Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TANAMAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAWA

Nama : Aldyan jonathan


NIM : 062240131984
Program Studi : Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan
Judul : Observasi Ekologi Tanaman yang Berhubungan Dengan Ilmu-Ilmu
Praktikum Penunjang
Tujuan : Tujuan umum dilakukan praktikum adalah untuk meningkatkan
kemampuan
keprofesian penulis dalam memahami tanaman kelapa sawit, penyakit
sert hama.

A, Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit atau dalam nama ilmiahnya Elaeis guineensis Jacq pertama
kali ditemukan di negara-negara Afrika Barat dan tanaman ini disebut sebagai tanaman
tropis. Selain di Afrika Barat, tanaman kelapa sawit juga banyak terdapat di Afrika Selatan
dan negara tetangganya seperti Malaysia. pantai Gading Thailand. Papua Nugini, Brasil,
dan negara lainnya Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar kedua setelah
Malaysia. Pada tahun 2008, Indonesia dianggap sebagai produsen minyak sawit terbesar di
dunia (Pahan. 2006) Kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq tumbuh subur di daerah beriklim
tropis. Di tempat-tempat yang tersinari matahari sepanjang hari, curah hujan cukup tinggi
dan suhu rata-rata 22-32 °C pada ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Karena
kondisi tersebut maka kelapa sawit memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di
Indonesia dan pada lahan yang luas.

Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi
bahan baku utama di masa mendatang karena memiliki banyak kegunaan untuk kebutuhan
manusia. Kelapa sawit memiliki peran penting dalam pembangunan nasional Indonesia.
Selain menciptakan lapangan kerja yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat, juga
menjadi sumber devisa bagi negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia kini
telah mencapai 22 provinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808
ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah berkembang menjadi 6,6 juta ha
dengan produksi sekitar 17,3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003).

Salah satu penyebab buruknya kualitas minyak sawit adalah penyakit, yang
seringkali menyebabkan kerugian signifikan pada kelapa sawit. Kerugian tahunan bisa
mencapai jutaan rupee per hektar perkebunan kelapa sawit. Penyakit yang biasa menyerang
tanaman kelapa sawit disebabkan oleh jamur. Sedangkan bakteri atau virus jarang terjadi
dan tidak menyebabkan kerusakan yang serius (Setyamidjaya, 2006).

Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia antara tahun 2000 dan 2011
menunjukkan pola yang agak berbeda. Produktivitas kelapa sawit puncaknya adalah 3.619
kg/ha pada tahun 2007, namun kembali menurun pada tahun berikutnya. Pada tahun 2011,
produktivitas kelapa sawit adalah 3.450 kg/ha.

Dengan semakin berkembangnya dan meluasnya areal perkebunan, petani sering


menjumpai berbagai hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit. Hama dan
penyakit ini menampakkan diri melalui gejala fisik pada tanaman, jika tidak segera
dikendalikan dapat mempengaruhi perkembangan dan produktivitas tanaman kelapa sawit.
Pada perkebunan kelapa sawit terdapat hama yang menyerang tanaman kelapa sawit antara
lain tungau, cacing seto, nematoda, kumbang oryctes rhinoceros dan penggerek buah.

B. Tinjauan Pustaka

sistematika tanaman

Adapun klasifikasi dari tanaman kelapa sawit adalah :

Divisi : Spermatophyte

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales

Family : Palmaceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor luar maupun
faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman.
Faktor luar adalah faktor lingkungan antara lain iklim dan tanah (Mangoensoekarjo dan
Semangun, 2005).

Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0-400 m
dari permukaan laut, namun yang terbaik adalah pada ketinggian 0-300 m. Tinggi tempat
dari permukaan laut erat kaitannya dengan suhu udara. Akibat sulitnya mendapatkan areal
yang datar sampai dengan bergelombang saat ini, maka areal topografi berbukit sampai
dengan curam juga menjadi pertanaman kelapa sawit, namun tentunya dibutuhkan
perlakuan khusus dalam hal konservasi tanah. Agar areal berbukit atau curam yang
ditanami kelapa sawit dapat menguntungkan, diperlukan pembuatan teras-teras yang
terencana dan penataan jalan yang baik (Pahan, 2010). Jenis tanah yang baik untuk
tanaman kelapa sawit sim Riau adalah jenis tanah Podsolik merah kuning, Latosol dan
Aluvial yang terkadang meliputi tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Kriteria lahan untuk budidaya tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2010), yang cocok
adalah sebagai berikut:

1. Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan
akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik,

2. Tekstur ringan, dikehendakimemiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, liat 20-50%,


3. Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas
sedang dan

4. pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa
sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0 namun yang terbaik adalah pH 5-6. Tanah yang
mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun membutuhkan
biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut
terutama tanah gambut.

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah disekitar Utara-Selatan
12° pada ketinggian 0-500 mdpl. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang
tumbuh baik antara garis lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di
kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin (Fauzi dkk., 2014). Tanaman Kelapa sawit
menghendaki curah hujan 1.500 - 4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal 2.000 -
3.000 mm per tahun, denganjumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun.
Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena
pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga
atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Namun curah hujan yang terlalu tinggi
kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun karena mengganggu kegiatan di
kebun seperti pemeliharaan tanaman. kelancaran transportasi, nembakaran sisa sisa
tanaman pada pembukaan kebun dan teriadinya erosi pembakaran sisa sisa tanaman pada
pembukaan kebun, dan terjadinya erosi. Contoh Keadaan curah hujan yang baik adalah di
kawasan Sumatera utara, yakni berkisar antara 2.000 - 4.000 mm per tahun, dengan musim
kemarau jatuh pada bulan juni sampai september, tetapi masih ada hujan turun yang
menyediakan kebutuhan air bagi tanaman.

Keadaan iklim yang demikian mendorong kelapa sawit membentuk bunga dan
buah secara terus menerus, sehingga diperoleh hasil asim Riau buah yang tinggi. Keadaan
curah hujan yang kurang dari 2.000 mm per tahun tidak berarti kurang baik bagi
pertumbuhan kelapa sawit, asal tidak terjadi defisit air yaitu tidak tercapainya jumlah curah
hujan minimum yang tinggi dapat menyebabkan produksi kelapa sawit hanya akan normal
kembali setelah 3 - 4 tahun. Defisit air yang tinggi menyebabkan bunga-bunga dalam
periode perkembangan bunga sebelum anthesis menjadi gugur. Demikian bunga-bunga
yang telah anthesis bisa aborsi (Fauzi dkk., 2014).
Temperatur yang optimal 24 -28° C, terendah 180° C dan tertinggi 32° C serta
kelembaban rata-rata 32° C. Kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5 -7 jam/hari. Jika
penyinaran matahari kurang dari 5 jam/hari dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi,
gangguan penyakit, dan rusaknya jalan karena lambat kering dan lain-lain
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Kelembaban rata- rata yang tinggi akan
merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian dari permukaan laut yang optimal adalah
0-400 meter. Pada ketinggian yang lebih, pertumbuhan akan terhambat dan produksi lebih
rendah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang- kurangnya 5 jam


penyinaran per hari sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan terdapat
7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik menunjukkan bahwa di berbagai wilayah kelapa
sawit yang lama penyinarannya diluar batas-batas tersebut dapat diperoleh produktivitas
yang memadai juga (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Disamping lama penyinaran,
aspek penyinaran lain yang penting adalah intensitasnya. Di daerah-daerah yang intensitas
penyinarannya rendah, misalnya karena pohon-pohon kelapa sawit ternaungi, atau jarak
tanam yang terlalu rapat, sebagian dari karangan bunga akan gugur (aborsi) sehingga
produktivitas kebun menurun (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Kecepatan angin 5
-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang
akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Fauzi dkk., 2014).

Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian vegetatif dan
bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan
bagian generatif terdiri dari bunga dan buah (Pahan, 2008).

