Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FITOHORMON

Pengawetan Bunga Potong Garbera (Gerbera jamesonii) Dengan Larutan


Giberelin

Oleh:

Ida Ayu Ratih Purnama Dewi

(1308305012)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2016
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini, bunga potong merupakan bunga yang paling banyak
digunakan untuk rangkaian bunga di berbagai acara seperti acara pernikahan,
keagamaan, kelahiran, ucapan selamat sampai acara kematian. Hal tersebut
menjadikan bisnis bunga potong merupakan salah satu bisnis yang mempunyai
peluang usaha yang cukup menjanjikan (Harry, 1994). Bunga potong dapat
diartikan sebagai bunga yang dipotong dari tanamannya dengan tujuan sebagai
penghias ruangan atau karangan bunga (Rukmana, 1995). Bunga potong
merupakan salah satu produk hortikultura yang diperlukan pada kondisi segar,
tidak dapat disimpan dalam waktu lama, dan mudah rusak (Rukmanadan
Mulyana, 1997).
Kebutuhan masyarakat akan bunga potong semakin meningkat.
Peningkatan kebutuhan sejalan dengan pertumbuhan perhotelan, restoran dan
perkantoran yang merupakan konsumen utama bunga potong (Rismunandar,
1995). Jenis bunga potong yang sering diminati yaitu salah satunya garbera.
Gerbera (Gerbera jamesonii) merupakan salah satu tanaman introduksi yang
banyak diminati masyarakat Indonesia. Gerbera merupakan tanaman asli Afrika
Selatan. Gerbera banyak diminati karena memiliki bentuk dan warna mahkota
bunga yang indah (Rogers dan Tjia, 1990).
Upaya untuk menarik minat konsumen dan memenuhi kebutuhan pasar
akan bunga potong yaitu dengan menghasilkan bunga yang berkualitas baik serta
mempertahankan kualitas tersebut setelah pasca panen. Penanganan yang serius
pada kegiatan pra-panen sampai pasca panen harus dilakukan agar dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas bunga potong, sehingga dihasilkan produk
dengan mutu yang sesuai dengan keinginan konsumen. Umur kesegaran bunga
potong merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas dan nilai ekonomis
bunga potong selain penampilan bunga yang menarik. Penurunan mutu bunga
banyak dijumpai pada aktivitas panen dan pasca panen. Menurut (Hutchinson
dkk., 2003). Kerugian pascapanen dalam bunga potong diduga sampai 40% jika
tanpa pengawetan bunga. Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca
panen bunga garbera adalah kematangan bunga, persediaan bahan makanan,
temperatur, persediaan air dan kualitas air, ethylene, kerusakan mekanis, dan
organisme pengganggu tanaman (OPT) (Astawa, 2003).
Penelitian-penelitian mengenai cara pengawetan bunga potong agar
memiliki masa simpan lebih panjang telah banyak dilakukan. Beberapa metode
penanganan pascapanen untuk bunga potong yang menggunakan berbagai
senyawa kimia dan teknologi yang menghambat efek etilena, mengurangi
respirasi dan memelihara hubugan air yang lebih baik. Kebanyakan metode ini
hanya dapat mengatasi metabolik yang dihadapi oleh tangkai bunga potong.
Pemasukan dan pelepasan air oleh bunga potong dalam pot berfluktuasi secara
siklik dan cenderung mengalami kemunduran (Murtiningsih dan Yulianingsih
1991).
Salah satu teknik pengawetan yang dapat dilakukan yaitu dengan
penggunaan hormon giberelin. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian pada
bunga gladiol, bahwa giberelin mampu memperpanjang masa simpan bunga
gladiol. Umumnya pengawetan dengan giberelin menggunakan giberelin jenis
GA3. Penggunaan hormon Giberalin sebagai zat pengawet dapat menunda
penuaan pada bunga. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara merendam bunga
(pulsing) dalam jangka waktu yang pendek setelah pemanenan Sukayasih dan
Setyadjit, 2011) .

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui konsentrasi hormon
giberelin yang tepat untuk pengawetan bunga potong garbera (Gerbera
jamesonii).
II. MATERI DAN METODE

2.1. Alat dan Bahan


2.1.1. Alat
Alat yang dgunakan dalam praktikum ini adalah wadah botol plastik untuk
alat perendaman, gelas ukur, timbangan, sendok, pengaduk dan sprayer.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah bunga potong garbera (Gerbera jamesonii)
yang masih segar, hormon giberelin dengan beberapa konsentrasi, akudes dan
alkohol untuk melarutkan hormon.

