BUAH-BUAHAN
(Laporan Praktikum Fisiologi Pasca Panen)
Disusun oleh :
Kelompok 4 (THP A)
1. Duwinda (1914051013)
2. Yeremia Bagus Nugroho (1914051031)
3. Rifda Mardhiyah (1914051039)
4. Umi Adila Tsani (1914051055)
5. Made Chendy C.M.V (1954051011)
Buah dan sayuran merupakan salah satu komoditi yang paling banyak terdapat
di Indonesia, namun karena penanganan pasca panen yang kurang, sehingga
menyebabkan buah dan sayur tersebut tidak mampu dimanfaatkan lagi dan
tidak memiliki daya jual yang tinggi. Kerusakan ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu mekanis dan biologis. Nilai kesegaran pada buah bisa diketahui
dari laju respirasi yang akan mempengaruhi susut bobot, tekstur, kadar air,
perubahan warna, atau aktifitas fisiologis maupun mikrobiologis semakin
meningkat. Untuk menjaga agar produk selepas panen tetap tahan lama, maka
proses metabolisme harus ditekan serendah mungkin dengan cara
penyimpanan dan pengemasan. Dilakukannya perlakuan pasca panen ini
bertujuan untuk mengurangi proses terjadinya respirasi dan transpirasi
(Asriyanti dkk, 2011).
Tanaman tomat termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dahulu.
Peranannya yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat sudah sejak lama
diketahui orang. Tanaman tomat (Lycopersium esculentum Mill) adalah
tumbuhan setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam
golongan tanaman berbunga (angiospermae). Dalam klasifikasi tumbuhan,
tanaman tomat termasuk kelas dicotyledonnae (berkeping dua). Secara
lengkap ahli – ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat secara sistemik
sebagai berikut :
Divisi : Spermatopyhta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo : Turbiflorae
Famili : Solanaceae (berbunga seperti terompet)
Genus : Solanum (Lycopersium)
Species : Lycopersium esculentum Mill
(Ratih dkk, 2020).
Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat.
Warna batang hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat, pada
permukaan batangnya banyak ditumbuhi rambut halus terutama di bagian
berwarna hijau. Diantara rambut – rambut tersebut terdapat rambut kelenjar,
jika dibiarkan (tidak dipangkas) tanaman tomat akan mempunyai banyak
cabang yang menyebar rata. Sebagaimana tanaman dikotil lainnya, tanaman
tomat berakar samping yang menjalar ke tanah, daunnya mudah dikenali
karena mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk oval, bergerigi, dan
mempunyai celah yang menyirip. Buah tomat yang masih muda biasanya
terasa getir dan berbau tidak enak karena mengandung lycopersicin yang
berupa lendir dan dikeluarkan 209 kantong lendir.Ketika buahnya semakin
matang, lycopersicin lambat laun hilang sendiri sehingga baunya hilang dan
rasanya pun jadi enak, asam – asam manis (Ratih dkk, 2020).
Chilling injury adalah suatu kondisi bahan hasil pertanian (sayur dan buah)
mengalami kerusakan akibat perlakuan pada suhu dingin yakni sekitar 0 – 10
0˚C. Kasus chilling injury biasanya muncul saat penanganan yang dilakukan
pada bahan hasil pertanian (sayur dan buah) untuk memperpanjang masa
simpan bahan tersebut. Penyebab utama dari chilling injury dianggap
kerusakan dalam membran sel. Kerusakan membran sel yang mungkin
termasuk produksi etilena, respirasi meningkat, fotosintesis berkurang,
gangguan energi, akumulasi produksi senyawa beracun seperti etanol dan
asetaldehida dan struktur selular yang berubah. Chilling injury merupakan
suatu kerusakan yang tidak diharapakan terjadi pada komoditas pertanian.
Untuk mencegah terjadinya chilling injury maka setiap komoditas pertanian
yang berbeda harus disimpan terpisah sesuai dengan suhu kritis yang dimiliki
tiap-tiap komoditi (Rahardian, 2010).
6 buah tomat
HASIL
Tabel 1. Data hasil pengamatan berat tomat setelah disimpan dalam kulkas.
Perlakuan Hari 2 Hari 4 Hari 6
Tanpa 49 gram 46 gram 52 gram
Pengemasan
Plastik PE 34 gram 38 gram 57 gram
Berlubang
Tabel 2. Data hasil pengamatan tekstur tomat stelah disimpan dalam kulkas.
Perlakuan Hari 2 Hari 4 Hari 6
Tanpa Normal Normal Sedikit Lunak
Pengemasan
Plastik PE Normal Normal Sedikit Lunak
Berlubang
4.2 Pembahasan
Hasil praktikum yang telah dilakukan yaitu perlakuan 6 buah tomat dengan
tomat yang tanpa pengemasan 3 buah dan tomat yang dikemas dengan plastik
PE berlubang 3 buah. Masing-masing satu buah tomat tanpa pengemasan dan
yang dikemas dengan plastik PE yang berlubang yaitu diamati per 2 hari.
Buah pertama (tanpa pengemasan) memiliki berat 50 gram dan buah kedua
(dikemas plastik PE berlubang) memiliki berat 35 gram, setelah dua hari
setelah dimasukkan ke kulkas berat buah pertama menjadi 49 gram dengan
tekstur normal, warna orange sedikit kemerah-merahan dan buah kedua
menjadi 34 gram dengan tekstur normal, warna orange sedikit kemerah-
merahan. Pada buah ke 3 (tanpa pengemasan) memiliki berat 48 gram dan
buah ke 4 (dikemas plastik PE berlubang) memiliki berat 40 gram setelah 4
hari setelah dimasukkan ke kulkas berat buah ke 3 menjadi 46 gram dan buah
ke 4 menjadi 38 gram dengan tekstur masih normal, dan warna orange sedikit
kemerah-merahan.
Hasil dari praktikum yang telah dilakukan terdapat perbedaan penurunan susut
bobot dari masing-masing perlakuan penyimpanan. Hal ini disebabkan
adanya perbedaaan RH penyimpanan dimana dengan semakin tinggi suhu dan
rendahnya RH ruang penyimpanan maka akan terjadi penguapan air pada buah
lebih besar sehingga susut bobot meningkat. Susut bobot buah akibat respirasi
dan transpirasi dapat ditekan dengan cara menaikkan kelembaban nisbi udara
(RH), menurunkan suhu, mengurangi gerakkan udara dan penggunaan
kemasan. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa penyimpanan pada suhu
5°C, 10°C menggunakan kemasan plastik PE yang berlubang membantu
dalam mengurangi peningkatan susut bobot yang diakibatkan oleh proses
respirasi dan transpirasi (Herdiana, 2011).
Proses pelunakan tomat selama penyimpanan lama terjadi pada suhu 5°C -
10°C. Hal ini terjadi karena suhu penyimpanan yang rendah dapat mengurangi
laju penurunan kekerasan dimana semakin rendah suhu maka dapat
menghambat proses terjadinya metabolisme. Perubahan metabolisme
mempengaruhi akan proses respirasi, pematangan, proses penuaan, tekstur,
dan warna . Selain itu, enzim juga memiliki pengaruh dalam terjadinya proses
pelunakan. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa kekerasan berkorelasi
dengan terjadinya gejala chilling injury, hal ini dapat dilihat dari perubahan
kekerasan pada penyimpanan tomat dan perubahan warna. Suhu penyimpanan
yang rendah dalam jangka waktu yang lama ini mengakibatkan metabolisme
pada tomat tidak berjalan semestinya sehingga menyebabkan tidak terjadinya
perombakan pada hemiselulosa dan protopektin (Zainal,dkk. 2017).
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah kerusakan tomat disebabkan
karena suhu terlalu rendah. Pada saat proses pendinginan, selaput dinding sel
tomat menjadi rusak yang mengarah ke tekstur lembek secara keseluruhan,
sehingga tomat yang disimpan didalam kulkas akan mengalami peribahan fisik
seperti perubahan warna, aroma, tekstur, maupun berat buah tomat tersebut akibat
chilling injury. Meningkatnya susut bobot sebagian besar disebabkan transpirasi
yang menyebabkan kehilangan air sehingga terjadi susut bobot. Susut bobot buah
tomat cenderung meningkat seiring dengan lamanya penyimpanan didalam
kulkas.
DAFTAR PUSTAKA
Ratih Yuniastri, dkk. 2020. "Karakteristik Kerusakan Fisik Dan Kimia Buah
Tomat". Dalam Journal of Food Technology and Agroindustry Vol. 2 No 1,
hlm. 1 — 8.
Tomat dicuci
1. Tanpa dikemas
2. Dikemas plastik PE berlubang
Tomat hari 4
5. Tanpa dikemas
Sebagian tomat dikemas 6. Dikemas plastik PE berlubang
plastik PE berlubang dan
sebagian lagi tidak dikemas.
Dimasukkan dalam kulkas