Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH PRODUKSI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Disusun oleh:

Salsila Cahyati Julpa

NPM. 2010631090027

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SINGPERBANGSA KARAWANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan

salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian

umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak

tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai

ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya

tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya

kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan

kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat

tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono 2003).

2.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah teknologi budidaya tanaman kelapa sawit ini

yaitu :

• Bagaimana syarat tumbuh tanaman kelapa sawit ?

• Bagaimana teknik budidaya tanaman kelapa sawit ?

3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah teknologi budidaya tanaman kelapa sawit ini yaitu :

• Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman kelapa sawit

• Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kelapa sawit


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kelapa Sawit

Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier dan

kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier

dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur

hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas

sampai kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja, 2006).

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada

pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar

tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk

batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang

melekat kukuh (Sunarko, 2008). Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut.

Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun

pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal

berjumlah 80-120 lembar (Setyamidjaja, 2006).


Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan

bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga

betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross

pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon

yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).

Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan

daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan

semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang

dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari

beberapa ons hingga 30 kg (Setyamidjaja, 2006).

2. Syarat Tumbuh

Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan

yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim

dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah

faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.

a. Iklim

• Penyinaran matahari

Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per hari.pertumbuhan

kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat iklim yang sesuai yaitu lama
penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cukup. Umumnya turun pada sore atau

malam hari.

• Suhu

Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu rata-rata

tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27 0C, yang menghasilkan

banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu

semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga mengalami

merata sepanjang tahun.

• Curah hujan dan kelembaban

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah yang panas, dan

lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun merata sepanjang

tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah dataran rendah yakni

antara 200-400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat lebih 500 meter di atas

permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya pun akan

rendah.

b. Tanah

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada karakter

lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis tanah yang baik

untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu,

aluvial, dan organosol/gambut tipis. Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit

ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah.
3. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

A. Pembibitan

Merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat

berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Pembibitan

merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit.

Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan

berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan

tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan

pada saat pelaksanaan penanaman (transplanting). Menurut Setyamidjaja, (2006), untuk

menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja

yang dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang. Untuk itu berikut

ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan

utama.

a. Pemilihan Lokasi

Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan

sebagai berikut:

o Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau

o Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi yang baik.

o Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam pengawasan.

o Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan. Drainase baik,

sehingga pada musim hujan tidak tergenang air.


o Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan kualitas

yang memenuhi syarat.

o Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah Kebun.

o Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang direncanakan

untuk ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan bibit

b. Media Tanam

Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah

bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur

yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan

kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan

perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke

dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm.

Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan

kecil dan material lainnya.

c. Pemeliharaan (pada pembibitan)

Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik agar

pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai

dengan umur dan saat tanam yang tepat.

Pemeliharaan bibit meliputi :

• Penyiraman

• Penyiangan

• Pengawasan dan seleksi


• Pemupukan

B. Persiapan Lahan

Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa Sawit

yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan sesuai

dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut. Supaya areal tersebut

dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar

yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk

memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata

ruang kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa

sawit (Setyamidjaja, 2003).

Pembukaan Lahan, Dilakukan dengan cara membuat jalan rintisan untuk pengukuran,

membuat petak- petak hektaran(blok),menebang pohon berdiameter lebih dari 3 inch

menggunakan chainsaw. Batang pohon yang sudah di tebang, dipotong menjadi ukuran yang

lebih kecil dan di tumpuk agar lebih mudah kering. Untuk rencana peremajaan, semua dahan

dan ranting dari pohon yang sudah di tebang di potong sepanjang 5 meter lalu di tumpuk

menurut barisan yang teratur. Tanggul atau sisa pohon bekas penebangan liar yang letaknya

bertepatan dengan lubang tanaman harus di bongkar

C. Pengolahan Tanah

Pengolah tanah dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma menggunakan traktor

dengan dua rotasi yang berurutan berupa pembajakan dan penggarukan, arahnya tegak lurus
atau paling tidak sedikit menyilang. Sementara itu, interval antara rotasi minimum dilakukan

dalam dua minggu.

D. Pembuatan Jalan, Parit, dan Teras

Pembuatan Jalan dilakukan dengan cara mengorek, menimbun, mengeraskan bagian lapangan,

membuat bentang, dan membuat parit di sebelah kiri-kanan jalan. Jalan utama dan jalan

produksi dibuat dengan bulldozer dan atau grader. Jalan sepanjang 1 km dibuat dalam waktu

40-80 jam kerja dengan pemakaian bahan bakar 80 liter/jam kerja. Selanjutnya, jalan di

padatkan dengan menggunakan alat pemadat (bomag). Pekerjaan ini umumnya dilakukan pada

akhir musim hujan. Pembuatan parit dikerjakan dengan menggali tanah sesuai ukuran dasar.