2.2. Cara Kerja

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum disiapkan terlebih


dahulu. Larutan pengawet berupa hormon giberelin dibuat dengan berbagai
konsentrasi yaitu 0 ppm sebagai kontrol, 100 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm.
Larutan-larutan tersebut dimasukkan ke dalam botol air mineral ukuran 680 mL.
Botol diberi label sesuai dengan konsentrasinya. Bunga potong garbera direndam
ke dalam botol yang telah berisi larutan dengan giberelin konsentrasi yang
berbeda-beda (kontrol, 100 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm). Langkah selanjutnya,
keempat hormon dimasukkan dalam sprayer yang berbeda-beda dan di
semprotkan pada maing-masing botol yang telah diberi label. Dilakukan
pengamatan setiap harinya untuk mengetahui tingkat ketahanan bunga potong
sedap malam. Kontrol adalah bunga sedap malam yang direndamtanpa
giberelin. Hal yang diamati adalah kesegaran bunga, bunga mekar, bunga layu,
bunga rontok dan ketahanan bunga.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan pengawetan bunga potong garbera dengan
berbagai konsentrasi giberelin selama enam kali pengamatan
Konsentra
1 2 3 4 5 6
si
Satu tangkai
Dua tangkai
bunga patah Bunga Bunga Bunga
Kontrol Segar patah, bunga
dan bunga mati mati mati
layu
layu
Satu tangkai Bunga layu
Garbera Bunga Bunga Bunga
100 ppm Segar bunga patah, dan tangkai
mati mati mati
layu patah
Tangkai
Satu bunga Bunga Bunga Bunga
500 ppm Segar membusuk
patah, layu mati mati mati
dan layu
Dua tangkai Bunga Bunga Bunga
1000 pm Segar segar
bunga patah mati mati mati
3.2. Pembahasan
Pengamatan dilakukan selama enam kali pengamatan memperlihatkan
hasil yang tidak terlalu berbeda pada masing-masing konsentrasi. Hari ke-dua
pengamatan bunga garbera pada semua konsentrasi kecuali 1000 ppm mengalami
patah. Pada hari ke-tiga pengamatan semua bunga garbera pada semua konsentrasi
giberelin tanpa terkecuali mengalami patah dan kebusukan. Pengamatan
selanjutnya yaitu pada hari ke-4 hingga ke-6 semua bunga garbera mengalami
kematian. Berdasarkan hasil pengamatan hormon giberelin yang mampu
mempertahankan kesegaran bunga garbera hingga hari ke-dua pengamatan adalah
giberelin dengan konsentrasi 1000 ppm. Sementara itu tingkat kelayuan tertinggi
yaitu terjadi pada kontol, dimana bunga telah mengalami kelayuan pada hari ke-2
pengamatan. Hal tersebut membuktikan bahwa hormon giberelin dengan
konsentrasi 1000 ppm hanya mampu mempertahankan kesegaran bunga garbera
selama 2 hari. Penelitian yang serupa dengan menggunakan mawar potong
mercedes. sonata dan golden times dengan menggunakan GA3 mampu menunda
penuaan pada bunga potong (Sabehat dan Zieslin, 1994). Sementara itu penelitian
Saks dan van Staden (1993), juga dilaporkan bahwa giberelin mampu menunda
senense pada anyelir ‘White Sim’.
Terdapat tiga mekanisme giberelin dalam menghambat penuaan bunga.
Mekanisme yang pertama adalah melalui penekanan laju produksi etilen (Saks
dan van staden, 1993). Bukti dari penelitian bahwa sebagian penghambatan dalam
laju produksi etilen berasal dari bunga. Penghambatan ini disebabkan oleh
penurunan akumulasi ACC dan buka penurunan tingkat konversi ACC ke etilen.
GA3 menekan aktivitas enzim ACC sintase di bunga klimakterik dengan mengkan
tingkat akumulasi ACC. Mekanisme kedua yaitu penundaan penuaan dengan GA3
berhubungan dengan penekanan laju respirasi. Sementara mekanisme ketiga yaitu
melalui efek GA pada membran. Sabehat dan Zieslin (1994) menemukan
penghambatan senesen pada bunga mawar dengan aplikasi GA3 dikaitkan dengan
penghambatan penurunan fluiditas membran dan kandungan protein membran,
GA3 menunda senesen dengan menjaga integritas membra dan mengurangi
kebocoran elektrolit pada bunga potong.
Selain ketiga mekanisme tadi, terdapat mekanisme lain yaitu GA mampu
mencegah seranfanga dari beberapa penyakit pascapanen bunga (Shaul dkk.,
1995). Namun, mekanisme tersebut sepertinya tidak berlaku pada praktikum ini.
Hal tersebut dikarenakan ada beberapa bunga yang mengalami kelayuan akibat
adanya bakteri pembusuk dan fungi yang dapat menyumbat saluran di batang atau
tangkai bunga, sehingga air tidak dapat diserap oleh tangkai dan proses transpirasi
pada bunga terus berlangsung. Jasad renik ini juga merupakan penyebab adanya
luka pada bunga sehingga terbentuknya gas etilen yangmempercepat terjadinya
pemekaran pada bunga (Ierene dkk., 2011). Menurut Sukasih dan Setyadjit
(2011), keberhasilan giberelin dalam menunda penuaan bunga potong tidak selalu
konsisten. Hal ini dikarenakan giberlein tidak dapat memberikan nutrisi yang yang
dapat dimanfaatkan oleh bunga pasca panen.
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah, giberelin dengan
konsentrasi 1000 ppm mampu mempertahankan kesegeran bunga potong garbera
(Gerbera jamesonii) walaupun hanya sampai 2 hari masa simpan.
DAFTAR PUSTAKA