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara di dalam tanah
dan respirasi tanaman, selain itu juga sebagai penyangga berdirinya tanaman pada
ketinggian yang mencapai puluhan meter sampai tanaman berumur 25 tahun. Sistem
perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder,
tersier dan kuarter. Akar primer umumnya berdiameter 6 - 10 mm keluar dari pangkal
batang dan menyebar secara horisontal dan menghujam kedalam tanah dengan sudut yang
beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm.
Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7-1,2 mm dan
umumnya bercabang lagi membentuk akar kuarterner (Pahan, 2008). Secara umum, sistem
perakaran kelapa sawit lebih banyak berada dekat dengan permukaan tanah, tetapi pada
keadaan tertentu akar juga dapat menjelajah lebih dalam. Pada areal tanaman kelapa sawit
umur 5 tahun, permukaan absorpsi dari akar tersier dan kuarterner 5 kali lebih besar dari
pada akar primer dan akar sekunder yang digolongkan sebagai akar penjelajah (Pahan,
2008).

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu tanaman yang batangnya tidak
mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang tanaman kelapa sawit
berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, sebagai sistem
pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis
(fotosintat) dari daun ke bawah serta kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbun
zat makanan. Batang tanaman berbentuk silinder dengan diameter 20 cm 75 cm. Tanaman
kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun.
Pertambahan batang tanaman kelapa sawit terlihat jelas setelah tanaman berumur empat
tahun (Pahan, 2008).

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan pelepah daun (Frond
Base) menempel membalut batang. Pada tanaman dewasa diameternya dapat mencapai 40
60 cm, bagian bawah batangnya lebih gemuk disebut bongkol bawah (bowl). Kecepatan
tumbuh berkisar 35 - 75 cm/tahun. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat
karena masih terbungkus pelepah yang belum ditunas. Karena sifatnya yang Phototropi dan
Heliotropi (menujucahaya dan arah matahari) maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya
akan lebih cepat tetapi diameter (tebal) batang lebih kecil (PTPN. III, 2003).

Tinggi batang tanaman kelapa sawit bertambah 25- 45 cm/tahun. Jika kondisi
lingkungan sesuai, pertambahan tinggi batang kelapa sawit dapat mencapai 100 cm/tahun.
Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan antara 15 - 18 meter,
sedangkan di alam mencapai 30 meter. Pertumbuhan batang tanaman kelapa sawit
tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat.

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip
genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya
mencapai lebih dari 7,5-9 m. Jumlah anak daun disetiap pelepah berkisar antara 250-400
helai, daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun
cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis
berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan
meningkat. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur
tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu
pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda
(Fauzi dkk., 2008).

Daun pertama yang keluar pada stadia bibit berbentuk lanset (lanceolate), beberapa
minggu kemudian terbentuk daun terbelah dua (bifurcate) dan setelah beberapa bulan
terbentuk daun seperti bulu (pinnate). Misalnya bibit berumur 12 bulan susunan daun
terdiri atas 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate. Pangkal pelepah daun (petiole) adalah
tempat duduknya helaian daun (leaf let) dan terdiri dari rachis (basis foli), tangkai daun
(petiole) dan duri (spine), helaian anak daun (lamina), ujung daun (apex foli), lidi
(nervatio), daun (margo folii) dan daging daun (intervenium) (Fauzi dkk., 2008). Filotaksis
adalah pola susunan daun-daun pada batang dan sangat menarik untuk tanaman kelapa
sawit, karena polanya sangat jelas dan dapat diamati dari bekas (Rumpang) daun yang
dapat bertahan lama di batang. Primordia dalampola spiral mulai dari titik tumbuh (apex).
Umumnya spiral genetik tanaman kelapasawit memutar ke kanan dan hanya sejumlah kecil
yang memutar ke kiri (Pahan, 2008).

Daun mempunyai rumus kedudukan dengan rumus 3/8 artinya 8 buah pelepah daun
berurutan terdapat pada 3 lingkaran spiral dimana daun kesembilan akan segaris dengan
daun pertama. Daun pertama adalah daun termuda dengan kondisi yang telah membuka
sempurna. Lingkaran ada yang berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan tetapi
kebanyakan berputar kekanan. Pengenalan ini penting untuk diketahui agar dapat
mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lainlain yang dipakai sebagai standar pengukuran
pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya. Produksi
pelepah daun selama setahun dapat mencapai 20 - 30, kemudian akan berkurang sesuai
dengan umur menjadi 18-25 atau kurang (Fauzi dkk., 2008).

Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya mencapai 9 meter pada tanaman
dewasa. Panjang pelepah dapat bervariasi tergantung pada tipe varitas dan kesuburan
tanahnya. Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat mencapai 125-200. Anak daun pada
tengah pelepah dapat mencapai 1,2 meter. Berat satu pelepah mencapai 4,5 kg berat kering.
Pada satu pohon dijumpai 40-50 pelepah.

Serangga

Serangga banyak dimanfaatkan sebagai spesies indikator, yang akhir-akhir ini


semakin penting dengan tujuan utama menggambarkan adanya ketertarikan dengan kondisi
faktor biotik dan abiotik lingkungan. Serangga menyusun sekitar 64% (950.000) dari total
spesies tumbuhan dan hewan yang diperkirakan ada dibumi ini. Peran serangga
berdasarkan trofik dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu herbivora, karnifora,
detrivor, dan polinator.Serangga hama dapat ditemukan di berbagai tanaman dan
tumbuhan.

Deskripsi Umum Serangga

Serangga merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang berdarah dingin,
maksudnya adalah suhu tubuh mereka akan menurun dan proses fisiologinya melambat
apabila suhu lingkungan di sekitar meraka menurun. Sebagian serangga bisa hidup dengan
suhu yang sangat rendah dan sebagian lagi bisa bertahan hidup dengan suhu tinggi. Di
dalam jaringan tubuh serangga tersimpan etilenaglikol sehingga tahan terhadap suhu
rendah. Ada sebagian serangga mempunyai bentuk yang unik jika di bandingkan dengan
vertebrata lainnya seperti lebah, semut dan tabuhan, serangga ini mempunyai organ untuk
bertelur kemudian berkembang menjadi "sengat" (penusuk beracun). Sengat tersebut bisa
digunakan untuk mempertahankan diri dan menyerang. Kemudian ada juga serangga yang
mempunyai warna yang ber macam-macam, ada yang warnanya tidak menarik sampai
warnanya sangat cemerlang, warna-warni yang kemilau, layaknya permata yang hidup
(Jumar, 2000).

Dalam semua ekosistem hampir terdapat serangga. Jenis serangga akan semakin beragam
jika semakin banyak tempat dan ekosistemnya. Ada serangga yang bermanfaat seperti
serangga penyerbuk, pemakan bangkai, predator dan parasitoid ada yang merugikan yaitu
sebagai pemakan tanaman disebut hama, namun tidak semua serangga berbahaya bagi
tanaman. Biologi serangga, kepadatan populasi dan habitat sangat berpengaruh di setiap
penyebaran khas yang dimiliki oleh serangga (Putra, 1994).
Morfologi serangga

Serangga memiliki ukuran yang berbeda-beda. Mulai kurang dari 0,25 mm, sampai
yang paling besar mencapai 15-25 cm. Rata-rata berat serangga tidak lebih dari 5,72 mg.
Misalnya, lalat memilki berat sekitar 15-30 mg. Sementara itu, ulat dewasa memilki berat
rata-rata 3,5 g (pracaya,2007).

Gambar 1 Morofilogi Serangga

Serangga hama yang berada pada tumbuhan liar memberi keuntungan bagi petani,
lain halnya jika serangga hama berada pada tanaman komoditas pangan dan komoditas
perkebunan. Keberadaan serangga hama pada tanaman komoditas menjadi salah satu
faktor gagal panen. Tanaman komoditas salah satunya tanaman kelapa sawit yang
merupakan tanaman perpohonan dan memiliki batang dan tandan buah yang tebal, namun
tetap saja ada serangga yang memakan bagian keras tersebut. Indonesia merupakan
produsen kelapa sawit (Elais guinensis) kedua didunia setealah Malaysia. Sebanyak 85%
lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Memiliki potensi
lahan yang subur serata pasokan tenaga kerja yang cukup untuk menjadikan kelapa sawit
sebagai andalan pertumbuhan ekonomi. Semuanya tergantung pada menajemen dan
pemimpinnya. Saat ini Indonesia dan Malaysia memasok 22% dari total produksi minyak
nabati dan lemak dunia.

