Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh kecepatan angin terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa

sawit

Disusun oleh:
Aqil Hanafi
Aulia Dwi Septiani
Azuhri Aidi Ramadani
Tengku M. Kevin
Muhammad Putra

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Pujisyukur Alhamdulillah penulis panjatkan pada Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan ridho dan rahmatnya kepada kita semua, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas makalah yang berjudul”pengaruh kecepatan angina terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.

Teknologi produksi tanaman perkebunan merupakan mata kuliah yang

mengajarkan mahasiswa bagaimana dapat menghasilkan produksi yang maksimal

dan membantu mahasiswa dalam memperoleh ilmu.

Pekanbaru, 11 Oktober 2022

Penulis
I.PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pertanian merupakan sector memiliki peranan yang sengat penting bagi
perekonomian Indonesia, dimana peran tersebut sebagai sumber devisa, penyedia
lapangan pekerjaan. Indonesia merupakan negara dengan perkebunan kelapa sawit
terbesar di dunia dengan total 700 jumlah perkebunan yang dikembangkan di
seluruh bagian Indonesia. Riau merupakan provinsi yang kaya akan sumberdaya
alam yang dapat dioptimalkan seperti sumberdaya pertanian/perkebunan. Dengan
potensi alam yang luas, usahatani di Riau sangat menjanjikan, salah satu tanaman
perkebunan yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat Riau adalah kelapa
sawit.

Kelapa sawit menjadi Komoditas utama perkebunan rakyat Riau, dimana luas
area perkebunan rakyat pada tahun 2021 sebesar 1,53 juta Ha dengan hasil
produksi sekitar 3,85 juta ton dan Perkebunan kelapa sawit terluas berada di
Kabupaten Rokan Hulu. Kelapa sawit. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
berasal dari daerah Afrika dan Amerika Selatan. Awalnya tumbuhan ini tumbuh
liar dan setengah liar di daerah tepi sungai. Tanaman ini pertama kali
diintroduksikan ke Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848
di Kebun Raya Bogor (s’Lands Plantentuin Buitenzorg). Sejak saat itu kelapa
sawit mulai berkembang diberbagai daerah di Indonesia sebagai komoditas
perkebunan (Pahan, 2008).

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang pesat, sehingga pada tahun


1939, Indonesia menjadi negara produsen dan eksportir utama kelapa sawit dunia
dengan volume mencapai 244 ribu ton atau sebesar 48% total ekspor minyak
kelapa sawit dunia (Prayitno et al., 2008). Kelapa sawit adalah tanaman
perkebunan yang toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik, namun
untuk mencapai tingkat pertumbuhan optimal membutuhkan kisaran kondisi
lingkungan tertentu. Kondisi iklim merupakan salah satu faktor lingkungan utama
yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan kelapa sawit (Buana et al.,
2004). Pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi 3 faktor yaitu
faktor lingkungan, faktor bahan tanaman dan factor tindakan kultur teknis.
Dimana ketiga faktor tersebut saling memiliki terkaitan dan saling mempengaruhi
satu sama lain.

1.2. Tujuan
2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah teknologi produksi tanaman
perkebunan 1.
3. Untuk mengetahui syarat tumbuh dari tanaman kelapa sawit
4. Untuk mengetahui factor kecepatan angina terhadap pertumbuhan dan
produksi kelapa sawit.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kelapa sawit (Elais Guinensis Jack) berasal dari Nigiria,


Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang mengatakan bahwa kelapa sawit
berasal dari Amerika Selatan, yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan
spesies kelapa sawit dihutan Brazil dibanding dengan Afrika. Pada
kenyataannya tanaman kelapa sawit tumbuh subur diluar daerah asalnya, seperti
Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan
hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Kelapa sawit telah menyebar di
Indonesia, Bahkan sebagian besar perkebunan rakyat telah dialih fungsikan
menjadi kebun kelapa sawit (Fauzi,2012) dalam (Refli, 2022).

