FISIOLOGI TUMBUHAN
FITOHORMON
OLEH :
NAMA : ANITA
NIM : 08041382025078
KELOMPOK : 2 (DUA)
ASISTEN : ANGGELA WULANSARI
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fitohormon
Fitohormon (hormon tumbuh tanaman) sangat penting untuk membantu
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fitohormon
(phytohormone) berasal dari bahasa Yunani yaitu “phytoes” yang artinya tanaman
dan “hormaein” yang artinya zat perangsang. Jadi fitohormon dapat didefinisikan
sebagai zat-zat yang dapat merangsang pertumbuhan dan mengatur proses
fisiologi tanaman. Fitohormon dapat dibagi menjadi 6 kelompok yaitu auksin,
sitokinin, etilen, giberelin, brasinosteroid dan asam absisat. Fitohormon auksin
berfungsi merangsang pertumbuhan akar, mengatur pembesaran sel dan memicu
pemanjangan sel tanaman, serta meningkatkan dominansi apikal dan diferensiasi
xylem (Sukamadi, 2013).
Hormon sebagai zat pengatur tumbuh merupakan molekul organik yang
diproduksi oleh suatu bagian tanaman yang akan diangkut ke bagian lain yang
dipengaruhinya. Hormon pada tanaman sebagai bagian dari sistem regulasi
pertumbuhan dan perkembangan. Pertama setiap hormon akan membentuk
berbagai respon pertumbuhan dan morfogenetik yang sifatnya pleitropik terhadap
dampaknya. Kedua, terdapat beberapa hormon yang dapat memberikan dampak
respon yang serupa, misalnya proses perpanjangan sel yang diakibatkan oleh
auksin, brassinosteroid, dan giberelin (Debitama et al., 2022).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PENELITIAN
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada percobaan fitohormon
maka didapatkan hasil sebagai berikut.
4.1.1.Pengaruh Auksin Terhadap Pemanjangan Jaringan
100 ppm 200 ppm 300 ppm
Variabel
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Pengamatan
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
Tinggi batang 36 37 25,2 27 45 45,5
Panjang akar 5,5 6 10,5 12 10 12
Jumlah akar 6 11 7 8 8 9
Universitas Sriwijaya
Tidak memiliki
Daun lebih berwarna
bunga, daun juga
hijau tua dengan
segar berwarna hijau
100 ppm jumlah 10 lembar dan
muda dengan jumlah
ada yang menjadi
10 lembar, batang
kuning warnanya,
berdiri tegak
Bunga terlihat segar
Hibiscus-rosa Bunga layu dengan
dan mekar dengan
sinensis warna menjadi coklat
warna merah terang
kehitaman, daun
berjumlah 1, daun
menjadi lebih gelap
200 ppm juga segar berwarna
dan kering dengan
hijau muda
jumlah tetap 74
berjumlah 74
lembar, dan batang
lembar, dan batang
masih berdiri tegak
berdiri tegak
Universitas Sriwijaya
4.3. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada
larutan auksin yang direndam ke tanaman akan menjadi penyebab dari perbedaan
jumlah dan juga panjang akar yang akan muncul. Awal mula timbulnya akar baru
itu dapat terlihat di hari ketiga. Perlakuan pada 100 ppm yang awalnya sebanyak 6
akar bertambah menjadi sebanyak 11 akar, dan pada 200 ppm akar yang awalnya
7 bertambah menjadi sebanyak 8 akar dan pada perlakuan 300 ppm sebanyak 8
akar bertambah menjadi 9. Menurut Andianingsih dan Rosmala (2021), hormon
auksin yang diberikan pada tanaman yang memiliki konsentrasi tinggi ini dapat
menyebabkan terhambatnya pemanjangan pada sel, dan auksin dapat merangsang
kambium untuk membentuk xylem dan floem.
Kinetin berpengaruh terhadap proses penuaan tanaman pada praktikum ini
menggunakan tanaman Allamanda sp. Pada konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm
selama tiga hari ini dapat dilihat bahwa setiap perlakuan berbeda pada konsentrasi
100 ppm dan 200 ppm dihari pertama bunga terlihat segar, daunnya pun segar dan
pada batangnya berdiri tegak tetapi setelah di hari ketiga pada perlakuan 100 ppm
dan 200 ppm bunga layu berubah menjadi kuning kecoklatan, daun gugur, batang
berdiri tegak, warna menggelap. Menurut Pratiwi dan Fadhilah (2020), hormon
kinetin mempengaruhi proses perkembangan tanaman pada konsentrasi rendah
dan konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan, ditandai dengan layunya
tanaman pada bunga maupun perubahan warna daun.
Kinetin dapat berpengaruh terhadap penuaan tanaman pada praktikum ini
tanaman Hibiscus rosa-sinensis ini diberi kinetin dengan konsentrasi 100 ppm dan
200 ppm dan diamati selama 3 hari bahwa setiap perlakuan berbeda dimana pada
tanaman Hibiscus rosa-sinensis yang diberi konsentrasi 100 ppm daunnya masih
segar dan berwarna hijau dan setelah 3 hari pada perlakuan 100 ppm daun layu
dan menguning berbeda perlakuan 200 ppm bunga layu dengan warna menjadi
coklat kehitaman, daun menjadi lebih gelap. Menurut Ramadan et al., (2019), hal
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal kemungkinan batang
yang digunakan terlalu tua hal ini dapat menghambat pertumbuhan tunas maupun
akar tanaman kemudian faktor eksternal dipengaruhi oleh suhu dan cuaca.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Andianingsih, N., dan Rosmala. 2021. Pengaruh Pemberian Hormon dan
Giberelin Terhadap Pertumbuhan Tomat (Solanum lycopersicum L.) Var.
Aichi First di Dataran Medium. 3(1) : 48-56.
Hartanto, A., Haris, A., Widodo, D.S. 2009. Pengaruh Kalsium, Hormon Auksin,
Giberellindan Sitokinin terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman Jagung. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 12(3): 72-75.
Partiwi, A., dan Fadhilah, S. 2020. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Spora Gracilaria changii. Jurnal Pena Sains. 1(1) :
40-48.
Ramadan, V. R., Kendarini, N., dan Ashari, S. 2019. Kajian Pemberian Zat
Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Buah Naga
(Hylocereus costaricensis). Jurnal Produksi Tanaman. 4(3) : 23-31.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya