LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN
OLEH
KELOMPOK XIV
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini merupakan salah satu syarat telah menyelesaikan mata kuliah
Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen pada Semester Gasal Tahun 2016/2017 di
Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Mataram, 10 Desember 2016
Mengetahui,
Praktikan,
Co. Assisten Praktikum Fisiologi dan Teknologi
Pasca Panen
Aluh Karmila
NIM. J1A013003
Anisya Nurhidayati
NIM. J1B014013
Hijriah
NIM. J1A013048
Desi Wulantika
NIM. J1B014025
Hizbiatun Jamilah
NIM. J1A013049
Erly Aviandini
NIM. J1B014029
Husnita Komalasari
NIM. J1A013050
Nurhayati Sahbudin
NIM. J1B014087
Warni
NIM. J1B014113
Menyetujui,
Koordinator I
Praktikum Fisiologi dan Teknologi
Pasca Panen
Koordinator II
Praktikum Fisiologi dan
Teknologi Pasca Panen
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa atas
tersusunnya laporan tetap biokimia umum yang merupakan salah satu syarat telah
menyelesaikan mata kuliah Fisiologi dan Teknoloogi Pasca Panen pada Semester
Gasal 2016/2017 di Fakultas Teknoloogi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan laporan dan pelaksanaan praktikum biokimia umum.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan laporan tetap ini
sehingga saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
laporan biokimia umum ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk
meningkatkan wawasan para pembaca tentang biokimia secara umum.
Mataram, 10 Desember 2016
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vii
ACARA I
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Pengaruh Kondisi dan Lama Penyimpanan
Terhadap Susut Bobot ................................................................. 6
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Tanpa Penetrometer ................................................. 18
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Pengaruh KOH, CaCl2, CaC2 Dalam Proses
Pematangan Buah ....................................................................... 34
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pengaruh Antimikroba terhadap Penyimpanan
Hasil Pertanian ........................................................................... 52
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Laju Respirasi Buah dan Sayur ..................... 62
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Grafik Hubungan Lama Penyimpanan Terhadap Pengaruh Susut
Berat Apel ................................................................................. 9
Gambar 2. Grafik Hubungan Lama Penyimpanan Terhadap Pengaruh Susut
Berat Kentang............................................................................ 9
Gambar 2. Grafik Pengaruh Kondisi Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap
Susut Berat Tanpa Penetrometer ................................................... 24
ACARA I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam wawasan keilmuan bidang pertanian, berbagai jenis buah-buahan
yang terdapat di Indonesia memiliki karakteristik yang serupa yakni mudah
rusakapabila tidak diberi penanganan pasca panen yang amat baik. Sampai saat ini
sudah banyak buah-buahan yang tidak memenuhi kriteria yang diinginkan ketika
akan di ekspor misalkan kondisinya yang sudah tidak segar, mengkerut dan busuk
serta tidak layak untuk dikonsumsi lagi. Kerusakan tersebut disebabkan karena
benturan, gesekan dan tekanan pada saat penyimpanan maupun pengangkutan.
Kerusakan pada buah-buahan juga disebabkan oleh mikroorganisme yang
menyebabkan nilai susut yang tinggi. Mikroorganisme patogenik yang berada di
dalam bahan belum berkembang selama pertumbuhan melainkan masih terdapat
pada tanaman induknya dan melakukan pertumbuhan dan perkembangan setelah
panen (infeksi laten). Bila terjadi kerusakan mekanis ataupun kemunduran
fisiologis pada produk, maka mikroorganisme patogenik akan tumbuh dan
berkembang menyebabkan pembusukan. Produk pasca panen buah segar
umumnya juga masih melakukan aktivitas metabolisme penting yaitu respirasi.
Aktivitas respirasi berlangsung untuk memperoleh energi yang digunakan untuk
aktivitas hidup pasca panennya (Anonim, 2015).
Aktifitas respirasi menentukan potensi pasar dan masa simpan yang
berkaitan erat dengan kehilangan air, kehilangan kenampakan yang baik,
kehilangan nilai nutrisi dan berkurangnya nilai citarasa. Untuk itu dalam industri
dibutuhkan suatu penanganan khusus dan tepat untuk mencegah terjadinya
kerusakan baik fisik, kimia, maupun biologis. Oleh karena itu, dilakukanlah
praktikum ini agar dapat mengetahui apa saja penyebab kerusakan pada buah.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui
dan memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap susut berat komoditi
hasil pertanian.
TINJAUAN PUSTAKA
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Pengaruh Kondisi dan Lama Penyimpanan Terhadap
Susut Bobot
Bahan
Kondisi
Penyimpanan
Tanpa Luka
T. Kamar
Tanpa Luka
T. Dingin
Apel
Luka
T.Kamar
Luka T.
Dingin
Tanpa Luka
T. Kamar
Tanpa Luka
T. Dingin
Kentang
Luka
T.Kamar
Luka T.
Dingin
Hari
Ke
Parameter Fisik
Bentuk
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Warna
Tekstur
(Cm)
Hijau
1,5
kekuningan
Kuning
1,25
Berat
(gr)
76,31
Susut
Berat (%)
Hari Hari
0-3 3-7
1,36 1,69
74,95
73,26
Bulat
Kuning
1,00
Hijau
1,25
kekuningan
Kuning
1,00
Bulat
Kuning
1,00
71,23
Bulat
Hijau
1,25
91,00
Bulat
1,25
87,67
Bulat
1,25
82,77
Bulat
Kuning
Kuning
kecoklatan
Hijau
1,00
73,75
Bulat
Hijau
1,25
73,55
Bulat
Coklat
0,75
73,20
Bulat
Coklat
1,6
50,56
Bulat
Coklat
1,75
49,63
Bulat
Coklat
1,75
48,56
Bulat
Coklat
1,00
54,49
Bulat
Coklat
1,25
54,6
Bulat
Coklat
1,00
54,19
Lonjong
Coklat
1,5
69,54
Lonjong
Coklat
1,5
69,07
Lonjong
Coklat
1,75
67,91
Bulat Pipih
Coklat
1,75
64,11
3
7
Bulat Pipih
Bulat Pipih
Coklat
Coklat
1,00
1,00
63,75
62,54
71,85
0,13 0,49
71,72
3,33 4,90
0,20 0,35
0,32 0,35
0,06 1,01
2,45
2,08
0,47 1,16
Hasil Perhitungan
Susut berat =
1. Apel
a. Susut berat hari 0 3
x 100 %
76,31 74,95
100
= 1,36 %
x 100 %
71,85 71,72
100
= 0,13 %
x 100 %
Luka T.Kamar
91,00 87,67
100
= 3,33 %
x 100 %
Luka T. Dingin
73,75 73,55
100
= 0,2 %
x 100 %
74,95 73,26
100
= 1,69 %
x 100 %
71,72 71,23
100
= 0,49 %
x 100 %
87,67 82.77
x 100 %
100
= 4,90 %
Luka T.Kamar
Luka T. Dingin
73,55 73,20
x 100 %
100
= 0,35 %
2. Kentang
7
66,65 66,33
100
= 0,32 %
x 100 %
83,98 83,92
x 100 %
100
= 0,06 %
58,28 57,17
x 100 %
100
= 1,11 %
Luka T.Kamar
Luka T. Dingin
84,11 81,66
x 100 %
100
= 2,45 %
66,33 65,98
x 100 %
100
= 0,35 %
83,92 82,91
x 100 %
100
= 1,01 %
81,66 79,58
x 100 %
100
= 2,08 %
Luka T.Kamar
Luka T. Dingin
69,07 67,91
x 100 %
100
= 1,16 %
5.00%
4.00%
Luka, Suhu Kamar
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
hari 3
hari 7
Hari Ke
2.50%
2.00%
Luka, Suhu Kamar
1.50%
1.00%
0.50%
0.00%
hari 3
hari 7
Hari Ke
PEMBAHASAN
Susut bobot adalah proses berkurangnya air dalam bentuk uap yang terjadi
pada bahan hasil pertanian.Proses tersebut menyebabkan bahan menjadi layu dan
berkerut.Hal tersebut menimbulkan penurunan kualitas sehingga harga bahan
tersebut menurun.Susut bobot merupakan suatu hal yang harus diperhatikan dan
perlu penanganan khusus karena hal tersebut akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas hasil pasca panen (Adi, 2015).
Susut bobot dalam waktu yang singkat disebabkan oleh proses transpirasi.
Transpirasi disebabkan oleh faktor iklim yaitu suhu dan kelembaban.Suhu yang
tinggi membuat laju transpirasi menjadi lebih cepat. Kelembaban yang rendah
juga dapat mempercepat laju transpirasi. Selain transpirasi,proses susut berat dan
kemunduran juga dipengaruhi oleh proses respirasi. Faktor yang mempengaruhi
transpirasi juga berpengaruh pada respirasi seperti faktor suhu, jumlah oksigen
dan kelembaban. Laju respirasi juga dipengaruhi oleh komposisi udara pada ruang
simpan komoditas. Semakin banyak kandungan oksigen di udara semakin cepat
pula proses respirasi terjadi.
Pada
praktikum
ini
digunakan
perbandingan
dua
jenis
kondisi
penyimpanan yaitu suhu kamar dan suhu dingin. Bahan yang digunakan yaitu apel
dan kentang. Pada bahan apel dengan kondisi penyimpanan tanpa luka suhu
kamar diperoleh susut bobot pada hari ke 3 yaitu 1,36% dan hari ke 7 yaitu
1,69%. Kondisi penyimpanan tanpa luka suhu dingin diperoleh susut bobot pada
hari ke 3 yaitu 0,13% dan hari ke 7 yaitu 0,49%. Kondisi penyimpanan luka suhu
kamar diperoleh susut bobot pada hari ke 3 yaitu 3,33% dan hari ke 7 yaitu
4,90%. Kondisi penyimpanan luka suhu dingin diperoleh susut bobot pada hari ke
3 yaitu 0,20% dan hari ke 7 yaitu 0,35%. Pada bahan kentang dengan kondisi
penyimpanan tanpa luka suhu kamar diperoleh susut bobot pada hari ke 3 yaitu
0,32% dan hari ke 7 yaitu 0,35%. Kondisi penyimpanan tanpa luka suhu dingin
diperoleh susut bobot pada hari ke 3 yaitu 0,06% dan hari ke 7 yaitu 1,01%.
Kondisi penyimpanan luka suhu kamar diperoleh susut bobot pada hari ke 3 yaitu
10
2,45% dan hari ke 7 yaitu 2,08%. Kondisi penyimpanan luka suhu dingin
diperoleh susut bobot pada hari ke 3 yaitu 0,47% dan hari ke 7 yaitu 1,16%.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahan yang mengalami
susut bobot yang paling tinggi pada apel sebesar 4,90% dan kentang sebesar
2,08% pada kondisi luka dan penyimpanan suhu kamar. Terjadi susut bobot buah
pada suhu ruang lebih cepat terjadi terutama disebabkan penguapan air.
Penyimpanan suhu tinggi menyebabkan proses fisiologis buah apel dan kentang
meningkat sehingga mengakibatkan apel dan kentang selama penyimpanan
mangalami proses respirasi dan transpirasi. Kehilangan air selama penyimpanan
tidak hanya menurunkan berat, tetapi juga menurunkan mutu dan menimbulkan
kerusakan. Selain itu kondisi luka pada buah apel dan kentang merupakan jalan
masuknya (infeksi) patogen baik jamur maupun bakteri, yang dapat menyebabkan
kerusakan pada buah sehingga buah kehilangan susut bobot.
Penanganan pasca panen merupakan perlakuan atau tindakan yang
diberikan pada produk pertanian setelah panen sampai produk ada di tangan
konsumen. Penanganan pasca panen ditujukan agar produk panen tidak mudah
rusak, memperpanjang kesegaran serta kualitasnya tetap terjaga dengan baik agar
dapat diproses lebih lanjut. Penanganan pasca panen memerlukan teknologi dan
sarana yang baik. Adapun tahapan penanganan pasca panen adalah sebagai berikut
pemanenan, pengumpulan hasil panen, sortasi, pencucian, grading, pengemasan,
penyimpanan dan pendinginan, serta transportasi.
Penyimpanan pada suhu ruang (dibiarkan sesuai dengan suhu lingkungan)
menyebabkan penurunan mutu fisik-organoleptik dan mutu nilai gizi sangat cepat
yang diikuti dengan proses pembusukan. Penyimpanan pada suhu rendah (dingin)
yang dipertahankan konstan dapat memperpanjang mutu fisik (warna dan
penampilan/ kesegaran, tekstur dan cita rasa) serta kandungan vitamin C dan
kadar total asam maupun padatan. Karena penyimpanan pada suhu rendah dapat
menghambat pertumbuhan mikroba, menghambat reaksi-reaksi enzimatis,
kimiawi dan biokimiawi (Syarifah, 2015).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produk pasca panen dalam
penyimpanan khususnya terhadap perkembangan jamur penyebab kerusakan
11
12
KESIMPULAN
13
ACARA II
MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT BUAH DAN SAYUR SELAMA
CHILLING DAN FREEZING
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mengkonsumsi bahan pangan adalah kewajiban untuk memenuhi nutrisi
pada tubuh agar tetap sehat. Sebelum sampai ditangan konsumen, komoditi hasil
pertanian biasanya disimpan dan diangkut menggunakan kendaraan. Selama
selang waktu ini komoditi hasil pertanian dapat mengalami kerusakan mekanis
maupun kimia. Bahan hasil pertanian merupakan bahan yang cepat rusak.
Berbagai cara yang ditempuh untuk menghambat kerusakan bahan tersebut salah
satunya adalah dengan pendinginan dan pembekuan (Kusuma, 2011).
Pendinginan dan pembekuan merupakan salah satu cara yang digunakan
untuk membuat dan mempertahankan suhu ruang penyimpanan lebih rendah
daripada suhu lingkungan. Suhu yang rendah dapat mengurangi kecepatan
respirasi, menghambat reaksi kimia, mengurangi aktifitas enzim dan menghambat
pertumbuhan mikroba yang dapat merusak bahan (Anonim, 2010).
Kondisi lingkungan yang terkontrol dapat mempertahankan kualitas,
tekstur dan kenampakan yang ada pada buah dan sayur. Pendinginan dan
pembekuan
biasanya
dilakukan
untuk
bahan
hasil
pertanian
untuk
mempertahankan masa simpan dan mutu buah maupun sayur. Oleh karena itu,
perlu dilakukan praktikum tentang mempelajari sifat-sifat buah dan sayur selama
chilling dan freezing.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengaruh perlakuan chilling dan freezing terhadap sifat-sifat buah dan sayur.
14
TINJAUAN PUSTAKA
Buah-buahan dan sayuran setelah dipanen akan mengalami perubahanperubahan fisiologis yang disertai perubahan fisik dan kimia serta bersifat mudah
rusak (perishable). Kerusakan bauh dan sayur tersebut merupakan akibat
perubahan-perubahan fisiologis yang masih terjadi selama penyimpanan. Proses
pematangan alamiah pada buah dan sayuran terjadi akibat respirasi yang terus
berlanjut setelah pemetikan saat panen (Anonim, 2012).
Respirasi adalah proses pemecahan komponen organik menjadi produk
yang lebih sederhana dan energi. Aktifitas ini ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan energi sel agar tetap hidup. Berdasarkan pola respirasi dan produksi
etilen selama pendewasaan dan pematangan produk nabati dibedakan menjadi
klimakterik dan non klimakterik. Komoditi dengan laju respirasi tinggi
menunjukan kecenderungan lebih mudah rusak (Muchtadi, 2009).
Transpirasi merupakan faktor dominan penyebab susut bobot, yaitu terjadi
perubahan fisiokimia berupa penyerapan dan pelepasan air ke lingkungan. Selain
mengakibatkan penurunan bobot buah, dengan adanya proses ini juga akan
menyebabkan penurunan kualitas kenampakan (appearance), kualitas tekstur
buah, flacidity, limpness dan penurunan kandungan nilai gizi. Kecepatan proses
transpirasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal komoditas buah (sifat
morfologi dan anatomi buah, rasio luas permukaan dan volume buah, adatidaknya cacat atau luka, dan tingkat kematangan) dan faktor eksternal
(temperatur ruangan, kelembaban udara, sirkulasi udara dan tekanan atmosfer).
