Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FITOHORMON

PENGARUH ETILEN PADAPEMATANGAN BUAH PISANG (Musa


Paradisiaca L.)

Oleh:

IDA AYU RATIH PURNAMA DEWI

1308305012

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2016
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Buah pisang merupakan salah satu jenis komoditi holtikultura dalam
kelompok buah-buahan yang memiliki nilai sosial dan ekonomi cukup tinggi bagi
masyarakat Indonesia karena antara lain pisang sebagai sumber pro vitamin A
yang baik, pisang sebagai sumber kalori utama disamping alpukat dan durian,
pisang cukup dikenal oleh masyarakat luas, budidaya pisang dapat dilakukan
dimana saja dan cepat tumbuhnya. Buah pisang tergolong buah klimakterik. Buah
pisang sebagai buah klimakterik mengalami peningkatan respirasi dan produksi
etilen yang tinggi selama proses pemasakan yang dapat menyebabkan pelunakan
buah (Soekarto, 1982).
Pada buah klimakterik, etilen berperan dalam perubahan fisiologis dan
biokimia yang terjadi selama pematangan. Pemberian etilen eksogen pada buah
klimakterik dapat mempercepat proses pematangan dan menghasilkan buah
dengan tingkat kematangan yang seragam. Pisang biasanya dipanen sebelum
matang dengan tingkat kematangan tertentu dan berbagai pertimbangan
pemasaran. Pemanenan buah yang akan dipasarkan dengan jarak jauh umumnya
pada tingkat kematangan 75-80% dengan ciri-ciri sudut-sudut pada pisang masih
tampak jelas, sedangkan untuk pemasaran jarak dekat dipanen dengan tingkat
kematangan 85-90% dengan ciri-ciri sudut buah berkembang penuh walaupun
sudut buah masih tampak nyata (Pantastico, 1993).
Buah pisang yang dipanen pada tingkat kematangan 75-90% biasanya
diberikan bahan pemacu pematangan agar buah pisang dapat dipasarkan dengan
tingkat kematangan penuh sehingga harga jual pisang tinggi. Etilen adalah
hormon tanaman alami yang penting pengaruhnya terhadap pelayuan dan
pemasakan dari buah klimakterik (Murtadha dkk., 2012). Buah klimakterik yaitu
buah yang menunjukkan kenaikan produksi karbondioksida dan etilen yang besar
saat penuaan. Contoh buah klimakterik yaitu apel, alpukat, pisang, mangga, dan
tomat. Selama proses pematangan, buah klimakterik menghasilkan lebih banyak
etilen endogen daripada buah nonklimakterik (Siagian, 2009).
Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme
normal dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan
daun. Etilen disebut juga ethane Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam
fase gas, sehingga disebut juga gas etilen (Wahyudi, 2005). Gas etilen tidak
berwarna dan mudah menguap. Etilen memiliki struktur yang cukup sederhana dan
diproduksi pada tumbuhan tingkat tinggi, Etilen sering dimanfaatkan oleh para
distributor dan importir buah. Buah dikemas dalam bentuk belum masak saat
diangkut pedagang buah. Setelah sampai untuk diperdagangkan, buah tersebut
diberikan etilen (diperam) sehingga cepat masak. Dalam pematangan buah, etilen
bekerja dengan cara memecahkan klorofil pada buah muda, sehingga buah hanya
memiliki xantofil dan karoten. Dengan demikian, warna buah menjadi jingga atau
merah (Siagian, 2009).

1.2. Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui pengaruh hormon etilen terhadap waktu pematangan
buah pisang.
II. MATERI DAN METODE
2.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah baki plastik, label, pensil, pipet tetes, pengaduk
larutan, timbangan. Bahan yang digunakan adalah pisang, hormon etilen, dan air
akuades.

2.2. Cara Kerja


Disiapkan beberapa pisang dan dibuat larutan etilen dengan konsentrasi 0,5
ppm dan 0,25 ppm. Pisang dicelupkan kedalam larutan etilen dengan konsentrasi
5 ppm, kemudian di letakkan di teray dan diberikan label. Langkah kedua yaitu
pisang dicelupkan kedalam larutan etilen dengan konsentrasi 0,25 ppm, kemudian
diletakkan di teray dan diberikan label. Pengamatan dilakukan 3 kali dengan
parameter pengamatan yaitu warna kulit pisang.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil

Dalam praktikum kali ini diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 1. Hasil pengamatan buah pisang dengan perlakuan etilen.

Tanggal Kontrol Konsentrasi 0,25% Konsentrasi 0,50%


H0 Hijau keras Hijau keras Hijau keras
H4 Hijau agak Semua menguning, Semua menguning,
lunak pangkal masih hijau dan pangkal masih hijau dan
melunak. melunak, telah timbul
bercak kecoklatan.
H6 Hijau Semua menguning, Semua menguning, sangat
menguning sangat lunak dna mulai lunak, bagian buah mulai
dari timbul bercak kecoklatan, mengeriput.
pangkal kecoklatan.
buah, agak
lunak.
H8 Hijau Sangat lunak, mengalami Sangat lunak, mengalamai
kekuningan, kecoklatan (tanda mulai pembusukan, telah
lunak, membusuk), mengeriput. berwarna coklat
ujung masih kekuningan.
hijau.

3.2. Pembahasan

Hasil praktikum menunjukan bahwa pemberian hormon etilen baik itu


dengan konsentrasi 0,5 ppm dan 0,25 ppm sangat mempengaruhi waktu
pematangan buah pisang. Hal tersebut dibuktikan dengan pisang yang tidak diberi
hormon etilen mengalami pematangan pada hari ke-8, sementara itu buah pisang
dengan perlakuan etilen 0,25% dan 0,50% telah matang lebih awal dibandingkan
kontrol, yaitu pada pengamatan hari ke-4. Parameter yang diamati dalam
praktikum ini adalah warna seta tekstur dari buah pisang tersebut. Buang pisang
yang telah matang ditandai dengan menguningnya permukaan kulit pisang,
sementara buah pisang yang belum matang ditandai dengan kulit buah yang masih
berwarna hijau (Murtadha dkk., 2012). Kerja etilen dalam pematangan buah yaitu
yaitu berpengaruh terhadap perombakan pigmen khlorofil. Terjadinya warna
kuning pada pisang disebabkan karena hilangnya khlorofil dan menyebabkan
tampaknya warna karotenoid yang kuning, selain itu etilen mempunyai efek juga
terhadap jalannya respirasi, terutama pada aktivitas metabolisme. Aplikasi etilen
menyebabkan waktu tercapainya puncak klimaterik dipercepat. Pada pisang yang
merupakan buah klimaterik, semakin besar konsentrasi etilen maka makin cepat
stimulasi respirasi. Kerjanya paling efektif pada waktu tahap pre-klimaterik
(Muyasaroh, 2007).
Menurut Apandi (1984), konsentrasi etilen yang digunakan di dalam
pematangan buah harus tepat. Pada praktikum ini terlihat bahwa konsentrasi etilen
0,50 ppm menyebabkan buah pisang lebih cepat matang bila dibandingkan dengan
konsentrasi etilen 0,25 ppm. Hal tersebut ditunjukan dengan buah yang diberi
perlakuan etilen 0,50 ppm pada hari ke-4 telah ditemukan adanya bercak coklat
pada permukaan kulit pisang. Bercak coklat tersebut menandakan bahwa buah
tersebut telah mengalami kerusakan fisik yang nantinya disusul dengan
pengriputan. Semakin besar konsentrasi etilen mala laju respirasi yang dialami
buah tersebut akan semakin besar pula sehingga buah akan lebih cepat mengalami
pembusukan.
Selain warna kulit pisang, parameter lain yang diamati adalah tekstur dari
buah pisang tersebut. Tekstur pisang yang telah matang menjadi sangat lunak. Hal
tersebut dikarenakan perubahan yang terjadi pada dinding sel dan substansi
pektin, yaitu oleh larutnya dan depolimerisasi substansi pektin secara progresif.
Pektin yang awalnya tidak larut (propektin) hanya berada di dalam buah-buahan
yang mentah. Dengan bantuan enzim pectin esterase, pektin yang tidak larut
tersebut kemudian diubah menjadi pektin yang larut. Perubahan tersebut terjadi
pada saat pematangan buah. Pektin yang larut ini kemudian didepolimerisasi lagi
menjadi unit-unit yang lebih kecil dan mungkin akhirnya menjadi asam
galakturonat. Proses tersebutlah yang menyebabkan buah masak memiliki tekstur
yang lunak (Apandi, 1984).

IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah etilen baik itu
konsentrasi 0,25 ppm maupun 0,50 ppm berpengaruh terhadap pematangan buah
pisang. Etilen dengan konsentrasi 0,50 ppm lebih efektif dalam pematangan buah
pisang bila dibandingkan dengan etilen konsentrasi 0,25 ppm
DAFTAR PUSTAKA

Apandi, 1984. Teknologi Buah Dan Sayur. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta.
Murtadha, A., E. Julianti, dan I. Suhaidi. 2012. Pengaruh Jenis Pemicu
Pematangan Terhadap Mutu Buah Pisang Barangan (Musa paradisiaca
L.). Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian 1(1):47-56
Murtadha, A., E. Julianti, dan I. Suhaidi. 2012. Pengaruh Jenis Pemicu
Pematangan Terhadap Mutu Buah Pisang Barangan (Musa paradisiaca
L.). Jurnal Rekayasa Pangandan Pertanian. 1(1):47-56
Muyasaroh, S. 2007. Pengaruh Cara dan Lama Pemeraman Terhadap Kadar Gula
Reduksi dan Kandungan Vitamin C Pada Buah Pisang (Musa
paradisiaca .L) Kultivar Ambon Kuning. skripsi. Jurusan Biologi,
Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Malang.
Malang.
Pantastico, Er, B. 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan
Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Penerjemah :
Kamariyani. UGM-Press, Yogyakarta
Siagian, H. F. 2009. Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan
Pisang Barang dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif. Skripsi.
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Soekarto, S. T. 1982. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. IPB-Press, Bogor
Wahyudi, E. 2005. Studi Tentang Efek Beberapa Hormon Pematangan Buah
Terhadap Mutu Pisang Barangan (Musa paradisiacal L.). USU-Press,
Medan
LAMPIRAN

Pengamatan hari ke-4, perlakuan Pengamatan hari ke-4, perlakuan


kontrol. etilen 0,25% dan 0,50%.

Pengamatan hari ke-6, perlakuan Pengamatan hari ke-6, perlakuan


kontrol. etilen 0,25% dan 0,50%.

Pengamatan hari ke-8, perlakuan Pengamatan hari ke-8, perlakuan


kontrol. etilen 0,25% dan 0,50%.

Anda mungkin juga menyukai