Menurut Pardamean (2008) dalam (Refli, 2022) kelapa sawit merupakan


tanaman monokotil (berbiji tunggal) yang dapat tumbuh dengan baik di daerah
dataran rendah. Tanaman ini adalah salah satu tanaman yang dibudidayakan.
Seperti tanaman budidaya lainnya, kelapasawit membutuhkan kondisi tumbuh
yang baik agar produksinya keluar dengan maksimal, sedangkan (Razali et al.,
2012) dalam (Sujadi & Supena, 2020) Kelapa sawit merupakan tanaman
monokotil dengan bunga betina dan jantan terdapat pada satu pohon, biasanya
terjadi kawin silang dengan bantuan agen polinasi (Elaeidobius kamerunicus)
untuk menghasilkan tandan buah sawit. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
sangat penting artinya bagi Indonesia. Tanaman kelapa sawit memiliki
klasifikasi sebagai berikut:

Klasifikasi Kingdom: Plantae, Subkingdom: Tracheobionta, Super


Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga), Kelas: Liliopsida (berkeping satu/ monokotil), Sub Kelas: Arecidae,
Ordo: Arecales, Famili: Arecaceae (suku pinang-pinangan), Genus: Elaeis,
Spesies: Elaeis guineensis Jacq (Asmono, 2010) dalam (Pranata, 2019).

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu usaha pertanian yang


banyak diminati investor. Tingginya produktivitas lahan serta aspek pasar yang
sangat prospektif menjadi pendorong tingginya investasi di bidang ini. Kelapa
sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah
satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber devisa nonmigas
bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam
perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia
memacu perkembangan areal perkebunan kelapa sawit (Hartanto, 2011) dalam
(Naldi, 2022).

Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berbiji satu


(monokotil) yang memiliki akar serabut. Pada awal perkecambahan, akar
pertama muncul dari biji yang berkecambah (radikula). Setelah itu radikula
akan mati dan membentu akar utama atau primer. Selanjutnya, akar primer akan
membentuk akar sekunder, tersier, dan kuaterner. Akar kelapa sawit yang
terbentuk sempurna umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm,
akar sekunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3. Akar
yang paling aktif menyerap 6 air dan unsur hara adalah akar tersier dan
kuaterner pada kedalaman 0-60 cm dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon
(Lubis dan Agus, 2011).

Batang kelapa sawit memiliki karakteristik yaitu tidak memiliki


cambium dan umumnya tidak bercabang. Batang tanaman kelapa sawit
berfungsi sebagai struktur yang mendukung pertumbuhan daun, bunga dan
buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut nutrisi air dan hara mineral
dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah,
kemudian juga berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan. Batang kelapa
sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. tanaman kelapa sawit yang
masih muda batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun.
Pertambahan batang kelapa sawit terlihat jelas setelah tanaman berumur 4
tahun. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan pelepah daun (frond base)
menempel membungkus batang, pada tanaman dewasa diameternya bisa
mencapai Tingginya 40-60 cm, bagian bawah batangnya disebut bongkol
bawah (bowl). Kecepatan pertumbuhan berkisar antara 35-75 cm / tahun.
Sampai batang tanaman berumur 3 tahun belum terlihat karena masih
terbungkus pelepah yang belum ditunas. Karena sifat fototropik dan
heliotropiknya (terhadap cahaya dan arah matahari), dalam kondisi terlindung
pertumbuhannya akan lebih cepat tetapi diameter (ketebalan) batangnya lebih
kecil (Sunarko, 2014).

Daun merupakan pusat produksi energi dan makanan untuk tanaman.


Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat mempengaruhi penangkapan
sinar matahari. Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki karakteristik yaitu
membentuk daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun kelapa
sawit disanggah oleh pelepah dengan panjang sekitar 9 meter. Jumlah anak
daun di masing-masing pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis
tanaman kelapa sawit. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat.
Duduk pelepah daun pada batang disusun dalam susunan yang melingkari
batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa sawit normal biasanya memiliki
sekitar 40-50 daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda berusia 5-6
tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara 20-
25 helai. Semakin pendek pelepah daun, semakin banyak populasi kelapa sawit
yang dapat ditanam dengan satuan yang luas sehingga semakin tinggi
produktivitas hasilnya per satuan luas tanaman (Lubis dan Agus, 2011).

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya


bunga jantan dan bunga betina berada pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan
yang sama. Tanaman kelapa sawit yang berumur 3 tahun sudah mulai dewasa
dan mulai mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan
berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman
kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya bunga
betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya
dengan perantara angin dan atau serangga penyerbuk (Putranto, 2010).