Pengembangan kelapa sawit itu akan memberikan tanaman sumber devisa bagi
negara. Penghasilan kelapa sawit yang cukup tinggi tidak lepas dari iklim dan daya tahan
terhadadap serangan penyakit. Pembudidayaan tanaman yang tidak luput dari gangguan
hama dan penyakit, salah satu hama yang menjadi perhatian yang serius dalam
pembudidayaan kelapa sawit adalah hama dari golongan serangga. Ekologi serangga
adalah pola timbal balik serangga dengan lingkungannya yang merupakan faktor abiotik.
Usaha yang harus dilakukan dalam mengelola ekosistem pertanian agar populasi hamanya
terkendali secara alami adalah dengan mempelajari struktur ekosistem, antara lain jenis
tanaman, jenis hama dan musuh alaminya.

Pada tanaman Kelapa Sawit terdapat hama berikut penjelasannya:

1. Proutista moesta

Proutista moesta adalah spesies serangga sejati dalam famili Fulgoridae. Ini adalah
hama millet. Serangga berukuran sekitar 5 mm yang dicirikan dengan sayap tegak
berwarna biru keabuan dan kehitaman. Proutista moesta (Westwood, 1896), serangga ini
berukuran tubuhnya sekitar 5 mm dengan sayap yang tegak ke atas sepanjang sekitar 8-10
mm dan jika dilihat dari depan formasi sayapnya membentuk huruf V dan memilliki motif
batik pada sayapnya.

Gambar 2 Proutista moesta

2. Bothrogonia (Bothrogonia addita)

Bothrogonia sp. (Hemiptera: Cicadellidae) adalah serangga yang tergolong dalam


kelompok wereng daun (leafhoppers). Bentuk struktur mulut tipe haustelata (menusuk
menghisap) dengan serangga ini menyerang menghisap cairan tanaman, baik jenis tanaman
rumputan, semak, maupun pohon. Spesies-spesies lain di dalam famili Cicadellidae ini
misalnya wereng hijau Nephotettix virescens yang menyerang tanaman padi, Empoasca sp.
sebagai hama pada tanaman kentang, terong, dan jenis kacang-kacangan. (Devi dkk,2017)
berdasarkan pengamatan di lapangan serangga ini juga menyerang beberapa tanaman buah
buahan. Sementara pada pengamatan di lapangan ditemukan gejala serangan bothrogonia
pada daun yang terdapat bercak hitam pada helai daun.

Gambar 2 Bothrogonia (Bothrogonia addita)

3. Dioctria rufipes

Dioctria adalah genus lalat perampok yang diklasifikasikan dalam subfamili


Dasypogoninae dalam famili Asilidae. Bersama dengan genus Bohartia, Dicolonus,
Echthodopa, Eudioctria dan Metadioctria membentuk suku Dioctriini. Habitat Spesies ini
terutama menghuni padang rumput yang lebat, daerah berhutan lebat, tepi hutan dan pagar
tanaman. Dioctria rufipes dapat mencapai panjang tubuh sekitar 8-15 mm (0,31-0,59 in)
dan panjang sayap 7,5-9 mm (0,30-0,35 in). Lalat perampok berukuran sedang-besar ini
memiliki kepala hitam dan bagian mulut yang tajam. Tuberkulum antena berkembang
dengan baik di atas mata. Mesothorax berwarna hitam, puber ringan, dengan garis
memanjang yang tidak mencolok.

Perutnya ramping, punggungnya lebih lebar ke arah belakang. Kaki depan


seluruhnya berwarna oranye-merah,sedangkan kaki belakang sebagian besar berwarna
hitam. Mereka menunjukkan garis lengkap pubertas pucat, pendek dan lembut ( tomentum)
di sisi dada (pleura ), dengan garis perut tambahan di atas tengahcoxa. Biologi Orang
dewasa dapat ditemukan dari Mei hingga Juli-Agustus. Serangga ini merupakan predator
bagi serangga lainnya. Mereka terutama memakan tawon parasit, ichneumonids,lalat
gergaji, lalat empidid dan beberapa spesies kecil ( spesies Phora Oscinis, Opius).Larva
berkembang sebagai predator di dalam tanah.

Gambar 3 Dioctria rufipes

4. Cosmophasis marxi 

Cosmophasis marxi adalah spesies laba-laba yang tergolong famili Salticidae. Spesies ini


juga merupakan bagian dari genus Cosmophasis dan ordo Araneae. Nama ilmiah dari
spesies ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1890 oleh Thorell. Laba-laba ini biasanya
banyak ditemui di Sumatra, Jawa. Mikos kosmofasis , nama yang sering dikaitkan dengan
spesies ini, tidak ada di Australia, itu salah identifikasi di Koch & Keyserling (Die
Arachniden Australiens). Cosmophasis thalassina adalah identifikasi yang tepat. Either
way, itu adalah laba-laba melompat berwarna dengan pita berwarna-warni, tampak
metalik, berwarna hijau pirus melintasi karapas (tetapi tidak ke tepi), garis putih di
sepanjang tepi depan dan sisi perut, garis putih tengah berjalan memanjang ke bawah perut
dan pita putih dan virus di kaki - jika tidak sebagian besar hitam legam.

Di Australia jangkauannya adalah Queensland dari tropis basah hingga (jarang) SEQ,
termasuk pantai Mackay bagian tengah dan dataran tinggi gurun tetapi mungkin hanya di
hutan hujan sungai di wilayah selatan dan tengah. Juga di Papua dan Asia Tenggara.
Karapas tinggi, terlebar di belakang mata lateral posterior miring cukup curam ke margin.
Perutnya panjang, lebih atau kurang berbentuk cerutu, sedikit pipih di atasnya dan
meruncing ke arah pemintal. Ini memakan semut dan arthropoda lainnya (Mascord 1970).
Laki-laki jauh lebih besar daripada perempuan yang sulit dibedakan dari yang
lain. Laki- laki Cosmophasis micarioides sangat mirip tetapi memiliki pita di kepala yang
menjangkau sampai ke tepi karapas. ♀ 5mm ♂ 8mm.

Gambar 4 Cosmophasis marxi

Patogen

Patogen merupakan mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk menempel


pada suatu tanaman (inang) dan mengeksploitasi tanaman tersebut sebagai sumber
makanannya. Tidak hanya mengambil makanan dari inangnya, patogen juga menginfeksi
dan menimbulkan gejala penyakit pada tanaman yang menjadi inangnya.

Penyakit yang menyerang pertanaman kelapa sawit diantaranya yaitu penyakit


akar,penyakit busuk pangkal batang, penyakit busuk kuncup, penyakit garis kuning,
anthracnose, dan penyakit tajuk.

1. Penyakit akar (Blast disease)

Gejalanya yaitu tanaman tumbuh tidak normal,lemah, dan daun berubah warna dari hijau
menjadi kuning (nekrosis). Nekrosis dimulai dari ujung daun dan beberapa hari kemudian
tanaman mati. Bibit maupun tanaman dewasa yang terserang akarnya membusuk.
Penyebabnya adalah jamur Rhizoctonia lamellifera dan Phytium sp. Melakukan budidaya
yang baik merupakan cara yang efisien untuk pencegahan penyakit ini. Tindakan tersebut
antara lain dengan membuat persemaian yang baik agar bibit sehat dan kuat, pemberian air
yang cukup dan naungan pada musim kemarau.
2. Penyakit busuk pangkal batang (Basal stem rot atau Ganoderma)

Gejalanya yaitu daun hijau pucat dan daun muda (janur) yang terbentuk sedikit. Daun yang
tua layu, patah pada pelepahnya, dan menggantung pada batang. Selanjutnya pangkal
batang menghitam, getah keluar dari tempat yang terinfeksi, dan akhirnya batang
membusuk dengan warna cokelat muda. Akhirnya bagian atas tanaman berjatuhan dan
batangnya roboh. Penyebabnya adalah jamur Ganoderma applanatum, Ganoderma
lucidum, dan Ganoderma pseudofferum. Jamur ini akan menular ke tanaman yang sehat
jika akarnya bersinggungan dengan tunggul-tunggul pohon yang sakit. Pencegahannya
yaitu,sebelum penanaman sumber infeksi dibersihkan terutama jika areal kelapa sawit
merupakan lahan bekas kebun kelapa atau kelapa sawit, tunggul-tunggul ini harus
dibongkar serta dibakar.

3. Penyakit busuk kuncup (Spear rot)

Gejalanya yaitu jaringan pada kuncup membusuk dan berwarna kecokelat-cokelatan.


Setelah dewasa, kuncup akan bengkok dan melengkung. Penyebabnya belum diketahui
dengan pasti sampai sekarang. Pemberantasannya dengan memotong bagian kuncup yang
terserang.

4. Penyakit garis kuning (Patch yellow)

Gejalanya yaitu pada daun yang terserang,tampak bercak-bercak lonjong berwarna kuning
dan ditengahnya terdapat warna cokelat. Penyakit ini sudah menyerang pada saat bagian
ujung daun belum membuka, dan akan menyebar ke helai daun lain yang telah terbuka
pada pelepah yang sama. Daun yang terserang akan mengering dan akhirn

Penyebabnya adalah jamur Fusarium oxysporum. Penyakit ini menyerang tanaman


yang mempunyai kepekaan tinggi dan disebabkan oleh faktor turunan. Pencegahannya
adalah dengan usaha inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda, dapat mengurangi
penyakit di pesemaian dan tanaman muda di lapangan.

5. Anthracnose

Gejalanya yaitu terdapat bercak-bercak cokelat tua pada ujung dan tepi daun. Bercak-
bercak dikelilingi warna kuning yang merupakan batas antara bagian daun yang sehat dan
yang terserang. Gejala lain yang tampak adalah adanya warna cokelat dan hitam diantara
tulang daun. Daun-daun yang terserang menjadi kering dan berakhir dengan kematian.
Penyebabnya adalah jamur Glomerella palmarum. mengatur teratur, pesemaian
Melanconium sp, cingulata, dan Pencegahan secara Botryodiplodia agronomis dengan
jarak tanam, penyiraman yang pemupukan, pemindahan bibit dari berikut tanahnya yang
menggumpal di akar.

6. Penyakit tajuk (Crown disease)

Gejalanya yaitu helai daun mulai pertengahan sampai ujung pelepah kecil-kecil, sobek,
atau tidak ada sama sekali. Pelepah yang bengkok dan tidak berhelai daun merupakan
gejala yang cukup serius. Gejala ini tampak pada tanaman yang berumur 2 - 4 tahun.
Penyebabnya yaitu gen keturunan dari tanaman induk. Pencegahannya dengan
menyingkirkan tanaman-tanaman induk yang mempunyai gen penyakit tersebut.

Tanaman kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai hama dan penyakit. Hama yang
terdapat pada pertanaman kelapa sawit diantaranya yaitu tungau, ulat setora, nematoda,
kumbang Oryctes rhinoceros dan penggerek tandan buah. Penyakit yang menyerang
pertanaman kelapa sawit diantaranya yaitu penyakit akar, penyakit busuk pangkal batang,
penyakit busuk kuncup, penyakit garis kuning, anthracnose, dan penyakit tajuk.Beberapa
jenis hama dan penyakit dapat menimbulkan kerugian yang besar pada bibit, tanaman
belum menghasilkan dan menghasilkan. Pengendalian terhadap penyakit perlu
dilaksanakan secara benar untuk tanaman meminimalisir produktivitas kelapa sawit.

Hasil dan Pembahasan

Gambar Penyakit busuk pangkal batang (Basal stem rot atau Ganoderma)
Gambar Penyakit garis kuning (Patch yellow)

Tanaman kelapa sawit atau dalam nama ilmiah disebut Elaeis guineensis Jacq
pertama kali ditemukan di negara Afrika Barat dan tanaman ini disebut sebagai tanaman
tropikal. Kelapa sawit memiliki buah dan menempel dikarangan yang disebut tandan buah
dan umumnya terdapat pada ketiak daun. Buah kelapa sawit terdapat ada beberapa istilah
yaitu eksokarp, mesokarp, endikarp, dan kernel (biji) yang merupakan bagian-bagian dari
buah kelapa sawit.

Pada tanaman Kelapa Sawit terdapat serangga yaitu; Proutista moesta,


Bothrogonia (Bothrogonia addita), Dioctria rufipes, dan Cosmophasis marxi merupakan
serangga yang ada pada tanaman kelapa sawit. Proutista moesta adalah spesies serangga
sejati dalam famili Fulgoridae. Ini adalah hama millet. Serangga berukuran sekitar 5 mm
yang dicirikan dengan sayap tegak berwarna biru keabuan dan kehitaman. Bothrogonia
(Bothrogonia addita) adalah serangga yang tergolong dalam kelompok wereng daun
(leafhoppers). Bentuk struktur mulut tipe haustelata (menusuk menghisap) dengan
serangga ini menyerang menghisap cairan tanaman, baik jenis tanaman rumputan, semak,
maupun pohon. Dioctria rufipes Lalat perampok berukuran sedang-besar ini memiliki
kepala hitam dan bagian mulut yang tajam. Tuberkulum antena berkembang dengan baik
di atas mata. Mesothorax berwarna hitam, puber ringan, dengan garis memanjang yang
tidak mencolok. Cosmophasis marxi  laba-laba melompat berwarna dengan pita berwarna-
warni, tampak metalik, berwarna hijau pirus melintasi karapas (tetapi tidak ke tepi), garis
putih di sepanjang tepi depan dan sisi perut, garis putih tengah berjalan memanjang ke
bawah perut dan pita putih dan virus di kaki - jika tidak sebagian besar hitam legam.
Dari gambar diatas dapat dilihat jika Tanaman Kelapa Sawit meiliki Penyakit
busuk pangkal batang (Basal stem rot atau Ganoderma). Daun hijau pucat dan daun muda
(janur) yang terbentuk sedikit. Daun yang tua layu, patah pada pelepahnya, dan
menggantung pada batang. Selanjutnya pangkal batang menghitam, getah keluar dari
tempat yang terinfeksi, dan akhirnya batang membusuk dengan warna cokelat muda.
Akhirnya bagian atas tanaman berjatuhan dan batangnya roboh. Penyebabnya adalah jamur
Ganoderma applanatum, Ganoderma lucidum, dan Ganoderma pseudofferum. Jamur ini
akan menular ke tanaman yang sehat jika akarnya bersinggungan dengan tunggul-tunggul
pohon yang sakit.

Dan juga terdapat penyakit lainnya yaitu Penyakit garis kuning (Patch yellow) pada
daun yang terserang,tampak bercak-bercak lonjong berwarna kuning dan ditengahnya
terdapat warna cokelat. Penyakit ini sudah menyerang pada saat bagian ujung daun belum
membuka, dan akan menyebar ke helai daun lain yang telah terbuka pada pelepah yang
sama. Daun yang terserang akan mengering dan akhirn. Penyebabnya adalah jamur
Fusarium oxysporum. Pencegahannya adalah dengan usaha inokulasi penyakit pada bibit
dan tanaman muda, dapat mengurangi penyakit di pesemaian dan tanaman muda di
lapangan.

Daftar Pustaka

Ahmad Mahdi, S. H., Ahmed, M., & Ahsan, M. D. (2018). Species diversity, seasonal
abundance and morphometric analysis of grasshopper (Orthoptera: Caelifera) in Rajshahi city,
Bangladesh. Serangga, 23(1), 24– 34

Putra, N. 2012. Kelapa Sawit. Available at


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31473/5/Chapter%20I.pdf.

Susanto, dkk. (2011). Penggerek Tandan Kelapa Sawit Tirathaba mundella Walker. Jurnal
Penelitian Kelapa Sawit. Vol H – 0004. Available at http://www.iopri.org/download/finish/5-
hama/11-tirathaba-mundella.html. Wikipedia. 2014. Kumbang Tanduk.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kumbang_tanduk
Triastuti,dkk ,(2022). IDENTIFIKASI DAN INTENSITAS SERANGAN SERANGGA
PADA BIBIT DURIAN DI PEMBIBITAN CV. TUNAS RIMBA,Program Studi Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Simalungun
https://jurnal.usi.ac.id/index.php/akar/article/download/399/383

Anda mungkin juga menyukai