sudah merupakan pembatas berat bagi
pertumbuhan kelapa
sawit.
Jumlah bulan kering dari 3 bulan sudah merupakan faktor berat.
Adanya bulan kering yang panjang dengan curah hujan yang rendah akan
menyebabkan terjadinaya defisit air. Lama penyinaran matahari yang
optimal adalah 6 jam/hari dengan kelembapan nisbi untuk kelapa sawit pada
kisaran 50-90% (optimalnya pada 80%)
Aspek iklim yang juga berpengaruh pada budidaya kelapa sawit
adalah ketinggian tempat dari permukaan laut (elevasi). Elevasi untuk
pengembangan tanaman kelapa sawit kurang dari 400 m dari permukaan
laut. Areal dengan ketinggian tempat lebih dari 400 m dari permukaan laut
tidak disarankan lagi untuk pengembangan kelapa sawit.
b. Bentuk Wilayah
1) Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah daftar sampai
berombak yaitu wilayah dengan kemiringan lereng antara 0-8%.
2) Pada wilayah bergelombang sampai berbukit (kemiringan lereng 8-
30%), kelapa sawit masih dapat tumbuh dapat berproduksi dengan baik
melalui upaya pengolahan tertentu seperti pembuatan teras.
3) Pada wilayah berbukit dengan kemiringan >30% tidak dianjurkan untuk
kelapa sawit karena akan memerlukan biaya yang besar untuk
pengolahannya, sedangkan produksi kelapa sawit yang dihasilkan relatif
rendah.
Beberapa hal yang akan menjadi masalah dalam pengembangan kelapa
sawit pada areal-areal yang berbukit antara lain:
1) Kesulitan dalam pemanenan dan pengangkutan tandan buah segar
(TBS),
2) Diperlukan pembangunan dan pemeliharaan jaringan transportasi,
3) Pembangunan bangunan pencegah erosi,
4) Pemukan yang tidak efektif karena sebagian besar melalui aliran
permukaan.
c. Kondisi Tanah
Sifat tanah yang ideal dalam batas tertentu dapat mengurangi pengaruh
buruk dari keadaan iklim yang kurang sesuai. Misalnya tanaman kelapa
sawit pada lahan yang beriklim agak kurang masih dapat tumbuh baik jika
kemampuan tanahnya tergolong tinggi dalam menyimpan dan menyediakan
air. Secara umum kelapa sawit dapat tumbuh dapat berproduksi baik pada
tanah-tanah ultisol, entisols, inceptisols, dan histosols.
Berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya, kelapa sawit dapat
diusahakan pada tanah yang tekstur agar kasar sampai halus yaitu antara
pasir berlempung sampai liat massif. Beberapa karakteristik tanah yang
digunakan pada penilaian kesesuain lahan untuk kelapa sawit meliputi
batuan dipermukaan tanah, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, kondisi
drainase tanah, dan tingkat kemasaman tanah (pH).
Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung
berdebu, lempung liat berdebu, lempung liat dan lempung
berpasir.Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jika >100 cm, sebaliknya
jika kedalaman efektif 7 >50 cm, dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki
maka tidak direkomendasikan untuk kelapa sawit. Kemasaman (pH) tanah
yang optimal adalah pada 5,0-6,0 namun kelapa sawit masih toleran
terhadap pH 7,0 namun produktifitasnya tidak optimal. Pengolahan tingkat
kemasaman tanah dapat dilakukan melalui tindakan pemupukan dengan
menggunkan jenis-jenis pupuk dolomite, kapur pertanian (kaptan) dan fosfat
alam (Lubis, 2008).

3. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Pengolahan/Persiapan Lahan)


a. Pembukaan lahan
Pembukaan lahan dilakukan tanpa bakar dan menerapkan kaidah
tata air (hidrologi) yang baik. Pengelolaan air secara khusus bertujuan
untuk menghindari kerusakan lahan. Pengeringan lahan gambut yang
terlalu intensif dan cepat dapat mengakibatkan tanah gambut
mengering dan mengkerut tidak baik (irreversible shrinkage). Pada
keadaan tersebut tanah gambut mudah terbakar dan sulit menyerap air.
Tahapan pembukaan lahan gambut dilakukan sebagai berikut:

1) Pembangunan Saluran Batas


a) Pembangunan saluran keliling (periphare drain) sebagai
saluran batas areal; dan
b) Saluran batas berfungsi untuk mengatur permukaan air tanah
dan juga merupakan saluran utama. Saluran tersebut
mempuyai lebar atas ± 4 (empat) meter dengan kedalaman 2
(dua) sampai dengan 3 (tiga) meter.

2) Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan yang masih memiliki semak belukar dan/atau pohon
kecil kecil (under brushing) dengan diameter kurang dari 2,5 cm
dilakukan secara manual atau cara mekanism. Apabila pembukaan
dilakukan secara mekanism, pemotongan kayu dilakukan menggunakan
chainsaw, sebagai berikut:
a) arah penumbangan pohon mengikuti arah yang sudah ditentukan
serta tidak melintang sungai dan jalan; tinggi tunggul pohon
yangditumbang disesuaikan dengan diameter batang sebagai
berikut:
- diameter 10 (sepuluh) sentimeter sampai dengan 20 (dua puluh)
sentimeter, setinggi 40 (empat) sentimeter;
- diameter 21 (dua puluh satu) sentimeter sampai dengan 30 (tiga
puluh) sentimeter, setinggi 60 (enam puluh) sentimeter;
- diameter 31 (tiga puluh satu) sentimeter sampai dengan 75 (tujuh
puluh lima) sentimeter, setinggi 100 (seratus) sentimeter, atau
- diameter lebih dari 75 (tujuh puluh lima) sentimeter, setinggi 150
(seratur lima puluh) sentimeter.
b) cabang dan ranting yang relatif kecil dipotong dan dicincang
(direncek), sedangkan batang dan cabang besar di potong dalam
ukuran 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) meter (diperun).
c) batang, cabang, dan ranting yang telah dipotong dikumpulkan
mengikuti jalur rumpukan, yaitu pada selang 2 (dua) jalur tanam
dengan arah sejajar dengan jalur tanam tersebut.
3) Pengaturan Drainase
Drainase terdiri dari saluran primer, sekunder dan tersier dengan ukuran
saluran:
Lebar (m)
Jenis saluran Kedalaman (m)
Atas Bawah
Primer 3,0 – 6,0 1,2 – 1,8 1,8 – 2,5
Sekunder 1,8 – 2,5 0,6 – 0,9 1,2 – 1,8
Tersier 1,0 – 1,2 0,5 – 0,6 0,9 – 1,0

 Saluran Primer
 saluran primer berfungsi mengalirkan air langsung ke daerah
pembuangan akhir, antara lain, sungai dan/atau kanal; atau
 saluran primer dapat berupa sungai kecil alami yang
dibersihkan atau berupa saluran baru; dan
 membangun benteng dan pintu air pada areal pasang surut.

 Saluran Sekunder
 Saluran sekunder bermuara ke saluran primer.
 Saluran sekunder berfungsi menampung air dari saluran tersier dan
juga sebagai batas blok.
 Jarak antar saluran sekunder 400 (empat ratus) meter sampai dengan
500 (lima ratus) meter dengan panjang sesuai keadaan saluran.

 Saluran Tersier
 Saluran tersier bermuara ke saluran sekunder.
 Saluran tersier berfungsi mengalirkan air ke seluruh sekunder dan
menampung air dari areal tanaman.
 Interval saluran tersier tergantung kondisi drainase di lapangan,
maksimum satu saluran untuk dua baris tanaman.

Pembuatan saluran air dan pengelolaan tata air bertujuan untuk


mengatur dan mempertahankan tinggi permukaan air tanah di areal
pertanaman. Di tempat tertentu seperti pada pertemuan saluran primer
dengan sungai, pertemuan saluran primer dengan sekunder perlu dibuat
pintu air otomatis dan akan buka apabila permukaan air di areal
pertanaman lebih tinggi, dan sebaliknya akan ditutup apabila permukaan
air di areal pertanaman lebih rendah. Pengaturan air pada saluran
drainase disesuaikan dengan kedalaman permukaan air tanah di lapangan
yang dipertahankan pada kedalaman 60 (enam puluh) sentimeter sampai
dengan 80 (delapan puluh) sentimeter, untuk menjaga ketersediaan air
dan menghindari lahan mudah terbakar.

