Anda di halaman 1dari 12

PENYAKIT PASCA PANEN

(laporan praktikum Fisiologi Pasca Panen)

Oleh

Uriah Pamerdi 1654051004

Siti Nurhasanah Rahmalia Fitri 1654051005

Bella Olivia Irwan 1754051005

Listiani Nuri 1754051011

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UIVERSITAS LAMPUNG

2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki kesuburan tanah yang
cukup baik. Keadaan tersebut menjadikan Indonesia menjadi salah satu sentra
produk hortikultura. Masalah penanganan produk hortikultura setelah panen
(pasca panen) sampai saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat
perhatian yang serius, baik dikalangan petani, pedagang, maupun dikalangan
konsumen. Walau hasil yang diperoleh petani mencapai hasil yang maksimal
tetapi apabila penanganan setelah dipanen tidak mendapat perhatian maka hasil
tersebut segera akan mengalami penurunan mutu atau kulitasnya. Seperti
diketahui bahwa produk hortikultura relatif tidak tahan disimpan lama
dibandingkan dengan produk pertanian yang lain ( Pantastico. 2016).

Faktor – faktor utama bagi perkembangan penyakit pasca panen komodity


hortikultura adalah inang (tanamnan), penyebab penyakit (mikroorganisme) dan
lingkungan. Faktor lingkungan yang terdiri atas suhu, kelembaban relatif dan
komposisi atmosfir (ruang) simpan. Jadi terdapat tiga faktor utama yang sering
juga dikenalsebagai segi tiga penyakit (pathogen/mikroorganisme-inang
lingkungannya).Penyakit – penyakit yang muncul pada komodity pada fase
penanganan setelah panen dikenal sebagai penyakit pasca panen atau
PostharvestDisease. Kegiatan pasca panen meliputi panen, pengangkutan,
pemilihan (sortasi), pemasakan, penyimpanan, pengepakan, pengolahan dan
pemasaran. Kehilangan produk terjadi secara alamiah setelah dipanen akibat
aktivitas berbagai jenis enzim yang menyebabkan penurunan nilai ekonomi dan
gizi ( Tranggono dan Sutardi. 2014 ).
Kerusakan hortikultura dapat dipercepat bila penanganan selama panen atau
sesudah panen kurang baik. Sebagai contoh, komoditi tersebut mengalami luka
memar , tergores atau tercabik atau juga oleh penyebab lain seperti adanya
pertumbuhan mikroba. Disini pentingnya penanganan pasca panen yang dapat
menghambat proses pengrusakan bahan antara lain melalui pengawetan,
pinyimpanan terkontrol, dan pendinginan. Karena sifat bahan yang mudah rusak
(perishable) maka penanganan pasca panen harus dilakukan secara hati – hati.
Dalam lingkup yang lebih luas, teknologi pasca panen juga mencangkup
pembuatan bahan (produk), beku, kering, dan bahan dalam kaleng. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka sangatlahperludiketahui terlebih dahulu tentang macam
– macam penyakit, penyebab penyakit pada produk hortikultura tersebut, serta
cara pencegahan penyebaran penyakit pasca panen ( Nugraha. 2012 ).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk melatih mendiagnosa beberapa
penyakit pasca panen berdasarkan gejala dan tanda penyakit.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Timun

Mentimun merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar. Menurut Sharma


(2002), Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda,
hijau keputihan sampai putih, tergantung kultivar yang diusahakan. Sementara
buah mentimun yang sudah tua (untuk produksi benih) berwarna cokelat, cokelat
tua bersisik, kuning tua, dan putih bersisik. Panjang dan diameter buah mentimun
antara 12-25 cm dengan diameter antara 2-5 cm atau tergantung kultivar yang
diusahakan (Sumpena, 2017). Biji timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong
(oval) dan pipih. Biji mentimun diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada
ruang-ruang tempat biji tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat
digunakan untuk perbanyakan dan pembiakan . Mentimun cocok ditanam di lahan
yang jenis tanahnya lempung sampai lempung berpasir yang gembur dan
mengandung bahan organik. Mentimun membutuhkan pH tanah di kisaran 5,5-6,8
dengan ketinggian tempat 100-900 m di atas permukaan laut. Mentimun juga
membutuhkan sinar matahari terbuka, drainase air lancar dan bukan bekas
penanaman mentimun dan familinya seperti melon, semangka, dan waluh. Aspek
agronomi penanaman mentimun tidak berbeda dengan komoditas sayuran
komersil 6 lainnya, seperti kecocokan tanah dan tinggi tempat, serta iklim yang
sesuai meliputi suhu, cahaya, kelembapan dan curah hujan