Bunga kelapa sawit betina yang telah diserbuki akan tumbuh menjadi
buahdan matang pada 5,5 bulan kemudian. Buah kelapa sawit berbentuk
lonjong membulat dengan panjang 2-3 cm dan bergerombol pada tandan yang
muncul dari setiap ketiak daun. Jumlah buah biasanya mencapai sekitar 2000
buah pada setiap tandan dengan kematangan bervariasi. Karena pengaruh
krolofil, buah kelapa sawit muda berwarna hijau. Meski demikian, ada beberapa
varietas yang buahnya sejak muda berwarna ungu kehitaman (Andoko dan
Widodoro, 2013).

Buah kelapa sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu,


hingga merah tergantung jenis bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam
tandan yang muncul dari tiap pelepah dan kandungan minyak bertambah sesuai
dengan kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam
lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok
dengan sendirinya (Putranto, 2010).

Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang


diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya.
Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolestrol,
dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak juga diolah menjadi bahan
baku margarin (Pahan, 2012). Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang
licin dank eras (epicarp), daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre)
dan mengandung minyak, kulit biji (endocarp) atau cangkang yang berwarna
hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung
minyak, serta lembaga (embrio). (Pahan, 2012).

Tanaman Kelapa Sawit memiliki kesesuaian terhadap iklim, Dimana


faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan
kelapa sawit (Nora & Mual, 2018).

Curah Hujan Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000 –


2.500 mm/tahun dengan periode bulan kering < 75 mm/bulan tidak lebih dari 2
bulan. Curah hujan 2000 mm/tahun terbagi merata sepanjang tahun, tidak
terdapat periode kering yang tegas. Curah hujan tinggi menyebabkan produksi
bunga tinggi, presentasi buah jadi rendah, penyerbukan terhambat, sebagian
besar pollen terhanyut oleh air hujan. Curah hujan rendah pembentukan daun
dihambat, pembentukan bunga dan buah dihambat (bunga/buah terbentuk pada
ketiak daun). Daerah dengan 2 – 4 bulan kering kelapa sawitnya memiliki
produktivitas yang rendah.

Suhu rata-rata tahunan untuk pertumbuhan dan produksi sawit berkisar


antara 24°-29° C, dengan produksi terbaik antara 25°–27° C. Kelembaban
optimum 80 – 90% dengan kecepatan angin 5 – 6 km/jam. Evapotranspirasi
lebih kecil dari curah hujan tidak bermasalah tetapi bila evapotranspirasi lebih
besar dari curah hujan pertanaman akan mengalami deficit air. Menurut
(Suwarto, 2010) dalam (Galingging, 2021) Suhu ideal agar tanaman kelapa
sawit dapat tumbuh dengan baik sekitar 24- 28°C.Meskipun demikian, tanaman
kelapa sawit masih dapat tumbuh pada suhu terendah 18°C dan tertinggi 32°C.

Ketinggian tempat Daerah pengembangan kelapa sawit yang sesuai


berada pada 15° LU – 15o LS. Ketinggian lokasi (altitude) perkebunan kelapa
sawit yang ideal atau setara pada daerah iklim tropis basah dengan ketinggian
0-500 m dpl (Galingging, 2021).

Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7
jam/hari. Minimal 5 jam penyinaran per hari, sepanjang tahun. Kondisi ideal:
paling tidak terdapat periode 3 bulan dalam 1 tahun yang penyinarannya 7 jam
per hari.

Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut dan pasang surut.
Tanah mengandung sedikit unsur hara tetapi memiliki kandungan air yang
cukup tinggi.Sehingga sangat cocok untuk melakukan perkebunan kelapa sawit,
karena kelapa sawit memiliki kemampuan untuk tumbuh dengan baik dan
memiliki daya adaptasi yang cepat terhadap pengaruh lingkungan (Lubis dan
Agus, 2011) dalam (Naldi, 2022). Lahan gambut menjadi potensi
pengembangan kelapa sawit karena melimpahnya lahan gambut di Indonesia
terutama Sumatra, Kalimantan dan Papua. Dimana tanah gambut memiliki sifat
yang selalu tergenang air, dekomposisi bahan organik lambat, konsistensi yang
lepas, kepadatan masa rendah, dan bersifat seperti spon yang artinya mampu
menyerap dan menahan air dalam jumlah besar. Selain tanah gambut terdapat
juga tanah sulfat asam (pasang surut) yang memiliki potensi dalam
pengembangan kelapa sawit karena berada di sekitar daerah pantai dengan
topografi datar, tetapi dalam tanah sulfat masam memiliki kandungan senyawa
pirit tinggi yang beresiko mengalami oksidasi (Lubis & Widanarko, 2011).
III. PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT

Anda mungkin juga menyukai