Anda di halaman 1dari 19

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sub sektor perkebunan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap
pembangunan perekonomian industri selain dari minyak dan gas bumi yang
selama ini merupakan komoditi andalan Indonesia. Produk kelapa sawit
berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan industri bahan
makanan maupun bahan nonpangan untuk keperluan industri.
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak
makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia
adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan
pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia.
Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal
pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi. Pelaku usahatani
kelapa sawit di Indonesia terdiri dari

perusahaan perkebunan besar swasta,

perkebunan negaradan perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat


umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan
perkebunan negara.
Industri kelapa sawit memiliki prospek yang baik karena memiliki daya
saing tinggi yaitu sebagai industri minyak nabati. Sawit adalah salah satu sumber
yang paling kompetitif di dunia untuk biofuels. Sehingga dapat dikatakan bahwa
industri kelapa sawit dapat menjadi penyumbang devisa negara, sumber
pendapatan masyarakat dan sumber lapangan pekerjaan.
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan

penting penghasil

minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel).


Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia.
Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama
produsen sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan
kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan
intensifikasi. Pelaku usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan
perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Usaha

perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan model kemitraan


dengan perusahaan besar swasta dan perkebunan negara (inti plasma).
Identifikasi morfologi tanaman sawit merupakan salah satu cara untuk
mengenal tanaman sawit itu sendiri. Disisi lain dengan adanya identifikasi
morfologi tanaman dapat membantu dalam upaya pemuliaan atau pembiakan
tanaman tersebut.Selain itu pengetahuan akan morfologi kelapa sawit akan
memudahkan kita dalam mengenali varietas dari kelapa sawit tersebut. Disamping
itu, dengan mengidentifikasi tanaman kelapa sawit utamanya dari segi morfologi
dapat membantu untuk menentukan sistem budidaya yang seperti apa yang sesuai
untuk mengoptimalkan produksi kelapa sawit yang ditanam, contohnya seperti
pemangkasan. Sehingga hasil produksi yang diperoleh tinggi karena dalam teknis
budidayanya telah mengenali ciri morfologi dari tanaman sawit tersebut.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagian morfologi tanaman kelapa sawit dengan benar.
2. Mengetahui bagaimana bentuk bagian tanaman kelapa sawit secara langsung.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama
tujuh tahun terakhir menunjukan peningkatan yakni berkisar 1,97%-13,36%.
Pada tahun 2004 luas areal perkebunan kelapa sawit tercatat seluas 5,40 juta
hektar atau mengalami peningkatan sebesar 2,23%. Selama periode tahun 19992005 areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 19 Provinsi (Mucra dan Azriani,
2012). Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional.
Selain mampu menyediakan lapangan kerja, hasil dari tanaman ini juga
merupakan sumber devisa negara. Di Indonesia setiap tahunnya luas penanaman
kalapa sawit dan produksinya cenderung meningkat yakni masing-masing antara
2,4 9,1% dan 2,9-18,6% (Syahputra et al., 2011).
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang menjadi primodana
dunia. Dalam dua dekade tersebut bisnis sawit tumbuh diatas 10% per tahun, jauh
meninggalkan komoditas perkebunan lainnya yang tumbuh dibawah 5%.
Kecenderungan tersebut semakin mengerucut, dengan ditemukannnya hasil-hasil
penelitian terhadap deversifikasi yang dapat dihasilkan oleh komoditi ini selain
komoditi utama berupa minyak sawit, sehingga menjadikan komoditi ini sangat
digemari oleh para investor perkebunan (Krisnohadi, 2011).
Kelapa sawit (Elaeis) menghasilkan minyak makanan, minyak industri,
maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa
sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia
akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia.

Untuk meningkatkan

produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi


kebun yang sudah ada dan intensifikasi (Sarwani, M., 2008).
Sebuah penghalang untuk memenuhi permintaan minyak sawit global
melalui sistem produksi-petani kecil adalah bahwa di daerah seperti Papua,
Indonesia. Petani daerah tersebut dapat diatasi dengan penambahan keahlian
cukup, tenaga kerja, pupuk dan input penting lainnya. Dalam hal ini periode startup produsen industri cenderung sulit mendominasi produksi kelapa sawit, dan bisa
mengatur kondisi petani untuk partisipasi, kecuali ada intervensi politik dan tepat
insentif petani (Sayer et al., 2012).

Morfologi tanaman kelapa sawit secara umum seperti halnya dengan


tanaman lainnya terdiri dari bagian akar, batang, daun, bunga dan buah. Pada bibit
kelapa sawit umur 1 tahun mempunyai warna daun berdasarkan color charts yaitu
7.5 GY 5/8, tinggi bibit berkisar antara 145160 cm, dengan rerata jumlah pelepah
daun 14, dan 3 kuncup daun, yang mempunyai kandungan N daun (4,34 ppm); P
(127,52 ppm); K (0,27 me/100 g) dan kandungan khlorofil daun 12,32 mg/l
(Dewi, 2009),
Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri
dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarterner. Pertumbuhan akar primer
tergantung pada aktivitas meristem apikalnya. Pembelahan sel berlangsung secara
aktif pada bagian meristem akar ini. Selain tumbuh memanjang, akar juga tumbuh
secara radial (pertambahan diameter akar).Tanaman kelapa sawit adalah tanaman
monokotil yang tidak memiliki kambium vaskuler yang berperan untuk
pertumbuhan radial akar. Secara umum, sistem perakaran kelapa sawit lebih
banyak dekat dengan permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu akar juga bisa
menjelajah lebih dalam (Lora et al., 2013).
Perkembangan akar kelapa sawit menyebar kearah vertikal maupun lateral
mengikuti perkembangan umur tanaman. Penyebaran akar umumnya berkisar
sampai kedalaman 1 - 2 m sedang pada tanah berpasir dapat mencapai kedalaman
5 m dan 18 m secara horizontal, namun kedalaman efektif tanah hanya antara 0.7
1.1 m. Perakaran sawit lebih banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai
kedalaman 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit. Perakaran yang
paling padat terdapat pada kedalaman 25 cm (Rusmayadi, 2011). Salah satu
perubahan morfologi akar yaitu akibat penggenangan terlalu lama, keadaan ini
dapat mengganggu hubungan antara bagian atas tanaman dengan akar. (Dewi,
2009).
Batang kelapa sawit tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium. Pada
ujung titik tumbuh yang terus berkembang membentuk daun dan ketinggian
batang. Pelepah tumbuh secara teratur membentuk spiral yang biasanya 1/8 spiral
ada

yang mengarah ke kiri dan ke kanan tergantung sifat genetisnya.Tinggi

tanaman kelapa sawit berkisar 1518 m. Batang kelapa sawit tumbuh lurus ke
atas. Diameter batang normal adalah 4060 cm, tetapi pada pangkalnya

membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun
yang

memanjangkan

batang. Selama empat tahun pertama titik tumbuh

berkembang membentuk daundaun dan batang yang tumbuh melebar


membentuk basis batang (Mariyah, 2010).
Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang
sejajar. Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun (umumnya disebut pelepah)
per tahun dan pada tanaman tua antara 1824 pelepah per tahun, panjang pelepah
tanaman dewasa 9 m, anak daun 125200 pasang dengan panjang 11,2 m dan
lebar tengah sekitar 6 cm, jumlah pelepah yang dipertahankan ditajuk pada
tanaman dewasa 4056 pelepah, selebihnya dibuang atau ditunas pada saat panen,
letak pelepah dilihat dari bekas tunasnya membentuk putaran spiral ke kiri atau
ke kanan (Mariyah, 2010).
Bunga betina terletak dalam tandan bunga. Tiap tandan bunga mempunyai
100200 cabang dan setiap cabang terdapat paling banyak 30 bunga betina.
Dalam satu tandan besar terdapat 30006000 bunga betina. Bunga betina
memiliki tiga putik dan enam perhiadsan bunga. Di antara bakal buah hanya satu
yang subur dan jarang terdapat dua ataupun lebih (Mariyah, 2010). Bunga jantan
dan betina terpisah dan memiliki waktu waktu pematangan berbeda sehingga
sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip
dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Buah sawit
mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu hingga merah tergantung bibit yang
digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah
(Sekjend Departemen Industri, 2007).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan acara Morfologi Tanaman
Kelapa Sawit dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015 di Agroteknopark
Jubung, Kecamatan Jubung, Kabupaten Jember
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1
2
3
4

Kamera
Alat tulis
Pensil warna
Kertas

3.2.2 Bahan
1

Tanaman kelapa sawit (akar, batang, daun, bunga, dan buah)

3 Cara Kerja
1 Mengunjungi areal penanaman kelapa sawit.
2 Memilih beberapa contoh tanaman dan mengamati secara teliti ciri-ciri yang
3

ada dari tiap jenis tanaman Kelapa sawit tersebut


Mendiskusikan beberapa karakteristik tanaman kelapa sawit dengan para

teknisi lapangan.
Membuat laporan sesuai dengan topik yang telah ditentukan.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Morfologi Sawit
No

Gambar Morfologi

Keterangan

1.

Merupakan daun tunggal majemuk


yang terdiri dari :
a Tangkai daun
b Anak tulang daun
c Duri
d Rachis
e Pangkal daun
f Tepi daun
g Tulang helai daun
h Ujung daun

2.

Batang berbentuk silindris, tidak


bercabang. Pada batang terdapat
pangkal daun, seludang dan bunga
kelapa sawit.
a Seludang
b Tangkai daun yang dipotong
c Bunga betina
d Bunga jantan

3.

Bunga termasuk bunga majemuk


berumah satu dengan 1 pohon
terdapat 1 bunga jantan atau bunga
betina dan dapat pula hemaprodit.
Bunga jantan berbentuk lancip dan
panjang, sedangkan bunga betina
lebih besar dan mekar, serta
berbentuk agak bulat terbungkus oleh
seludang bunga.

aBunga jantan

4.

b. Bunga Betina

1
2
3
4

Epicarp
Mesocarp
Endoscarp
endosperm

Sistem perakaran serabut dengan


sistem percabnagan berupa akar
primer, akar sekunder, akar tersier dan
akar kuartener.

5.

1.1 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini dilakukan identifikasi morfologi dari tanaman
kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit memiliki morfologi sebagai berikut :
Akar
Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri
dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarterner. Pertumbuhan akar primer
tergantung pada aktivitas meristem apikalnya. Pembelahan sel berlangsung secara
aktif pada bagian meristem akar ini. Selain tumbuh memanjang, akar juga tumbuh
secara radial (pertambahan diameter akar). Perkembangan akar kelapa sawit
menyebar kearah vertikal maupun lateral mengikuti perkembangan umur tanaman.
Penyebaran akar umumnya berkisar sampai kedalaman 1 - 2 m sedang pada tanah
berpasir dapat mencapai kedalaman 5 m dan 18 m secara horizontal, namun
kedalaman efektif tanah hanya antara 0.7 1.1 m. Perakaran sawit lebih banyak
berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman 1 meter dan semakin ke
bawah semakin sedikit.
Batang
Batang kelapa sawit tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium. Pada
ujung titik tumbuh yang terus berkembang membentuk daun dan ketinggian
batang. Pelepah tumbuh secara teratur membentuk spiral yang biasanya 1/8 spiral
ada

yang mengarah ke kiri dan ke kanan tergantung sifat genetisnya.Tinggi

tanaman kelapa sawit berkisar 1518 m. Batang kelapa sawit tumbuh lurus ke
atas. Diameter batang normal adalah 4060 cm, tetapi pada pangkalnya
membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun
yang

memanjangkan

batang. Selama empat tahun pertama titik tumbuh

berkembang membentuk daundaun dan batang yang tumbuh melebar


membentuk basis batang (Mariyah, 2010).
Daun
Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang
sejajar. Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun (umumnya disebut pelepah)
per tahun dan pada tanaman tua antara 1824 pelepah per tahun, panjang pelepah
tanaman dewasa 9 m, anak daun 125200 pasang dengan panjang 11,2 m dan
lebar tengah sekitar 6 cm, jumlah pelepah yang dipertahankan ditajuk pada
tanaman dewasa 4056 pelepah, selebihnya dibuang atau ditunas pada saat panen,
letak pelepah dilihat dari bekas tunasnya membentuk putaran spiral ke kiri atau
ke kanan.
Bunga
Bunga kelapa sawit merupakan bunga mejemuk yang terdiri dari
kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Bunga
jantan maupun bunga betina mempunyai ibu tangkai bunga (peduncle/rachis)
yang merupakan struktur pendukung spikelet. Bunga betina terletak dalam
tandan bunga. Tiap tandan bunga mempunyai 100200 cabang dan setiap cabang
terdapat paling banyak 30 bunga betina. Dalam satu tandan besar terdapat 3000
6000 bunga betina. Bunga betina memiliki tiga putik dan enam perhiadsan bunga.
Di antara bakal buah hanya satu yang subur dan jarang terdapat dua ataupun lebih
(Mariyah, 2010). Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu waktu
pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga
jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih
besar dan mekar
Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul
dari tiap pelepah Buah terdiri dari tiga lapisan:
a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b) Mesoskarp, serabut buah
c) Endoskarp, cangkang pelindung inti.

Buah muda berwarna hijau pucat. Semakin tua berubah menjadi


hijau hitam hingga kuning. buah sawit yang masih mentah berwarna hitam
(nigrescens), beberapa diantaranya

yang berwarna

hijau (virescens).

Buah

matang berwarna merah kuning (oranye), buah matang akan rontok (buah leles
atau berondol). Keadaan ini menandakan bahwa kelapa sawit sudah layak
panen. Biasanya perintah panen diberikan berdasarkan jumlah jatuhnya
berondolan, yakni 1-2 buah per kg tandan.
Dengan mengetahui morfologi dari kelapa sawit, masing-masing bagian
dari kelapa sawit memiliki fungsi masing-masing. Fungsi masing-masing
morfologi kelapa antara lain :
1. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam
tanaman dan respirasi tanaman. Selain itu akar tanaman kelapa sawit juga
berfungsi sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu menyokong
tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter ketika
tanaman sudah berumur puluhan tahun.
2. Batang kelapa sawit memiliki 3 fungsi utama yaitu (1) Sebagai struktur yang
mendukung daun,bunga dan buah; (2) sebagai sistem pembuluh yang
megangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis dari
daun ke bawah; serta (3) kemungkinan juga berfungsi sebagai organ
penimbunan zat makanan.
3. Daun berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat
respirasi bagi tanaman kelapa sawit. Daun sebagai penjaga kelembapan atau
iklim mikro dari tanaman kelapa sawit.
4. Bunga berfungsi sebagai bahan utama pembentuk buah dimana bunga
berfungsi dalam penyerbukan tanaman sawit.
5. Buah berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan dalam tanaman kelapa
sawit. Pada kelapa sawit buah berfungsi sebagai sumber minyak yang nantinya
akan dimanfaatkan menjadi suatu minyak goreng atau minyak nabati.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas
tanaman kelapa sawit, yakni faktor lingkungan, bahan tanaman, dan tindakan
kultur teknis. Tentu saja ketiganya saling terkait dan mempengaruhi satu sama
lain.

Faktor lingkungan itu mencakup iklim, tanah dan topografi. Iklim yang paling
banyak diamati pada tanaman berkaitan dengan curah hujan karena tanaman
sawit memang rakus akan air. Curah hujan yang dikehendaki adalah 2.000
2.500 mm per tahun dan merata sepanjang tahun tanpa bulan kemarau panjang.
Kekurangan atau kelebihan curah hujan akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produktivitas sawit. Musim kemarau panjang dapat
mengancam terjadinya penurunan produksi. Memang, sinar matahari dapat
mendorong pembentukan bunga, pertumbuhan vegetatif dan produksi buah.
Tapi penyinaran matahari yang lama (kemarau) akan mempengaruhi tingginya
suhu dan mempengaruhi pembungaan dan kematangan buah. Bagi tanaman
sawit sifat fisik tanah lebih penting daripada sifat kesuburan kimiawinya,

karena kekurangan unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan.


Faktor bahan tanaman. Pengembangan industri Kelapa Sawit memerlukan
dukungan ketersediaan bahan tanaman dalam jumlah cukup dengan mutu yang
terjamin. Mutu benih Kelapa Sawit sangat nyata mempengaruhi hasil dan
kualitas tandan Kelapa Sawit, oleh karena itu penggunaan benih unggul
merupakan persyaratan utama dalam pengembangan budidaya Kelapa Sawit.
Ketersediaan bahan tanam unggul kelapa sawit menjadi salah satu faktor
pendukung

keberhasilan

pengembangan

industri

kelapa

sawit

di

Indonesia. Meskipun hanya menyita 7% dari biaya produksi, namun


penggunaan bahan tanam kelapa sawit unggul memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap peningkatan produktifitas Keberhasilan usaha perkebunan
sawit antara lain juga dipengaruhi faktor bahan tanaman yang memiliki sifatsifat unggul. Bibit unggul akan menjamin pertumbuhan yang baik dan tingkat

produktivitas tinggi bila dilaksanakan secara optimal.


Keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit sangat ditentukan oleh tindakan
kultur teknis yang dilakukan antara lain pembibitan, pembukaan lahan,
peremajaan,

penanaman

kacangan

crop/LCC),

penanaman

kelapa

menghasilkan

(TBM),

penutup

sawit,

pemeliharaan

tanah

(leguminosa

pemeliharaan
tanaman

cover

tanaman

belum

menghasilkan

(TM),

pengendalian hama penyakit, pemanenan, pengangkutan dan pengolahan. Salah


satu tindakan kultur teknis yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha

perkebunan adalah kegiatan pemeliharaan. Tujuan dilakukannya pemeliharaan


yang tetap dan teratur adalah untuk mencapai tingkat pertumbuhan tanaman
yang sehat, jagur, tegap dan homogen.
Varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal
cangkang / tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya. Berdasarkan
ketebalan cangkang/tempurung dan daging buah varietas kelapa sawit dibedakan :
a. Dura
Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2 -8 mm dan tidak
terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis yaitu
35 50 % terhadap buah, kernel (daging biji) lebih besar dengan kandungan
minyak sedikit.

Gambar 1. Penampang buah


kelapa sawit varietas dura

b. Pisifera
Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya
tebal, lebih tebal dari buah dura.Daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak
tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan.

Gambar 2. Penampang buah


kelapa sawit varietas pisifera

c. Tenera
Dura bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pisifera bercangkang tipis maka
akan menghasilkan varietas baru yaitu Tenera.Tenera memiliki cangkang agak
tipis (2--3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21--23%

Gambar 3. Penampang buah


kelapa sawit varietas tenera

Berdasarkan warna kulit buahnya kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas kelapa
sawit yaitu :
a. Nigrescens yaitu buah muda bewarna ungu kehitamhitaman dan buah masak
berwarna jingga kehitamhitaman.
b. Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda dan matang menjadi orange.
c. Albescens yaitu buah muda warna keputihputihan dan buah masak kekuningkuningan dan ujungnya ungu kehitaman.
Pengembangan komoditas ekspor kelapa sawit terus meningkat dari tahun
ke tahun, terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama
2004 - 2014 sebesar 7,67%, sedangkan produksi kelapa sawit meningkat rata-rata
11,09% per tahun. Peningkatan luas areal tersebut disebabkan oleh harga CPO
yang relatif stabil di pasar internasional dan memberikan pendapatan produsen,
khususnya petani, yang cukup menguntungkan.
Berdasarakan buku statistik komoditas kelapa sawit terbitan Ditjen
Perkebunan, pada Tahun 2014 luas areal kelapa sawit mencapai 10,9 juta Ha
dengan produksi 29,3 juta ton CPO. Luas areal menurut status pengusahaannya
milik rakyat (Perkebunan Rakyat) seluas 4,55 juta Ha atau 41,55% dari total luas
areal, milik negara (PTPN) seluas 0,75 juta Ha atau 6,83% dari total luas areal,
milik swasta seluas 5,66 juta Ha atau 51,62%, swasta terbagi menjadi 2 (dua)
yaitu swasta asing seluas 0,17 juta Ha atau 1,54% dan sisanya lokal.

Tabel Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2004-2014

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai


peran penting bagi subsektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit antara lain
memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, produksi
yang menjadi bahan baku industri pengolahan yang menciptakan nilai tambah di
dalam negeri, ekspor CPO yang menghasilkan devisa dan menyediakan
kesempatan kerja.
Produksi kelapa sawit pada Tahun 2014 diperkirakan akan mencapai 29,34
juta ton dengan produktivitas rata-rata sebesar 3,568 Kg/Ha/Th. Perkebunan
kelapa sawit milik rakyat menghasilkan CPO sebesar 10,68 juta ton, milik negara
menghasilkan CPO sebesar 2,16 juta ton, dan swasta menyumbang produksi CPO
sebesar 16,5 juta ton.

Tabel Volume dan Nilai Ekspor CPO Tahun 2003-2013

Laju pertumbuhan rata-rata volume ekspor kelapa sawit khususnya CPO


selama 2003-2014 sebesar 12,94% per tahun dengan peningkatan nilai ekspor
rata-rata 25,76% per tahun. Realisasi ekspor komoditas kelapa sawit tahun 2013

telah mencapai volume 20,58 juta ton (minyak sawit/CPO dan minyak sawit
lainnya) dengan nilai US $15,84 milyar. Volume ekspor komoditas kelapa sawit
sampai dengan bulan September 2014 mencapai 15,96 juta ton dengan nilai
sebesar 12,75 juta US$. Hal ini mengalami kenaikan sebesar 7,59% jika
dibandingkan dengan volume ekspor sampai dengan september 2013 sebesar
14,831 juta ton. Neraca perdagangan untuk komoditas kelapa sawit tahun 2013
telah mencapai US $19,34 milyar.
Perkebunan kelapa sawit jadi primadona dan mampu mencapai
perkembangan seperti sekarang ini, sehingga menjadi Negara produsen kelapa
sawit terbesar di dunia, hal ini disebakan antara lain : perkebunan kelapa sawit
dapat memberikan manfaat positif pertumbuhan ekonomi yang dirasakan
masyarakat dan pelaku usaha kelapa sawit, harga CPO dunia yang cukup baik dan
stabil, sebagai minyak biofuel pengganti minyak fosil dan juga sangat
dimungkinkan berkat prakarsa pemerintah yang diawali dengan pengembangan
perkebunan kelapa sawit melalui proyek-proyek Pola PIR (Perusahaan Inti
Rakyat)/NES (Nucleus Estate Smallholders) pada awal tahun 80 an.
Tabel Sebaran Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2014

Tanaman kelapa sawit saat ini tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia.
Provinsi Riau pada Tahun 2014 dengan luas areal seluas 2,30 juta Ha merupakan
provinsi yang mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul berturut-turut
Provinsi Sumatera Utara seluas 1,39 juta Ha, Provinsi Kalimantan Tengah seluas
1,16 juta Ha dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha serta provinsiprovinsi lainnya.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Morfologi kelapa sawit terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji
yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri untuk kelangsungan
hidup dari tanaman kelapa sawit tersebut.
2. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas
tanaman kelapa sawit, yakni faktor lingkungan, bahan tanaman, dan
tindakan kultur teknis.
3. Varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal
cangkang / tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya.
Berdasarkan ketebalan cangkang/tempurung dan daging buah varietas

kelapa sawit dibedakan dura, tenera dan pisifera. Berdasarkan warna kulit
buahnya dibedakan nigrescens, albescens dan virescens.
5.2 Saran
Praktikum sudah berjalan dengan baik, namun harus ditingkatkan lagi
muatan atau materi yang diberikan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa lebih
memahami maksud dan tujuan kegiatan praktikum ini dengam baik.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi.2009.Respon Bibit Kelapa Sawit Terhadap Lama Penggenangan dan Pupuk
Pelengkap Cair. Agronobis, 1(1): 117-130.
Krisnohadi.2011Analisis Pengembangan Lahan Gambut Untuk Tanaman Kelapa
Sawit Kabupaten Kubu Raya. Perkebunan dan Lahan Tropika, 1(1):1-7.
Lora, Sampoerno dan Jurnawaty Sjofjan.2013. Pengaruh Penggunaan Pupuk
Kascing Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) Dari Berbagai Sumber Asal Bibit di Pembibitan Utama.
Agroteknologi, 1(1):1-13.
Mariyah.2010. Analisis Kebutuhan Modal Dan Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja
di PT Rea Kaltim Plantations. EPP, 1(2):41-50.
Mucra dan Azriani.2012. Komposisi Kimia Daun Kelapa Sawit Yang
Difermentasi Dengan Feses Sapi Dan Feses Kerbau. Peternakan,9(1):2734.

Rusmawadi, G. 2011. Dinamika Kandungan Air Tanah di Areal Perkebunan


Kelapa Sawit dan Karet dengan Pendekatan Neraca Air Tanaman.
Agroscientiae, 18(2): 86-93.
Sarwani, M. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Bogor: AgroInovasi.
Sayer, J., et al. 2012. Oil Palm Expansion Transforrms Tropical Lanscapes and
Livehoods. Global Food Security, 1 (1): 144-119.
Sekretariat Jendral Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri
Minyak Kelapa Sawit. Jakarta: Departemen Perindustrian.
Syahputra, Sarbino dan Dian.2011. Weeds Assessment Di Perkebunan Kelapa
Sawit Lahan Gambut. Perkebunan dan Lahan Tropika, 1(1):37-42.

Anda mungkin juga menyukai