Tanah galiannya di buang ke tempat tertentu.Saluran air di daerah berbukit berupa saluran

kebun dan saluran utama yang menyalurkan air ke saluran drainase alam (sungai). Saluran

kebun di buat setiap 16 baris tanaman kelapa sawit dan di buat menurut kontur lahan. Saluran

utama di buat dengan lebar bagian atas 150 cm, lebar bagian bawah 80 cm. saluran kebun di

buat dengan lebar bagian atas 90 cm, lebar bagian bawah 60 cm, dan kedalaman 60 cm. Teras

individu di buat menggunakan mal berbentuk tapak kuda dengan muka teras menhadap kearah

lereng bukit. Ukuran teras 3 m x 3 m, jarak antara ajir tanaman dan tepi muka teras selebar 1,25

m.

E. Penanaman

Penentuan.Pola,Tanaman

Pola tanam menggunakan sistem monokultur. Tanaman penutup tanah (legume cover crop

LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat

fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan

menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan

sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.


Pembuatan.Lubang,Tanam

Pembuatan lubang dilakukan secara mekanis. Lubang tanam disiapkan 2 – 4 minggu

sebelum tanam, sebaiknya paling lambat 4 minggu. Ukuran lobang berkisar antara 60

dan 90 cm dengan kedalaman 60 cm, tergantung kondisi tanah. Jika tanah gembur dan

subur, cukup 60 x 60 x 60 cm, tetapi kalau tanahnya lebih padat atau berliat dan kurang

subur, sebaiknya ukuran lobang lebih besar.Jarak tanam yang direkondasikan adalah 9x9x9 m

sistem persegi panjang. Penggalian lubang dilakukan pada titik ajir sedemikian rupa sehingga

ajir berada tepat di tengah lubang tanam. Buat tanda batas penggalian dengan tongkat

berukuran tadi sebelum ajir dicabut untuk penggalian lubang. Setelah lubang selesai, ajir

harus dikembalikan pada posisi tepat di tengah lubang. Tanah galian dipilah dua yaitu lapisan

atas (top soil) dan lapisan bawah (sub soil) serta meletakkannya terpisah pada sisi lubang

yang berbeda (kiri – kanan atau utara – selatan) dalam arah yang konsisten.

Cara,Penanaman

Penanaman pada awal musim hujan yaitu bulan Oktober dan bulan November, setelah

hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik

polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah

dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman.

Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis

± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Lalu gunakan 1 botol

SUPER NASA yang diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air. Kemudian setiap 1 liter air diberi

10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.


F. Hama dan Penyakit

a. Hama

• Hama Tungau

Penyebabnya tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala terlihat pada

daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara

Semprot Pestisida atau Natural BVR.

• Ulat Setora

Penyebabnya adalah (Setora nitens). Bagian yang diserang adalah daun. Gejala yang terlihat

pada daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian dengan cara penyemprotan

dengan Pestisida

b. Penyakit

• Root Blast

Penyebab dari penyakit ini yaitu (Rhizoctonia lamellifera) dan (Phythium Sp). Bagian diserang

akar. Gejala dapat dilihat dari bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan

mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian dengan cara pembuatan persemaian yang baik,

pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan (Zaman,

2006).

• Garis Kuning

Penyebab dari penyakit ini yaitu (Fusarium oxysporum). Bagian diserang daun. Gejala terdapat

bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering.

Pengendalian dengan cara inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda.

• Dry Basal Rot


Penyebab penyakit ini yaitu (Ceratocyctis paradoxa). Bagian diserang batang. Gejala terdapat

pada pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering.

Pengendalian dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit

G. Panen

Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting dan merupakan

saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat panen adalah indikator akan

dimulainya pengembalian inventasi yang telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui

pemanenan yang dikelola dengan baik akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang

baik dan tanaman mampu bertahan dalam umur yang panjang. Berbeda dengan tanaman

semusim, pemanenan kelapa sawit hanya akan mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi

tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan

tetap membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampi batas usia ekonomisnya

habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun. Kelapa sawit mulai

berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika

tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon

terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah

yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang

lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kelapa sawit adalah tanaman penghasil

minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi

kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat

tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang

dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang

tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum

berkisar 240-380C.

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah

penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah

matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen

adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau

sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan

umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur

lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan

tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun.

3.2 Saran

Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang seiring

dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan

teknologi produksi sebagai usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA

Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Perangin-angin, S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guinensis
Jacq.) Kawan Batu Estate, PT. Teguh Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah.

Zaman, F.F.S.B. 2006. Manajemen Pengendalian Hama dan penyakit pada Tanaman Belum
Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Sumatera barat.

Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.

Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka,
Jakarta.

Anonim. 2012. Makalah teknik budidaya kelapa sawit. http://www.blogspot.com . (Diakses, 25


Nopember 2015)

Sulesman. 2014. Makalah budidaya tanaman kelapa sawit. http://.blogspot.co.id/.html


(diakses, 25 Nopember 2015)

Anda mungkin juga menyukai