4) Pembangunan jalan
 Pondasi jalan berasal dari tanah galian, sedangkan perataan dan
pemadatan menggunakan alat berat.
 Pemadatan jalan dapat dilakukan dengan penyusunan batang kayu
(gambangan) berdiameter 7 (tujuh) sentimeter sampai dengan 10
(sepuluh) sentimeter.
 Gambangan ditimbun dengan tanah mineral setebal 20 (dua puluh)
sentimeter sampai dengan 30 (tiga puluh) sentimeter, kemudian
diratakan dan dipadatkan.
 Alternatif teknologi pembangunan jalan di lahan gambut antara lain
dengan teknologi geotekstil.
 Pembuatan jalan panen sebagai sarana angkutan buah dilakukan bersama
dengan pemadatan jalur tanam.
 Alternatif lain untuk pengangkutan buah dari lapangan ke pabrik dengan
membangun jaringan rel kereta mini (muntik).

5) Pemadatan Jalur Tanaman


 Pemadatan jalur tanaman diperlukan agar akar tanaman dapat
menjangkar kuat di dalam tanah, sehingga mengurangi kecenderungan
tumbuh miring atau rebah.
 Setiap jalur tanam dilakukan pemadatan dengan cara mekanis.
b. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan memerhatikan daya dukung dari lahan
gambut. Apabila pengaturan tata air dilakukan dengan baik, kegiatan
penanaman dapat mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Kerapatan pohon kelapa sawit sebanyak 143 (seratus empat puluh tiga)
pohon setiap hektar (jarak tanam 9 (sembilan) meter segitiga sama sisi)
atau pada tingkat kerapatan lain sesuai dengan karakter panjang tajuk
varietas kelapa sawit yang digunakan.
b. Jika jalur tanaman dipadatkan, kepala sawit ditanam dengan ukuran
lubang tanam 60 cm x 60 cm x 60 cm.
c. Jika jalur tidak dipadatkan, kelapa sawit ditanam dengan sistem lubang
dalam lubang (hole in hole planting) dengan ukuran lubang luar 100 cm
x 100 cm x 60 cm dan lubang dalam 60 cm x 60 cm x 60 cm. Alternatif
lain untuk pemadatan dapat dilakukan dengan pembuatan lubang tanam
menggunakan puncher.
d. Tunggul kayu yang terletak tepat di lubang tanaman dibongkar, jika
tunggul tidak dapat dibongkar, lubang tanam dapat digeser searah
dengan baris tanaman.
e. Pupuk dasar yang digunakan di lubang tanaman dapat berupa 20 g
CuSO4, 20 g ZnSO4, 20 g FeSO4, 500 g Rp. 250 g Kapur Pertanian
(Kaptan) atau dolomit.

B. Analisis Kasus
1. Kandungan Kadar Air Tanah Terlalu Tinggi
Kandugan air dalam tanah gambut adalah berkisar antara 1000-1300%
dari berat keringnya (Mutalib et al., 1991). Artinya, bahwa gambut
menyerap air sampai 13 kali bobotnya. Kadar air yang tinggi menyebabkan
berat isi (Bulk Density) menjadi rendah, kemudian gambut mejadi lembek
dan daya menahan bebannya rendah (Nugroho, et al., 1997; Widjaja-Adhi,
1997). Rendahnya berat isi gambut meyebabkan daya menahan atau
menyangga beban (bearing capacity) mejadi sangat rendah. Hal ini
menyebabkan gambut tidak bisa meahan pokok tanaman tahunan, termasuk
kelapa sawit untuk berdiri tegak, sehingga tanaman seringkali doyong
ataupun roboh.

2. Struktur Tanah Kurang Padat


....... sedangkan untuk menopang batang yang kuat seperti tanaman sawit,
membutuhkan struktur tanah yang padat.

C. Penyelesaian
1. Membuat Saluran Drainase
2.

Anda mungkin juga menyukai