Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

FITOHORMON

OLEH :

NAMA : ANITA
NIM : 08041382025078
KELOMPOK : 2 (DUA)
ASISTEN : ANGGELA WULANSARI

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik non-nutrisi yang, pada
konsentrasi rendah (<1 mM), mendorong, menghambat, atau mengubah
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dua kelas zat pengatur tumbuh yang
sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh ini
mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis kultur. Jenis zat pengatur tumbuh
yang digunakan sangat mempengaruhi tahap perakaran dan kecambah. Selain
auksin dan sitokinin, giberelin dan senyawa lain juga dapat ditambahkan pada
media kultur jaringan. Auksin dan sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang
dibutuhkan dalam media kultur jaringan dengan konsentrasi yang sesuai dengan
pertumbuhan yang diinginkan (Arimarsetiowati dan Ardiyani, 2012).
Fitohormon dapat dikatakan sebagai senyawa organik yang disintesis di satu
bagian tanaman dan dipindahkan ke bagian lain, di mana mereka dapat
menyebabkan respons fisiologis pada konsentrasi yang sangat rendah. Hormon
pertumbuhan termasuk auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat.
Hormon pertumbuhan yang dihasilkan dari dalam tanaman disebut hormon
endogen. Hormon endogen ini disintesis di meristem, termasuk daun, primordia
cabang, akar, dan biji yang sedang berkembang, sedangkan hormon eksogen
adalah zat pengatur tumbuh yang disintesis di luar tanaman (Permatasari et al.,
2016).
Sebagai senyawa organik yang dihasilkan oleh tumbuhan, dapat digunakan
pada bagian lain tanaman, lokasi produksi dan bekerjanya pada bagian yang
berbeda di tanaman, dan aktif bekerja pada konsentrasi yang rendah merupakan
kriteria yang harus dimiliki oleh zat pengatur tumbuh (Debitama et al., 2022).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk melihat pengaruh auksin terhadap
pemanjangan akar dan batang dan untuk melihat pengaruh kinetin terhadap
penuaan tanaman.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fitohormon
Fitohormon (hormon tumbuh tanaman) sangat penting untuk membantu
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fitohormon
(phytohormone) berasal dari bahasa Yunani yaitu “phytoes” yang artinya tanaman
dan “hormaein” yang artinya zat perangsang. Jadi fitohormon dapat didefinisikan
sebagai zat-zat yang dapat merangsang pertumbuhan dan mengatur proses
fisiologi tanaman. Fitohormon dapat dibagi menjadi 6 kelompok yaitu auksin,
sitokinin, etilen, giberelin, brasinosteroid dan asam absisat. Fitohormon auksin
berfungsi merangsang pertumbuhan akar, mengatur pembesaran sel dan memicu
pemanjangan sel tanaman, serta meningkatkan dominansi apikal dan diferensiasi
xylem (Sukamadi, 2013).
Hormon sebagai zat pengatur tumbuh merupakan molekul organik yang
diproduksi oleh suatu bagian tanaman yang akan diangkut ke bagian lain yang
dipengaruhinya. Hormon pada tanaman sebagai bagian dari sistem regulasi
pertumbuhan dan perkembangan. Pertama setiap hormon akan membentuk
berbagai respon pertumbuhan dan morfogenetik yang sifatnya pleitropik terhadap
dampaknya. Kedua, terdapat beberapa hormon yang dapat memberikan dampak
respon yang serupa, misalnya proses perpanjangan sel yang diakibatkan oleh
auksin, brassinosteroid, dan giberelin (Debitama et al., 2022).

2.2.Faktor Pengaruh Hormon Terhadap Pertumbuhan Tanaman


Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada
tanaman terpenuhi. Faktor luar tersebut adalah nutrisi, air, suhu, kelembaban,
oksigen dan cahaya. Faktor dalam adalah gen dan hormon. Beberapa faktor
luar dan dalam yang menentukan, sebagian ada yang dapat dikendalikan
oleh manusia antara lain pemupukan dan penambahan fitohormon dari
luar. Diantara faktor luar yaitu pemenuhan nutrisi atau pemupukan. Faktor
dalam yang dapat berpengaruh adalah fitohormon. Hormon tersebut adalah
auksin, giberellin, dan sitokinin (Hartanto et al., 2009).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Fisiologi Tumbuhan dilaksanakan di hari Selasa tanggal 15
November 2022 pukul 10.00 sampai 12.00 WIB di Laboratorium Biosistematika
dan Fisiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan bahan


3.2.1.Pengaruh Auksin Terhadap Pemanjangan Jaringan
Alat yang digunakan yaitu botol selai, sedangkan bahan yang digunakan
yaitu Comelina sp.
3.2.2.Pengaruh Kinetin Terhadap Penuaan Tanaman
Alat yang digunakan yaitu botol selai, sedangkan bahan yang digunakan
yaitu bunga potong Alamanda sp. dan Hibiscus-rosa sinensis, larutan kinetin 100
dan 200 ppm.

3.3. Cara Kerja


3.3.1.Pengaruh Auksin Terhadap Pemanjangan Jaringan
Comelina sp. diukur panjang akar, jumlah akar, dan panjang batang
menggunakan penggaris. Comelina sp. direndam dalam larutan auksin pada
konsentrasi yang berbeda selama 3 hari. sebagai control, Comelina sp. direndam
dalam air suling. Selama 3 hari, diambil dan diukur panjang akar, jumlah akar,
dan panjang batang baik pada perlakuan maupun control.
3.3.2.Pengaruh Kinetin Terhadap Penuaan Tanaman
Disiapkan bunga potong bunga Alamanda sp. dan Hibiscus-rosa sinensis
dengan ukuran 20 cm. Setelah itu, bunga potong direndam kedalam larutan
kinetin pada konsentrasi yang berbeda. Sebagai control bunga potong direndam
dalam air suling. Diamati perubahan warna pada bunga dan daun.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada percobaan fitohormon
maka didapatkan hasil sebagai berikut.
4.1.1.Pengaruh Auksin Terhadap Pemanjangan Jaringan
100 ppm 200 ppm 300 ppm
Variabel
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Pengamatan
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
Tinggi batang 36 37 25,2 27 45 45,5
Panjang akar 5,5 6 10,5 12 10 12
Jumlah akar 6 11 7 8 8 9

4.1.2.Pengaruh Kinetin Terhadap Penuaan Tanaman


Spesies Konsentrasi Awal Akhir
Bunga terlihat layu
Bunga terlihat segar
dengan warna kuning
dan mekar
kecoklatan berjumlah
berjumlah 2, daun
2, daun lebih
100 ppm berwarna hijau
berwarna gelap
berjumlah 59
dengan jumlah 59
lembar, serta batang
lembar, serta batang
berdiri tegak
berdiri tegak
Alamanda sp.
Bunga terlihat segar
Bunga layu berubah
dan mekar dengan
menjadi kuning
warna kuning terang
kecoklatan, daun
berjumlah 2, daun
200 ppm gugur, batang masih
segar berwarna hijau
berdiri tegak dengan
muda berjumlah 1
warna yang
lembar, dan batang
menggelap
berdiri tegak

Universitas Sriwijaya
Tidak memiliki
Daun lebih berwarna
bunga, daun juga
hijau tua dengan
segar berwarna hijau
100 ppm jumlah 10 lembar dan
muda dengan jumlah
ada yang menjadi
10 lembar, batang
kuning warnanya,
berdiri tegak
Bunga terlihat segar
Hibiscus-rosa Bunga layu dengan
dan mekar dengan
sinensis warna menjadi coklat
warna merah terang
kehitaman, daun
berjumlah 1, daun
menjadi lebih gelap
200 ppm juga segar berwarna
dan kering dengan
hijau muda
jumlah tetap 74
berjumlah 74
lembar, dan batang
lembar, dan batang
masih berdiri tegak
berdiri tegak

Universitas Sriwijaya
4.3. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada
larutan auksin yang direndam ke tanaman akan menjadi penyebab dari perbedaan
jumlah dan juga panjang akar yang akan muncul. Awal mula timbulnya akar baru
itu dapat terlihat di hari ketiga. Perlakuan pada 100 ppm yang awalnya sebanyak 6
akar bertambah menjadi sebanyak 11 akar, dan pada 200 ppm akar yang awalnya
7 bertambah menjadi sebanyak 8 akar dan pada perlakuan 300 ppm sebanyak 8
akar bertambah menjadi 9. Menurut Andianingsih dan Rosmala (2021), hormon
auksin yang diberikan pada tanaman yang memiliki konsentrasi tinggi ini dapat
menyebabkan terhambatnya pemanjangan pada sel, dan auksin dapat merangsang
kambium untuk membentuk xylem dan floem.
Kinetin berpengaruh terhadap proses penuaan tanaman pada praktikum ini
menggunakan tanaman Allamanda sp. Pada konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm
selama tiga hari ini dapat dilihat bahwa setiap perlakuan berbeda pada konsentrasi
100 ppm dan 200 ppm dihari pertama bunga terlihat segar, daunnya pun segar dan
pada batangnya berdiri tegak tetapi setelah di hari ketiga pada perlakuan 100 ppm
dan 200 ppm bunga layu berubah menjadi kuning kecoklatan, daun gugur, batang
berdiri tegak, warna menggelap. Menurut Pratiwi dan Fadhilah (2020), hormon
kinetin mempengaruhi proses perkembangan tanaman pada konsentrasi rendah
dan konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan, ditandai dengan layunya
tanaman pada bunga maupun perubahan warna daun.
Kinetin dapat berpengaruh terhadap penuaan tanaman pada praktikum ini
tanaman Hibiscus rosa-sinensis ini diberi kinetin dengan konsentrasi 100 ppm dan
200 ppm dan diamati selama 3 hari bahwa setiap perlakuan berbeda dimana pada
tanaman Hibiscus rosa-sinensis yang diberi konsentrasi 100 ppm daunnya masih
segar dan berwarna hijau dan setelah 3 hari pada perlakuan 100 ppm daun layu
dan menguning berbeda perlakuan 200 ppm bunga layu dengan warna menjadi
coklat kehitaman, daun menjadi lebih gelap. Menurut Ramadan et al., (2019), hal
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal kemungkinan batang
yang digunakan terlalu tua hal ini dapat menghambat pertumbuhan tunas maupun
akar tanaman kemudian faktor eksternal dipengaruhi oleh suhu dan cuaca.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum fitohormon yang telah dilakukan, maka didapatkan


beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemberian hormon auksin dengan bebagai konsentrasi berpengaruh nyata
pada pertumbuhan tanaman
2. Pemberian auksin dapat mempengaruhi pertumbuhan daun terutama
panjang jaringan-jaringan pembuluhnya.
3. Rata-rata penambahan tinggi batang setelah diberi auksin sebesar 1-2cm
pada masing-masing konsentrasi.
4. Pemberian auksin dengan konsenrasi 200 ppm memberikan hasil terbaik
dengan penambahan tinggi sebesar 2cm.
5. Pemberian kinetin dengan konsentrasi 200 ppm pada tanaman Alamanda
sp. memberikan pengaruh yang baik, dimana bunga dan daun terlihat
semakin segar.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Andianingsih, N., dan Rosmala. 2021. Pengaruh Pemberian Hormon dan
Giberelin Terhadap Pertumbuhan Tomat (Solanum lycopersicum L.) Var.
Aichi First di Dataran Medium. 3(1) : 48-56.

Arimarsetiowati, R., dan Ardiyani, F. 2012. Pengaruh Penambahan Auxin


Terhadap Pertunasan dan Perakaran Kopi Arabika Perbanyakan Somatik
Embriogenesis. Pelita Perkebunan. 28(2): 82-90.

Debitama, A.M.N.H. Mawarni, I.H., Hassanah, U. 2022. Pengaruh Hormon


Auksin Sebagai Zat Pengatur Tumbuh Pada Beberapa Jenis Tumbuhan
Monocotyledoneae dan Dicotyledoneae. Jurnal Biologi dan
Pembelajarannya. 17(1): 120-130.

Hartanto, A., Haris, A., Widodo, D.S. 2009. Pengaruh Kalsium, Hormon Auksin,
Giberellindan Sitokinin terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman Jagung. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 12(3): 72-75.

Permatasari, D.A., Rahayu, Y.S., Ratnasari, E. 2016. Pengaruh Pemberian


Hormon Giberelin Terhadap Pertumbuhan Buah Secara Partenokarpi pada
Tanaman Tomat Varitas Tombatu F1. Lentera Bio. 5(1): 25-31.

Partiwi, A., dan Fadhilah, S. 2020. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Spora Gracilaria changii. Jurnal Pena Sains. 1(1) :
40-48.

Ramadan, V. R., Kendarini, N., dan Ashari, S. 2019. Kajian Pemberian Zat
Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Buah Naga
(Hylocereus costaricensis). Jurnal Produksi Tanaman. 4(3) : 23-31.

Sukamadi, R.B. 2012. Aktivitas Fitohormon Indole-3-Acid (IAA) Dari Beberapa


Isolat Bakteri Rizosfer dan Endofit. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia.
14(2): 221-227.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Gambar 1. Comelina sp. sebelum Gambar 2. Comelina sp. setelah


didiamkan tiga hari didiamkan tiga hari

Gambar 3. Alamanda sp. dengan Gambar 4. Alamanda sp. dengan


auksin 100 ppm sebelum didiamkan auksin 200 ppm sebelum didiamkan

Gambar 5. Alamanda sp. dengan Gambar 6. Hibiscus-rosa sinensis


auksin 100 dan 200 ppm setelah dengan auksin 100 ppm sebelum
didiamkan tiga hari didiamkan

Gambar 7. Hibiscus-rosa sinensis Gambar 8. Hibiscus-rosa sinensis


dengan auksin 200 ppm sebelum dengan auksin 100 dan 200 ppm
didiamkan setelah didiamkan tiga hari

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2022)

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai