Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan:

Makhluk hidup tentunya membutuhkan nutrisi untuk keberlangsungan hidupnya (Fictor


dan Moekti, 2007). Berbeda dengan hewan, tumbuhan disebut organisme autotrof, dimana
tumbuhan mampu mensintesis makanannya sendiri dari senyawa anorganik dengan bantuan
cahaya matahari dan pigmen klorofil. Proses tersebut dinamakan fotosintesis (Rakasyadi, 2000;
Kimball, 2002). Menurut Dwijoseputro (1996), tumbuhan memiliki sifat fisiologis yang khusus
yaitu kemampuan dalam mengubah senyawa anorganik seperti H2O dan CO2 menjadi senyawa
anorganik (glukosa) yang nantinya akan dimanfaatkan sebagai energi untuk bertahan hidup.
Fotosintesis dapat berjalan dengan baik apabila tersedia cukup cahaya, dalam hal ini cahaya
matahari berfungsi sebagai sumber energi dalam menjalankan fotosintesis (Salisbury dan
Ross,1995).
Adapun reaksi dari proses fotosintesis adalah sebagai berikut:
6CO2+6H2O

C6H12O6+6O2+ATP (Wasis dan Sugeng, 2008).

Menurut Rianawaty (2009), energi yang diperoleh dari cahaya matahari dalam proses
fotosinesis diserap oleh klorofil. Energy yang diperoleh tersebut berfungsi untuk memecah H2O
(molekul air) menjadi O2 (oksigen) dan hydrogen, selamjutnya daun akan mengeluarkan oksigen
untuk proses respirasi makhluk hidup lainnya. Sementara itu, hydrogen akan membentuk ikatan
dengan karbondioksida dan menghasilkan C6H12O6 (glukosa). Fotosintesis terjadi dalam dua
tahapan diantaranya yaitu reaksi terang dan reaksi gelap (Jumin, 1994). Reaksi terang merupakan
reaksi yang bergantung dengan cahaya dan berlangsung di tilakoid sedangkan reaksi gelap
merupakan reaksi yang tidak bergantung dengan cahaya dan berlangsung di stroma (Syamsuri,
2000).
Proses fotosintesis berlangsung di dalam kloroplas. Sel-sel yang banyak mengandung
kloroplas pada umumnya jaringan palisade dan bunga karang yang terdapat pada bagian mesofil
daun (Wijaya, 2007). Klorofil terdapat di dalam kloroplas dalam bentuk butir-butir bewarna
hijau. Klorofil dalam proses fotosintesis berfungsi sebagai penangkap atau penyerap energi
matahari (Lakitan, 1996). Klorofil memiliki kemampuan menyerap cahaya merah, oranye, biru,
kuning dan hijau. Cahaya hijau merupakan cahaya yang diserap klorofil dalam jumlah yang
sedikit. Hal ini dikarenakan cahaya tersebut dipantulkan kembali oleh klorofil sehingga klrofil
terlihat berwarna hijau (Malcome, 1990). Terdapat empat jenis klorofil di dalam sel tumbuhan

yaitu klorofil a, klorofil b, klorofil c dan klorofil d, namun klorofil a lah pigmen yang paling
berperan dan tedapat di hampir semua tumbuhan yang berfotosintesis (Maryati, 2006).
Faktor utama yang dapat mempengaruhi maksimal atau tidaknya proses fotosintesis
adalah cahaya. Banyak sedikitnya cahaya yang diserap selama proses fotosintesis dipengaruhi
beberapa faktor antara lain lama waktu tumbuhan tersebut terpapar cahaya baik itu cahaya
matahari maupun cahaya lampu, intensitas sumber cahaya serta panjang gelombang yang
dimiliki cahaya tersebut (Malcome, 1990). Berdasarkan warna dan panjang gelombangnya
cahaya dapat dibedakan menjadi cahaya merah dengan panjang gelombang 625-740 nm, cahaya
oranye memiliki panjang gelombang 590-625 nm, cahaya kuning dengan panjang gelombang
565-590 nm, cahaya hijau dengan panjang gelombang 435-520 nm, cahaya biru dengan panjang
gelombang 435-520 nm, cahaya nila dengan panjang gelombang 400-435nm dan ungu 380-400
nm (Heri dkk., 2005; Pertamawati, 2010). Fotosintesis juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal lain diantaranya faktor eksternal berupa suhu, kadar CO2, kadar air serta faktor internal
berupa jumlah klorofil yang berkaitan dengan usia tanaman dan ukuran tanaman (Komari,
2007).

Pembahasan :
Praktikum kali ini yaitu menggunakan empat jenis warna cahaya yang berbeda yaitu
merah, kuning, hijau, dan biru. Masing-masing percobaan dilakukan sebanyak dua kali dengan
jarak penyinaran yang berbeda yaitu 20 cm dan 10 cm. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh panjang gelombang cahaya dan jarak penyinaran terhadap banyaknya oksigen yang
dihasilkan selama proses fotosintesis (Utomo, 2007). Tanaman hydrilla ferticillata diletakan
dalam posisi terbalik dengan alasan bahwa stomata lebih banyak terdapat pada permukaan bawah
daun (Handoko, 2007). Hal ini dapat dilihat dari oksigen lebih cepat dihasilkan pada bagian
permukaan bawah dibandingkan dengan permukaan atas (Natr, 1992). Menurut Kimball (2005),
stomata yang terdapat pada bagian bawah daun tanaman hydrilla ferticillata mencapai kurang
lebih 100.000/cm2, sementara itu pada permukaan atas daun tidak terdapat stomata. Buffer yang
digunakan adalah buffer karbonat yang berfusi sebahai penyangga pH dan sebagai sumber CO2.
Hasil pengamatan dengan menggunakan cahaya lampu berwarna hijau menunjukan hasil
tertinggi dibandingkan pengamatan yang lain. Hasil pengamatan pada jarak penynaran 20 cm,
dengan suhu 29oC terlihat volume oksigen yang dihasilkan yaitu 0,88077 cm3, sedangkan pada
jarak 10 cm suhu menjadi meningkat yaitu 30oC yaitu 0,495335 cm3. Semestinya cahaya hijau
merupakan cahaya yang paling tidak efektif dalam proses fotosintesis (Malcome, 1990). Hal ini
dikarenakan cahaya tersebut dipantulkan kembali oleh klorofil sehingga sedikit diserap oleh
klorofil (Loveless, 1991). Pengamatan yang dilakukan membuktikan bawa proses fotosintesis
tidak hanya dipengaruhi oleh cahaya namun juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kadar
Co2 (Widiastuti, dkk., 2004). Kadar co2 berkaitan dengan penambahan buffer karbonat selama
pengamatan. Semakin sering buffer karbonat ditambahkan maka kadar Co2 semakin meningkat.
Karbondioksida (Co2) merupakan bahan baku pada proses fotosintesis. Apabila bahan baku
meningkat maka hasil proses fotosintesis pun meningkat, begitu pula sebaliknya. Volume
oksigen lebih sedikit ditunjukan pada jarak 10 cm, kemungkinan penambahan buffer karbonat
pada pengamatan tersebut lebih sedikit dibanding pengamatan pada jarak 20 cm (Salisbury dan
Ross, 1995; Rianawaty, 2009 ).
Pengamatan dengan menggunakan cahaya merah menunjukan hasil terendah
dibandingkan yang lain yaitu pada jarak penyinaran 10 cm dan 20 cm dengan suhu 29oC
masing-masing menunjukan bahwa tidak adanya oksigen yang dihasilkan selama pengamatan.
Semestinya cahaya dengan gelombang 625-740 tersebut optimal untuk proses fotosintesis (Neri

dkk., 2003; Pertamawati, 2010). Pengamatan iniini juga membuktikan bahwa proses fotosintesis
tidak hanya dipengaruhi oleh cahaya, namun juga dipengaruhi oleh faktor internal seperti ukuran
tanaman serta usia tanaman (Edwards dan Walker, 2002). Usia tanaman berkaitan dengan
kandungan klorofil suatu tanaman. Semakin tua usia tanaman kandungan pigmen fotosintetik
(klorofil) nya semakin sedikit. Klorofil dalam fotosintesis berperan dalam penyerapan cahaya.
Apabila klorofil rendah maka jumlah cahaya yang diserap pun semakin sedikit sehingga proses
fotosintesis tidak berlangsung maksimal (Rianawaty: 2009). Usia tanaman dapat pula
memperngaruhi metabolism, dimana tanaman yang terlalu muda kemampuan fotosintesisnya
belum mkasimal (belum sempurna) (Nawawi, 1994). Selain itu, cahaya lampu merah yang
digunakan pada pengamatan memiliki cahaya yang redup sehingga aktivitas fotosintesis juga
akan menurun
Pengamatan dengan menggunakan cahaya kuning pada jarak 10 cm dengan suhu 31oC
yaitu 0,14601 cm3, sedangkan pada jarak 20 cm dengan suhu 30oC yaitu 0,08399 cm3. Terlihat
disini bahwa dekat atau jauhnya jarak penyinaran (intensitas cahaya) berpengaruh pada suhu
lingkungan (Nawawi, 1994). Suhu termasuk salah satu faktor eksternal dapat pula
mempengaruhi maskimal atau tidaknya proses fotosintesis. Suhu optimal agar fotosintesis
berjalan maksimal yaitu kurang lebih 30oC-31oC (Hapsari, 2009). Kenaikan suhu yang masih
dalam skala optimalnya menyebabkan pergerakan dari molekul yang bereaksi selama proses
fotosintesis ikut bertambah. Reaksi pergerakan molekul tersebut erat kaitannya dengan aktivitas
kerja enzim. Apabila suhu jauh melampaui batas optimumnya, maka molekul akan rusak dan
otomatis akan terjadi penurunan aktivitas enzim serta laju reaksi dari proses fotosintesis
(Lakitan, 2013; Gruia dkk., 2011).
Pengamatan dengan menggunakan cahaya biru pada jarak 10 cm dengan suhu 30oC
diperoleh hasil sebesar 0,16799 cm3, sedangkan pada jarak 20 cm dengan suhu 29oC yaitu
0,08949 cm3. Dari hasil pengamatan terlihat pula suhu turut berperan dalam menghasilkan O2
pada pengamatan ini. Selain suhu, menurut Syamsuri (2000), cahaya biru merupakan cahaya
yang mudah diserap oleh klorofil terutama klorofil a serta klorofil b. Kedua jenis klorofil terebut
memegang peranan penting sebagai fotorepseptor selama proses fotosintesis. Klorofil a paling
banyak digunakan pada fotosistem II, sedangkan klorofil b paling banyak digunakan pada
fotosistem I (Triyati, 1985). Dengan demikian, panjang gelombang cahaya biru merupakan
panjang gelombang yang efektif untuk proses fotosintesis (Latunra, 2011)

Anda mungkin juga menyukai