Astawa, I.N.G. 2003. Memperpanjang kesegaran bunga mawar dalam vas dengan
pemberian sukrosa dan perak nitrat ke dalam larut
Harry, N. R. 1994. Usaha Tani Bunga Potong. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Hutchinson, M.J., D.K. Chebet, and V.E. Emongor. 2003. Effect of Accel,
Sucrose and Silver Thiosulphate on The Water Relation and Post
Harvest Physiology of Cut Tuberose Flowers. African Crop Science
Journal, 11 ( 4): 279-287

Ireine A. Longdong, Lady Lengkey, Dan Stella Kairupan. 2007. Additional


Giberalin (Ga3) And Cold Temperatures To Save The Interest Gladiolus
In Plastic Packaging. Eugenia. 17 (3).

Murtiningsih,W. &Yulianingsih. 1991. Memperpanjang kesegaran bunga potong


anggrek vanda genta bandung. Jurnal Hortikultura I (1): 23-26.
Rismunandar. 1995. Budidaya Bunga Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rukmana, H.R. dan A. E, Mulyana. 1997. Krisan. Kanisius. Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat. 1995. Mawar. Yogyakarta: Kanisius.
Sabehat, A. dan Ziezlin, N. 1994. GA3 effects on postharvent alteration in cell
membranes of rose (Rosa x hybrida) petals. Journal of Plant Physiology.
144: 513-517

Saks, J. dan van Staden. 1993. Evidence for the involvement of giberellin in
developmental phenomena associated with carnation flower senescence.
Plant griwth regulation. 12:105-110

Shaul, O., Elad, Y., dan Zieslin, N. 1995. Supression of botrytis blight in cut rose
flowers with giberellic acid: effect of concentration and mode application.
Postharvest Biology and Technology. 6:321-330

Sukayasih, E dan Setyadjit. 2011. Prospek Pemanfaatan Hormon Giberelin Untuk


Memperpanjang Kesegaran Bunga Potong. Prosiding Seminar Nasional
Florikultura. Balai Penelitian Tanaman Hias.
LAMPIRAN

Kontrol 100 ppm 500 ppm 1000 ppm

Pengamatan bunga garbera pada hari pertama

Kontrol 100 ppm 500 ppm 1000 ppm

Pengamatan bunga garbera pada hari kedua


Kontrol 100 ppm

Pengamatan bunga garbera pada hari ke tiga

1000 ppm 500 ppm

Pengamatan garbera pada hari ke-empat


500 ppm 1000 ppm

Pengamatan garbera pada hari ke-lima

Anda mungkin juga menyukai