Suhu yang lebih tinggi akan menyebabkan laju respirasi menjadi lebih cepat
(Budi, 2013).
Proses pendinginan (Chilling) merupakan rangkaian dari berbagai tahapan
pengolahan pangan atau makanan yang sering kali menjadi salah satu acuan dalam
menentukan kualitas bahan pangan itu sendiri. Proses pendinginan pada dasarnya
dapat memperlambat reaksi-reaksi metabolisme, dimana pada umumnya setiap
penurunan suhu 10C, kecepatan reaksi akan berkurang kira-kira setengahnya.
15
Karena itu, penyimpanan pada suhu dingin dapat memperpanjang umur simpan
buah. Buah dan sayur memiliki masa simpan yang relatif rendah sehingga dikenal
sebagai bahan pangan yang cepat rusak. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
kualitas masa simpan dimana keaktifan respirasi masih dapat berlangsung
(Winarni, 2010).
Teknologi pembekuan makanan merupakan teknologi pengawetan bahan
pangan dengan menurunkan temperaturnya hingga di bawah titik beku air.
Pembekuan merupakan proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan
pangan membeku. Pada kondisi beku, bahan pangan menjadi awet karena mikroba
tidak dapat tumbuh dan enzim tidak aktif (Benjamin, 2011).
16
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
x 100%
17
HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Sifat-Sifat Buah dan Sayur Selama Chilling dan
Freezing
Berat
Kenampakan
Susut
Hari Kondisi
Tekstur
Komoditi
Awal
Berat
KeSuhu
(cm)
Warna
Bentuk
(g)
(%)
Hijau
Kamar 270,67
Lonjong
1,25
kekuningan
0
Mangga
Dingin
Hijau
bercak
hitam
Kuning
Hijau tua
Lonjong
Lonjong
setengah bulat
1,25
Bulat lonjong
Bulat lonjong
Lonjong
setengah bulat,
kristal es
sedikit
1,5
2
0,15
44,8
0,7
-1,68
Lonjong
0,5
5,24
Lonjong kisut
Kisut, lonjong
dan kristal es
penuh
1,25
5,85
-0,32
247,95
Kamar
Dingin
270,52
229,65
Beku
249,58
Kamar
265,28
Dingin
223,80
Hijau
kehitaman
Hijau tua
Beku
249,90
Hijau
Kamar
68,14
Kuning
kemerahan
Bulat
1,25
Dingin
75, 75
Kuning
Bulat
Beku
54,15
Bulat pipih
Bulat
1,125
1
0,3
Bulat
1,5
0,05
0,7
-0,63
0,75
0,49
0,75
0,4
0,13
Kamar
Dingin
3
Hijau tua
Beku
Apel
274,45
Hijau
bercak
hitam
Kuning
bercak coklat
67,84
Kuning
Kuning
75,70
kemerahan
Beku
54,78
Kuning
Kamar
67,35
Dingin
75,30
Beku
54,65
Kuning
Kuning
kemerahan
Kuning
coklat
Mengkerut,
kristal es
sedikit
Bulat, kisut
Bulat sangat
kisut
Kisut sekali,
bulat
18
Wortel
Mentimun
Kamar
110,49
Orange
Panjang
1,75
Dingin
92,73
Orange
Lonjong
1,125
1,15
12,48
0.6
3,37
Beku
84,77
Orange
Lonjong
kerucut
Kamar
109,34
Orange
Lonjong
Dingin
80,25
Orange
Beku
81,40
Orange
bintik
cokelat
Lonjong
kerucut sedikit
kisut
Lonjong
panjang lancip
kristal es
Kamar
91,16
Orange
Layu
0,5
18,18
Dingin
59,18
Orange
kecoklatan
Kisut
21,07
Beku
80,42
Orange
kecoklatan
Kristal es
sedikit lonjong
lancip
0,98
Kamar
192,34
Hijau
Lonjong
Dingin
133,41
Hijau tua
Lonjong
1,5
Beku
129,
96
Hijau
Lonjong lancip
1,5
Kamar
127,87
Hijau tua
Lonjong
1,5
64,47
Dingin
131,54
Hijau tua
1,5
1,87
Beku
128,93
Hijau tua
0,7
1,03
Kamar
121,
30
Hijau muda
0,6
6,57
Dingin
128,11
Hijau tua
0,5
3,43
Beku
128,91
Hijau bintik
es
2,5
0,02
Lonjong
panjang
Lonjong
panjang lancip
Lembek
Lonjong
panjang kisut
Lonjong, kisut
sekali
19
Hasil Perhitungan
Rumus :
Susut Berat =
1. Mangga
a. Susut berat buah mangga disimpan pada suhu kamar
- Hari ke 0 - 3
Susut berat
270,67-270,52
100
x 100%
= 0,15 %
- Hari ke 3- 7
Susut berat
270,52-265,28
100
x 100%
= 5,24 %
b. Susut berat buah mangga disimpan pada suhu dingin
- Hari ke 0-3
Susut berat
274,45-229,65
100
x 100%
= 44,8 %
- Hari ke 3-7
Susut berat
229,65-223,80
100
x 100%
= 5,85 %
- Hari ke 0-3
Susut berat
247,95-249,58
100
x 100%
= -1, 63 %
- Hari ke 3-7
Susut berat
249,58-249,90
100
x 100%
= -0, 32%
20
2. Apel
a. Susut berat apel pada suhu kamar
- Hari ke 0 - 3
Susut berat
68,14-67,84
100
x 100%
= 0,3 %
- Hari ke 3-7
Susut berat
67,84-67,35
100
x 100%
= 0, 49 %
b. Susut berat apel pada suhu dingin
- Hari ke 0 - 3
Susut berat
75,75-75,70
100
x 100%
= 0,05 %
- Hari ke 3-7
Susut berat
75,70-75,30
100
x 100%
= 0,4 %
c. Susut berat apel pada suhu beku
- Hari ke 0 - 3
Susut berat
54,15-54,78
100
x 100%
= -0,63 %
- Hari ke 3-7
Susut berat
54,78-54,65
100
x 100%
= 0, 13%
3. Wortel
a. Susut berat wortel pada suhu kamar
- Hari ke 0 - 3
Susut berat
110,49-109,34
100
x 100%
21
= 1,15 %
- Hari ke 3-7
Susut berat
109,34-91,16
x 100%
100
= 18,18 %
b. Susut berat wortel pada suhu dingin
- Hari ke 0 - 3
Susut berat
92,73-80,25
100
x 100%
= 12,48 %
- Hari ke 3-7
Susut berat
80,25-59,18
100
x 100%
= 21,07 %
c. Susut berat wortel pada suhu beku
- Hari ke 0 - 3
Susut berat
84,77-81,40
100
x 100%
= 3,37 %
- Hari ke 3-7
Susut berat
81,40-80,42
100
x 100%
= 0,98 %
4. Mentimun
a. Susut berat mentimun pada suhu kamar
- Hari ke 0 - 3
Susut berat
192,34-127,87
100
x 100%
= 64, 47 %
- Hari ke 3-7
Susut berat
127,87-121,30
100
x 100%
= 6,57 %
22
133,41-131,54
100
x 100%
= 1,87 %
- Hari ke 3-7
Susut berat
131,54-128,11
100
x 100%
= 3,43 %
c. Susut berat mentimun pada suhu beku
- Hari ke 0 - 3
Susut berat
129,96-128,93
100
x 100%
= 1,03 %
- Hari ke 3-7
Susut berat
128,93-128,91
100
x 100%
= 0,02 %
23
0.6
0.5
Mentimun
0.4
Wortel
0.3
Apel
0.2
Mangga
0.1
0
-0.1
Suhu Dingin
Suhu Beku
24
PEMBAHASAN
Buah-buahan dan sayuran setelah dipanen akan mengalami perubahanperubahan fisiologis yang disertai perubahan fisik dan kimia serta bersifat mudah
rusak (perishable). Kerusakan bauh dan sayur tersebut merupakan akibat
perubahan-perubahan fisiologis yang masih terjadi selama penyimpanan. Proses
pematangan alamiah pada buah dan sayuran terjadi akibat respirasi yang terus
berlanjut setelah pemetikan saat panen. Berbagai macam cara dilakukan untuk
menghambat kerusakan sayur dan buah setelah dipanen seperti pendinginan dan
pembekuan. Penyimpanan dingin pada lemari es dapat mengurangi kerusakan
bahan dan memperlambat proses pelayuan. Suhu dingin juga membatasi
tumbuhnya bakteri yang merugikan. Pembekuan bahan berarti meng-inaktifkan
kerja enzim bahan. Pernapasan dan proses pelayuan terhambat, dan suhu dingin
akan menghentikan pertumbuhan bakteri. Komoditas hasil pertanian yang
disimpan pada suhu dingin bertujuan untuk mencegah kerusakan tanpa
mengakibatkan pematangan abnormal atau perubahan yang tidak diinginkan
lainnya (Anonim, 2012).
Bahan yang diamati pada pengamatan sifat-sifat buah dan sayur selama
pendinginan dan pembekuan adalah apel, mangga, mentimun dan wortel. Setiap
bahan disimpan pada suhu kamar, suhu dingin dan suhu beku selama satu minggu.
. Berdasarkan hasil pengamatan tanpa penetrometer pada penyimpanan suhu
kamar hari ke-3, buah mangga memiliki persentase susut berat sebesar 0,15%,
buah apel memiliki persentase susut berat sebesar 0,3%, wortel memiliki
persentase susut berat sebesar 1,15%, dan mentimun memiliki persentase susut
berat sebesar 64,47%. Sedangkan untuk penyimpanan suhu kamar hari ke-7, buah
mangga memiliki persentase susut berat sebesar 5,24%, buah apel memiliki
persentase susut berat sebesar 0,49%, wortel memiliki persentase susut berat
sebesar 18,18%, dan mentimun memiliki persentase susut berat sebesar 6,57%.
Data hasil pengamatan tanpa penetrometer pada penyimpanan suhu dingin hari
ke-3, buah mangga memiliki persentase susut berat sebesar 44,8%, buah apel
25
memiliki persentase susut berat sebesar 0,05%, wortel memiliki persentase susut
berat sebesar 12,48%, dan mentimun memiliki persentase susut berat sebesar
1,87%. Sedangkan untuk penyimpanan suhu dingin tanpa penetrometer hari ke-7,
buah mangga memiliki persentase susut berat sebesar 5,85%, buah apel memiliki
persentase susut berat sebesar 0,4%, wortel memiliki persentase susut berat
sebesar 21,07%, dan mentimun memiliki persentase susut berat sebesar 3,43%.
Hasil pengamatan tanpa penetrometer pada penyimpanan suhu beku hari ke-3,
buah mangga memiliki persentase susut berat sebesar -1,68%, buah apel memiliki
persentase susut berat sebesar -0,63%, wortel memiliki persentase susut berat
sebesar 3,37%, dan mentimun memiliki persentase susut berat sebesar 1,03%.
Sedangkan untuk penyimpanan suhu beku tanpa penetrometer hari ke-7, buah
mangga memiliki persentase susut berat sebesar -0,32%, buah apel memiliki
persentase susut berat sebesar 0,13%, wortel memiliki persentase susut berat
sebesar 0,98%, dan mentimun memiliki persentase susut berat sebesar 0,02%.
Buah mangga pada hari ke-0 penyimpanan berwarna hijau kekuningan
atau hijau cerah dengan nilai tekstur tertinggi 1,25. Pada hari ke-3 dalam
penyimpanan beku terdapat bercak hitam dengan nilai tekstur 2. Pada hari ke-7
dalam penyimpanan kamar dan beku terdapat bercak hitam dengan nilai tekstur
tertinggi 1,25. Buah apel pada hari ke-0 penyimpanan berwarna kuning
kemerahan untuk suhu kamar, kuning untuk suhu dingin dan kuning dengan
bercak cokelat pada suhu beku dengan nilai tekstur tertinggi 2. Pada hari ke-3
tidak terjadi perubahan warna pada setiap kondisi penyimpanan dan nilai tekstur
tertinggi yaitu 1,5 pada suhu dingin. Pada hari ke-7 terjadi perubahan warna pada
kondisi penyimpanan beku menjadi kuning cokelat dengan nilai tekstur tertinggi
1. Wortel pada hari ke-0 berwarna orange dengan nilai tekstur tertinggi 2. Pada
hari ke-3 penyimpanan, dalam suhu beku warnanya menjadi orange bintik cokelat
dengan nilai tekstur 0,6. Pada hari ke-7 penyimpanan, dalam suhu dingin dan
beku warnanya menjadi orange kecoklatan dengan nilai tekstur 1. Timun pada
hari ke-0 berwarna hijau dan hijau tua dengan nilai tekstur tertinggi 1,5. Setelah
penyimpanan 7 hari warna menjadi hijau bintik es pada suhu beku dengan nilai
tekstur tertinggi 2,5 pada penyimpanan suhu beku.
26
27
KESIMPULAN
28
ACARA III
PENGARUH KOH, CaCl2 DAN CaC2 DALAM PROSES
PEMATANGAN BUAH
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditi hasil pertanian terutama buah dan sayur selama penyimpanan
terus mengalami aktivitas metabolisme seperti respirasi, yang dapat menyebabkan
kematangan dan berlanjut ke pembusukan. Proses pematangan buah tidak dapat
dihentikan begitu saja, karena jika dihentikan akan semakin mempercepat
pembusukan yang terjadi. Kerusakan buah dan sayur sangat dihindari agar nilai
jual komoditi ini tetap tinggi di pasaran (Anonim, 2014).
Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk memperpanjang
umur simpan buah dan sayur, antara lain dengan perlakuan penyimpanan pada
suhu rendah dan dengan merekayasa kondisi atmosfer tempat penyimpanan
(dengan penambahan senyawa kimia). Senyawa-senyawa yang biasa digunakan
antara lain kalium permanganat (KMnO4), kalsium klorida (CaCl2), kalsium
karbida (CaC2), kalium hidroksida (KOH) dan sejenisnya (Arief, 2012).
Senyawa kimia yang berperan dalam pematangan buah memiliki kegunaan
dan pengaruh yang berbeda terhadap proses pematangan buah dan sayur. Selain
itu, kombinasi antara kondisi penyimpanan (suhu, kelembaban relatif) yang
terkontrol, penambahan bahan-bahan kimia yang tidak berbahaya dan cara
pengawetan lainnya dapat menghambat pematangan sehingga dapat bertahan lebih
lama sebelum sampai ke tangan konsumen. Oleh karena itu, perlu dilakukan
praktikum mengenai pengaruh KOH, CaCl2 dan CaC2 dalam proses pematangan
buah.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengaruh KOH, CaCl2 dan CaC2 dalam proses pematangan buah.
29
TINJAUAN PUSTAKA
30
sama seperti etilin sehingga dapat mempercepat proses pematangan buah maupun
sayur (Muchtadi D, 2009).
Mangga (Mangifera indica L.) merupakan salah satu produk komoditas
hortikultura wilayah tropik, termasuk Indonesia. Mangga berasal dari India dan
wilayah Asam-Birma-Thailand. Komoditas ini termasuk ke dalam famili
Anacardiaceae, ordoSapindales, kelas Dicotyledoneae (Dirjen Hortikultura,
2009). Mutu simpan buah sangat erat kaitannya dengan proses respirasi dan
transpirasi selama penanganan dan penyimpanan di mana akan menyebabkan
susut pasca panen seperti susut fisik yang diukur dengan berat, susut kualitas
karena perubahan wujud (kenampakan), cita rasa, warna atau tekstur yang
menyebabkan bahan pangan kurang disukai konsumen; susut nilai gizi yang
berpengaruh terhadap kualitas buah. Mutu simpan buah akan lebih bertahan lama
jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan
kelembaban relatif dan menurunkan suhu udara. Pada umumnya komoditas yang
mempunyai umur simpan pendek mempunyai laju respirasi tinggi atau peka
terhadap suhu rendah (Tranggono dan Sutardi, 2009).
31
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
a.
b.
c.
d.
32
33
HASIL PENGAMATAN
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Pengaruh KOH, CaCl2, CaC2 Dalam Proses Pematangan Buah
Tekstur (cm)
Perlakuan Komoditi
KOH
Kondisi
Plastik
Terbuka
Wortel
Kenampakan
Kondisi
suhu
Kamar
0.25
0.25
0,3
Dingin
0.4
0.8
Kamar
0.5
0.25
0.25
Dingin
0.5
0.5
0.5
Bentuk Lonjong
warna orange
Tertutup
Apel
Terbuka
Kamar
1.0
1.0
1.0
Bentuk lonjong
memanjang
Warna orange
Bentuk Bulat,
keras
Warna Hijau
muda
Bentuk lonjong,
berjamur
warna orange,
bercak putih (akibat
jamur)
Bentuk lonjong
memanjang
Warna orange
Bentuk Bulat, keras
Warna Hijau muda
kecoklatan
7
Bentuk lonjong,
lembek
Warna coklat
Bentuk lonjong
Warna Hitam
sebagian, Agak
lembek
Bentuk lonjong
berjamur
Warna putih
berjamur
Bentuk lonjong
memanjang
Warna orange
Bentuk Bulat, keras
Warna Hijau
kecoklatan,
34
Terbuka
Apel
Dingin
0.5
1.0
1.0
Bentuk Bulat,
keras
Warna Hijau
muda
Bentuk bulat
tidak beraturan
Warna hijau
muda, bintik
putih
Kamar
1.0
0.75
0.65
Dingin
1.0
0.75
0.5
Kamar
1.0
1.0
Hijau, Lonjong
Dingin
1.7
1.0
0.5
Kamar
1.3
0.75
0.6
Dingin
1.0
0.75
0.5
Kamar
1.0
0.5
0.5
Tertutup
KOH
Terbuka
Mangga
Tertutup
Tomat
Terbuka
Hijau tua
Oval
Hijau tua bintik
hitam
Oval tidak
beraturan
-Bentuk Bulat,
keras
-Warna Hijau muda
-Bentuk Bulat -Warna Kuning
orange
Bentuk Bulat
Warna Hijau, Keras
Bentuk bulat tidak
beraturan
Warna hijau pucat,
bintik coklat, hitam
bagian bawah
-Bentuk bulat tidak
beraturan
-Warna hijau
kekuningan
Hijau tua, kehitaman
Lonjong
Hijau bintik coklat
Oval
Bentuk Bulat
Warna hijau, agak
lembek
Bentuk bulat tidak
beraturan
Warna hijau pucat,
bintik coklat hitam
bagian bawah
-Bentuk bulat tidak
-Warna hijau
kekuningan
Hijau kehitaman
Lonjong
Hijau kehitaman
Lonjong
35
KOH
Tomat
0.4
0.4
0.5
Kamar
0.8
0.2
-Bentukbulat
-Warna orange
kekuningan
Tertutup
Dingin
0.25
0.25
-Bentuk bulat
-Warna orange
kehijauan
Kamar
0.25
0.5
-Bentuk lonjong
-Warna Orange
Dingin
1.25
0.25
0,5
-Bentuk lonjong
-Warna orange
Kamar
0.75
0.8
0.5
-Bentuk lonjong
-Warna orange
Dingin
0.75
0.4
0.7
Kamar
0.5
0.75
Dingin
1.25
0.5
1,0
Terbuka
CaCl2
Wortel
Tertutup
Apel
-Bentuk Agak
bulat, keras
-Merah kekuningan
Dingin
Terbuka
-Bentuk lonjong
-Warna orange
-Bentuk bulat
-Warna Hijau
Muda
-Bentuk bulat
-Warna Hijau
Muda
-Bentuk bulat
-Warna merah,
lembek
-Bentuk bulat
(lembek)
-Warna orange
kehitaman (busuk)
-Bentuk bulat
-Warna orange
kecoklatan
-Bentuk lonjong
-Warna Orange
kehitaman
-Bentuk lonjong
-Warna Orange
-Bentuk lonjong
-Warna orange
(berair)
-Bentuk lonjong
-Warna orange
-Bentuk bulat
-Warna Hijau muda
corak hitam
-Bentuk bulat
-Warna Hijau Muda
-Bentuk bulat
-Warna merah,
lembek
-Bentuk tidak
beraturan (lembek)
-Warna hitam
(membusuk)
-Bentuk bulat
-Warna merah
-Bentuk lonjong
-Warna Orange
kehitaman
-Bentuk lonjong
-Warna Orange
kecoklatan
-Bentuk lonjong
-Warna orange
(busuk, berair)
-Bentuk lonjong
-Warna orange
-Bentuk bulat
-Warna Hijau muda
corak coklat
-Bentuk bulat
-Warna Hijau
Kecoklatan
36
Apel
Tertutup
Kamar
1.0
1.3
0,7
-Bentuk bulat
-Warna hijau
Dingin
1.0
1.0
0,8
-Bentuk bulat
-Warna hijau
Kamar
0.8
0.2
Dingin
0.25
0.25
1,0
Kamar
0.5
1.0
0,5
-Bentuk lonjong
-Warna hijau
-Bentuk lonjong
-Warna hijau
Dingin
1.25
0.25
0,7
-Bentuk lonjong
-Warna hijau
-Bentuk lonjong
-Warna hijau
-Bentuk bulat
-Warna Orange
Terbuka
CaCl2
Mangga
Tertutup
Kamar
1.5
1.0
0.3
Dingin
1.0
1.0
0.75
Kamar
0.25
0.25
Dingin
0.75
0.25
0,5
Terbuka
Tomat
-Bentuk bulat
-Warna hijau
-Bentuk bulat
-Warna hijau
kecoklatan
-Bentuk oval -Warna Hijau
kekuningan
-Bentuk oval
-Warna Hijau
Kehitaman
Tertutup
-Bentuk bulat
-Warna orange
-Bentuk bulat
-Warna orange
kekuningan
-Bentuk bulat
-Warna orange
kekuningan
-Bentuk bulat
-Warna Orange corak
putih
-Bentuk bulat
-Warna orange
-Bentuk bulat
-Warna orange
kekuningan
-Bentuk bulat
-Warna orange
kekuningan
-Bentuk bulat
-Warna hijau
-Bentuk bulat
-Warna hijau
kecoklatan
-Bentuk oval
-Warna Hijau
Kehitaman
-Bentuk oval
-Warna Hijau
Kehitaman
-Bentuk lonjong
-Warna hijau
kehitaman
-Bentuk lonjong
-Warna hijau
kehitaman
-Bentuk bulat
-Warna Orange corak
putih
-Bentuk bulat
-Warna orange
-Bentuk bulat
-Warna orange
kekuningan
-Bentuk bulat, lembek
-Warna orange
37
Kamar
0.25
0.5
0.3
Dingin
0.5
0.6
0.4
Kamar
0.5
1.0
Dingin
1.0
0.5
0.5
Terbuka
Wortel
Tertutup
Kamar
0.7
0.8
0.5
Dingin
0.8
0.7
0.4
Terbuka
CaC2
Apel
Kamar
1.5
1.0
0.5
Dingin
1.0
0.5
0.5
Kamar
1 .0
0.6
0.4
Tertutup
Terbuka
-Bentuk Lonjong,
keras
-Warna Orange
-Bentuk Lonjong,
keras
-Warna Orange
-Bentuk Lonjong,
keras
-Warna Orange
-Bentuk Lonjong,
keras
-Warna Orange
- Bentuk bulat,
keras
-Warna Hijau
kemerahan,
-Bentu bulat, keras
-Warna hijau
-Bentuk bulat,
keras
-Warna Hijau
kemerahan,
-Bentuk bulat,
keras
-Warna Hijau
kekuningan,
-Bentuk oval, keras
-Warna Hijau,
-Bentuk Lonjong,
keras
-Warna Orange
-Bentuk Lonjong,
keras
-Warna Orange
-Bentuk Lonjong,
keras
-Warna Orange
-Bentuk Lonjong,
keras
-Warna Orange
-Bentuk Lonjong
-Warna Orange, agak
lembek
-Bentuk Lonjong,
keras
-Warna Orange
-Bentuk Lonjong,
lembek
-Warna Orange
-Bentuk Lonjong,
lembek
-Warna Orange
-Bentuk bulat, agak
lembek
-Warna Kuning
kemerahan
-Bentu bulat, keras
-Warna hijau
38
Agak lembek,
Lembek
Mangga
Dingin
Kamar
1.0
1.25
0.75
1.0
0.6
0.5
-Bentuk Lonjong,
keras
-Warna Hijau tua
-Bentuk Lonjong,
keras
-Warna Hijau tua
berbintik
-Bentuk Lonjong
-Warna Hijau tua
bintik hitam
1.5
-Bentuk Lonjong,
keras
-Warna Hijau tua
-Bentuk Lonjong,
keras
-Warna Hijau
-Bentuk lonjong
-Warna Hijau tua
bintik hitam, Agak
lembek,
-Bentuk bulat,
keras
-Warna Orange
kekuningan,
-Bentuk bulat,keras
-Warna Orange
kekuningan,
-Bentuk bulat,
keras
-Warna merah
kekuningan
-Bentuk bulat,
keras
-Warna merah
kekuningan
-Bentuk bulat
-Warna Merah
kekuningan, Agak
lembek,
-Bentuk bulat, keras
-Warna Orange
kekuningan,
-Bentuk bulat
-Warna Orange
kekuningan, agak
lembek
-Bentuk bulat
-Warna kuning
kemerahan, agak
lembek
Tertutup
Dingin
Kamar
1.0
0.5
0.5
0.4
0.1
Terbuka
Dingin
Tomat
Kamar
0.5
1.0
0.5
0.5
0.2
Tertutup
Dingin
0.5
0.5
0.5
-Bentuk bulat
-Warna Merah,
Lembek, Busuk
-Bentuk bulat
-Warna Merah, agak
Lembek
-Bentuk bulat
-Warna merah,
lembek, busuk
-Bentuk bulat
-Warna kuning
kemerahan, agak
lembek
39
PEMBAHASAN
Buah merupakan salah satu sumber bahan pangan yang berpotensi dan
mengandung banyak zat gizi terutama vitamin. Selain sebagai sumber vitamin,
buah juga mengandung mineral dan pada jenis buah-buahan tertentu juga
menghasilkan cukup banyak energy (Maddy, 2011). Sayuran merupakan salah
satu sumber daya yang banyak terdapat di sekitar, mudah diperoleh dan berharga,
relatif murah serta banyak mengandung sumber vitamin dan mineral. Sayuran
antara lain mengandung karoten, vitamin C, vitamin B, kalsium, zat besi dan
karbohidrat dalam bentuk selulosa dan paktin atau disebut juga dengan serat.
Sayuran umumnya rendah dalam kandungan protein dan lemak kecuali untuk
beberapa sayuran tertentu (Anonim, 2011).
Pematangan merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada buah
meliputi perubahan rasa,kualitas,warna,dan tekstur. Pematangan berhubungan
dengan perubahan pati menjadi gula. Sifat pematangan buah ditentukan dengan
melihat pola respirasi pada buah tersebut. Hal tersebut dibedakan menjadi buah
klimakterik dan buah non klimakterik. Buah klimakterik merupakan buah yang
apabila setelah dipanen akan memasuki fase klimakterik yaitu peningkatan laju
respirasi yang terjadi secara terus-menerus. Selama pematangan memancarkan
etilen untuk meningkatkan laju respirasi. Buah non klimakterik merupakan buah
yang menjelang kematangan laju respirasi menurun lalu tidak menunjukkan
adanya fase klimakterik. Buah tersebut tidak menunjukkan respon apabila diberi
perlakuan etilen. Buah tersebut memiliki kandungan etilen yang sedikit. Buah non
klimakterik di antaranya adalah jeruk, anggur, dan strawberi. Buah klimakterik,
yaitu mangga, pisang, pepaya, pir dan apel. Buah pisang akan cepat matang
apabila diberi perlakuan etilen karena buah pisang juga memiliki kandungan etilen
alami sehingga proses pematangan terjadi lebih cepat. Etilen yang banyak akan
merangsang pematangan pada buah (Synge, 2013).
Berbagai usaha untuk mengendalikan buah agar tidak segera masak, yang
telah
dilakukan
diantaranya
yaitu
pelilinan,
pendinginan,
pembekuan
40
41
oranye kecoklatan dan agak lembek pada hari ke 7. Perubahan tekstur yang
signifikan terdapat pada buah tomat. Buah tomat yang awalnya bisa diketahui
nilai teksturnya, namun di hari ke 7 sudah tidak bisa diketahui nilai teksturnya
(karena sulit dipenetro). KOH berfungsi menyerap CO2 dalam kemasan yang
digunakan. Konsentrasi CO2 yang terlalu tinggi di ruang penyimpanan
menyebabkan luka pada buah berupa bercak coklat dan menghitam. KOH akan
bereaksi dengan karbondiksida membentuk kalium karbonat dan air dengan reaksi
KOH +CO2 -> K2CO3 + H2O, sehingga karbondioksida injury dapat dihindari
(Adyan, 2012).
Penyimpanan yang dilakukan pada buah mangga dengan penambahan
CaCl2 dengan kondisi terbuka, pada suhu kamar memiliki tekstur 0,5 pada hari ke0, 1 pada hari ke-3 dan 0,7 pada hari ke-7 dengan perubahan warna dari hijau tua
menjadi hijau bintik kehitaman dan terakhir hijau kehitaman, bentuknya oval.
Pada suhu dingin memiliki tekstur 1,25 pada hari ke-0, 0,25 pada hari ke-3 dan
0,5 pada hari ke-7 dengan perubahan warna dari hijau tua, hijau bintik kehitaman
menjadi hijau kehitaman, bentuknya oval. Pada kondisi terbuka sehu kamar, buah
mangga memiliki tekstur 1 pada hari ke-0, 1 pada hari ke-3 dan 1 pada hari ke-7
dengan perubahan warna dari orange kekuningan menjadi hijau kehitaman,
bentuknya oval. Pada suhu dingin buah mangga memiliki tekstur 0,5 pada hari ke1 pada hari ke-3 dan 0,75 pada hari ke-7 dengan perubahan warna dari orange
kekuningan, hijau tua menjadi hijau kehitaman dan bentuknya oval.
Penyimpanan yang dilakukan pada buah mangga dengan penambahan
CaC2 dengan kondisi terbuka, pada suhu kamar memiliki tekstur 0,75 pada hari
ke-0, 1 pada hari ke-3 dan 0,25 pada hari ke-7 dengan perubahan warna dari hijau
tua menjadi hijau kekuningan dan terakhir hitam, bentuknya oval. Pada suhu
dingin memiliki tekstur 1,75 pada hari ke-0, 1 pada hari ke-3 dan 0,75 pada hari
ke-7 dengan perubahan warna dari hijau tua menjadi hijau bintik kehitaman,
bentuknya oval. Pada kondisi terbuka sehu kamar, buah mangga memiliki tekstur
0,5 pada hari ke-0, 1 pada hari ke-3 dan 0,75 pada hari ke-7 dengan perubahan
warna dari orange kekuningan menjadi hijau kehitaman, bentuknya oval. Pada
suhu dingin buah mangga memiliki tekstur 1,25 pada hari ke-1 pada hari ke-3 dan
42
0,75 pada hari ke-7 dengan perubahan warna dari orange kekuningan, hijau tua
menjadi hijau kehitaman dan bentuknya oval.
Berdasarkan perlakuan pemberian KOH diperoleh data bahwa pada hari
ketujuh kondisi setiap bahan masih dalam keadaan agak keras dengan warna yang
berubah dari hijau menjadi hijau kecoklatan dan bentuk yang tetap dengan kondisi
penyimpanan suhu dingin dan dalam keadaan tertutup. Berdasarkan data tersebut
berarti bahwa pemberian KOH pada penyimpanan suhu dingin dan kedap udara
(kondisi tertutup) dapat menghambat proses pematangan buah. Hal ini terjadi
karena pemberian KOH dapat menyerap oksigen yang ada pada atmosfer
penyimpanan sehingga respirasi buah dapat dihambat dan proses kematangan
buah dapat ditunda. Selain itu, pendinginan dan kedap udara juga merupakan
upaya untuk memperlambat laju reaksi produksi etilen dari buah (Apandi, 2008).
Perlakuan kedua dilakukan dengan cara mencelupkan bahan (mangga,
apel, wortel dan tomat) kedalam larutan CaCl2 dengan kondisi penyimpanan pada
suhu kamar dan suhu dingin dalam keadaan terbuka dan tertutup. Berdasarkan
hasil pengamatan diperoleh data bahwa penyimpanan bahan pada suhu dingin dan
kondisi tertutup menghasilkan setiap bahan masih dalam keadaan tekstur agak
keras dengan warna yang masih hijau untuk mangga dan apel, orange untuk wartel
dan orang kemerahan untuk tomat dan bentuknya tetap. Berdasarkan data tersebut
dapat membuktikan bahwa kalsium dapat menunda pematangan bahan hasil
pertanian.
43
44
ruang yang dapat bereaksi dengan buah dan dapat mempercepat respirasi pada
buah yang memicu pematangan dipercepat pada buah.
45
KESIMPULAN
46
ACARA IV
PENGARUH ANTI MIKROBA TERHADAP PENYIMPANAN
PENDAHULUAN
Latar belakang
Secara umum, buah dan sayur memiliki sifat mudah rusak (perishable),
sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Buah dan sayur dapat
dikatakan
rusak
atau
busuk
ketika
terjadi
perubahan-perubahan
yang
menyebabkan bahan tersebut tidak dapat diterima lagi oleh konsumen. Kerusakan
atau kebusukan buah dan sayur dapat terjadi akibat aktivitas mikrobia maupun
aktivitas enzim yang ada pada bahan tersebut, selain itu perubahan secara fisikakimia juga dapat memengaruhi kebusukan buah dan sayur (Bell dkk., 2005).
Kerusakan buah dan sayur karena pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantara nya adalah faktor intrinsik, ekstrinsik, pengolahan dan
implisit. Faktor intrinsik sifat fisik, kimia dan struktur bahan pangan yang
mempengaruhi
nya,
yaitu
senyawa
yang
dapat
menghambat
pertumbuhan
47
dilakukan praktikum ini agar dapat mempelajari pengaruh anti mikroba terhadap
penyimpanan.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengaruh anti mikroba terhadap penyimpanan.
48
TINJAUAN PUSTAKA
perubahan warna,
49
50
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Direndam buah dan sayur tersebut kedalam larutan selama 30 detik dan
ditiriskan sampai kering
Diukur tekstur dan diamati kenampakan buah mangga, apel, tomat dan wortel
51
HASIL PENGAMATAN
Ruang
Dingin
7
Ruang
Mikroba
Tidak Ada
Mikroba
Tidak Ada
Mikroba
Ada
Mikroba
Mikroba
Tidak Ada
Mikroba
Ada
Mikroba
Tidak Ada
Mikroba
Mikroba
Tidak Ada
Mikroba
Ada
Mikroba
Tidak Ada
Mikroba
Mikroba
Tidak Ada
Mikroba
Ada
Mikroba
Ada
Mikroba
53
PEMBAHASAN
Buah dan sayuran setelah dipanen akan terjadi proses transpirasi dan
metabolisme. Proses metabolisme pada buah dan sayuran dapat menyebabkan
berkurangnya kualitas produk. Pengurangan laju respirasi sampai batas tertentu
dapat memperpanjang daya simpan produk segar tetapi kebutuhan energi sel
terpenuhi. Pengendalian respirasi tersebut dapat dilakukan dengan cara pelapisan,
penyimpanan suhu rendah, dan modifikasi atmosfir ruang penyimpanan
(Makfoeld, 2010).
Metode pengawetan merupakan usaha memperlambat pematangan buah
dan sayur dengan cara memperlambat proses respirasi dan transpirasi serta
menangkap gas etilena yang terbentuk. Beberapa cara untuk mengawetkan buah
dan sayur adalah dengan cara pendinginan, pembungkusan dengan polietilena
(PE) dan penambahan bahan kimia tertentu (Anonim, 2014).
Praktikum ini mengenai pengaruh anti mikroba terhadap penyimpanan
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh anti mikroba terhadap penyimpanan.
Bahan yang digunakan yaitu wortel, kentang, Antracol, Topsi-M 70 WP, Fury 50
EC, dan Revus. perlakuannya disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin. Dan
diamati perubahan mikroba pada hari ke 3 dan hari ke 7.
Hasil pengamatan pada kentang 1 dan kentang 2 jelas terlihat bahwa
penambahan antimikroba yang disimpan pada suhu dingin lebih efektif
menghambat pertumbuhan mikroba sehingga pada penyimpanan dengan suhu
dingin diperoleh hasil sebagian besar tidak terdapat mikroba, sedangkan pada
penyimpan suhu dingin dengan menggunakan antimikroba revus opti pada hari
ke-3 maupun hari ke-7 dan pada kentang 1 maupun kentang 2 terdapat mikroba.
Hasil pengamatan wortel 1 dan wortel 2 jelas terlihat bahwa penyimpanan
pada suhu dingin dengan penambahan antimikroba lebih banyak terdapat mikroba
dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu ruang. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penggunaan antimikroba pada wortel akan lebih bereaksi apabila disimpan
pada suhu ruang sedangkan pada kentang penggunaan antimikroba akan lebih
bereaksi apabila disimpan pada suhu dingin.
54
55
KESIMPULAN
56
ACARA V
SIFAT FISIK, KIMIA DAN KECEPATAN RESPIRASI BEBERAPA
KOMODITI HASIL PERTANIAN
PENDAHULUAN
Latar belakang
Buah dan sayuran merupakan bagian dari makanan sehari-hariuntuk
menunjang kebutuhan gizi makanan, sehingga perdagangan komoditi hortikultura
menjadi penting. Dalam dunia industri penanganan hasil pertanian merupakan
salah satu komponen penting dalam proses pasca panen penanganan ini dapat
dilakukan, sehingga diperlukan pengetahuan tentang karakteristik bahan
tersebut,Buah dan sayur setelah panen masih melakukan respirasi, sehingga perlu
penanganan yang benar dan selanjutnya perlu diketahui atau dipelajari sifat-sifat
fisiologinya (Elni, 2012).
Hortikultura, terutama sayuran merupakan sumber provitamin A, vitamin
C, dan mineral dan terutama dari kalsium dan besi. Selain hal tersebut sayuran
juga merupakan sumber serat yang sangat penting dalam menjaga kesehatan
tubuh. Sayuran juga dapat memberikan kepuasan terutama dari segi warna dan
teksturnya. Disisi lain sayuran adalah hasil pertanian yang apabila selesai dipanen
tidak ditangani dengan baik akan segera rusak (Elni, 2012).
Kerusakan buah terjadi akibat pengaruh fisik, kimiawi, mikrobiologi, dan
fisiologis. (Hatton,1986) Walaupun perubahan ini pada awalnya menguntungkan
yaitu terjadinya perubahan warna, rasa, dan aroma tapi kalau perubahan ini terus
berlanjut dan tidak dikendalikan maka pada akhirnya akan merugikan karena
bahan akan rusak atau busuk dan tidak dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan praktikum ini agar dapat mempelajari sifat fisik, kimia dan kecepatan
respirasi beberapa komoditi hasil pertanian.
Tujuan Praktikum
57
58
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan, meskipun
demikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung bahan-bahan padatan
(solid) dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan padatan terdapat pula bahan cair.
Bahan pangan pada umumnya bersifat encer. Kedua sifat bahan pangan inilah
yang diketahui sebagai sifat alir bahan pangan. Bahan pangan yang memililki sifat
alir yang sangat mudah mengalir disebut fluiditas. Berbagai tingkat kematangan
buah dan sayuran, sifat fisik dan kimia bahan tersebut berbeda-beda. Uji sifat fisik
biasanya dilakukan terhadap kekerasan, warna, rasa, dan bau bahan tersebut.
Sedangkan uji kimia dapat dilakukan terhadap PH, total asam, dan kadar gula
(Solube Solida) (Soesanto, 2009).
Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat penting
dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan merancang suatu
alat khusus untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa prilaku produk dan
cara penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas
permukaan, warna, penampakkan, berat, porositas, densitas dan kadar air. Bentuk
dan ukuran sangat penting dalam perhitungan energi untuk pendinginan dan
pengeringan, rancangan pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan
bahan, seperti elektoistatistik, pantulan cahaya dalam evaluasi warna, dan dalam
pengembangan alat grading dan sortasi (Suharto, 1991).
Pemasakan buah, kandungan zat-zat terlarut dan oleh karena itu berat jenis
bertambah. Itulah sebabnya mengapa telah diusulkan kemungkinan menggunakan
berat jenis sebagai metode pengujian kemasakan secara cepat. Buah-buah yang
mengapung di atas air mempunyai berat jenis lebih kecil, jadi masih belum masak.
Buah-buah yang tenggelam mempunyai berat jenis lebih besar dari 1, total zat
terlarut lebih banyak dan oleh karena itu berarti sudah matang (Pantastico, 2011).
Proses respirasi dan transpirasi akan menyebabkan komoditi mengalami
susut bobot. Respirasi merupakan proses metabolisme dengan cara menggunakan
O2 dalam pembakaran senyawa yang lebih kompleks (pati, gula, protein, lemak,
dan asam organik) menghasilkan molekul yaang lebih sederhana yaitu CO2 dan
59
H2O serta menghasilkan energi yang dapat digunakan oleh sel untuk reaksi
sintesa (Winarno, 1981), sedangkan transpirasi merupakan proses hilangnya air
dalam bentuk uap air melalui proses penguapan. Susut bobot terjadi karena selama
proses penyimpanan menuju pemasakan terjadi perubahan fisikokimia berupa
pelepasan air (Manurung, 2012).
Berdasarkan aktivitas respirasi, sifat hasil tanaman diklasifikasikan
menjadi yang bersifat klimatrik dan non-klimatrik. Hasil tanaman yang bersifat
klimatrik akan menurun aktivitas respirasinya pada saat menjelang masak,
sedangkan hasil tanaman non-klimaterik yaitu aktivitas respirasi naik dan
selanjutnya menurun setelah kelewat matang. Pengaruh penekanan respirasi buahbuah klimatrik oleh CO2 tidak teramati pada buah jeruk. CO2 menyebabkan
timbulnya rangsang respirasi yang menarik untuk diketahui pada buah jeruk
sitrun. Namun pada umumnya umur buah jeruk sitrun masih diperpanjang oleh
CO2, terutama pada kandungan O2 rendah. (Khatir, 2009).
60
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat-alat praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan,
penetrometer, blender, pisau, kain saring, beaker glass, vakum pump, erlenmeyer,
gelas ukur, pipet volume, pipet tetes, pH meter, buret dan statif.
b.
Bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah pisang mentah, pisang
matang, cabai mentah, cabai matang, larutan NaOH 0,1 N, larutan HCl 0,1N,
aquades dan indicator PP.
Prosedur Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Ditimbang masing-masing bahan
Dimasukkan larutan NaOH 0,1 N masing-masing ke dalam
erlenmeyer
Dihubungkan alat-alat respirasi dan dijalankan Vakum Pump selama
30 menit
Diambil 10 cc dari larutan NaOH 0,1 N tambahkan indikator pp
sebanyak 3 tetes
Dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai titik ekivalen
Menetapkan kadar CO2 blanko yaitu dengan menitrasi larutan NaOH
0,1 N yang tidak mengandung CO2
61
HASIL PENGAMATAN
Jumlah CO2
(ml/gr bahan/jam)
Pisang mentah
167,41
24,5
20,6
0,102
Pisang matang
155,09
24,5
21,7
22,3
0, 141
Cabe mentah
100,00
24,5
23,7
22,5
0,123
Cabe matang
100,00
24,5
23,0
23,0
0,132
Perhitungan
Rumus analisa CO2 hasil respirasi
CO2 =
44
Berat Bahan
N HCl = 0,1 N
a. Pisang Mentah
Erlenmeyer (I) CO2
44
167,41
b. Pisang Matang
Erlenmeyer (I) CO2
44
155,09
44
155,09
62
c. Cabe Metah
Erlenmeyer (I) CO2 =
44
100,00
44
100,00
d. Cabe Matang
Erlenmeyer (I) CO2
44
100,00
44
100,00
63
PEMBAHASAN
64
semakin memiliki menurun untuk nilai tekstur maupun berat, warna berubah dan
nilai pH yang semakin meningkan.
Praktikum ini mengenai sifat fisik, kimia dan kecepatan respirasi beberapa
komoditi hasil pertanian dengan tujuan untuk mengetahui sifat fisik, kimia dan
kecepatan respirasi beberapa komoditi hasil pertanian. Bahan yang digunakan
pisang mentah, pisang matang, cabai mentah, cabai matang, larutan NaOH 0,1 N,
larutan HCl 0,1 N, indikator pp dan reagen benedict. Dan diamati kadar HCL
blanko, HCL sampel dan jumlah CO2 pada bahan.
Hasil pengamatan laju transpirasi buah dan sayur pada pisang mentah
yaitu berat sampel 167,41 gram, 24,5ml HCL blanko, HCL sampel I dan II yaitu
20,6 ml dan 0 dan Jumlah CO2 0,102 ml/g bahan/jam. Pada pisang matang yaitu
berat sampel 155,09 gram,24,5ml HCL blanko,HCL sampel I dan II yaitu 21,7ml
dan 22,3 ml dan Jumlah CO2 yaitu0, 141ml/g bahan/jam.Pada cabai mentah yaitu
berat sampel yaitu 100,00 gram, 24,5ml HCL blanko, HCL sampel I dan II yaitu
23,7ml dan 22,5 mldan Jumlah CO2 yaitu 0,123 ml/g bahan/jam. Pada cabai
matang yaitu berat sampel 100,00 gram,24,5ml HCL blanko, HCL sampel I dan II
yaitu 23,0ml dan 23,0 mldan Jumlah CO2 yaitu 0,132ml/g bahan/jam.
Kecepatan laju respirasi dari hasil pengamatan dapat dilihat dari kedua
macam buah dan dua jenis yaitu buah matang dan buah mentah diperoleh nilai
jumlah CO2 yang tinggi pada buah pisangmatang sebesar 0, 141 ml/g/jam. Dapat
dijelaskah bahwa buah pisang matang memiliki jumlah CO2 yang tinggi akan
memiliki laju respirasi yang cepat sehingga buah pisangmatang perlu dilakukan
penanganan yang lebih dibandingkan buah yang lain untuk mempertahankan
kesegaran maupun untuk memperpanjang umur simpan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi adalah faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam bahan (buah dan
sayur), meliputi tingkat perkembangan organ, komposisi kimia jaringan, ukuran
produk, pelapisan alami, dan jenis jaringan). Faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari lingkungan sekeliling bahan, meliputi suhu, etilen, ketersediaan
oksigen, karbon dioksida, dan luka pada bahan.Laju respirasi lebih cepat jika suhu
penyimpanan tinggi, umur panen muda, ukuran buah lebih besar, adanya luka
65
pada buah dan kandungan gula awal yang tinggi pada produk (Winarno dan
Aman, 1981). Metode yang umum digunakan untuk menurunkan laju respirasi
buah-buahan segar adalah pengontrolan suhu ruang penyimpanan.
66
KESIMPULAN
67
DAFTAR PUSTAKA
68
69
70
Widi,
71