2.2 Jeruk Nipis

Jeruk Nipis (Lat Citrusaurantifolia; Famili: Rutaceae) merupakan jenis tumbuhan


yang masuk kedalam suku jeruk-jerukan, tersebar di Asia Dan Amerika
Tengah dikenal juga sebagai jeruk pecel. Pohon jeruk nipis dapat mencapai tinggi
3—6 meter, bercabang banyak dan berduri, daun lonjong, tangkai daun bersayap
kecil. Perbungaan muncul dari ketiak daun dan bunga kecil, putih berbau harum.
Buah bulat sampai bulat telur, berwarna hijau sampai kuning dan kulit buah tipis
mengandung banyak minyak atsiri. Daging buah berwarna putih kehijauan, sangat
asam, mengandung banyak vitamin C dan asam sitrat. Biji banyak, kecil,
bersifat poliembrioni. Di Indonesia dapat hidup di dataran rendah sampai
ketinggian 1000 m dari permukaan laut. Tumbuh baik di tanah alkali, di tempat-
tempat yang terkena sinar matahari langsung. Perbanyakan dengan
biji, okulasi atau cangkok. Buah digunakan untuk membuat minuman, obat batuk
dan penyedap masakan dan juga sering dipakai untuk menghilangkan karatan dan
mencuci rambut.Tanaman juga memiliki bentuk dan ragam yang unik antara lain
memiliki bentuk bulat atau lonjong, runcing di bagian pucuk buah, berwarna
hijau dan juga kekuningan, memiliki kulit agak tebal dan sulit di buka langsung,
memiliki daging tebal dan tidak serabut bagian dalam, bijinya berbentuk bulat
oval, dam memiliki rasa asam atau tidak manis(Hasan, 2016).

2.3 Terung Bulat

Terong bulat atau Solanummelongenamerupakan tanaman yang dapat tumbuh di


dataran rendah dan dataran tinggj. Dalam bahasa Inggris terung bulat disebut juga
Roundeggplant. Tunas pada tanaman terung bulat muncul setelah 3 – 12 hari dan
panen pada 65 - 80 hari setelah masa tanamnya. Kandungan gizi pada terong
yang merupakan gabungan 6 bahan makanan TKPI dan 2 bahan makanan USDA,
yang termasuk tinggi dan cukup tinggi adalah kandungan air, serat, fosfor,
tembaga, seng, β-karoten,danlutein + zeaksantin.Berdasarkan kandungan gizi
yang tinggi dan cukup tinggi tersebut, terung bulat bermanfaat dalam  Sistem
Peredaran Darah, Sistem Integumen (Kulit, Rambut, Kuku, dsb), Sistem
Reproduksi dan Bayi, Sistem Saraf dan Otak, Tulang (Sistem Rangka), Sistem
Ekskresi dan Urinaria, Kelenjar, Hormon, Enzim, Mulut dan Gigi,Sistem
Kekebalan Tubuh, Sistem Otot, Sistem Pencernaan,  Sistem Pernafasan, dan
Sistem Indra(AndraFarm, 2017).
III.METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa, 27 Oktober 2020 pada pukul 07.00-0
09.30 WIB, dilaksanakan di rumah masingmasing mahasiswa.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baskom, dan pisau sedangkan
bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Jeruk nipis segar, Jeruk nipis
busuk, timun segar dan timun busuk, serta Terung bulat segar dan Terung bulat
busuk

3.3. Prosedur

Prosedur praktikum ini disajikan dalam diagram alir sebagai berikut:


Bahan (jeruk nipis, mentimun, terung bulat

Disiapkan 3 jenis bahan buah dan sayur yang segar dan yang kurang baik

Diberikan label pada buah dan sayur yang di gunakan agar mudah dalam
pengamatan

Dilakukan pengamatan selam 2, 4 dan 6 hari pada bahan pada suhu ruang dan
kulkas

Dilakukan pengamatan kembali pada bahan buah dan sayur meliputi identifikasi
penyakit pada buah dan sayur

HASIL

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengamatan Identifikasi Penyakit Pada Buah dan
Sayur

Pada praktikum identifikasi penyakit pada buah dan sayur pertama yang harus
dilakukan yaitu disiapkan 3 jenis bahan buah dan sayur yaitu timun, Jeruk nipis
dan terung bulat, bahan yang telah disiapkan diberi label agar mempermudah
dalam pengamatan pada pengamatan sayur dan buah segar dan busuk meliput
iidentifikasi penyakit pada bahan hasil pertanian, pengamata dilakukan selama 2,
4 dan 6 hari pada suhu ruang, pengamatan dilakukan pada hari ke-6 yaitu meliputi
identifikasi penyakit pada bahan hasil pertanian yaitu pada timun segar dan timun
kurang baik, jeruk nipis segar dan jeruk nipis kurang baik, serta terung bulat segar
dan terung bulat kurang baik dan didapatkan hasil pada pengamatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Hasil pengamatan dalam praktikum ini disajikan pada tabel 1

Foto
NO. Komoditi Penyakit DeskripsiPenyakit Tidak
Normal
Normal
 

1 TerongBulat Antraknosa
Bercak-bercakkering
hitamkecoklatan pada kulitterong
 

Bercakputih, hijaugelap dan kuning,


2 JerukLimau KankerJeruk bagiantengahberbentukgabusberwarnacoklat
 
   
 
Pola garisataubintikputihkekuningan
pada permukaanmentimun
3 Timun MentimunMosaik
Penyakit Kutu
Pucukmentimunterdapatkisut
Daun
4.2 Pembahasan
Penyakit yang menyerang terongbulat yaitu antraknosa yang menyebabkan
terongbulat mengalami bercak-bercakkeringhitamkecoklatan pada
kulitterong.MenurutSemangun (2007) bahwa penyakit antraknosa memiliki ciri-
ciri adanya bercak dengan warna coklat kehitaman kemudian meluas menjadi
busuk lunak.Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan bintik-bintik hitam
yang terdiri atas kelompok seta dan konidium cendawan.Pada serangan yang berat
dapat menyebabkan seluruh buah menjadi kering dan berkerut.Kemudian penyakit
yang menyerang jeruklimaumengalamibercakputih, hijaugelap dan kuning,
bagiantengahberbentukgabusberwarnacoklatdikarenakan
memilikipenyakitkangkerjeruk.
Penyebabpenyakitkankerjerukadalah Xanthomonas axonopodispv. citri (Hasse)
Vauterin et al. (1995). Sebelumnya, namabakteriiniadalah Xanthomonas
campestris (Pammel 1895) Dowson 2013pv. citri. Bakteriiniterdiriatasbanyak
strain yang berdasarkanataspenyakit yang disebabkan pada jerukdipilahmenjadi
lima kelompoksebagaiberikut:

 Kelompok strain A menyebabkankankerjeruk, strain yang paling merusak


pada Citrus sinensis (jerukmanis), C. paradisi (jerukgedang), C. limon
(jeruksitrun), C. reticulata (jerukcina), and C. aurantifolia
(jeruknipismexico)
 Kelompok strain B menyebabkankankerosis B ataukankerpalsujeruk pada
C. limon (lemon) dan C. aurantifolia (Mexican lime)
 Kelompok strain C menyebabkankankerosishanya pada C. aurantifolia
(Mexican lime)
 Kelompok strain D menyebabkanbakteriosismexico,
tetapipenyakitinibelumdicirikandenganbaik
 Kelompok strain E menyebabkanbercakbakterijerukataukankerbibitflorida,
ditemukanhanya pada tanamanmuda,
khususnyatanamandenganbatangbawahSwingle citrumelo (C. paradisi x
Poncerus trifoliata) 

Kelompok strain A kemudiandiubahnamanyamenjadiXanthomonas axonopodispv.


citri (Hasse) Vauterin et al. (1995) dan kelompok strain E menjadi Xanthomonas
axonopodis pv.  Citrumelo.

Selanjutnya penyakit yang menyerang mentimun yaitumentimunmosaik dan


penyakitkutudaun yang
dapatmenyebabkanmentimunmengalamipolagarisataubintikputihkekuninganpada
permukaanmentimun dan pada pucukmentimunterdapatkisut. Mosaik ketimun
adalah virus tanaman yang berbentuk polihedral dengan diameter 28 nm,
menginfeksi lebih dari 775 spesies tumbuhan dalam 67 famili dan dapat
ditularkan oleh 75 spesies afid secara non-persistent (Murant dan Mayo,
1982).Jikaterjadi pengkeriputandisebabkan oleh kelembaban rendah, dan jika
kelembaban terlalu tinggi akanmerangsang proses pembusukankarena
kemungkinan terjadi kondensasi air.
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N. 2005. PlantPathology Edisi Fifth. ElsevierAcademicPress. USA.


Hardenberg, R. E. 1986. Dasar-Dasar Pengemasan. Fisiologi Pasca Panen.
AcademicPress London and New York.
AndraFarm. 2017. Terung Bulat (Manfaat, Khasiat, Obat, Kandungan Gizi).
AndraFarm – Go Green. Bogor.

Hassan Sadhily. 2016. Ensiklopedi Indonesia Volume 1. Ichtiar Baru-Van Hoeve.


Jakarta.

Nugraha. 2012. Inovasi Teknologi Pasca Panen untuk Mengurangi Susut


Bobot Produk Hasil Pertanian. J Buletin Teknologi Pasca panen
Pertanian. Vol 8 (1).

Pantastico. 2016. Fisiologi Pasca Panen. Gajah Mada UniversityPress.


Yogyakarta.

Sumpena, M. P. 2017. Usaha teknik budidaya tanaman buah mentimun


(CucumissativusL.) untuk prospek pengembangan sayuran di UPT Usaha
Pertanian Aspakusa Makmur Teras Boyolali. [TUGAS AKHIR]. Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Tranggono dan Sutardi. 2014. Biokimia, Teknologi Pasca Panen dan Gizi. PAU
Pangandan Gizi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai